• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISKRIMINASI& RESPON

Dalam dokumen Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA (Halaman 32-41)

TRANSKRIP WAWANCARA Kategori :Tokoh Masyarakat

III. DISKRIMINASI& RESPON

ME “Kalau bapak sendiri memperlakukan orang yang

keterbelakangan mental itu seperti apa pak?”

DEV “Dalam pelayanan tertentu, mungkin sama ya, ada

pelayanan khusus bagi mereka karna mereka sendiri merupakan keluarga yang membutuhkan ya, istilahnya pelayanan khusus jadi dalam beberapa hal mungkin ada yang berbeda. Kalau di hal-hal yang lain misalkan hak kewajiban di tingkat masyarakat insyallah sama namun pelayanannya bisa berbeda-beda karna ya keterbatasannya itu sendiri, misalkan kalau yang lain diberikan informasi ini tentang kewajiban mereka dilingkungan masyarakat seperti contoh kerja bakti, nah kerja bakti yang sudah kita lakukan adalah memberikan informasi lewat pengeras suara, karna mereka keterbatasan akhirnya kita berpesan kepada saudaranya atau keluarganya besok kerja bakti seperti itu, jadi kan yang lain cukup dengan pengeras suara di masjid- masjid atau disarana umum, tapi kalau untuk mereka harus kita datangi. Nah itu sebagai bentuk pelayanan kita dan penghormatan kita juga kepada masyarakat yang keterbelakangan itu sendiri, supaya mereka menjadi bagian kepada masyarakat itu sendiri itu. Jadi ada perbedaannya ada pelayanan khususnya seperti itu”.

ME “Kalau ada lomba agustusan atau perayaan hari besar seperti itu ikut disertakan nggak pak, atau mereka diberikan acara khusus untuk mereka sendiri atau apa pak?”

DEV “Kalau untuk acara khusus kita biasanya lebih cenderung

ke bakti social, jadi kegiatan masyarakat yang sifatnya ee hiburan apa keleluasaan bagi semua pihak tanpa ada pengelompokan ini penyandang tunagrahita atau retardasi mental atau tidak jadi itu. Pelayanan public, nah untuk acara-acara khusus seperti apa lomba-lomba kita memberikan layanan kepada mereka juga akan tetapi keluarganya ini, bagi pihak keluarga seringnya agak keberatan karna ya ada perasan malu mungkin, takutnya nanti jadi bahan tertawaan atau apa pokoknya udahlah biar jadi penonton saja itu saya rasa respon dari pihak keluarga, kalau dari kita masyarakat yang menginginkan mereka ikut tetep ada keinginan untuk ada partisipasi dalam kegiatan seperti lomba-lomba itu tetep ada, nah itu tadi biasanya dari pihak keluarga ada keberatan. Engganlah, udahlah biar yang lain aja itu seperti itu”.

ME “Kalau untuk bapak sendiri sebagai salah satu tokoh

masyarakat disini, peran bapak sendiri biasanya seperti apa di masyarakat ini?”

DEV “Jadi program nyata yang kita lakukan ini sebenarnya

merupakan pengembangan dari progam-progam yang terdahulu sebenarnya, hanya kita modifikasi kita tambahkan mana sisi dimana yang kurang., alhamdulilaah untuk beberapa tahun ini, saya sebagai relawan BASNAS Provinsi Jawa Timur, itu diberikan amanah untuk memberikan progam bantuan kepada para penyandang tunagrahita tersebut dan kaum duafa yang ada di Desa Sidoharjo yakni berupa progam perbaikan rumah tinggal atau yang disingkat property kita bisa lihat rumah-rumah bantuan dari BASNAS dengan struktur dan bentuk yang sama itu bisa kita lihat sebanyak 62 rumah, diseluruh Desa Sidoharjo ini, yang insyaallah tahun kedepan bisa bertambah lagi bantuannya. Yang kedua adalah progam kerja kita penanganan tentang air bersih, penanganan tentang air bersih ini juga kita respon, kebutuhan air bersih juga kita e apa kita pedulikan kerjasama denagn BASNAS Jatim juga saya juga sebagai relawannya juga itu memberikan bantuan pembuatan sumur, yang mana sumur itu nanti dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan air dimasyarakat, artinya kebutuhan sehari-hari untuk mandi, masak dan mencuci. Karna dulu sudah ada progam-progam yang dahulu berjalan namun tidak dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat karna kendala teknis seperti jalurnya rusak kan ngambilnya dari pegunungan pipanya rusak pada waktu ada kebakaran hutan seperti itu, nah

