• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad modern menempatkan korporasi1 sebagai mesin kemajuan dunia. Kelahiran korporasi, mulai dari ukuran besar, menengah sampai yang kecil, menjadikan perputaran konsumsi dan produksi barang dan jasa semakin cepat, dan jaminan akan terpenuhinya kebutuhan manusia pun akan semakin besar.2 Secara keseluruhan, telah terjadi akumulasi kekayaan dan modal, mobilisasi baik sumber daya manusia maupun sumber daya usaha yang semuanya itu menghasilkan perputaran bisnis yang semakin besar dari waktu ke waktu.3

Perkembangan korporasi itu dapat pula diamati sejak pembangunan Indonesia digalakkan pada sekitar tahun 1967, dimana semenjak itulah pertumbuhan dan pertambahan badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas tampak mengalami peningkatan dalam jumlahnya.4 Bentuk Perseroan Terbatas merupakan yang banyak digunakan dalam berbagai usaha dan sangat memberikan pengaruh terhadap

1

Lihat Neni Sri Imaniyati, Hukum Bisnis, Telaah tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 190, sebagaimana dikutip dari Muladi dan Dwidja Priyatno,

Pertanggungjawaban Korporasi dalam Pidana, (Bandung: Sekolah Tinggi Bandung, 1991), hlm. 13, dikatakan, ”Menurut Wiryono Prodjodikoro, korporasi adalah suatu perkumpulan orang, dalam korporasi biasanya yang mempunyai kepentingan adalah orang-orang manusia yang merupakan anggota dari korporasi itu, anggota-anggota juga mempunyai kekuasaan dalam peraturan korporasi berupa rapat anggota sebagai alat kekuasaan yang tertinggi dalam peraturan korporasi.”

2Freddy Haris dan Teddy Anggoro,Hukum Perseroan Terbatas: Kewajiban Pemberitahuan Oleh Direksi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 3.

3Eddie Supriyadi, “Tanggung Jawab Direksi”, (Themis, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2006), hlm. 36.

4Agus Budiarto,Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas (Edisi Kedua), (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009), hlm. xi.

perkembangan perekonomian nasional.5 Perseroan Terbatas6 adalah bentuk yang paling populer dari semua bentuk usaha bisnis7 dikarenakan ciri karakteristik yang dimilikinya cukup berbeda dari badan usaha dalam bentuk lain, misalnya firma.8

5Try Widiyono,Direksi Perseroan Terbatas (Bank & Persero), (I), (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 2.

6

Lihat I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan (Undang-Undang dan Peraturan Pelaksana Undang-Undang di Bidang Usaha), (Bekasi: Kesaint Blanc, 2005), hlm. 1, dikatakan, “Perseroan Terbatas atau PT merupakan sebutan yang sudah di Indonesiakan yang sebenarnya berasal dari sebutan NV atau Naamloze Vennootschap. Lihat juga C.S.T. Kansil, dkk, Kamus Istilah Aneka Hukum, (Jakarta: Jala Permata, 2010), hlm. 97, dikatakan, “Perseroan adalah bentuk kerja sama untuk menjalankan suatu perusahaan, biasanya dengan mengeluarkan sero (saham).” Lihat juga Sulchan Yasin,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (CV. Putra Karya, tth), hlm. 288, dikatakan, ”Perseroan adalah persekutuan dagang.” Bandingkan dengan Anonim,Oxford Learners Pocket Dictionary, Third Edition, (Oxford: Oxford University Press, 2003), hlm. 250, “Limited company (in Britain) is a company whose owners only have to pay a limited amounts of its debts. (Perusahaan terbatas (dalam pengertian Britain) adalah sebuah perusahaan yang para pemiliknya hanya diwajibkan untuk membayar sejumlah yang terbatas atas hutang perusahaannya.)” Bandingkan dengan P.P.S. Gogna,A Textbook of Company Law, (Ram Nagar, New Delhi: S. Chand & Company Ltd., 2007), hlm. 9, dikatakan, “The term ‘company’ may be defined as a group of persons associated together to achieve some common objective. This, however, is not the legal definition. In legal sense, a company means an association of persons incorporated under the existing law of a country. (Terminologi ‘perusahaan’ dapat dimaksudkan sebagai sekelompok perseorangan yang menghimpun diri bersama untuk mencapai beberapa tujuan yang umum. Ini, bagaimanapun, adalah bukan merupakan definisi hukum. Dalam makna hukum, sebuah perusahaan diartikan dengan sebuah asosiasi orang yang didirikan berdasarkan ketentuan hukum yang ada pada sebuah negara.)”

