• Tidak ada hasil yang ditemukan

Direksi sebagai Organ Pengurus dalam Perseroan Terbatas 39

BAB II EKSISTENSI/KEBERADAAN DIREKSI NOMINEE

A. Direksi sebagai Organ Pengurus dalam Perseroan Terbatas 39

Direksi atau disebut juga sebagai pengurus perseroan adalah alat perlengkapan Perseroan yang melakukan semua kegiatan Perseroan dan karenanya bertindak mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dengan demikian, ruang lingkup tugas direksi adalah mengurus Perseroan.106 Direksi adalah organ perseroan yang mewakili kepentingan perseroan sebagai subyek hukum yang mandiri.107 Tugas dan tanggung jawab Direksi serta wewenangnya ditetapkan oleh undang-undang. Dengan demikian, keberadaan Direksi dalam suatu Perseroan juga diatur berdasarkan undang-undang.108

Kepengurusan suatu perusahaan dilakukan oleh jajaran Direktur atau Dewan Direksi yang pada umumnya dipimpin oleh Direktur Utama. Dengan demikian, Direksi mempunyai tugas dan wewenang ganda, yakni melaksanakan pengurusan dan

106 Agus Budiarto, Op. cit., hlm. 63. Lihat Achmad Ichsan, Op. cit., hlm. 386, dikatakan, “Pengertian “pengurusan” di sini meliputi tugas pengadministrasian dan pemeliharaan harta kekayaan Perseroan termasuk memperbesar dan memperkecil modal Perseroan dalam batas-batas tertentu guna membantu kelancaran jalannya Perseroan, juga pendaftaran di kantor kepaniteraan pengadilan negeri serta pengumuman di Berita Negara dan tindakan administrasi lain yang harus dilakukan menurut perundang-undangan Perseroan.”

107 Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pedoman Pasal 26 tentang Pedoman Jabatan Rangkap, Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia, tth, hlm. 8.

108Raffles,Op. cit., hlm. 68, sebagaimana dikutip dari I.G Rai Widjaya,Hukum Perusahaan: UU dan Peraturan Pelaksana di Bidang Usaha(Jakarta: Megapoint, 2000).

menjalankan perwakilan perseroan.109 Dalam hal ini, Direktur Utama atau Presiden Direktur atau nama lain, berikut seluruh jajaran anggota Direksi lainnya adalah memiliki kedudukan yang sama.110

Mengenai jumlah anggota Direksi Perseroan, UUPT hanya mencantumkan batasan bahwa anggota Direksi adalah sekurang-kurangnya 1 (satu) orang. Sedangkan untuk penambahan sampai berapapun jumlahnya adalah diserahkan kepada Perseroan masing-masing. Hal ini adalah sebagaimana diatur di dalam Pasal 92 ayat (3) UUPT 2007, bahwa Direksi Perseroan terdiri atas 1 (satu) orang anggota Direksi atau lebih.

Pengecualian terhadap jumlah anggota Direksi yang dapat terdiri atas 1 (satu) orang tersebut adalah sebagaimana diatur di dalam ketentuan Pasal 92 ayat (4) UUPT, yakni, “Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi.” Dengan demikian, untuk bidang usaha tertentu, Perseroan wajib memiliki Direksi lebih dari 1 (satu) orang, yang akan bertanggung jawab secara kolegial di dalam pengurusan Perseroan.

109Ibid. Lebih lanjut dikatakan, “Kewenangan pengurusan Direksi mencakup semua perbuatan hukum yang berkaitan dengan maksud dan tujuan Perseroan sebagaimana dimuat dalam Anggaran Dasarnya. Kewenangan pengurusan tersebut tidak hanya terbatas pada memimpin dan menjalankan kegiatan rutin sehari-hari, namun termasuk kewenangan untuk mengambil inisiatif dan membuat rencana masa depan Perseroan dalam rangka mewujudkan maksud dan tujuan Perseroan.”

