• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diplomasi Pariwisata Bencana di Indonesia

Harits Dwi W, M.A Universitas Respati Yogyakarta

h_rits@yahoo.com Abstract

Indonesia merupakan salah negara yang memiliki tingkat kerawanan dalam bidang bencana alam. Dimana, Indonesia terlatak di kawasan ring of fire di kawasan pasifik serta terdapat pertemuan lempeng Eurasia, IndoAustralia dan Pasifik. Di lain pihak, Indonesia mempunyai potensi wisata yang sangat signifikan dalam menghasilkan devisa negara. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai instrument diplomasi Indonesia dalam hal pariwisata bencana sehingga peluang ini mampu mendatangkan pemasukan bagi negara. Sehingga industri pariwisata di Indonesia akan berkembang seiring adanya ancaman bencana. Dilain pihak, situasi ini akan dimunkinkan untuk belajar tentang kebencanaan di Indonesia. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah konsep Two Level Game Theory.

Kata Kunci : Diplomasi, Industri Pariwisata, Bencana

Pengantar

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki posisi strategis. Negara ini berada diantara benua Asia dan Australia, disisi lain diapit oleh dua samudera Hindia dan Pasifik. Kondisi tersebut masih ditambah dengan posisi Indonesia yang dikelilingi oleh lempeng Australia, Eurasia dan Pasifik. Oleh karena itu, Indonesia menjadi salah satu negara yang sering mengalami bencana alam, hal ini dikarenakan oleh posisi geografis dan geologis Indonesia. Akan tetapi kedua hal tersebut dapat memberi potensi dan peluang di masa yang akan datang. Melihat skenario kedepannya Indonesia dapat memainkan potensi serta peluang dalam melihat aspek geografis dan geologisnya. Meskipun kedua hal tersebut memberikan sebuah peluang dan ancaman.

Secara geografis Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Secara mayoritas pulau-pulau tersebut memiliki potensi dalam bidang pariwisata. Oleh karena itu, negara ini memiliki daya saing dari aspek pariwisata dengan negara lain. Dilihat dari keindahan alam, kehidupan sosial masyarakat dan budaya lokal yang sangat beragam. Hal ini menunjukkan soft power yang dimiliki oleh Indonesia dalam persaingan di era global. Perkembangan dan persaingan diplomasi di dunia saat ini tidak hanya dilihat dari sisi kekuatan yang bersifat materiil saja (hard diplomacy). Situasi ini dapat dimanfaatkan bagi negara-negara sedang berkembang khususnya Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir pemerintah mengembangkan wilayah-wilayah ekonomi khusus yang memiliki potensi pariwisata.

Di lain pihak, apabila dilihat dari sisi posisi geologis Indonesia termasuk sebuah negara dengan kategori rawan bencana. Fakta di lapangan menunjukkan dari Pulau Sumatra sampai

dengan Papua memiliki potensi bencana alam maupun sosial. Kondisi ini dapat dilihat dari keberadaan gunung yang masih aktif yang tersebar di seluruh kawasan Indonesia. Dimana Indonesia juga dikenal sebagai cincin api (ring of fire). Ring of fire diartikan sebagai daerah yang sering terjadi gempa bumi dan bencana letusan gunung berapi yang terletak sepanjang cekungan yang ada di Samudera Pasifik. Daerah tersebut digambarkan seperti tapal kuda dan memiliki panjang 40.000 km. Disisi selatan dan timur Indonesia dikenal sebagai sabuk vulkanik (Volcanic Arc) yang terbentang dari Pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Oleh karena itu, Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap bencana alam. Dengan 13 jenis bencana yang ada, seperti tertuang dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, baik bencana geologi, hidrometeorolgi, biologi, sosial, atau man

made disaster, perlu dipandang sebagai modal kapital atau produk komoditas yang memiliki

keunggulan komparatif dan kompetitif (June & Ludiro, 2013). Bencana dapat diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007).