pemeliharaan instalasi yang cukupberat, medannya juga sulit, akhirnya memaksa masyarakat harus kembali lagi mengambil air di belik ataupun sumber-sumber atau resapan-resapan yang ada di aliran sungai. Nah kita memberikan bantuan itu dasar landasanya adalah itu tadi, untuk mencukupi kebutuhan air bersih itu yang kedua. Dan yang ketiganya adalah untuk memajukan pendidikan, pendidikan masyarakat baik pendidikan formal maupun non formal.Sehingga diadakan, sebenernya sudah ada pendidikan itu sudah ada hanya saja kita tingkatkan intensitasnya, kita tata administrasinya supaya tujuan ini lebih mudah dicapai, yakni seperti pengadaan majelis taklim, taman pendidikan al-quran, madrasah diniyah lha ini yang terbaru adalah madrasah iftidaiyah untuk melengkapi lembaga pendidikan tingkat dasar di Desa Sidoharjo ini, yang sudah ada.. dari yang sudah ada. Kebetulan yang untuk lembaga pendidikan seperti SD itu sudah ada 3 TK juga sudah ada 3.”

ME “Itu ada yang inklusi pak, untuk anak yang keterbelakangan

bisa masuk juga pak?”

DEV “Kalau yang inklusi kita tidak bisa menjawab sepenuhnya,

artinya begini, memang inklusi ini membutuhkan penanganan dan layanan khusus ya, jadi harus ada guru khusus yang ahli dibidangnya, memang ada disekolahan SD Sidowayah itu SD 4 memang ada, SD 4 itu jadi SD inklusi. Namun, kita sendiri agak kesulitan dengan inklusi kita belum bisa mengetahui batasan, sampek mana anak ini dikatakan berkebutuhan khusus kita ndak tahu karna kita ndak punya ilmunya mungkin. Kalau menurut kita kita serahkan ke ahlinya yaitu di SD 4”.

ME “Kalau di Desa Krebet itu ada Rumah Kasih Sayang, nah

kalau di Desa Sidoharjo sendiri ada atau tidak pak?”

DEV “Rumah Kasih Sayang yang ada di Desa Krebet itu sendiri

adalah bentuk kepedulian pemerintah terhadap para penyandang yang ada di Ponorogo sebenarnya, itu mencangkup lima desa, eh tiga kecamatan malah, yakni Kecamatan Badegan, Kecamatan Jambon dan Kecamatan Balong. Nah, kalau yang ada di Karangpatihan memang ada Ruah Kasih Sayang itu yang dibentuk yang dibangun oleh warga nah ini betul-betul berjalan, saya melihat lebih baik, lebih baik daripada Rumah Kasih Sayang yang dibentuk oleh pemerintah. Nah semuanya kembali kepada kepengurusannya kan? Seperti itu. Cuma fasilitas disini sudah ada, sudah difasilitasi pemerintah, dananya sudah ada namun, saya belum melihat itikat baik dari pelayanan kepada para penyandang ini. Saya belum tahu sejauh ini saya belum tahu, dua tahun ini saya sudah ndak tahu”.(wawancara berhenti sebentar ada yang mau bertemu

bapaknya sebentar).

ME “Kalau seperti warga yang retardasi tersebut mengalami

musibah, sakit, kecelakaan atau ayang lainnya, apa yang biasanya bapak lakukan?”

