• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Human Error (Y) Tabel 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

11. Staf Piutang Korporasi dan Asurans

4.2.2 Metode Analisis Statistik

4.2.2.4 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Human Error (Y) Tabel 4

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Human Error (Y) No 1 STSS 2 3 4 5 6 7 SSS Total Rata- rata F % F % F % F % F % F % F % F % 1 51 37,0 58 42,0 28 20,3 1 0,7 0 0 0 0 0 0 138 100 1,85 2 27 19,6 73 52,9 37 26,8 1 0,7 0 0 0 0 0 0 138 100 2,09 3 25 18,1 72 52,2 41 29,7 0 0 0 0 0 0 0 0 138 100 2,12 4 41 29,7 65 47,1 30 21,7 2 1,4 0 0 0 0 0 0 138 100 1,95 5 14 10,1 50 36,2 66 47,8 8 5,8 0 0 0 0 0 0 138 100 2,49 6 39 28,3 62 44,9 36 26,1 1 0,7 0 0 0 0 0 0 138 100 1,99 7 89 64,5 49 35,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 138 100 1,36 8 88 63,8 49 35,5 1 0,7 0 0 0 0 0 0 0 0 138 100 1,37 9 30 21,7 70 50,7 38 27,5 0 0 0 0 0 0 0 0 138 100 2,06 10 24 17,4 71 51,4 43 31,2 0 0 0 0 0 0 0 0 138 100 2,14 Total Rata-rata 1,94

Sumber: Hasil Pengolahan data primer (kuesioner), data diolah 2016.

Berdasarkan data pada Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa:

1. Pada pernyataan “saya kadang-kadang tidak melakukan Standard Operating Procedure (SOP) dalam memberikan diagnosa”, sebagian besar responden sebanyak 58 orang tidak setuju dengan pernyataan tersebut karena mereka hampir selalu menerapkan dan melakukan SOP, seperti SOP untuk diagnostik/terapi, SOP pemeriksaan (teknis) laboratorium, SOP/Standar keperawatan, dan SOP persiapan pasien operasi. Sementara, 1 orang menyatakan setuju dengan pernyatakan tersebut karena mereka mengatakan bahwa dengan tuntutan pekerjaan mereka yang begitu banyak dan kesibukan yang hampir tidak berhenti selama bekerja, terkadang secara tidak sengaja mereka lupa menerapkan atau melakukan SOP tersebut.

2. Pada pernyataan “saya pernah melakukan kesalahan dalam membaca atau menginterpratasikan hasil pemeriksaan”, sebagian besar responden sebanyak

73 orang tidak setuju dengan pernyataan tersebut karena dalam membaca atau menginterpretasikan hasil pemeriksaan yaitu hasil laboratorium yang meliputi hasil darah lengkap, pemeriksaan virus, gula darah, hasil radiologi yang meliputi hasil USG, CT Scan, foto rontgen, dan hasil MRI, mereka sudah sangat terbiasa dan sangat jarang melakukan kesalahan. Sementara, 1 orang menjawab netral yang berarti jika terjadi kesalahan dalam membaca atau menginterpretasikan hasil pemeriksan, hal itu sangat jarang sekali terjadi, apabila terjadi maka itu secara tidak sengaja dan tidak pernah menimbulkan akibat yang fatal.

3. Pada pernyataan “saya pernah melakukan kesalahan saat menuliskan diagnosa dalam formulir resume medis”, seluruh responden tidak setuju dengan pernyataan tersebut karena hampir tidak pernah terjadi kesalahan saat menuliskan diagnosa dalam formulir resume medis seperti kesalahan dalam menuliskan Anamnesa (keluhan pada saat pertama kali pasien berkonsultasi), kesalahan dalam menuliskan keadaan fisik pasien, kesalahan dalam menuliskan terapi yang harus diberikan (obat-obatan), dan kesalahan dalam memberikan anjuran-anjuran.

4. Pada pernyataan “saya pernah melakukan kesalahan saat pemberian obat”, sebagian besar responden sebanyak 65 orang tidak setuju dengan pernyataan tersebut karena mereka hampir tidak pernah melakukan kesalahan saat pemberian obat seperti kesalahan dalam meracik obat ataupun kesalahan dalam peresepan obat. Sementara, 2 orang menyatakan netral pada pernyataan tersebut yang berarti bahwa mereka hampir selalu memberikan obat yang tepat

dan sesuai, jika terjadi kesalahan sekalipun tidak pernah menimbulkan kesalahan yang fatal dan berbahaya bagi pasien.

