• Tidak ada hasil yang ditemukan

STIGMATISASI& RESPON

Dalam dokumen Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA (Halaman 30-32)

TRANSKRIP WAWANCARA Kategori :Tokoh Masyarakat

II. STIGMATISASI& RESPON

ME “Apa yang bapak ketahui tentang keterbelakangan mental itu

pak?”

DEV “Keterbelakangan mental, menurut saya atau sepengetahuan

saya adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami keterbatasan yang mana itu bisa kita lihat dengan keadaan dia senantiasa membutuhkan bantuan orang lain dalam kehidupannya sehari-hari”.

ME “Kalau mengenai julukan atau label Desa Sidoharjo ini

sebagai maaf ya pak, sebagai “Kampung Idiot”, nah, pendapat bapak mengenai julukan tersebut seperti apa pak?”

DEV “Menurut pendapat saya, tentang sebutan bawasannya Desa

Sidoharjo adalah desa atau kampong idiot, kurang terlalu tepat kurang tepat karena dilihat dari satu komponen saja yakni jumlah penduduk kita bisa melihat bawasannya jumlah penyandang itu prosentasenya kecil dibandingkan dengan jumlah populasi jiwa yang ada di Desa Sidoharjo dan real dilapangan jumlah penyandang itu sendiri tidak seperti jumlah yang dipublikasikan di media maka dari itu sebutan kampong idiot menurut kami kurang pas untuk satu komponen saja untuk komponen lain itu berpengaruh besar terhadap psikologi warga pada umumnya karena mereka mempunyai anggapan bawasannya dengan pola pikir yang baguspun pola piker yang majupun mereka tetep dapat sebutan itu, jadi itu sangat mempengaruhi artinya baik itu aspek pembangunannya pola pikir masyarakatnya pola pikirnya akan tetapi kita bisa melihat sebenarnya bukan hanya saat ini dari dulu memang tidak semaju saat ini tidak sebagus sekarang ini dari dulu sebenarnya sudah kita tekankan kita sudah mengangkat mengenai hal ini bawasannya tidak layak. Yaa kurang sependapat dengan julukan itu”.

ME “Terus, apa pak kata-kata yang sering bapak denger, tetang

orang menyebut kampong idiot, ataupun kata-kata yang kurang menyenangkan? Terus respon bapak sendiri seperti apa pak biasanya?”

DEV “Sebenernya masyarakat luar yang belum mengetahui secara

persis kondisi desa kami adalah mereka menganggap bawasannya desa ini karna ada sebutan bawasannya kampong idiot saya yakin pada umumnya masyarakat mengira bawasannya jumlahnya banyak tetapi setelah kita kelapangan akhirnya kita kan menjadi bimbang namun, demikian karna stigma atau sebutan itu sudah disematkan ke desa kami yang mau tidak mau kita harus berusaha atau kita harus berupaya memberikan pemahaman informasi yang sebenar-benarnya bawasannya sebutan itu kurang tepat mengingat secara historisnya ataupun secara…apa ya..emm bahasa yang tepat untuk menggambarkan keadaannya ini masyarakat komunitas yang ada di Desa Sidoharjo ini jumlahnya sangat banyak dari

jumlah itu ada jumlah itu ada warga kami yang mengalami keterbelakangan mental, namun jumlah mereka sangat kecil kecil ini yang tidak kami tutup-tutupi artinya kita juga tidak, artinya tidak berusaha untuk menghilangkan warga kami yang mengalami keterbelakangan itu dengan keinginan masyarakat untuk mengetahui sejauhmana seperti apa kampong idiot itu, hanya saja kita berniat untuk memberikan pemahaman kepada mereka bawasannya anggapan mereka selama ini, itu kurang benar, terus kondisi social yang sering didengar itu juga kurang benar, maka dari itu warga lain ketemu dengan orang luar mereka pasti ditanya seperti itu dan seharusnya mereka bisa menjawab menjelaskan sesuai dengan kenyataan yang ada di Desa Sidoharjo.”