DEV “Kalau pengalaman saya sendiri takutnya nggak mewakili

dari warga yang lain, tapi menurut saya sama saja, yang namanya mahkluk social itu pasti bisa merespon dengan baik, dan orang yang mengalami keterbelakangan mental itu kita perhatikan dengan baik, artinya jika mereka dalam suatu kondisi sakit atau membutuhkan bantuan kita bantu mbak, kita bantu sesuai dengan kemampuan kita, kalau saya sendiri biasanya sampai tuntas, ya kalau sakit kita antarkan ke pukesmas atau layanan kesehatan terdekat atau sampek ke rumah sakit, terus biayanya ya kita tanggung saya sendiri yang nanggung yang sudah-sudah itu. Karna itu bukan berarti saya ingin mendapatkan apa-apa namun saya lebih cenderung kepada kepedulian terhadap sesame, itu kalau saya pengalaman saya sendiri. Untuk yang lain- lain saya rasa juga akan melakukan hal yang sama. Saya belum pernah melihat ada orang yang keterbelakangan mental sakit terus masyarakat sekitar itu tidak peduli, itu belum pernah saya temkan”.

ME “Kalau masyarakat yang mempunyai keluarga yang

retardasi mental itu masih mengadakan kegiatan-kegiatan seperti genduri, yasinan atau yang lainnya pak?”

DEV “Kalau keluarganya ini, ada beberapa keluarga yang

mengadakan ada keluarga yang tidak, karna mengingat kebanyakan dari mereka adalah keluarga miskin dan duafa fakir jadi untuk kebutuhan seharai-hari mereka sulit yang mana ini berpengaruh kepada kegiatan-kegiatan yang disebutkan tadi tasyakuran dan sebagainya, tetapi kalau misalkan mereka ada kelonggaran mereka bisa ikut seperti bersih desa, itu bawa ambeng atau apa maulidan mereka juga ikut terlibat, ikut terlibat saya melihat sering mereka juga antusias karna juga merasa bagian dari lingkungan masyarakat sini, tapi kalau warga yang lain mengadakan hajatan seperti mantenan hajatan yang lain atau apalah yang ada dimasyarakat disini mereka juga dilibatkan secara langsung maupun tidak langsung mereka juga kita undang untuk ikut acara bersama dengan yang lain, secara tidak langsung mereka juga kita kasih tahu bawasannya pengen mereka bisa bantu ke kita sesuai dengan kemampuan mereka”.

ME “Bapak juga sering datang kerumahnya, mungkin jika

diundang hajatan atau apa gitu pak?”

DEV “Saya? Sering datang mbak, sering dating. Kadang-kadang

ya mimpin do‟a, tapi seringnya ya mimpin do‟a ya. Sebenernya banyak sekali yang bisa mimpin do‟a, cuman

karna di masyarakat pedesaan sini itu ada komunitas- komunitas ya, rombongan genduren itu banyak sebenernya, ndak..ndak, ndak monoton saya gitu ndak. Artinya bisa di rombongan ini rombongan RT 2, RT 3 ini kana da sendiri berbeda dengan kegiatan itu yang sifatnya besar.”

ME “Kalau saat PEMILU-PEMILU seperti PILKADA seperti

itu yang warga retardasi tetap dimasukkan DPT atau tidak pak?”

DEV “Jelas masuk, iya masuk. Jadi semua warga itu yang

memenuhi kriteria, mempunyai hak pilih dan dipilih baik itu yang kondisinya keterbelakangan mental, mereka juga tetep masuk dalam DPT maupun DPS, dan mereka juga mempunyai hak pilih, meskipun pada kenyataannya ada diantara mereka yang tidak bisa menghadiri pada waktu pelaksanaaan pemungutan suara karna kondisinya mereka, seperti yang kondisinya berat kan ya gak mungkin untuk didatangkan da nada kewenangan dari pihak KKPS sendiri untuk mendatanginya. Sebenarnya sudah ada, namun saya sendiri belum pernah melihat apakah bagi para penyandang ini harus didatangi atau tidak saya belum tahu karna saya tidak terlibat dijajaran pengurusan atau panitia di KKPS itu sendiri, selama ini belum pernah tahu, hanya saja setahu saya mereka memiliki hak yang sama dengan masyarakat lain saya melihat sendiri dari DPT di daftar pemilih tetap itu nama mereka tercantum”.