110Try Widiyono, (II),Op. cit., hlm. 44. Lebih lanjut dikatakan, “Seorang Direktur Utama atau Presiden Direktur atau nama lain untuk itu mempunyai kedudukan yang sejajar. Akan tetapi, kemudian perbedaan diantara masing-masing anggota Direksi itu hanya berkaitan dengan pembagian tugas dan wewenang, baik berdasarkan RUPS, anggaran dasar atau menurut keputusan Direksi yang bersangkutan. Tegasnya, Direksi itu bersifat kolegial.”

It is clear that a Director has a tremendous responsibility for a Company’s success in achieving its objectives. Therefore, in appointing a Director, the shareholders must carefully pay attention to the capability and integrity of the nominee Director.111 (Adalah merupakan hal yang sangat jelas bahwa Direksi memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap keberhasilan sebuah Perseroan untuk mencapai maksud tujuannya. Oleh karenanya, dalam penunjukan seseorang sebagai anggota Direksi, para pemegang saham haruslah sangat berhati-hati dalam melakukan penilaian terhadap kemampuan dan integritas yang ada pada diri seorang calon Direktur.) Mengenai hal ini erat kaitannya dengan pemberlakuan terhadap ketentuan dari Pasal 1367 ayat 1 dan ayat 3 KUH Perdata112terhadap anggota direksi yang ditunjuk oleh para pemegang saham tersebut. Dalam hal demikian, para pemegang saham dapat saja dimintakan pertanggungjawaban atas tindakan atau perbuatan hukum yang dilakukan oleh Direktur (khususnya adalah DirekturNominee) yang ditempatkannya dalam jajaran Dewan Direksi.

111 Retno Wulandari, “Director’s Responsibilities in a Limited Liability Company”, (FW&P, Januari-April 2010), hlm. 26, dapat diakses di http://franswinarta.com/Article-Director's_Responsibilities_in_a_Limited_Liability_Company.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 1 November 2012.

112 Ibid., hlm. 103. Ketentuan dalam Pasal 1367 KUH Perdata lebih jelas dijabarkan dalam ayat-ayat berikut, sebagai berikut:

(1) Seseorang tidak hanya bertanggung jawab, atas kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.

(2) Orangtua dan wali bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh anak-anak yang belum dewasa, yang tinggal pada mereka dan terhadap siapa mereka melakukan kekuasaan orangtua atau wali. Majikan dan orang yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusan urusan mereka, bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh pelayan atau bawahan mereka dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepada orang-orang itu.

(3) Guru sekolah atau kepala tukang bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh murid-muridnya atau tukang-tukangnya selama waktu orang-orang itu berada di bawah pengawasannya. (4) Tanggung jawab yang disebutkan di atas berakhir, jika orangtua, guru sekolah atau kepala tukang

itu membuktikan bahwa mereka masing-masing tidak dapat mencegah perbuatan itu atas mana meneka seharusnya bertanggung jawab.

Adapun beberapa persyaratan yang harus dan selayaknya dimiliki oleh seorang individu untuk dapat diangkat menjadi anggota Direksi, dengan mengacu pada ketentuan di dalam Pasal 93 UUPT, yakni sebagai berikut:113

(1) Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah:

a. dinyatakan pailit;

b. menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit; atau

c. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.

(2) Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(3) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibuktikan dengan surat yang disimpan oleh Perseroan.

Persyaratan tentang kemampuan melaksanakan perbuatan hukum, tidak cukup hanya orang yang sudah dewasa dan cakap melakukan transaksi, melainkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya orang yang bersangkutan mampu

113

Bandingkan dengan Mary Fulton,Op. cit., hlm. 7, dikatakan, “Almost every individual is eligible to become a director of a company as there are no specific professional qualifications required of a director. There are certain exemptions to the general rule, as certain individuals are prohibited from holding office. Some examples are:

a. Undischarged bankrupts are prohibited from holding the office of director.

b. In certain circumstances of fraud or mismanagement a director may be disqualified or restricted from holding office.

c. A corporate body is not permitted to be a director. Accordingly, a limited company cannot itself be a director of another company.

d. The auditor of a company is prohibited from acting as a director of that company.

