• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Fenomena Masalah Kedepan

Pengelolaan Sumberdaya dan Ekonomi Perbatasan: Kajian Ekonomi Politik Kemaritiman Berkeadilan

F. Identifikasi Fenomena Masalah Kedepan

Masalah yang teridentifikasi dari fenomena fenomena yang ada adalah: Indonesia belum punya aturan main yang cukup dari sisi regulasi perudang-undang terutama pada aspek penguasaan, pemilikan dan peruntukan aspek laut dan kemaritiman yang betul-betul menata dan mengakomodir subjek/aktor ekonomi dan politik kelautan dan ekonomi-politik kemaritiman.

Beberapa Indikasi yang muncul adalah lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan pada tahun 2002 dengan alasan “ineffective occupation” atau wilayah yang diterlantarkan, semrawutnya penataan selat Malaka yang sejatinya menjadi sumber devisa; hal lainnya adalah pelabuhan dalam negeri belum menjadi international hub port, ZEE yang masih terlantar, penamaan dan pengembangan pulau-pulau kecil, terutama di wilayah perbatasan negara tidak kunjung tuntas, serta makin maraknya praktik illegal fishing, illegal drug traficking, illegal people, dan semakin meningkatnya penyelundupan di perairan Indonesia.

Penutup.

Pembangunan Benua Maritim aspek kelautan dan kemaritiman yang tidak memiliki kebijakan penatagunaan laut dan maritim dalam ekonomi pembangunan aspek penguasaan,

pemilikan dan peruntukanya maka dikhawatirkan “Benua Maritim” akan bernasib sama dengan Pembangunan Perkebunan yang tidak berkeadilan kepada subjekya. Pembangunan “Benua Maritim” tidak akan berkeadilan dan hanya menimbulkan ekses secara berkepanjangan sebab

kusut masai sejak hulu sampai ke hilir, antara lain:

1. Memunculkan marginalisasi yaitu ketidaksetaraan penguasaan asset akses, kesempatan, kemanfaatan dari ekonomi kelautan dan ekonomi kemaritiman.

2. Peranan negara mau tidak mau akan sangat dominan sehingga berlansung dominansi dan bertentangan dengan UUD 1945, pasal 33.

3. Memunculkan kolaborasi dan kolusi fungsi dan peranan negara, perusahaan negara, swasta sehingga terjadi tindakan memonopoli rakyat pada penguasaan, pemilikan dan peruntukan asset, akses dan kemanfaatan didalam Benua Maritim Indonesia.

Pembangunan “Benua Maritim Indonesia memerlukan power yang sangat besar, power sumberdaya alam, sumberdaya teknologi, sumberdaya finalcial dan sumberdaya managemen.

Pembangunan Benua Maritim Indonesia yang berkeadilan adalah dengan menitikberatkan pada aspek pembangunan ekonomi kelautan (marine economy) dan ekonomi kemaritiman (maritime economy) sejak perencanaan regulasi kebijakan dan implementasinya yang memenuhi prinsip-prinsip keadilan baik Intra Generation maupun Inter Generation di Indonesia.

Pemikiran.

Untuk itu harapan dan gagasan yang dapat ditawarkan dalam konvensi ini yakni dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Riau yang juga berbasiskan kepada sumberdaya kelautan dan kemaritiman adalah.

Dimensi Pokok (Penatagunaan

Potensi Kelautan dan

Kemaritiman)

Pembangunan Kelautan dan Kemaritiman

Berkeadilan menuju “Benua Maritim”.

Penguasaan aset penting/akses

penting oleh subjek

pembangunan terhadap kebijakan dan faktor produksi.

Berkenaan dengan adanya; (a) sumber-sumber/asal penguasaan, pemilikan dan peruntukan potensi ekonomi kelautan (marine

economy) , (b) luas penguasaan, pemilikan

dan peruntukan ekonomi kemaritiman, (c) akses terhadap perencanaan penyusunan dokumen RTRW peruntukan wilayah ekonomi kelautan (marine economy), (d) akses ekonomi pembiayaan penguasaan, pemilikan dan peruntukan potensi ekonomi kelautan(marine economy) , (e) terakomodir hak-hak subjek dalam landasan dasar kebijakan pembangunan ekonomi kelautan

(marine economy) dan ekonomi

kemaritiman(maritime economy) , (f) Perlakuan dan partisipasi yang sama terhadap asset pengelolaan ekonomi kelautan (marine

economy) dan ekonomi kemaritiman

(maritime economy).

Adanya demokrasi ekonomi

antara sesama subjek

pembangunan yang

Reduksi dominasi power terhadap hak-hak perusahaan Negara dan Swasta.

Berkenaan dengan adanya (a) penguasaan, pemilikan dan peruntukan wilayah untuk pembangunan aspek-aspek ekonomi kelautan dan ekonomi kemaritiman, (b) pengolahan hasil potensi kelautan (c) kemanfaatan dan pemasaran produksi utama dan sampingan ekonomi kelautan dan ekonomi kemaritiaman. Negara harus berperan dalam

distribusi asset penting/faktor produksi kepada Rakyat.