Kedua fenomena diatas memberi keterkaitan terhadap permasalahan yang dikaji dalam hubungan internasional khususnya dalam hal diplomasi. Perkembangan isu-isu tersebut menandakan terciptanya dinamika diplomasi kontemporer yang berhubungan dengan negara, kelompok, organisasi, komunitas ataupun individu. Pembahasan mengenai industri pariwisata yang disandingkan isu-isu kebencanaan memberikan sebuah alternatif dalam menjalin hubungan antar negara. Hal ini dapat dijalankan oleh seluruh komponen lapisan masyarakat yang ada. Diplomasi kontemporer saat ini tidak terlepas oleh adanya dampak globalisasi terhadap negara-negara di dunia. Munculnya kekuatan global yang berwujud teknologi, telekomunikasi dan perdagangan membuka ruang dan peran bagi stakeholder dalam hubungan internasional saat ini. Hal tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap kemajuan suatu negara dalam bidang tertentu. Hubungan antar negara yang bersifat soft diplomacy dalam upayanya akan menciptakan sebuah suasana damai. Dalam menciptakan situasi ini, Indonesia memiliki kemampuan untuk menciptakan sebuah hubungan yang harmonis dengan beberapa negara. Melalui dua isu tersebut akan membuka sebuah hubungan yang saling pengertian terhadap situasi dan kondisi suatu negara. Adanya saling pengertian satu negara dengan negara lain dengan pendekatan isu pariwisata dan bencana akan mampu menciptakan hubungan yang

saling menguntungkan. Sehingga industri pariwisata bencana dapat dijadikan sebagai edukasi atau bagi kaum epistemic yang ada di dunia dimana salah satu tujuannya adalah Indonesia.

Metode

Untuk melihat permasalahan diatas penulis menggunakan pendekatan dalam hubungan

internasional dari Robert Putnam yakni “two level games theory”. Dengan menggunakan

pendekatan ini penulis memiliki pertimbangan diplomasi pariwisata bencana pada era globalisasi memiliki peranan dalam studi hubungan internasional yang agendanya tidak dapat dipisahkan oleh kepentingan nasional. Kebijakan-kebijakan tersebut dapat dianalisa dari kesuksesan pemerintah di dalam agendanya di dalam negeri yang dibantu oleh berbagai pemangku kepentingan. Disisi lain, mampu membuktikan kepada dunia internasional citra yang positif. Kepentingan nasional dapat diimplementasikan melalui aktifitas pariwisata.

Dimana industri pariwisata dalam beberapa dekade terakhir mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Dalam hal ini mampu memberikan dampak positif dalam memberikan sebuah citra kepada masyarakat internasional. Dalam pendekatan ini ada dua agenda yang harus dijalankan oleh aktor yang terlibat dalam diplomasi pariwisata bencana. Dalam tataran tingkat domestik yang menjadi aktornya dapat dilakukan oleh pemerintah dan swasta. Di tingkat domestik pemerintah memiliki peran dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan keamanan.

“ At the national level, domestic groups pursue their interests by pressuring the

government to adopt favorable policies. At the international level, national governments seek to maximize their own ability to satisfy domestic pressure, while minimizing the adverse

consequences of foreign development.” (Putnam,1988)

Disisi lain pemerintah dapat berperan untuk menyediakan infrastruktur yang mendukung dalam diplomasi khususnya pariwisata bencana. pariwisata ini merupakan salah satu pariwisata dalam bidang kategori minat khusus. Pariwisata minat khusus ini dapat manjadi salah satu potensi dalam meningkatkan kunjungan wisatawan lokal maupun asing. Pariwisata minat khusus tersebut memberikan daya tarik tersendiri, karena potensi alam Indonesia menyimpan kekayaan serta keindahan yang tidak kalah dengan negara di luar negeri. Beberapa tempat wisata alam di Indonesia asal muasalnya ada yang tejadi karena reaksi fenomena alam. Hal ini menjadi hal yang menarik untuk dipelajari oleh lembaga-lembaga, organisasi atau komunitas untuk dilakukan sebuah riset terkait dengan munculnya sebuah lokasi wisata.

