• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSKRIP WAWANCARA Kategori :Tokoh masyarakat

Dalam dokumen Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA (Halaman 76-80)

Tanggal/Waktu interview : 18November 2015/Pukul 14:16 WIB KodeInforman :ME

Kode Interviewer :DAR I. IDENTITAS DIRI

8. Nama (Inisial) :DAR

9. Alamat :DukuhKarangsengon, DesaSidoharjo 10.Usia :29 Tahun

11.Jabatan di Desa :Kamituwo 12.JenisKelamin :Laki-laki 13.Pekerjaan :Fotografer 14.RiwayatPendidikan :- SDN Krebet 4

- SMP 1 Jambon - SMA 1...

- Pernah kuliah di UNMER Ponorogo Hasil Observasi

Kondisitempatwawancara Wawancara berlangsung di Kantor Desa Sidoharjo, tepatnya diruang tamu kantor desa. Karena hari sudah menunjukkan pukul 14:00 lebih tidak banyak aktivitas yang ada di Kantor Desa tersebut. Hanya ada beberapa perangkat yang ada di situ dan beberapa tukang yang sibuk membangun kantor tersebut, karena ada renovasi balai desa, pada waktu itu.

KeadaanInformansecaraumum Informan adalah warga asli desa tersebut. Pekerjaan sampingan beliau sebagai fotografer acara nikahan maupun foto keluarga. Informan sekarang dikaruniai satu orang putri PerilakuInformansecaraumumpadasaat

interview

Informan sangat komunikatif sangat wawancara dengan peneliti.

SELF

ME “Begini pak, diluar sana kan banyak yang menyebut desa ini

sebagai “Kampung Idiot” apakah ada keuntungan tersendiri dengan sebutan tersebut pak?”

DAR “Kalau keuntungan secara pribadi tidak ada mbak, tapi kalau

keuntungan secara lingkungan masyarakat itu memang wonten, dadosipun tiyang yang awalnya ndak tahu dengan kondisi wilayah sini otomatis kan sekarang sudah banyak yang tahu. Keuntungan untuk masyarakat kan wonten warga yang peduli untuk baksos, bagi pejabat yang tahu dengan kondisi sini kan ada perhatian seperti itu”.

ME “kalau kerugiannya pak?”

DAR “Kerugiannya nek bagi saya kan sak jane ndak ada, tapi

secara umum mental mbak, artinya ketika tahu kita keluar kita jalan keluar gitu ada yang nanya, rumahnya mana? Kita bilang Sidoharjo. Ohh Sidoharjo yang kampung idiot itu to? Biasanya kan begitu, mental itu kan bisa. Kalau yang sudah pengalaman punya peduli dengan lingkungan itu kan ndak masalah. Tapi kalau anak-anak yang muda itu kan biasanya ya mentalnya agak drop ya malu mungkin. Kan yang awalnya desa yang bisa dibanggakan akhirnya dengan julukan yang semacam itu secara otomatis ya nggak tataklah”.

ME “Kalau secara administratif pak, mungkin seperti rekapitulasi

identitas warga masyarakat sendiri pak bagaimana?”

DAR “Ohh kalau itu yang jelas iya mbak, kesulitan dalam

pendataan identitas mereka. Bahkan masyarakat yang tidak mengalami gangguan seperti itu pun banyak yang tidak mempunyai kesadaran untuk mengurus akta, KK bahkan untuk yang sekarangpun banyak yang tidak punya KTP. Sebenarnya kita sudah bersosialisasi berkali-kali lewat pak RT, lewat jamaah yasin dan sebagainya tapi mungkin karna kurang kesadaran masyarakat. Tapi kalau butuh baru mau mengurus misalkan menikahkan anaknya seperti itu baru mereka mau mengurus”.

ME “Kalau untuk masuk dalam DPT mereka yang penyandang

tetep masuk dalam DPT atau tidak pak?”

“Kalau yang masih bisa jalan, masih dapat berfikir ya masuk, tapi yang nemen ya enggak mbak”.