7Munir Fuady,Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2005), (III), hlm. 35.

8Bandingkan dengan P.P.S. Gogna,Op. cit., hlm. 8, dikatakan, “Nowadays, to start or carry on a business requires huge investments. It may not be possible for a single person to fulfill all his financial requirements. Thus, the persons are generally desirous of carrying on joint business enterprises. To such persons, the law offers a choice between a partnership or a company. … But sometimes, the persons like to start business on large scale requiring huge investments which cannot be financed by the resources of a few persons. In such cases, the formation of a company is the only choice. It may, however, be noted that even for a small-scale business, a company offers a certain privileges as compared to partnership, such as the limited personal liability of the members.(Dewasa ini, untuk memulai atau mendirikan sebuah usaha akan memerlukan investasi yang cukup besar. Adalah merupakan hal yang tidak mungkin bagi seorang pribadi tunggal untuk memenuhi segala bentuk kewajiban finansial. Oleh karenanya, seringkali kemudian orang tersebut bermaksud untuk mendirikan sebuah bisnis yang diusahakan bersama. Untuk hal tersebut, ketentuan hukum yang ada memberikan pilihan diantara sebuah persekutuan atau sebuah perusahaan. … Akan tetapi kadangkala, orang akan lebih suka untuk memulai bisnis dengan skala besar yang memerlukan investasi besar yang tentu tidak akan dapat dibiayai oleh hanya beberapa orang sebagai pendiri. Dalam hal demikian, membentuk sebuah perusahaan menjadi satu-satunya pilihan. Perlu menjadi perhatian, bahkan untuk bisnis skala kecil sekalipun, sebuah perusahaan menawarkan beberapa keistimewaan dibandingkan dengan persekutuan, misalnya menyangkut tentang pertanggungjawaban terbatas atas diri perseorangan.)”

Perseroan Terbatas sebagai badan usaha merupakan badan hukum (rechtspersoon, legal entity). Menurut Riduan Syahrani, suatu Perseroan Terbatas sebagai badan hukum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Adanya harta kekayaan yang terpisah; yaitu bahwa Perseroan mempunyai harta kekayaan yang terpisah dari harta para pemegang sahamnya. Dan didapat dari pemasukan para pemegang saham yang berupa modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor.

2. Mempunyai tujuan tertentu; yaitu tujuan tertentu dari suatu Perseroan dapat diketahui dalam anggaran dasarnya yang memuat sekurang-kurangnya maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Mempunyai kepentingan sendiri; yaitu hak-hak subjektif sebagai akibat dari peristiwa hukum yang dialami yang merupakan kepentingan yang dilindungi hukum dan dapat menuntut serta mempertahankan kepentingannya terhadap pihak ketiga.

4. Ada organisasi yang teratur; yaitu badan hukum mempunyai organisasi yang teratur, demikian pula dengan Perseroan mempunyai anggaran dasar yang terdapat dalam akta pendiriannya yang menandakan adanya organisasi yang teratur.9

Dalam hal demikian, Perseroan Terbatas merupakan subjek hukum yang tidak berbeda dengan orang yang mampu mendukung hak dan kewajibannya10, dan mampu mengembangkan dirinya sebagai institusi yang mempunyai kekayaan tersendiri terlepas dari pengurus dan pemegang sahamnya. Di samping itu juga mampu

9 Freddy Haris dan Teddy Anggoro,Op. cit., hlm. 14-15, sebagaimana dikutip dari Riduan Syahrani,Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung: Penerbit Alumni, 2000), hlm. 61. Lihat juga Neni Sri Imaniyati,Op. cit., hlm. 127-128.