(Hampir setiap individu memiliki kemampuan dan layak untuk menjadi seorang direktur dari sebuah perusahaan dikarenakan tiadanya suatu kualifikasi professional tertentu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang direktur. Pengecualian tertentu sebagaimana dalam praktik serta ketentuan umum yang lazim, dimana terhadap beberapa indiviu tertentu adalah dilarang untuk menduduki jabatan tersebut. Sebagai contoh adalah:

a. Seorang yang pailit/bangkrut dilarang untuk menduduki jabatan sebagai direktur suatu perusahaan.

b. Dalam hal tertentu terkait dengan penggelapan atau kelalaian manajemen, seorang direktur dimungkinkan untuk diberhentikan atau dikeluarkan dari jabatannya.

c. Sebuah badan hukum perseroan tidak diperbolehkan untuk menjadi seorang direktur. Berdasarkan hal tersebut, sebuah perseroan terbatas tidak dapat menjadi seorang direktur untuk perseroan terbatas lainnya.

d. Auditor dari perusahaan yang bersangkutan dilarang untuk bertindak selaku direktur dari perusahaan tersebut.)”

mengelola perseroan. Selain itu juga karakter atau watak seseorang sangat mempengaruhi dalam kepengurusan perseroan.114

Mengenai syarat tidak pernah dinyatakan pailit, ini dalam hubungannya dengan tingkat kepercayaan seseorang. Orang yang pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan, itu karena yang bersangkutan dalam keadaan tidak mampu (berhenti) membayar utang-utangnya. Sesuai dengan ketentuan di dalam Undang-Undang Kepailitan dengan adanya putusan pailit, si pailit tidak berhak lagi melakukan pengurusan terhadap harta bendanya.115

Pada perusahaan … badan hukum, pemimpin perusahaan (bedrief leider,

manager) adalah orang yang diberi kuasa oleh pengusaha untuk menjalankan perusahaan atas nama pengusaha. Dia menggantikan pengusaha dalam segala hal mengenai pengelolaan perusahaan. Pemimpin perusahaan berfungsi sebagai wakil pengusaha dan berkuasa dalam segala hal yang berkenaan dengan pengelolaan perusahaan yang dipimpinnya. Pemimpin perusahaan adalah pemegang kuasa tertinggi dalam menjalankan perusahaan. … Pada perusahaan besar, pemimpin perusahaan berbentuk dewan pimpinan yang disebut direksi …116

Kewenangan Direksi untuk melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama perseroan bukan dan tidak hanya terbatas pada perbuatan hukum yang secara tegas disebut dalam maksud dan tujuan perseroan. Kewenangan Direksi juga meliputi perbuatan-perbuatan sekunder yakni perbuatan-perbuatan yang menurut kebiasaan, kewajaran dan kepatutan dapat disimpulkan adalah berhubungan dengan maksud dan tujuan perseroan, meskipun perbuatan-perbuatan tersebut tidak secara tegas disebutkan dalam maksud dan tujuan perseroan.117

Selain dari persyaratan tidak pailit secara pribadi, bagi seorang Direktur suatu perseroan disyaratkan pula bahwa yang bersangkutan tidak pernah dinyatakan bersalah oleh pengadilan, yang karena kesalahannya menyebabkan suatu Perseroan

114 Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas yang Baru, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1996), (I), hlm. 74.

115Ibid.

116Abdulkadir Muhammad,Op. cit., hlm. 26.

menjadi pailit.118 Kalau ada anggota Direksi yang pernah diperkarakan atau diputuskan dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, dipandang reputasinya tidak baik dalam mengelola suatu perseroan. Orang tersebut dinilai tidak mampu mengurus perseroan, sehingga perseroan menjadi jatuh dan tidak mampu membayar utang.119

Di kalangan orang yang bergerak di bidang bisnis, kalau ada orang yang pernah dinyatakan pailit, biasanya orang tersebut kurang dipercaya lagi, karena utang yang tidak mampu dibayar sangat mengecewakan terutama terhadap para kreditur. Apabila yang bersangkutan mencari kredit, melakukan pembelian barang tidak kontan atau sebagai penjamin utang (borgtocht) dipandang meragukan atau kurang dipercaya. Orang yang demikian jika diangkat sebagai Direksi dikhawatirkan akan menghadapi kendala dalam melakukan hubungan ke luar.120