5. Pada pernyataan “saya kadang-kadang melakukan kesalahan saat prosedur penginfusan pasien”, sebagian besar responden sebanyak 66 orang tidak setuju dengan pernyataan tersebut karena prosedur penginfusan merupakan suatu keahlian yang harus dimiliki oleh semua paramedis sehingga kesalahan penginfusan terutama yang tejadi pada anak-anak sebisa mungkin harus dihindari. Sementara, 8 orang menyatakan netral pada pernyataan tersebut karena akibat yang terjadi dari kesalahan penginfusan pasien sebatas pembengkakan dan alergi tapi tidak pernah menimbulkan akibat yang fatal. 6. Pada pernyataan “saya kadang-kadang melakukan kesalahan saat pemberian

diet (makanan)”, sebagian besar responden sebanyak 62 orang tidak setuju dengan pernyataan tersebut karena hampir tidak pernah terjadi kesalahan saat pemberian diet seperti kesalahan dalam memberikan makanan untuk pasien darah tinggi yang harus diberikan makanan rendah garam atau pasien yang menderita diabetes harus diberi makanan rendah gula. Sementara, 1 orang menyatakan netral pada pernyataan tersebut karena kesalahan dalam pemberian diet hampir tidak pernah menimbulkan akibat yang fatal dan berbahaya bagi pasien.

7. Pada pernyataan “saya pernah melakukan kesalahan saat pemberian transfusi darah”, seluruh responden tidak setuju dengan pernyataan tersebut karena kesalahan dalam memberikan transfusi darah cukup memberikan dampak yang berbahaya maka dari itu paramedis harus sangat berhati-hati dalam

memberikan transfusi darah sehingga tidak terjadi tindakan medis yang fatal seperti menimbulkan penyakit yang lebih serius.

8. Pada pernyataan “saya pernah melakukan kesalahan saat pengambilan sarah”, seluruh responden tidak setuju dengan pernyataan tersebut karena kurangnya kejelian atau kurangnya kehati-hatian paramedis dalam mengambil pembuluh darah akan minimbulkan pembengkakan, maka dari itu sangat perlu dihindari kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul saat pengambilan darah.

9. Pada pernyataan “saya kadang-kadang melakukan kesalahan dalam pemberian terapi medis”, seluruh responden tidak setuju dengan pernyataan tersebut karena sangat jarang sekali terjadi kesalahan dalam pemberian terapi medis seperti kesalahan pemberian obat, dan hampir tidak pernah menimbulkan kesalahan yang fatal dan berbahaya kepada pasien seperti .

10.Pada pernyataan “saya pernah melakukan kesalahan saat pemberian tindakan operasi & tindakan medis lainnya”, seluruh responden tidak setuju dengan pernyataan tersebut karena akibat dari kesalahan di meja operasi akan sangat berbahaya dan fatal maka dari itu diharuskan untuk melakukan pengidentifikasian pasien secara benar dan tepat sebelum melakukan tindakan operasi agar terhindarnya kesalahan yang mungkin terjadi saat pemberian tindakan operasi.

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui rata-rata jawaban responden terhadap variabel human error. Agar lebih mempermudah penilaian dari rata-rata tersebut, maka perlu dibuat interval. Dalam penelitian ini, banyak kelas interval

sebesar 7 (tujuh). Rumus yang digunakan menurut Sudjana (2000:47) adalah sebagai berikut:

Panjang Kelas Interval = �������

������ ����� ��������

Berdasarkan rumus di atas maka panjang kelas interval adalah : Panjang Kelas Interval = 7−1

7 = 0,85 Maka kriteria dari penilaian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.12

Interpretasi Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Terhadap Human Error (Y)

Nilai Keterangan

1,00 - 1,85 Sangat Rendah Sekali

1,86 – 2,71 Sangat Rendah

2,72 – 3,57 Rendah

3,58 – 4,43 Sedang

4,44 – 5,29 Tinggi

5,30 – 6,14 Sangat Tinggi

6,15 – 7,00 Sangat Tinggi Sekali

Sumber : Sudjana (2000:47), data diolah (2016).

Dari hasil jawaban responden dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden mengenai seleksi sebesar 1,94 yang artinya bahwa semua paramedis RSIA. Stella Maris berpendapat human error di rumah sakit tersebut sangat rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya rata-rata karena tidak melakukan Standard Operating Procedure (SOP). Dimana paramedis di rumah sakit tersebut selalu melakukan SOP yang meliputi SOP untuk diagnostik/terapi, SOP pemeriksaan (teknis) laboratorium, SOP/Standar keperawatan, dan SOP persiapan pasien operasi. Perolehan rata-rata yang rendah juga didapat pada kesalahan saat pemberian transfusi darah. Dimana akibat dari kesalahan pemberian transfusi darah dapat menimbulkan dampak yang cukup fatal dan

mungkin dapat menimbulkan penyakit yang lebih serius, maka dari itu paramedis membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi untuk menghindari kesalahan yang mungkin terjadi akibat dari kesalahan pemberian transfusi darah. Terakhir, peroehan rata-rata yang rendah juga didapat dari kesalahan saat pengambilan darah. Dimana sangat diperlukannya kehati-hatian dan kejelin saat mengambil pembuluh darah agar tidak terjadinya kesalahan yang mungkin timbul saat pengambilan darah seperti pembengkakan. Maka dapat diartikan bahwa, paramedis harus memiliki pengetahuan, keahlian, ketelitian, keterampilan, dan kesabaran yang sangat tinggi guna menghindari kesalahan saat bekerja yang disebabkan oleh paramedisnya karena sebagai seorang paramedis sangat rentan terhadap kesalahan yang bisa berdampak sangat buruk.