ME “Jadi pendampingan atau apa dari panitia atau keluarga

sendiri sering ada nggak pak, kejadian seperti itu?”

DEV “Sebenarnya keluarga yang mendampingi itu keluarga ya,

mendampingi disini artinya baik itu prosesnya, pemungutan suaranya dibilik suara itu sebenarnya didampingi oleh keluarganya biasanya begitu dan itu memang sudah diatur didalam undang-undang kan, harus ada pendampingan bagi orang yang berkebutuhan kusus tentunya harus diawasi oleh para saksi-saksi supaya tidak terjadi hal-hal yang mengganggu jalannya proses pemungutan suara”.

ME “Tapi belum ada kejadian kasus seperti itu ya pak ya

disini?”

DEV “Sepengetahuan saya sendir belum ada, sepengetahuan saya

lo ya, tapi ndak tahu kalau yang lain. Tapi saya rasa ada ya, memang ada meskipun kadang-kadang itu mereka ya di antarkan atau apa atau datang sendiri juga ada, ada yang datang sendiri saya pernah melihat dating sendiri, itu juga ikut memberian hak suaranya itu dibilik suara sendiri, itu yang retardasi mentalnya ringan kalau yang sedang biasanya sama keluarganya, itupun misalkan ya dipapah ataun dituntun ya, karna kondisi mereka berbeda-beda mbak. Nah ini berbeda-beda pula penanganan atau bentuk penanganan yang diberikan kepada beliaunya”.

ME “Kalau bapak sendiri kuliah di UMNUH atau apa gitu rekan-rekan teman bapak pernah ada gak pak yang memberikan perlakuan yang kurang menyenangkan atau memberikan stigma apa, terkait bapak berasal dari desa sini mungkin?”

DEV “Kalau perlakuan kurang menyenangkan, tidak ernah mbak

justru mereka itu segan, segan dan sangat berhati-hati dalam bertanya itu, karna takut menyinggung, bukan takut gak berani apa ini takut menyinggung mereka sangat berhati-hati sekali dengan harapan mereka lebih bisa mengetahui keadaan yang sebenarnya didaerah saya. Justru yang seperti bukan perlakuan yang kurang menyenangkan tidak pernah kita alami dan ditempat-tempat yang lain untuk warga yang biasanya kan komunitasnya juga berbeda-beda ada yang memang mengalaminya ada yang responnya ada yang marah ada yang sampek adu mulut seperti itu memang ada.”

ME “Ada ya pak ya?”

DEV “Ada, saya pernah denger cerita itu dari, warga ya ditanya

rumahnya mana? Gitu, bahkan, dari mungkin ndak tahu ya ini cerita dari warga ini cerita bohongan atau rekayasa atau mungkin hanya humor itu pernah diberhentikan sama petugas kepolisian itu, naik motor itu ugal-ugalan lampu merah diterobos aja hah begitu di berhentikan oleh petugas ditanya, alasannya apa menerobos lampu merah? Ndak tau pak, tadi masih hijau kan gitu, ceritanya begitu. Nah, ini tetep merah. Ndak pak. Setelah itu mau ditilang, dia bilang saya ndak salah pak. Ndak salah gimana la wong kamu nrobos lampu merah, kamu jelas-jelas salah lampu merah diterobos, terus kamu jalannya juga zig-zag, ugal-ugalan membahayakan pengendara yang lain, nah gitu bilangnya. Diem dia itu, akhirnya yang terakhir ditanya rumahnya mana? Krebet pak, gitu. Ngakunya krebet. Ohhh. . . Ya sudah lanusung jalan aja. Loh kenapa pak? Terah yo idiot lo we ke. Kan gitu. Dalam benak Si pengendara tadi mungkin bersyukur satu sisi bersyukur tidak jadi ditilang. Tapi di sisi yang lain tidak bisa dipungkiri bawasannya petugas itu sudah menganggap bawasannya kalau kampong idiot warganya nggak tahu aturan, sering melanggar aturan yang sudah ada. Nah inilah yang tidak menguntungkan buat kami, sebenernya itu.”