10Lihat M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), (I), hlm. 36, dikatakan, “Badan hukum berbeda dengan manusia perorangan (human being). Kelahiran manusia sebagai badan hukum, melalui proses alamiah (natural birth process). Sebaliknya, Perseroan lahir sebagai badan hukum tercipta melalui proses hukum. Itu sebabnya Perseroan disebut makhluk badan hukum yang berwujud artificial (kumstmatig, artificial) yang dicipta Negara melalui proses hukum.” Bandingkan dengan P.P.S. Gogna, Op. cit. hlm. 9, dikatakan, “It may be noted legally, a company is regarded as a person, which has rights and duties at law. However, it is not a natural person as human beings are. It is only a legal or artificial person, recognized by law. Since, the company is created by law, .., it is known as a legal person, and as it has no body, no soul or conscience, no physical existence except in the eyes of law, it is known as artificial person. Though the company is a legal or artificial person, yet it really exists and is not a fictious person.

mempertahankan hak dan kewajibannya di depan pengadilan sebagaimana subjek hukum orang alamiah (rechtspersoon).11

Perseroan Terbatas yang merupakan badan hukum yang terbentuk dari persekutuan modal,12 didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan pelaksananya.13 Perseroan Terbatas merupakan badan hukum14, yaitu badan hukum “mandiri” (persona standi in judicio) yang memiliki sifat dan ciri yang berbeda dari bentuk usaha yang lain.15Dengan demikian, apabila dibandingkan dengan badan usaha lain, misalnya firma, maka kedudukan Perseroan Terbatas adalah lain sama sekali karena pendiri Perseroan Terbatas dapat mengalihkan tanggung jawab atas perbuatan hukum

11

Lihat Djoko Imbawani Admadjaja, Hukum Dagang Indonesia: Sejarah, Pengertian dan Prinsip-Prinsip Hukum Dagang, (Malang: Setara Press, 2012), hlm. 220-221, dikatakan, “Karakteristik utama dari Perseroan Terbatas adalah merupakan badan hukum (yuridical entity). … Karakteristik selanjutnya adalah bahwa saham perseroan terbatas mudah dialihkan kepemilikannya (shareholders’ ownership of interest are freely transferable). … Karakteristik berikutnya adalah adanya tanggung-jawab terbatas (limited liability).”

12PT merupakan suatu asosiasi yang bercorak khusus sebagai pengumpul modal, yang dalam rangka itulah bersifat mandiri. Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Cetakan Kedua, (Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hlm. 5. Bandingkan dengan Anonim,

Directors’ Responsibilities”, (I), hlm. 1, dapat diakses di

http://www.charlesrussell.co.uk/UserFiles/file/pdf/Mergers%20&%20Acquisitions/Directors_Responsi bilities.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 8 September 2012, dimana dikatakan, “Under the Companies Act 2006 (the “2006 Act”) any company (public or private) is capable of being formed by a single person.”

13 Lihat ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT).

14 Lihat ketentuan Pasal 7 ayat (6) UUPT, dikatakan, “Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan.”

15 Eddie Supriyadi,loc. cit. Lebih lanjut dalam Rudhi Prasetya, Op. cit., hlm. 9, dikatakan, “Yang dimaksudkan dengan kedudukan mandiri PT, adalah bahwa PT dalam hukum dipandang berdiri sendiri (otonom) terlepas dari orang perorangan yang berada dalam PT tersebut.”

yang dilakukannya kepada Perseroan dan karenanya sekutu (pemegang saham) tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap perikatan yang dibuat oleh Perseroan.16