ME “Jadi mereka yang walaupun secara administrasi masuk tapi

kalau mereka dalam kategori berat gak dimasukkan dalam DPT pak?”

DAR “Enggak mbak, nggak dapat. Walaupun salah satu tolak ukur

keberhasilan Pemilu itu, ramai banyak yang datang dan antusias, tapi kalau mereka yang sama sekali nggak bisa apa- apa kalau dimasukkan ya bingung. Kalau yang bisa jalan tetep masuk”.

ME “Bagaimana bapak memahami dan memakanai keadaan yang

DAR “Kalau menurut beberapa ulama memang itu sebagai hukuman dari Tuhan, karena dulunya berani sama orang tua, sehingga seperti itu. Kalau secara umum menurut cerita dulu pas jaman tikus itu kan semua bahan makanan semua tanaman dihabiskan tikus itu. Jadi makanan yang dimakan setiap hari itu jauh dari gizi, pada waktu itu pun jauh dari pelayanan kesehatan, ada tapi jauh di Sumoroto sana, dan banyak masyarakat yang tidak bisa menjangkaunya. Tapi setelah ada penelitian dari dinas kesehatan Surabaya itu katanya kandungan airnya 0 (nol) yodium, jadi banyak masyarakatnya yang kekurangan zat yodium tersebut”.

TRANSKRIP

Masyarakat di Luar “Kampung Idiot” “Identity”

NO. INFORMAN USIA IDENTITY

1. INA 40 Tahun “Faktor keterbelakangan ekonomi lo mbak, bisa karna kurang gizi juga akhirnya produknya orang-orang seperti itu. Itu juga karna faktor keturunan juga kan mbak, incest juga karna kan anu to mbak yo wes sak klupek kuwi gak mau keluar dari komunitas itu. Enek e yo kuwi, idiot karo idiot oleh e anak akhir e idiot”.

2. WAN 35 Tahun “Disana itu kejadiannya turun-temurun to, disana itu letaknya di daerah Jambonlah. Di Sidoharjo Jambon itu, ya turun-temurun itu waktu dulu yo sudah ada yang dikatakan kampung idiot dadi disana itu ya turun-temurun aja. Penyebab yang pasti itu tidak ada yang pasti ya dari nennek moyang aja, sejak dulu memang kampung itu terjadi terus sampek saat ini. Kalau soal perkawinan sedarah saya tidak percaya, ya itu karna yang maha kuasa saja, ya katakanlah kalau ada seperti itu tidak benar ya kabar angin saja. Ya mungkin ada kesalahan aja di daerah situ, ada langgaran di desa itu aja, kayak pantanganlah jadi terjadi juga sampek saat ini. Misalnya tidak boleh makan ini, atau tidak boleh bersih-bersih di disana kan ada kayak pemakaman yang tidak boleh dibersihkan, akhirnya dibersihkan ya akhirnya terjadi seperti itu. Jadi pantangannya kayak gitu”.

3. ENA 25 Tahun “Kalau saya denger-denger dari sananya sih katanya kutukan, walaupun saya tidak terlalu percaya. Tapi kalau menurut saya karena takdirnya dari yang diatas seperti itu. Hee.hee.. Iya mungkin bisa juga kutukan itu tadi mbak, kan itu satu kampung kebanyakan seperti itu kan mbak, sehingga banyak yang menyebutnya Kampung Idiot. Tapi sekarang berkurang karena diberdayakan dipekerjakan setiap harinya itu semakin berkurang”.

4. YAH 50 Tahun “Pokok e iku keturunan, aku yo ra tek paham lo, poko e sak kampung iku idiot kabeh soko keturunan. Mbah-mbah e buyute mbiyen iku ngono kuwi, soko lek rabi opo ngono ngono lo. Aku ngerti desane kuwi sak kampung idiot kabeh. Mergo aku tahu mborong jeruk neng kono mbiyen, omahe pinggir alas-alas ngono kuwi, padas-

padas ngono kuwi. Tunggal darah lah iso ngono kuwi, dadi keturunanne idiot kabeh”.

Dalam dokumen Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA (Halaman 76-80)

Dokumen terkait