ME “Terus respon dia seperti apa pak, setelah langsung disuruh

pergi sama polisi tadi?”

DEV “Dia yaa langsung ngacir pergi. Hanya ceritanya setelah

kejadian itu.”

ME “Menurut bapak sendiri, kalau melihat masyarakatnya yang

keterbelakangan ini dari dari aspek ekonomi mereka bagaimana pak?”

DEV “Kalau dari aspek ekonominya sebagian besar mereka itu dari golongan duafa mbak, miskin ya. Lebih dari miskin ya, duafa fakir, mereka menghidupi keluarganya mencari penghasilan untuk kebutuhan keluarganya itu juga asal- asalan. Satu hari saja kadang gak cukup. Bekerja satu hari untuk makan sehari itu, bagaimana, ya seperti itu. Yawes parah keadaannya. Kadang-kadang itu kesehatannya juga(sambil menghela nafas). Tapi ya alhamdulliah samapai saat ini belum pernah yang. . .kadang itu kita melihat kondisi mereka itu sangat memperhatikan, kita ndak bisa berbuat apa-apa, padahal kita bisa. Tapi juga juga terbatas juga, karna jumlah mereka lebih banyak dari kita yang peduli gitu. Kalau toh kita peduli bisa bantu mereka itu belum seberapa, inilah yang membuat kita itu kadang- kadang miris dalam hati kita ingin membantu mereka pengin sekali memberdayakan mereka, meringankan beban mereka, tapi karna keterbatasan kita juga, belum dengan apa..(berhenti sejenak, ada beberapa murid yang sedang mengambil buku dikantor itu) seperti itu”.

ME “Tapi mereka yang keterbelakangan itu masih ada yang

bisa bekerja ya pak ya?”

DEV “Ada. Warga sekitar bersedia kok, bersedia memberikan

pekerjaan atau memberikan kesempatan kepada warga yang mengalami keterbelakangan itu untuk membantu pekerjaan mereka. Bahkan hamper semuanya kok, hamper semuanya entah itu disuruh secara langsung atau memang karena kebiasaan nah itu., kan ada yang karna kebiasaan setiap hari disitu rutinitasnya disitu meskipun bukan karna keluarganya, tanpa disuruhpun mengerjakan. Contohnya pada waktu panen jagung ya itu sampek berhari-hari yang disitu. Disalah satu rumah warga kita itu mbantu untuk ngupas jagung, sampek seperti itu. Yaaa ada juga yang sengaja untuk kita minta tolong itu ada. Macem-macem mbak sesuai dengan kemampuan mereka itu. Kalau yang debil itu, kan gak bisa diajak komunikasi sama sekali yang debil itu, yaaa wess dikasih tau ini, caranya begini sampekkk malam pun bahkan kalau disuruh makan kadang- kadang nggak mau gitu lo kalau nggak kemauanna sendiri begitu, jadi meskipun disitu ada jarang disentuh malahan, begitu”.

ME “Kalau dari aspek, sosialnya pak, hubungan dengan

masyarakat gimana?”

DEV “Masyarakat yang lain dengan sebagian warga yang

keterbelakangan itu biasa-biasa saja mbak. Artinya kita tidak mengucilkan mereka kita rangkul mereka ya kita layani mereka seperti warga-warga yang lain kita anggap itu mereka sama tidak ada perbedaan. Hanya perbedaan itu

pelayanannya saja mereka khusus daripada yang lain. Karna ya itu tadi karna yang lain itu dengan lisan saja sudah cukup bisa memahami itu harus dengan cara ya unik ya, seperti diajak untuk apa diajari dulu.”

ME “Kalau dari aspek politiknya seperti PEMILU, kesamaan

hak didepan hukum seperti itu , gimana menurut bapak sendiri?”