Pemerintah dapat berperan dalam mempersiapkan apa saja yang diperlukan oleh masyarakat lokal dalam mengantisipasi bencana yang akan terjadi. Tindakan ini menjadi hal yang sangat penting dalam penguatan kapasitas masyarakat. Pemerintah dapat mengambil peran dalam mitigasi di wilayah-wilayah lokasi wisata. Dalam pelaksanaannya pemerintah dapat bekerjasama dengan pihak swasta yang tergabung dalam Humanitarian Forum Indonesia (HFI) atau lembaga-lembaga yang memiliki kapasitas dalam kebencanaan.

Peranan yang dilakukan oleh pemerintah di tingkat internasional dapat dilakukan dengan cara mengikuti pertemuan-pertemuan dalam tingkat internasional. Adanya agenda di luar negeri pemerintah perlu untuk mengkampanyekan tentang Indonesia di mancanegara terkait dengan posisi geografis maupun kondisi geologis. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta dapat melalui forum regional seperti ASEAN, forum-forum kawasan ataupun dalam tingkat global yaitu tergabung dengan organisasi di bawah PBB (Persarikatan Bangsa-Bangsa) yang memiliki konsentrasi dalam penanggulangan bencana. di dalam level international (AADMER (ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response), AHA (Asean Humanitarian Association), CERF (Central Emergency Response Fund) dalam United Nations. Beberapa jaringan ini dapat digunakan untuk penguatan kapasitas suatu negara dalam pengurangan resiko bencana dan itu akan berdampak kepada pada saat terjadi bencana.

beberapa tahun terakhir fenomena bencana alam di dunia sangat masif, hal ini dibutuhkan pengelolaan secara profesional dan kerjasama di tingkat internasional. Oleh karena itu, dengan menggunakan teori ini menjelaskan bahwa dalam industri pariwisata dapat memberikan hasil yang optimal dalam penerimaan wisatawan asing. Kedua aspek ini akan memberikan keseimbangan dalam menerapkan suatu kebijakan yang berkaitan dengan industri pariwisata.

Industri Pariwisata Indonesia

Pariwisata pada beberapa tahun terakhir menjadi sebuah fenomena dalam kajian hubungan internasional. Hal ini bisa dilihat dari data perkembangan mobilisasi masyarakat internasional dalam melakukan perjalanan wisata. Perkembangan dari industri ini di masa yang akan datang sangat potensial. Dalam menjalankan kompetisi ini setiap negara wajib memiliki keunikan serta keunggulan. Kedua hal tersebut meningkatkan daya tarik negara tertentu kepada masyarakat internasional khususnya dalam bidang pariwisata. Industri pariwisata di Indonesia dapat dijadikan sebuah alternatif dalam diplomasi di masa yang akan datang. Pada saat ini

pariwisata menduduki peringkat kedua dalam perolehan devisa. Dalam sejarah pembangunan di banyak negara, sektor kepariwisataan telah terbukti berperan penting dalam menyumbang perkembangan perekonomiannya, khususnya dalam dua dekade terakhir, yang ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan ekonomi bangsa-bangsa yang menjadikan kepariwisataan sebagai industri hilirnya untuk mengungkit pertumbuhan dari kegiatan-kegiatan usaha dan penyerapan tenaga kerja dari sektor-sektor usaha/kegiatan yang ada didepan dan dibelakangnya (Bambang, 2013).

Meskipun demikian, masih banyak hal yang perlu dieksplore serta diekspose kekayaan pariwisata Indonesia. Diantaranya berkaitan dengan wisata yang berkaitan dengan alam dari Sabang sampai Merauke. Pada kenyataan di lapangan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara lain. Kondisi ini dapat ditarik kepada pariwisata minat khusus yang berada seluruh wilayah Indonesia. Wisata minat khusus ini merupakan pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang tertentu dan memiliki kekhususan dalam kegiatan kepariwisataannya. Bagi pasar wisatawan, setiap daerah tujuan wisata memiliki sejumlah keunggulan atau daya saing yang dijadikan sebagai basis penentuan untuk memilih atau menjadikannya sebagai target destinasi (Janianton, 2013).

