• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

11. Staf Piutang Korporasi dan Asurans

4.3.2 Pengaruh Penempatan Terhadap Human Error

Melalui Uji-t diketahui penempatan berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap human error paramedis di RSIA. Stella Maris kota Medan. Artinya, bahwa variabel penempatan tidak memiliki pengaruh terhadap human error karena walaupun variabel penempatan yang meliputi pendidikan, pengalaman, keahlian/keterampilan kerja, dan kesesuaian karakteristik individu ditingkatkan atau dilakukan seefektif dan seefisien mungkin, tidak akan mempengaruhi peningkatan atau penurunan human error seperti kelalaian karena tidak melakukan Standard Operating Procedure (SOP), kesalahan membaca hasil pemeriksaan, kesalahan menulis diagnosa, kesalahan penginfusan, kesalahan pemberian obat, kesalahan pemberian diet (makanan), kesalahan pemberian dan pengambilan darah, kesalahan pemberian terapi medis, dan kesalahan tindakan operasi. Nilai t negatif tersebut menunjukkan bahwa variabel penempatan

mempunyai hubungan yang tidak searah dengan human error dan tidak berpengaruh signifikan terhadap human error.

Seperti yang dikemukakan oleh Cahaya (2011) dalam penelitannya yang berjudul “Pengaruh Seleksi dan Penempatan Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Dalam Menurunkan Tingkat Kesalahan Kerja Pada Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik”, menyatakan bahwa seleksi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan dalam menurunkan tingkat kesalahan kerja di rumah sakit. Sementara, penempatan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap prestasi kerja karyawan dalam menurunkan tingkat kesalahan kerja di rumah sakit.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 138 responden, diketahui bahwa penempatan kerja yang dilakukan oleh rumah sakit sudah cukup baik namun tidak memiliki pengaruh apapun terhadap human error. Hal ini dapat terlihat berdasarkan pendidikan, keahlian/keterampilan kerja, dan kesesuaian karakteristik individu. Rata-rata yang diperoleh pada pertimbangan pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti cukup rendah jika dibandingkan dengan rata- rata keseluruhan pernyataan karena setelah proses seleksi dan calon paramedis sudah tahu akan ditempatkan dimana, rumah sakit akan memberikan pelatihan lagi yang sesuai dengan kebutuhan paramedis tersebut. Maka dari itu, pelatihan yang pernah diikuti oleh calon paramedis sebelumnya tidak terlalu berpengaruh terhadap human error karena seringkali pelatihan yang sebelumnya mereka ikuti kurang sesuai dengan posisi dan kebutuhan pekerjaan mereka yang sekarang.

Penempatan pekerjaan juga tidak terlalu memperhatikan kriteria pengalaman dan lamanya masa kerja calon paramedis sebelumnya karena

persyaratan tersebut sudah diberikan pada tahap proses penyeleksian paramedis sehingga pada tahap penempatan, paramedis yang akan ditempatkan pasti sudah sesuai dengan kriteria yang dicari oleh rumah sakit. Oleh karena itu, pengalaman paramedis sebelumnya tidak terlalu berpengaruh terhadap human error karena di rumah sakit tersebut masih sering menerima calon paramedis yang belum memiliki pengalaman bekerja sebelumnya (fresh graduate).

Kesesuaian kemampuan berkomunikasi yang baik juga memperoleh rata- rata yang cukup rendah dalam proses penempatan karena jika seseorang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, maka dimana saja ditempatkan tidak akan mempengaruhi human error. Oleh karena itu, kemampuan berkomunikasi paramedis tidak terlalu berpengaruh terhadap human error karena pemilihan paramedis yang seluruhnya berjenis kelamin perempuan cukup mempengaruhi kemampuan mereka dalam berkomunikasi sehingga ditempatkan di posisi mana pun tidak akan menimbulkan masalah karena baiknya dalam berkomunikasi.

Kesesuaian riwayat kesehatan dengan jabatan mereka juga memperoleh rata-rata yang cukup rendah dalam proses penempatan karena pekerjaan sebagai paramedis yang sangat rentan terjadi penularan apabila paramedis yang menangani seorang pasien sedang menderita suatu penyakit. Maka dari itu, calon paramedis tidak bisa ditempatkan di posisi mana pun jika ia memiliki riwayat kesehatan yang kurang baik. Sebaliknya, apabila seorang calon paramedis tidak memiliki riwayat kesehatan yang buruk atau tidak sedang menderita suatu penyakit yang menular, maka ia dapat ditempatkan di posisi mana pun sebagai paramedis sesuai dengan kulifikasi pekerjaannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan

bahwa riwayat kesehatan calon paramedis tidak terlalu berpengaruh terhadap human error karena paramedis yang telah lolos proses seleksi sudah pasti memiliki riwayat kesehatan yang sangat baik sehingga dapat ditempatkan diposisi mana pun sebagai paramedis.

Terakhir, kesesuaian kepribadian yang dimiliki paramedis dengan jabatan mereka juga memperoleh rata-rata yang cukup rendah karena sifat manusia yang cenderung dapat berubah sewaktu-waktu tidak dapat dijadikan tolak ukur terjadinya human error di suatu rumah sakit. Maka dari itu, di posisi mana pun pasti memiliki suatu tekanan masing-masing bagi paramedis sehingga perubahan kepribadian seperti sikap, perilaku, emosi, dan temperamen dapat berubah kapan saja. Terlebih lagi, pekerjaan sebagai paramedis yang mengharuskan mereka berhadapan langsung dengan orang banyak setiap harinya sehingga diharapkan paramedis memiliki kepribadian yang baik, ramah, jujur, dan sopan kepada pasien. Oleh karena itu, kepribadian paramedis tidak terlalu mempengaruhi human error karena semua pekerjaan paramedis di rumah sakit mengharuskan mereka berhubungan langsung dengan pasien, jadi kepribadian manusia yang tidak tetap dan dapat berubah kapan saja tidak cukup mampu mempengaruhi human error.

Maka, dapat disimpulkan bahwa penempatan tidak memiliki pengaruh terhadap human error. Meskipun pelaksanaan proses penempatan ditingkatkan keakuratannya, tidak akan terjadi perubahan atau pengaruh apapun terhadap human error paramedis. Hal ini disebabkan karena sebelum proses penempatan, calon paramedis sudah diseleksi dengan sangat baik untuk mengisi posisi yang dicari pihak rumah sakit sesuai dengan kualifikasi pekerjaan yang disyaratakan

dan nantinya akan dilatih lagi oleh instruktur-instruktur pelatihan yang sangat berpengalaman dan berkompeten di bidangnya. Bahkan, setelah mengikuti pelatihan, paramedis akan tetap dimonitor dan dilihat apakah terjadi perubahan- perubahan positif dari paarmedisnya atau tidak. Jadi, apabila paramedis tidak dapat memenuhi harapan rumah sakit setelah mengikuti pelatihan, maka pihak rumah sakit akan kembali menyelenggarakan program pelatihan bagi paramedisnya agar target rumah sakit terhadap paramedisnya dapat terwujud dan paramedis diharapkan akan lebih mampu mengurangi kesalahan saat bekerja setelah mengikuti pelatihan.