Sebagaimana lazim diketahui, bahwa Perseroan Terbatas sebagai badan hukum tentunya tidak dapat berjalan dengan sendirinya tanpa digerakkan oleh organ di dalam Perseroan Terbatas itu sendiri.17Jika dikaji lebih dalam, Perseroan Terbatas sebagai legal personality atau sebagai separatis legal entity hanya merupakan personifikasi.18 Layaknya tubuh manusia yang dilengkapi organ-organ dengan fungsi biologisnya masing-masing untuk membantu bertahan hidup, Perseroan juga memerlukan organ untuk menggerakkan ‘roda’ Perseroan sehari-hari. Organ-organ inilah yang kemudian akan saling berkoordinasi untuk membuat Perseroan tetap berjalan dansurvive.19

Ketentuan yang mengatur tentang organ Perseroan sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disingkat UUPT), khususnya Bab I mengenai Ketentuan Umum pada Pasal 1 angka 2 yang menyebutkan bahwa Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi. Dalam rangka mencapai

16

Agus Budiarto,Op. cit., hlm. 2.

17Lihat Stephen Griffin,Company Law: Fundamental Principles, (United Kingdom: Pearson Education Limited, 2000), hlm. 1, dikatakan, “A company may be perceived as an artificial entity in the sense that it is but a vehicle, occupied and controlled by its management and membership for the purpose of pursuing business goals. The human constituents of the company will ultimately determine the route which is to be taken by the corporate enterprise. (Sebuah perusahaan dapat dimaksudkan sebagai sebuah entitas semu sebagaimana adanya dengan makna sebuah sarana, yang difungsikan dan dikendalikan oleh manajemen dan anggotanya untuk maksud mencapai tujuan bisnis. Segenap konstituen manusia daripada perusahaan tersebut yang akan menentukan arah dan langkah apa yang akan diambil oleh perusahaan berbadan hukum tersebut.)”

18Try Widiyono, (I),Op. cit., hlm. 7.

19 Orinton Purba,Petunjuk Praktis bagi RUPS, Komisaris dan Direksi Perseroan Terbatas agar Terhindar dari Jerat Hukum, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2011), hlm. 26.

kesuksesan dalam menjalankan sebuah Perseroan, ketiga organ tersebut selayaknya saling bahu-membahu dalam melaksanakan tanggung jawabnya masing-masing, baik di skala pembuatan kebijakan, pengawasan maupun pelaksanaan.20

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ Perseroan yang memiliki kedudukan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam Perseroan.21Organ lain yang kedudukannya tidak kalah penting dalam Perseroan, yakni Komisaris (beberapa pihak biasa menyebutnya dengan istilah Dewan Komisaris)22, yang umumnya memiliki fungsi dan bertugas untuk mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam mengurus Perseroan serta memberikan nasihat-nasihat kepada Direksi.23

Pelaksanaan pengurusan sehari-hari dijalankan oleh suatu organ dan merupakan satu-satunya organ yang memiliki fungsi pengurusan dalam Perseroan sebagaimana kewenangannya diberikan oleh UUPT dan lebih lanjut dituangkan dalam Anggaran Dasar Perseroan, yang dikenal dengan sebutan Direksi.24 Keberadaan Direksi dalam Perseroan ibarat nyawa bagi Perseroan. Tidak mungkin

20Ibid.

21 Pasal 1 butir 4 UUPT menyatakan, “Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut dengan RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau Anggaran Dasar.”

22 Lihat Agus Budiarto, Op. cit., hlm. 74, dikatakan, “Sebagai organ PT, komisaris lazim disebut juga dewan komisaris, sedangkan sebagai orang perseorangan disebut anggota komisaris. … Komisaris jika lebih dari satu orang maka mereka merupakan majelis yang tidak dapat bertindak sendiri-sendiri … bersifat kolegial.” Bandingkan dengan Sutan Remy Sjahdeini, “Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Direksi & Komisaris BUMN Persero”, dapat diakses di

http:sremys.com/artikel/Tugas,Wewenang,%20Dan%20Tanggung%20Jawab%20Direksi%20&%20Ko misaris%20BUMN%20Persero.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 25 Juli 2012, hlm. 7, dikatakan, “UU BUMN menggunakan istilah Komisaris, bukan Dewan Komisaris. Padahal terhadap BUMN Persero berlaku UUPT, sehingga … digunakan istilah Dewan Komisaris.”