Di kawasan Asia Tenggara dilihat dari parameter daya saing Indonesia memiliki keunggulan dari sisi natural resources. Hal ini dapat dikatakan sektor pariwasata yang berkaitan dengan keindahan alam serta fenomena alam, negara ini memiliki peluang untuk meningkatkan target wisatawan mancanegara. Salah satunya dapat diambil dari geotourism yang dimiliki oleh Indonesia. Geotourism ini dapat dijadikan sebagai wisata minat khusus bagi wisatawan mancanegara yang memiliki ketertarikan terhadap alam. Perjalanan seseorang dari suatu tempat ke tempat yang lain didorong oleh berbagai motivasi (Gelgel, 2006). Beberapa tahun terakhir isu-isu yang berkaitan bencana alam serta kerusakan alam mendapat perhatian besar oleh masyarakat internasional pada umumnya dan khususnya Indonesia. Dalam segmentasi geografi, pasar dibagi berdasarkan tempat atau wilayah yang dapat berupa suatu negara atau kawasan, dimana kebutuhan dan keinginannya bervariasi berdasarkan tempat tinggal mereka (Oka,2001). Kita bisa melihat potensi sebaran bencana yang ada di Indonesia yang ada di bawah ini.

Gambar 1 WILAYAH RAWAN GEMPA BUMI INDONESIA

Source : Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Peta sebaran diatas menunjukkan kerawanan tingkat kegempaan di Indonesia sangat tinggi. Kondisi ini perlu disadari dalam ranah industri pariwisata sangat penting khususnya negara Indonesia. Selain Indonesia sebagai negara pusat pariwisata dunia, banyak hal yang perlu disiapkan salah satu dalam hal mitigasi bencana di wilayah-wilayah wisata. kondisi tersebut akan memberikan sebuah kesadaran dalam pengelolaannya. Selain ancaman dari sisi gempa bumi, Indonesia menghadapi tantangan yang berupa tsunami, pergerakan tanah dan Gunung Berapi.

Gambar 2 Peta Sebaran Tsunami di Indonesia

Source : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Gambar 3 Wilayah Potensi Pergerakan Tanah

Gambar 4 Major Volcanos of Indonesia

Source : USGS

Dari beberapa sumber diatas menunjukkan bahwa Indonesia ditempatkan sebagai daerah yang perlu mewaspadai akan datangnya gangguan alam. Apalagi dari sisi pariwisata yang ada di Indonesia yang dipromosikan selain dari sisi budaya yaitu keindahan alamnya. Akan tetapi perlu adanya edukasi bagi wisatawan asing khususnya yang datang ke Indonesia. Edukasi ini penting untuk megetahui sejarah dan munculnya fenomena alam yang ada di Indonesia dimana dijadikan sebagai objek destinasi tujuan wisatawan (ODTW). Beberapa pendekatan perlu dilakukan di setiap lokasi wisata di Indonesia yang memiliki potensi terjadinya ancaman kepada wisatawan. Oleh karena itu, dapat dilakukan dengan cara mitigasi bencana oleh berbagai pemangku kepentingan yaitu pemerintah, swasta/LSM atau masyarakat. Kondisi ini tidak hanya terpasang tanda-tanda peringatan di setiap titik, akan tetapi diberikan pelatihan singkat untuk mengantisipasi adanya ancaman.

Ancaman dan Peluang Geotourism di Indonesia

Dalam era globalisasi saat ini banyak hal yang bisa Indonesia peroleh untuk bersaing dengan negara lain, salah satunya dari sisi industri pariwisata. Industri ini memberikan keuntungan yang berlipat ganda, karena memberikan multiflier efect seluruh elemen yang

berkepentingan. Oleh karena itu, situasi industri pariwisata dapat dijadikan model baru yang disesuaikan dengan situasi dan karakter Indonesia. Secara fakta di lapangan potensi alam yang dimiliki tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Potensi alam yang muncul karena fenomena alam salah satunya Danau Toba, Tebing Kraton, Tangkuban Prahu atau Sesar Lembang. Wilayah tersebut hanya contoh dari Sabang sampai Merauke.