ME “Kalau pengalaman bapak sendiri, pernah menerima

perlakuan yang kurang menyenangkan seperti apa pak?”

DEV “Kalau saya sendiri pernah, ditanya pak darimana? Dari

Jambon. Jambon mana? Sidoharjo. Sidoharjo mana? Oooh Krebet. Krebetnya mana lo pak? Gitu. Sidowayah. Ohh Sidowayah. Orang sudah tahu tidak hanya Ponorogo, disuruh duniapun sudah tahu. Karna dengan kemajuan teknologi informasi demikian cepatnya. Nah itu langkah saya mendapatkan pertanyaan seperti itu saya yaa…secara bijaksana itu juga menurut saya juga sudah bijaksana memberikan informasi nggehh, tanpa kita menutup-nutupi memang ada warga kami yang mengalami keterbelakangan mental kondisinya seperti ini kondisinya seperti ini. Namun, kita jelaskan lebih lanjut, kalau sekirana mereka tertarik ya, tertarik dengan ini, dan kebanyakan yang bertanya seperti itu sangat tertarik sekali akhirnya setelah kita menjelaskan kepada e penanya pada saat itu tadi kita bisa berbesar hati mereka akhirnya tahu informasi yang sebenarnya meskipun ada beberapa teman kita ya itu dengan tujuan yang berbeda- beda terhadap fenomena retardasi mental yang ada di Desa Sidoharjo. Tapi kalau saya sendiri itu dadi saya ulangi bawasannya saya lebih suka atau lebih cenderung memberikan informasi yang sebaik-baiknya dan fakta, tanpa ada maksud untuk mempublikasikan, mengharap sesuatu e e terhadap orang lain untuk . . .(ada anak murid yang masuk ke ruang guru), untuk memberikan gambaran-gambaran yang kurang pas jadi kalau informasi yang mereka terima itu tepat insyallah mereka akan merubah pandangan mereka terhadap kampong idiot itu sendiri harapan saya seperti itu.

ME “Pengalaman bapak sendiri ni, pernahkah bapak sendiri

melihat orang yang Retardasi Mental disini yang menerima perlakuan yang kurang menyenangkan, mungkin berupa ejekan, sindiran atau panggilan-panggilan yang kurang menyenangkan mungkin?”

ME “Kalau bentuknya seperti apa pak?”

DEV “Bentuknya? Kalau bentuknya berupa kata-kata ya, sebutan

yang mungkin sangat kasar ya, bagi saya itu kasar sekali ya, seperti sebutan goblok, pekok, mendho. Nah ini seperti itu sebutannya, kurang lebih seperti itu.”

ME “Kemudian pak, respon bapak pada saat itu seperti apa

melihat sebutan-sebutan seperti itu?”

DEV “Yaa respon kita kalau pada saat itu kalau melihat langsung

ketemu ya, berdasarkan pengalaman saya secara langsung ya, ketemu dengan orang yang mengatakan seperti itu, saya lebih cenderung ini karna ada juga yang ndak, maaf misalnya remaja itu yang kita ngomong baik-baik dengan remajanya itu sendiri bawasannya perbuatan itu sendiri tidak baik, memberikan sebutan kepada orang lain, memberikan apa panggilan kepada orang lain yang mana itu bukan namanya sendiri kan itu sendiri tidak baik, apalagi ini sebutan yang buruk seperti kata-kata kasar itu tadi, saya rasayang sudah- sudah saya lakukan dan temen-temen yang lain insyaallah sama dan ini mengingatkan bawasannya sudah biar mereka juga sama, sama seperti kita hanya saja keadaan mereka seperti itu jadi kitalah orang yang normal ya, diberikan hidayah oleh Allah sehat, sehat fisik dan juga mentalnya jadi seharusnya lebih bisa apa memberikan pelayanan terbaik kepada saudara-saudara kita yang mengalami keterbelakangan mental biasanya seperti itu”.

Dalam dokumen Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA (Halaman 30-32)

Dokumen terkait