Berkenaan dengan adanya (a) keberpihakan kebijakan pemerintah kepada rakyat dalam hal substansi kebijakan dan implementasi penatagunaan dan pembangunan ekonomi

kelautan (marine economy). kegiatan

ekonomi yang berlangsung di wilayah pesisir dan lautan, dan kegiatan ekonomi di darat (lahan atas) yang menggunakan SDA dan

jasa-jasa lingkungan kelautan untuk

menghasilkan barang dan jasa (goods and services).

Pembangunan Benua Maritim Indonesia pada aspek pembangunan ekonomi kelautan (marine economy) diberikan secara nyata kepada Rakyat dimasing masing wilayah pedesaan yang memiliki wilayah adminitrasi dengan asset wilayah laut potensi dan sumberdaya yang terkandung di dalamnya dikelolah dengan BUMD Desa sebagaimana diatur dalam UU NO 6/2014 tentang DesaPembangunan Benua Maritim Indonesia pada aspek pembangunan ekonomi maritim (maritime economy) yaitu mengintegrasikan dan menyelaraskan hak-hak dan kewajibana aktor negara negara-aktor swasta dan aktor rakyat dalam politik dan ekonomi kemaritiman. Dengan mereduksi power terhadap mendominasi; Penguatan demokrasi ekonomi terhadap monopoli; Penguatan/penyetaraan hak subjek agraria terhadap marginalisasi dan Penguatan kewajiban pemerintah untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Daftar Pustaka

Dahuri, R. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. p. 125.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustakatama, Jakarta p. 412.

Dahuri, R., T. Kusumastanto, A. Hartono, P. Anas and P. Hartono. 2009. Enhancing Sustainable Ocean Development: An Indonesian Experience. Center for Coastal and

Marine Resource Studies, Bogor Agricultural University and Partnership for Government Reform. Kreasi Warna Publishing, Jakarta. p. 224.

Stopford, M. 2004. Maritime Economics. 2nd Edition. Routledge Publishing Co., London. p. 562

Dillon, H.S. 2013. Keadilan Prasyarat Kelestarian, Jakarta : Jurnal Nasional.

Duffy, K. 1995. Social Exclusion and Human Dignity in Europe, Strasbourg: Council of Europe.

Eryatno. 2003. Ilmu System; Meningkatkan Mutu dan efektifitas Manageman. Bogor: IPB Press.

Esmara, Hendra. 1986. Politik Perencanaan Pembangunan: Teori, Kebijaksanaan dan Prospek. Jakarta :Gramedia.

[Forum Keadilan]. 1996. Majalah Dwi Mingguan No 8 tahun 1985 dan No 10, 11, 12, dan 13.

Frasetiandy, Dwitho. 2009. Menakar Dampak Sosial Perkebunan Sawit. [Diakses 2013/2/07] Islamy. M Irfan. 2000. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta : Bumi Aksara. J. Yee. 2005. Critical anti-racism praxis: The concept of whiteness implicated. Dalam S. Hick,

J. Fook dan R. Pozzuto (Ed), Social work, a critical turn. Toronto: Thompson, hal 87-104.

Kartasasmita, Ginanjar, Dkk . 2005. Perubahan dan Pembangunan. Bandung: Ikatan Alumni ITB.

Levitas, R. 1998. The Inclusive Society: Social Exclusion and New Labour. Macmillan :Basingstoke.

Lipton, Michael. 1974. ” Towards a theory of landreform,” dalam David Lehman, Ed.,

Agrarian reform and agrarian reformism, London, Faber 7, P.269-281. Sebagaimana dikutip Wiradi, dalam Thondronegoro & Wiradi, Ed, ibid., hal 316.

Mustopadidjaja, AR. 2003. Manajemen Proses Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi Dan Evaluasi Kinerja, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta: Duta Pertiwi Foundation.

Rawls, Jhon.2006. A Theory of Justice, London: Oxford University press, 1973, yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---.2005. A Theory of Justice, Massachusetts: Harvard Univerity Press, Rusuanto , Bur Keadilan Sosisl : Pandangan deontologi Rawls dan Hebermas, sabine, George H.

Teori politik I, Bina Cipta. Jakarta 1977, judul Asli. A History of Politicall Theory , terjemahan Hadiarmodjo, scholten, paul struktur ilmu hukum. Bandung: PT Alumni. ---.1972 . “A Theori of Justice, USA, Clarendon Press.

Saith, A. 1989. Location, linkage and leakage: Malaysian Rural Industrialization in national perspective. The Hague, ISS working paper No. 56.

Sarbini, Sumawinata. 2004. Politik Ekonomi Kerakyatan. Gramedia. Jakarta.

[Social Exclusion Unit] . 1997. Social Exclusion Unit: Purpose, work priorities and working methods, London: The Stationery Office

Soetrisno, Loekman. 1989. Masalah dan prospek PIR-BUN. Prisma XXVIII (4); pp. 65-72. Soesastro . Hadi. 2007, "Microeconomic Policy Reform : Strategy for Regional Cooperation,"

EABER Working Papers 21856, East Asian Bureau of Economic Research.

[UU No. 5 Tahun 1960] Undang-undang tentang Peraturan dasar pokok pokok agraria LN tahun 1960 No 104, TLN No. 204

Diplomasi Maritim Indonesia dalam Kerangka Politik Luar Negeri