DEV “Selama ini untuk aspek politiknya saya melihat sudah

cukup baik mbak, artinya mereka juga masuk di Daftar Pemilih Tetap mereka juga memiliki hak pilih saya rasa itu sudah cukup bai sekali jadi itu, harapan kita itu lebih cenderung kepada pelayanan yang lebih spesifik lagi yakni adanya pendampingan pada waktu pelaksanaan apa pemungutan suara seperti kesediaan panitia itu eemm apa isyilahya jemput bola. Namun, tidak menutup kemungkinan jika hal itu memberatkan, ya karna kondisinya. Yaa harapannya gini dengan adanya pendampingan itu tidak menimbulkan atau tidak mengurangi lancarnya kegiatan pesta politik sendiri atau pemilihan suara karna kita juga tahu secara politis kan praktek itu memang berbeda kita berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan atauran hukum yang sudah di berlakukan namun, dalam praktiknya kita seringnya menjadi masalah ada beberapa pihak yang kurang bisa menerima atau mersa dirugikan itu aja mbak”.

ME “Kalau menurut bapak sendiri ni solusi apa yang dapat

bapak berikan mengenai permasalahan-permasalahan warga yang mengalami retardasi mental ini?”

DEV “Harapan kita, solusinya itu untuk para penyandang

retardasi mental itu sebenarnya kita sudah melakukannya yakni berupa pemberian JADUP atau jatah hidup untuk mereka dari kementerian (berhenti sebentar ada anak murid yang masuk kantor dan sedikit rame, selang beberapa detik mulai kembali wawancara kami)

“Solusi yang sudah kita lakukan untuk para penyandang tunagrahita itu adalah dengan memberikan bimbingan pelayanan dan pelatihan yang focus kepada ini bantuan aktifitas keseharian mereka itu yang pertama yang menjadi dasar pokok kegiatan progam ataupun pelayanan itu, yakni dengan memberikan pendampingan, pelatihan itu bagi para penyandang dalam kehidupannya sehari-hari seperti mengurus dirinya sendiri, mengurus dirinya dan lingkungannya yang kedua mengurus dirina dan masyarakat itu sudah semua aspek sudah termasuk disitu mbak. Jadi mulai dari aspek ekonomi, aspek pendidikan, aspek social, aspek masyarakatan, aspek keagamaan semua sudah masuk disitu. Dalam satu paket progam pembinaan aktifitas keseharian mereka nah untuk secara terperincinya

singkatnya kita ambil satu contoh bagaimana cara mandi, bagaimana cara membersihkan rumah, bagaimana cara membersihkan halaman, itu contohnya. Kalau yang untuk di social kemasyarakatan bagaimana jika kita kedatangan tamu atau bertamu, bagaimana apa yang harus dilakukan nah itu, dan bagaimana saat kita mengikuti pengajian atau kegiatan masyarakat yang lain itu kita harus seperti apa itu ada dalam social kemasyarakatan dan keagamaan mereka jga kita ajak supaya mereka lebih terbiasa berkumpul dengan warga-warga yang lain jadi ini juga membantu mereka membantu semangat mereka karna secara tidak langsung mereka tidak merasa dikucilkan terus bagaimana saat kita mengikuti pengajian, atau kegiatan masyarakat yang lain itu kita harus seperti apaitu ada dalam social kemasyarakatan social keagamaan mereka juga kita ajak supaya mereka lebih terbiasa berkumpul dengan warga- warga yang lain jadi ini membantu mereka membantu semangat mereka karena secara langsung mereka tidak merasa dikucilkan gitu. Mereka jarang berbica mereka jarang komunikasi dengan orang lain karna orang lain menganggap itu ndak perlu. Sebenarnya salah, kalau kita dekati mereka kita sering ajak komunikasi mereka juga respon ke kita bahkan untuk pemberdayaan ekonomi kita berikan bantuan dari pemerintah kita salurkan yakni berupa ternak kambing, ada yang ternak ayam, dan yang lainnya ini sudah berjalan ada yang bagus ada yang kurang bagus ada yang sama sekali tidak ada perubahanya, ya tadi kendalanya banyak sekali karna harus senantiasa dipantau. Kan temen-temen itu memantau setiap bulan. Kambingnya bagaimana? Sudah kawin apa belum? Kalau sudah beranak anaknya berapa? Nah gitu. Ceritanya akan lain kalau ini

Dalam dokumen Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA (Halaman 32-41)

Dokumen terkait