23Lihat lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 108 UUPT.

suatu Perseroan dapat berjalan tanpa adanya Direksi. Sebaliknya, tidak mungkin ada Direksi tanpa adanya Perseroan. Oleh karena itu, keberadaan Direksi bagi Perseroan sangatlah penting.25 Keberadaan Direksi adalah untuk mengurus Perseroan sesuai maksud dan tujuannya suatu Perseroan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Dengan demikian, keberadaan Direksi sangat dibutuhkan oleh Perseroan.26

Para pemegang saham melimpahkan wewenangnya kepada Direksi untuk menjalankan dan mengembangkan perusahaan sesuai dengan tujuan dan bidang usaha Perseroan.27 Kaitannya dengan tugas tersebut, Direksi berwenang untuk mewakili Perseroan, mengadakan perjanjian dan sebagainya. Dalam hal perusahaan tidak mampu mencapai tujuannya, maka dapat dikatakan bahwa kepengurusan Perseroan tidak dijalankan dengan baik.28

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5 UUPT, disebutkan bahwa Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan

25Try Widiyono, (I),loc. cit.

26Ibid., hlm. 8.

27 Lihat Stephen Griffin, Op. cit., hlm. 225, dikatakan, “Shareholders, who are entitled to attend and vote at general meetings, are responsible for the appointment of company directors. Unless a company’s article provide otherwise, a director will be appointed by the passing of an ordinary resolution. (Para Pemegang Saham, yang diberikan wewenang untuk menghadiri dan mengeluarkan suara pada setiap rapat umum, adalah bertanggung jawab terhadap setiap penunjukan/pengangkatan direksi dari perusahaan. Kecuali dalam hal anggaran dasar mengatur ketentuan yang berbeda, seorang direktur dapat ditunjuk/diangkat berdasarkan suatu keputusan yang seumumnya.)”

sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.29 Kedudukan Direksi dalam Perseroan adalah sebagai eksekutif, dimana tindakan-tindakannya dibatasi oleh Anggaran Dasar Perseroan.30

UUPT telah memberikan rambu pedoman mengenai tanggung jawab Direksi dalam pengurusan Perseroan, yakni sebagai berikut:

(1) Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1).

(2) Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. (3) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas

kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi.

(5) Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan:

a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya

kerugian tersebut.

(6) Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan.

29Nindyo Pramono,Tanggung Jawab dan Kewajiban Pengurus PT (Bank) Menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, (Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Vol. 5 No. 3, Desember 2007), hlm. 15. Lihat Pasal 1 angka 5 UUPT.

(7) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak mengurangi hak anggota Direksi lain dan/atau anggota Dewan Komisaris untuk mengajukan gugatan atas nama Perseroan.31

Direksi merupakan organ Perseroan yang bertugas dan bertanggung jawab penuh untuk menjalankan pengurusan Perseroan, sebagaimana kewenangan tersebut diberikan kepadanya dan secara tegas telah dicantumkan di dalam UUPT, sebagai berikut:

(1) Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. (2) Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang

berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar.

(3) Kewenangan Direksi untuk mewakili Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini, anggaran dasar, atau keputusan RUPS.

(4) Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar Perseroan.32

Dalam hal demikian, UUPT dengan jelas telah memberikan suatu ketentuan atau pedoman bahwa Direksi bertanggung jawab penuh33atas pengurusan sehari-hari dalam Perseroan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan

31Pasal 97 UUPT.

32

Pasal 98 UUPT.