Anggota Direksi yang dalam menjalankan tugasnya memiliki cacat yang mengakibatkan kerugian perseroan sebagaimana dimaksud, jelas tidak tepat untuk diangkat menjadi Direksi, baik dalam perseroan yang sama maupun perseroan lain, karena diragukan kemampuannya dalam mengurus perseroan.121

Mengenai syarat tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara selama lima tahun sebelum pengangkatan.122 Bahwa tindak pidana yang merugikan keuangan negara misalnya kejahatan korupsi maupun penggelapan. Kejahatan ini tidak selalu pelakunya dari pegawai negeri sipil. Orang yang bukan pegawai negeri sipil juga dapat dipidana dengan kejahatan tersebut. Contohnya dalam kasus Golden Key Group salah satu pelakunya Eddy Tansil dipidana karena kejahatan korupsi. Dia bukan pegawai negeri sipil melainkan pegawai swasta. Kemudian dalam syarat ini hukumannya lima tahun, hukuman yang demikian dapat menggambarkan bahwa kesalahan

118Munir Fuady,Hukum Perusahaan (Dalam Paradigma Hukum Bisnis), (Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 1999), (I), hlm. 81.

119Gatot Supramono, (I),Op. cit., hlm. 75

120Ibid.

121Ibid.

122 Lihat Munir Fuady, (I), Op. cit., hlm. 82, dikatakan, “Kecuali yang bersangkutan telah melampaui 5 (lima) tahun atau telah selesai menjalani hukumannya tersebut.”

pelakunya cukup berat. Orang yang pernah dihukum karena kejahatan menyebabkan kerugian keuangan negara dapat menjadi catatan hitam bagi dunia usaha. Mantan terpidana tidak dapat diangkat menjadi anggota Direksi, karena dikhawatirkan akan merugikan perseroan dan merugikan negara pula.123 Oleh karena itu, yang layak diangkat menjadi anggota Direksi (reasonable director) adalah orang yang tidak diragukan kehati-hatiannya. … untuk mengukur patokan atau standar reasonable director … yang umum dipegang, anggota Direktur tersebut, mampu memperlihatkan tingkat kehati-hatian yang wajar atau yang layak bagi seorang sesuai dengan pengalaman dan kualifikasinya sebagai seorang Direktur.124

Pengangkatan anggota Direksi hanya untuk batas waktu tertentu, tidak selama berdirinya Perseroan.125Direksi adalah sebuah jabatan yang tidak bersifat permanen. Ada masa untuk mulai menjabat dan ada pula masa untuk mengakhirinya.126

Dalam kedudukannya sebagai pengurus perseroan, Direksi mempunyai tugas untuk mewakili perseroan. Apabila Direksi terdiri dari lebih dari satu orang, maka yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota Direksi. Walaupun demikian, apabila dalam anggaran dasar telah ditentukan Direktur Utama saja yang berhak mewakili perseroan, maka anggota Direksi lainnya tidak dapat mewakili. Anggota Direksi lainnya baru dapat mewakili jika Direktur Utama memberikan kuasa kepadanya.127

123

Gatot Supramono, (I),Op. cit., hlm. 75-76.

124

M. Yahya Harahap, (I),Op. cit., hlm. 379.

125Gatot Supramono, (I), Op. cit. hlm. 77. Menurut ketentuan Pasal 94 ayat (5) jo. ayat (6) UUPT, dikatakan, ”Saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Direksi adalah ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantian dan pemberhentian tersebut. Apabila tidak ditetapkan, maka dianggap mulai berlaku terhitung sejak ditutupnya RUPS mengenai pengangkatan, penggantian dan pemberhentian tersebut.” Bandingkan dengan Mary Fulton, Op. cit., hlm. 10, dikatakan, Appointment as a director cannot be made effective without sending the notice of appointments which must contain the signature of the appointee signifying consent to the appointment.” Lihat juga Stephen W. Mayson, Derek French & Christopher L. Ryan,Company Law: 2001-2002 Edition, (United Kingdom: Blackstone Press Limited, 2001), (I), hlm. 462, dikatakan, “A director of a company is entitled to relinquish the office at any time by giving notice to the company. The director’s resignation is effected by the notice and does not depend on acceptance of the resignation by the company because the company cannot refuse acceptance. However, once notice has been given it cannot be withdrawn except by the agreement with the company.”