Disisi lain, beberapa fenomena alam yang terjadi di Indonesia di masa yang akan datang akan menarik perhatian para wisatawan ataupun wisatawan yang kategori minat khusus. Sehingga Indonesia akan menjadi sebuah laboratorium atau MICE yang terkhusus untuk mempelajari terkait peristiwa alam ataupun non alam. Konsep ini memang telah dicetuskan oleh satu makalah yang ditulis oleh Jane James 1993 di sebuah konferensi bertema

“Memasyarakatkan Ilmu Kebumian” di Southampton, Inggris, misalnya, masih menggunakan

istilah pariwisata geologis (geological tourism) alih-alih geotourism (fitb.itb.ac.id, 2009). Konsep yang dicetuskan oleh Jane James dapat dijadikan instrument untuk mengenalkan dan dikembangkan. Hal ini akan menjadi menarik apabila dibingkai dalam sebuah informasi praktis bagi para traveller atau turis mancangara yang memiliki minat khusus. Secara umum basis pengembangan wisata minat khusus meliputi :

1. Aspek-aspek alam seperti flora, fauna, fisik geologi, vulkanologi, hidrologi, hutan alam, atau taman nasional maupun laut

2. Objek dandaya tarik wisata budaya yang meliputi budaya peningkatan sejarah (built heritage) dan budaya kehidupan masyarakat (living culture) (Fandeli & Mukhlison, 2000) Kemampuan industri pariwisata global memberikan peluang bagi semua negara untuk berkompetisi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Pada saat ini perekonomian global dilihat dari sektor pariwisata mengalami peningkatan setiap tahunnya. Apabila setiap negara di dunia tidak memiliki keunikan atau spesialisasi dalam hal industri pariwisata, maka akan sulit untuk memenangkan kompetisi ini. Industri ini menjadi salah satu pemasukan devisa negara yang sangat signifikan di masa yang akan datang.

Disis lain, sebagian besar wisatawan asing melihat Indonesia merupakan salah satu destinasi yang menarik untuk dikunjungi. Kondisi tersebut dapat dibuktikan dengan diapresiasinya pada saat terselenggaranya acara The 7th International Conference on UNESCO Global Geopark 2016 di Torbay, Inggris salah satunya Wilayah Pulau Lombok. Ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki branding di luar negeri yang cukup potensial. Agenda atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah di luar negeri sangat membantu dalam hal promosi. Adanya promosi melalui eksebisi atau pameran internasional di Berlin yang

merupakan sebuah pameran pariwisata terbesar di dunia yaitu Internationale Tourismus Borse (ITB). Selain daripada itu, Indonesia masih memiliki beberapa destinasi wisata yang berupa kaldera. Artinya, kita perlu mengekspose dan mengexplore kembali terkait kekayaaan alam Indonesia. Kondisi tersebut dapat dijadikan sebagai edukasi untuk seluruh masyarakat Indonesia bahkan mancanegara. Disamping memiliki keindahan alam yang sangat mempesona dan menarik setiap wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut, tetapi perlu adanya sebuah penjelasan yang filosofis dan akhirnya berdampak kepada psikologis wisatawan domestik maupun mancanegara. Situasi tersebut memberikan kekuatan bagi setiap daerah apabila berhasil meningkatkan jumlah wisatawannya khususnya mancanegera. Dengan banyaknya wisatawan domestik maupun macanegara yang berkunjung ke berbagai lokasi wisata yang dikategorikan geotourism. Hal ini perlu adanya infrastruktur yang lengkap terkait dengan jalur evakuasi dan kesiapan petugas apabila terjadi situasi darurat atau terjadi sebuah bencana alam. Melihat potensi di Indonesia yang masih rawan akan adanya bencana perlu adanya kewaspadaan yang sangat tinggi apalagi di beberapa daerah tempat wisata yang memiliki riwayat kebencanaan. Oleh karena itu, para wisatawan asing maupun lokal perlu adanya edukasi sebelum memasuki area wisata alam atau geotourism oleh petugas. Edukasi ini penting dilakukan untuk mencegah serta mengurangi adanya korban. Pendekatan metode simulasi yang dilakukan di lokasi wisata alam memberikan dampak yang positif bagi Indonesia pada umumnya dan daerah wisata pada khsusnya. Kegiatan tersebut akan memberikan efek yang besar terhadap negara di tingkat regional maupun global.

