• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Penelitian 1.Uji Asumsi

3. Hasil Tambahan

Skala SRL terdiri dari 56 item. Setiap item SS diberi skor 4, skor 3 untuk jawaban S, skor 2 untuk jawaban TS, dan skor 1 untuk jawaban STS. Sehingga diperoleh skor minimum 1x56= 56 dan skor maksimum 4x56= 224. Berdasarkan skor minimum dan maksimum didapatkan jarak sebaran (range hipotetik) yaitu 224-56=168. Dengan demikian setiap satuan deviasi standar bernilai = 168 : 6 = 28 dan mean teoritis diperoleh = (56+224) : 2= 140

Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh kategorisasi skor SRL. Kontinum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Adapun normanya adalah sebagai berikut:

Tabel 11

Kategorisasi Skor SRL

Norma Rentang Nilai Keterangan Rendah Sedang Tinggi

Berdasarkan norma di atas maka dapat dilihat kategori SRL, sebagai berikut:

Tabel 12

Kategorisasi Skor SRL Pada Mahasiswa Yang Bertempat Tinggal di Kos dan di Rumah Bersama Orang Tua

Rentang Nilai Kategori

Kos Rumah Jumlah Subyek % Jumlah Subyek % Rendah - - - - Sedang 26 48,1% 34 63% Tinggi 28 51,9% 20 37% TOTAL 54 100% 54 100%

Pada tabel 7 di atas berguna untuk melihat tingkat SRL berdasarkan skor yang diperoleh. Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang bertempat tinggal di kos (51,9%) mempunyai tingkat SRL

yang tinggi, sedangkan subyek mahasiswa yang bertempat tinggal di rumah bersama orang tua (63%) rata-rata memiliki tingkat SRL yang sedang.

D. Pembahasan

Berdasarkan analisis terhadap data penelitian, diketahui bahwa p > 0,05 (0,079 > 0,05) yang berarti hipotesisditolak. Hal ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan SRL antara mahasiswa yang bertempat tinggal di kos dan di rumah bersama orang tua. Artinya bahwa mahasiswa yang bertempat tinggal di kos dan di rumah bersama orang tua sama-sama memiliki pengelolaan diri yang baik dalam aktivitas belajar. Hal tersebut juga terlihat pada kategorisasi data dimana tingkat SRL mahasiswa yang bertempat tinggal kos dan rumah sama-sama berada dalam rentang nilai sedang sampai tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa lingkungan tempat tinggal tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tinggi rendahnya SRL.

Apabila dibedakan ke dalam tiga aspek SRL yang diukur yaitu aspek metakognisi, aspek motivasi, dan aspek perilaku belajar maka diperoleh hasil yaitu untuk aspek metakognisi menghasilkan nilai t = 0,0255 (p < 0,05) yang berarti ada perbedaan antar kedua kelompok subyek dalam hal kemampuan merencanakan, menetapkan tujuan, memonitor, mengorganisasikan, dan mengevaluasi bermacam-macam kegiatan selama proses peningkatan kemampuan. Selain itu, untuk uji beda aspek motivasi menghasilkan nilai t = 0,000 (p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan dalam keyakinan akan kemampuan diri dalam menyelesaikan tugas dan dalam mencapai kesuksesan dan

berani menghadapi kegagalan. Sedangkan untuk uji beda aspek perilaku belajar menghasilkan nilai t = 0,4275 (p > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan pada kemampuan individu untuk memilih, menyusun, dan menciptakan lingkungan untuk belajar seperti mencari nasihat, informasi dan tempat yang disukai ketika belajar. Dari hasil uji beda tiap aspek diketahui bahwa perbedaan SRL pada mahasiswa yang bertempat tinggal di kos dan di rumah bersama orang tua terletak pada aspek metakognisi dan aspek motivasi dimana mahasiswa kos memiliki nilai mean lebih tinggi daripada mahasiswa yang tinggal bersama orang tua pada kedua aspek tersebut. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa kos memiliki strategi metakognisi dan motivasi yang lebih baik dalam proses pengaturan belajar.

Perbedaan di antara mahasiswa kos dan rumah terletak pada lingkungan tempat tinggal. Lingkungan memiliki pengaruh terhadap SRL yang digunakan oleh individu. Lingkungan kos pada dasarnya dapat dimengerti sebagai sebuah lingkungan yang diciptakan sebagai pengganti lingkungan keluarga, dimana interaksi yang biasa terjadi antar anggota keluarga digantikan oleh individu-individu yang tinggal di kos. Menjadi anak kos berarti diberi kepercayaan dari orang untuk mengatur diri lebih leluasa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Strage menunjukkan bahwa semakin orangtua memberikan otonom pada anaknya maka akan membuat mahasiswa lebih yakin dan gigih dalam belajar (pengaruh gaya orangtua, 2008). Hal tersebut berdampak pada SRL yang dimiliki. Dalam aspek metakognisi, kemampuan untuk mengorganisasi dan mengevaluasi kegiatan

belajar akan cenderung meningkat dan dalam aspek motivasi yang berupa efikasi diri juga akan mengalami peningkatan.

Sedangkan bertempat tinggal di rumah bersama orang tua didefinisikan bagi mereka yang masih tinggal bersama dengan keluarga. Menurut Sutjipto (dalam Slameto, 1988) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Menurut Kartono (1985), membiasakan anak-anak untuk belajar di rumah merupakan hal yang penting. Salah satu kegiatan bimbingan yang dapat dilakukan oleh orang tua, yaitu mengawasi penggunaan waktu belajar dan kegiatan belajar di rumah. Dengan mengawasi penggunaan waktu belajar maka orang tua dapat mengetahui apakah anaknya menggunakan waktu belajar dengan teratur. Pengawasan yang diberikan orang tua dimaksudkan sebagai penguat disiplin supaya pendidikan anak tidak terbengkalai.

Penelitian yang dilakukan oleh Attaway menunjukkan bahwa pengendalian yang tinggi oleh orangtua akan berpengaruh pada rendahnya prestasi akademik (pengaruh gaya orangtua, 2008). Hal tersebut berdampak pada SRL yang dimiliki. Dalam aspek metakognisi, mereka kurang memiliki kemampuan untuk mengorganisasi dan mengevaluasi kegiatan belajar yang dilakukan. Dalam aspek motivasi, keyakinan akan kemampuan dirinya juga kurang mengalami peningkatan.

Disamping itu, kajian ulang yang dilakukan oleh Bandura menyatakan bahwa self-regulated learning disingkat SRL dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sifatnya pribadi dan lingkungan. Faktor lingkungan terdiri dari dua kategori,

yang pertama berkaitan dengan faktor fisik yang menentukan dalam belajar, yang kedua berkaitan dengan pengalaman sosial yang dialami oleh siswa selama proses belajar berlangsung. Kemampuan meregulasi diri dalam belajar mempunyai peran penting yang menentukan kesuksesan dalam belajar. Dari perspektif lingkungan psikososial pembelajaran di kelas (learning environment), interaksi siswa dengan para guru merupakan pengalaman yang paling utama yang berpengaruh dalam meregulasi diri dalam belajar. Menurut Butler and Winne, para mahasiswa lebih mudah meregulasi diri dalam belajar jika gaya para guru dalam mengajar (teaching style) lebih berpusat ke siswa (student-centred), memberikan umpan balik selama proses pembelajaran berlangsung, dan dalam mengajar menggunakan beberapa strategi belajar (meneliti pengaruh hubungan, 2008).

50 BAB V