126 Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007), (Jakarta: Permata Aksara, 2012), hlm. 82.

127 Gatot Supramono, (I), loc. cit. Hal ini tentunya menjadi sedikit berbeda dalam praktik lazim keseharian, dimana di dalam Anggaran Dasar suatu PT umum dicantumkan klausula yang memberikan kewenangan kepada anggota Direksi lain untuk bertindak mewakili kepentingan Perseroan dengan ketidakhadiran Direktur Utama, tanpa diperlukannya suatu pembuktian oleh dan terhadap pihak ketiga. Adapun alasan utamanya adalah agar Perseroan tetap dapat berjalan dan

Anggota Direksi diangkat oleh RUPS untuk mengurus perseroan. Dalam tugasnya mengurus perseroan diwajibkan dengan itikad baik128 dan penuh tanggung jawab. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan.129

Dari ukuran manajemen dapat dilihat apabila perusahaan tidak dapat mencapai tujuannya, maka dapat dikatakan bahwa kepengurusan perusahaan tidak dijalankan dengan baik. Apabila ukuran ini benar-benar diterapkan pada perseroan, maka direksi akan dituntut untuk benar-benar professional.130

Tentang kepentingan siapa yang harus dititikberatkan, menurut Schilfgaarde, dalam hal berbicara tentang “kepentingan” dalam PT, sebenarnya banyak kepentingan yang harus diperhatikan. Selain kepentingan pemegang saham dan “kepentingan perseroan sendiri” (yang dinamakannya “het vennootschap belang”) masih ada lagi kepentingan lain yang patut diperhatikan, seperti kepentingan para karyawan, kepentingan pihak ketiga dan kepentingan nasional.131

kepentingan Perseroan tidak menjadi terbengkalai apabila harus sampai menunggu kehadiran Direktur Utama.

128Ibid., hlm. 80. Lihat juga Detlev F. Vagts,Basic Corporation Law: Materials-Cases-Text, (New York: The Foundation Press, Inc., 1989), hlm. 211, dikatakan, “A director or officer has a duty to his corporation to perform his functions in good faith, in a manner that he reasonably believes to be in the best interests of the corporation … and with the care that an ordinarily prudent person would reasonably be expected to exercise in a like position and under similar circumstances. (Seorang direktur atau pejabat perseroan memiliki tugas terhadap perseroan yang dipimpinnya untuk menjalankan fungsi wewenangnya dengan itikad baik, dalam suatu tata cara yang diyakini olehnya adalah demi kepentingan terbaik daripada perseroan … dan dengan kehati-hatian bahwa seseorang yang memiliki prudent yang murni secara lazim akan bertindak sebagaimana pada kedudukan dan keadaan yang sama.”

129Binoto Nadapdap,Op. cit., hlm. 85.

130 Agus Budiarto, Op. cit., hlm. 72-73. Lihat juga Detlev F. Vagts, Op. cit., hlm. 224, dikatakan, “One of the foremost functions of the board is to protect the corporation from abuse by self-interested members of management. (Salah satu fungsi yang paling diutamakan dari dewan direksi adalah untuk melindungi Perseroan dari tindakan merugikan yang dilakukan oleh unsur manajemen demi kepentingan pribadinya.)”