Di lain pihak, negara sangat mendukung adanya pertemuan internasional yang diselenggarakan di Jepang pada tahun 2015 dengan pokok pembahasan terkait dengan Kerangka kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015 – 2030. Hal ini dibuktikan dan dituliskan di dalam kerangka kerja Sendai, Mengatasi faktor mendasar risiko bencana dengan cara menginformasikan kepada publik dan swasta tentang risiko bencana merupakan investasi yang secara pembiayaan cukup efektif dibandingkan jika mengandalkan respon pasca bencana dan pemulihan berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan (Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015 – 2030, Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2015). Konsep dari Sendai ini sangat relevan dan signifikan untuk diterapkan di Indonesia khususnya daerah wisata yang rawan bencana. Sebagai contoh kejadian yang baru saja terjadi di lokasi wisata di Gunung Rinjani tepatnya di daerah Sembalun Lombok Timur telah tejadi gempa dengan 6.4 skala richter dan disusul gempa kedua yang sangat besara pada

tanggal 5 Agustus 2018 yang menjadi pusat di Lombok Utara. Ini dapat dijadikan sebagia bahan evaluasi untuk seluruh pemangku kebijakan untuk mengantisipasi di masa yang akan datang.

Peristiwa yang ada di Sembalun Lombok Timur dan Lombok Utara memiliki pengaruh secara global bagi Indonesia. Secara ekonomi Lombok merupakan salah satu objek destinasi tujuan wisata yang memiliki potensi menghasilkan devisa negara untuk Indonesia. Di lain pihak daerah ini memiliki potensi bencana yang cukup besar, sehingga perlu adanya sinergi oleh seluruh pihak yang berada di tingkat lokal maupun nasional untuk melakukan recovery. Dalam tataran kerjasama dapat dilihat pada gambar dibawah terkit alur atau peta dalam hal pengurangan bencana.

Gambar 5 Sendai Framework for Disaster Risk Reduction

Source

:https://www.youtube.com/watch?v=zI5yTANyw7E&index=11&list=RDQYpgCJR0OmM

Bencana yang terjadi di Lombok dapat menjadi pembelajaran yang penting beberapa daerah di Indonesia yang memiliki potensi alam untuk diperhatika secara serius. Sehingga di masa yang akan datang Indonesia dapat menjadi salah negara tujuan wisata bencana bagi wisatawan mancanegara. Kondisi tersebut dapat dijadikan salah satu instrument diplomasi bagi

Indonesia dengan mengenalkan potensi dalam kerangka ilmu pengetahuan dan disandingkan dengan industri pariwisata. Dimana, dapat diimplementasikan sebagai bagian dari industri pariwisata minat khusus.

DAFTAR PUSTAKA

A.Yoeti, Oka.2001.Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.Jakarta.PT Pradnya Paramita

Bambang, Sunaryo.2013.kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasi di Indonesia. Yogyakarta. Gava Media

Damanik,Janianton.2013.Pariwisata Indonesia Antara Peluang dan Tantangan.Yagyakarta.Pustaka Pelajar

Fandeli & Mukhlison.2000.Pengusahaan Ekowisata.Yogyakarta. Pustaka Pelajar Gelgel, I Putu.2006. Industri Pariwisata Indonesia Dalam Globalisasi Perdagangan Jasa (GATS-WTO).Bandung.Refika Aditama

June & Ludiro.2013. Isu Bencana Dalam Hubungan Internasional.Yogyakarta.Pustaka Pelajar

Putnam,David.1988.Diplomacy and Domestic : The Logic Of Two-Level Games.Massachusetss.MIT Press

Laporan :

Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral USGS

Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015 – 2030, Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2015

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Website :

https://fitb.itb.ac.id/2009/10/15/menggali-akar-geowisata-oleh-dr-ir-budi-brahmantyo/ https://www.youtube.com/watch?v=zI5yTANyw7E&index=11&list=RDQYpgCJR0O mM

Border Diplomacy in Handling Disputes on Tanjung Datu (Case Between