33Lihat M. Yahya Harahap, (I),Op. cit., hlm. 378, dikatakan, “Menurut Penjelasan Pasal 97 ayat (2) UUPT, yang dimaksud dengan “penuh tanggung jawab” adalah memperhatikan Perseroan dengan “saksama” dan “tekun”.” Lihat juga Try Widiyono,Direksi Perseroan Terbatas: Keberadaan, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2008), (II), hlm. 51, dikatakan, “Jika suatu perbuatan hukum tertentu yang dilakukan direksi harus mendapat persetujuan atau bantuan dari komisaris dan/atau RUPS, maka tidak berarti komisaris dan/atau RUPS tersebut menjadi ikut bertanggung jawab dalam perbuatan hukum tersebut, tanggung jawab itu tetap ada pada direksi perseroan, sebagai pengurus perseroan. Demikian sebaliknya, jika suatu tindakan hukum direksi yang harus mendapatkan persetujuan atau bantuan dari komisaris dan/ataupun RUPS dan jika persetujuan tersebut belum diperoleh dan selanjutnya direksi tetap melakukan tindakan hukum tertentu tersebut, maka atas tindakan hukum direksi tersebut sah dan mengikat perseroan serta pihak ketiga lainnya.”

baik di dalam maupun di luar pengadilan.34 Dengan kata lain, Direksi merupakan personifikasi dari Perseroan itu sendiri.35Menurut P.P.S Gogna, yang mengemukakan sebagai berikut:

The directors manage and control the overall affairs of the company. They generally confine themselves to the general business policies and overall supervision of the management of the company. The day to day working of the company is left to the other managerial personnel.”36 (Direksi mengelola dan mengendalikan segala perihal yang menyangkut tentang Perseroan. Mereka cenderung membatasi diri hanya terhadap hal-hal yang menyangkut kebijakan umum perusahaan dan fungsi pengawasan secara umum diantara manajemen

Perseroan. Pengurusan keseharian dari Perseroan akan diserahkan

kewenangannya kepada personil tertentu di dalam jajaran manajemen.)

Kedudukan Direksi dalam sebuah Perseroan/PT bisa dikatakan cukup strategis.37 Direksi adalah organ PT yang berwenang dan bertanggung jawab penuh38 atas pengurusan PT untuk kepentingan PT, sesuai dengan maksud dan tujuan PT serta mewakili PT, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan di dalam Anggaran Dasar daripada PT dimana Direksi tersebut

34Lihat Agus Budiarto, Op. cit., hlm. 63, dikatakan, “Mengenai apa yang dimaksud dengan pengurusan sehari-hari lebih lanjut tidak ada penjelasan yang diberikan secara resmi. Oleh karena itu, harus dilihat dalam anggaran dasar tentang apa yang termasuk dalam pengurusan sehari-hari itu, walaupun tidak mungkin disebut secara detail dalam anggaran dasar tersebut. Mengurus Perseroan adalah semata-mata adalah tugas direksi yang tidak dapat dicampuri langsung oleh organ lain. Selain itu, di dalam mengurus Perseroan direksi harus selalu berorientasi pada kepentingan dan tujuan Perseroan.”

35Orinton Purba,Op. cit., hlm. 31.

36P.P.S Gogna,Op. cit., hlm. 243.

37Orinton Purba,Op. cit., hlm. 66.

38 Lihat M. Yahya Harahap, (I), Op. cit., hlm. 384, dikatakan, “Jika anggota Direksi lalai melaksanakan kewajibannya atau melanggar apa yang dilarang atas pengurusan Perseroan, dan kelalaian atau pelanggaran itu menimbulkan kerugian terhadap Perseroan, maka anggota Direksi itu bertanggung jawab secara pribadi (persoonlijk aansprakelijk, personally liable) atas kerugian Perseroan tersebut.”

menjabat.39 Direksi PT mewakili PT dalam hal pengurusan (beheer) dan pemeliharaan (beschikking) PT. Direksi PT itu adalah manager. Dia yang diberi wewenang oleh PT melalui organ PT yang disebut RUPS untuk mengurus dan

Dokumen terkait