Prinsip Direksi sebagai pemegang amanah (trustee) karena sumber kewenangan Direksi berasal dari ‘trust’ atau ’fiducia’, tetapi amanah yang diemban adalah amanah Perseroan bukan amanah dari pemegang saham … Atas dasar pemikiran tersebut, maka Direksi di dalam menjalankan tugasnya mengurus Perseroan tidak boleh menerima manfaat terhadap dirinya sendiri, ini berarti kepentingan Perseroan harus didahulukan.132

Dalam pengelolaan Perseroan, tidak tertutup kemungkinan Direksi akan menghadapi kepentingan yang berbeda, dimana kadangkala Direksi akan dihadapkan pada konflik kepentingan, baik antara diri pribadi Direksi dengan Perseroan, atau antara Perseroan dengan pihak ketiga (umumnya pemegang saham). Dalam kaitan dengan penelitian ini, perbedaan kepentingan yang mungkin terjadi misalkan seandainya terjadi pertentangan atau benturan kepentingan diantara kepentingan pemegang saham dengan kepentingan Perseroan. Dalam hal ini, Direksi cenderung akan dihadapkan pada suatu dilema perihal kepentingan siapa yang didahulukan.

Mengenai benturan kepentingan ini dapat ditinjau dari ketentuan di dalam UUPT, bahwa apabila terjadi benturan kepentingan (conflict of interest) pada diri Direksi, khususnya mengacu pada Pasal 99 UUPT133, anggota Direksi tersebut menjadi tidak berhak dan tidak berwenang untuk mewakili Perseroan.

132

Try Widiyono, (II),Op. cit., hlm. 90.

133Lihat ketentuan Pasal 99 UUPT, dikatakan:

(1) Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perseroan apabila:

a. terjadi perkara di pengadilan antara Perseroan dengan anggota Direksi yang bersangkutan; atau b. anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan. (2) Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang berhak mewakili

Perseroan adalah:

a. anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan; b. Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan

Perseroan; atau

c. pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan.

Dengan demikian, kewenangan untuk mewakili Perseroan, yang sifatnya mutlak dan melekat pada Direksi, dapat menjadi terbatas dikarenakan adanyaconflict of interest tersebut. Alasan utama yang dapat dipertimbangkan adalah tidak lain karena Direksi mewakili Perseroan itu dalam kapasitas untuk dan atas nama (for and on behalf) Perseroan, bukan atas nama pribadi atau pihak tertentu selain daripada Perseroan (as the representative of the company).

B. DireksiNomineedalam Perseroan Terbatas

Mendahului kajian terhadap keberadaan Direksi Nominee dalam suatu Perseroan, maka kiranya adalah lebih tepat apabila ditinjau dahulu pengertian dasar yang sebenarnya terkandung dan menjadi fokus penelitian di dalam istilah “Direksi

Nominee” itu, yakni pemahaman tentangNominee.

Apabila ditinjau pengertian dan konsep yang terdapat di dalam UUPT, tentunya tidak akan dijumpai adanya istilah atau redaksi “Nominee.” Namun sebagai referensi, menurutFinancial Action Task Force(FATF) –Groupe d’action financière

(GAFI), “Nominee is the person, corporation, or beneficiary who has been appointed or designated to act for another(e.g. a Nominee Director is a director nominated by another director to act in his or her place).134Sedangkan pengertianNomineedengan merujuk kepadaBlack’s Law Dictionary, dapat diuraikan sebagai berikut:

134 Financial Action Task Force-Groupe d’action financière, “The Misuse of Corporate Vehicles, Including Trust and Company Service Providers”, (France: FATF/OECD, 13 Oktober 2006), hlm. 24, dapat diakses di http://www.fatf-gafi.org/media/fatf/documents/reports/Misuse%20of%20Corporate%20Vehicles%20including%20Tru sts%20and%20Company%20Services%20Providers.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 23 Oktober 2012.

1. A person who proposed for an office, membership, award or like title, or status. An individual seeking nomination, election or appointment is a candidate. A candidate for election becomes a nominee after being formally nominated. 2. A person designated to act in place of another usually in a very limited way. 3. A party who holds bare legal title for the benefit of others or who receives and distributes funds for the benefit of others.135

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Nominee

adalah seseorang yang ditunjuk untuk mewakili kepentingan pihak lain dalam rangka melakukan suatu perbuatan hukum tertentu yang terbatas sifatnya, demi keuntungan pihak yang diwakilinya tersebut, atau dapat disebabkan pertimbangan atas alasan lainnya.

Sedangkan untuk pengertian Direksi Nominee atau Direktur Nominee sendiri

Dokumen terkait