4.2.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji apakah data memenuhi asumsi klasik. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias, mengingat tidak semua data dapat diterapkan regresi. Kriteria pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu:

4.2.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi mengikuti atau mendekati distribusi normal. Untuk mengetahui distribusi sebuah data normal atau tidak, dilakukan dengan pendekatan histogram, grafik, dan Kolmogorov-Smirnov.

1. Pendekatan Histogram

Pada grafik histogram, dikatakan variabel berdistribusi normal pada grafik histogram yang berbentuk lonceng apabila distribusi data tersebut tidak menceng kekiri atau menceng kekanan.

Sumber: Hasil Pengolahan data primer dengan SPSS, data diolah 2016.

Gambar 4.2

Uji Normalitas Histogram

Pada Gambar 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa variabel berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.

2. Pendekatan Grafik

Cara lainnya melihat uji normalitas dengan pendekatan grafik. PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x) melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot keduanya berbentuk linier (dapat didekati oleh garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal.

Sumber: Hasil Pengolahan data primer dengan SPSS, data diolah 2016.

Gambar 4.3

Uji Normalitas Grafik PP Plot

Pada Gambar 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal.

3. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov Tabel 4.13

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 138

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7 Std. Deviation 3.35400365 Most Extreme Differences Absolute .063 Positive .063 Negative -.045 Kolmogorov-Smirnov Z .735

Asymp. Sig. (2-tailed) .653

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Menurut Situmorang & Lufti (2014:121) apabila pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov, nilai Asymp Sig (2-tailed) lebih besar dari nilai signifikan 0,05, dan nilai Kolmogorov-Smirnov Z lebih kecil dari 1,97 maka data dikatakan normal. Pada Tabel 4.13 dapat dilihat nilai Asymp Sig (2-tailed) 0,653 lebih besar dari 0,05 dan nilai Kolmogorov-Smirnov Z 0,735 lebih kecil dari 1,97, sehingga model regresi yang diperoleh adalah berdistribusi normal.

4.2.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan yang seharusnya tidak terjadi maka dikatakan ada homokedastisitas, sedangkan jika varians tidak sama dikatakan heteroskedastisitas (Situmorang & Lufti , 2014 : 121-122). Gejala heterokedastisitas dapat dideteksi dengan dua cara yaitu:

a. Analisis Grafik

Gejala heterokedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik Scatterplot. Apabila data yang berbentuk titik-titik tidak membentuk suatu pola atau menyebar, maka model regresi tidak terkena heteroskedastisitas. Kriteria pengambilan keputusan:

- Jika diagram pencar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur

maka regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas.

- Jika diagram pencar yang ada tidak membentuk pola-pola tertentu yang teratur

Sumber: Hasil Pengolahan data primer dengan SPSS, data diolah 2016.

Gambar 4.4

Uji Heteroskedastisitas Scatterplot

Pada Gambar 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

b. Analisis Statistik Kriteria keputusan adalah:

- Jika probabilitas>0,05 maka tidak mengalami gangguan heterokedastisitas - Jika probabilitas<0,05 maka mengalami gangguan heterokedastisitas.

Gejala heterokedastisitas dapat juga dideteksi melalui uji Glejser. Tabel 4.14 berikut ini menampilkan hasil pengujian heterokedastisitas dengan uji Glejser.

Tabel 4.14 Hasil Uji Glejser Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.778 2.399 1.158 .249 Seleksi .056 .068 .132 .826 .410 Penempatan .073 .077 .155 .947 .346 Pelatihan -.129 .087 -.264 -1.479 .142

a. Dependent Variable: absut

Sumber: Hasil Pengolahan data primer dengan SPSS, data diolah 2016.

Pada Tabel 4.14 diatas, dapat dilihat bahwa kolom Sig. pada tabel koefisien regresi untuk variabel independen adalah (0,410), (0,346), (0,142), atau probabilitas lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi gangguan heterokedastisitas. Hal ini menunjukkan semua variabel independent yang terdiri dari seleksi, penempatan, dan pelatihan, signifikan secara statisik mempengaruhi variabel dependent, yaitu human error.