• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi Pangan

Dalam dokumen BPPT OUTLOOK TEKNOLOGI PANGAN 2016 (Halaman 48-53)

BAB 2 POTRET KONDISI PANGAN SAAT INI

2.5. Distribusi Pangan

Aksesbilitas merupakan salah satu subsistem ketahanan pangan yang berfungsi untuk mewujudkan distribusi pangan yang efektif dan efisien agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Dengan demikian, aksesbilitas pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk dapat menjangkau/mendapatkan pemenuhan

kebutuhan pangan sepanjang waktu; jumlah, mutu, aman, serta keragaman guna menunjang hidup yang aktif, sehat, dan produktif.

Distribusi pangan merupakan salah satu aspek strategis dalam subsistem aksesbilitas pangan. Apabila tidak dapat terselenggara secara baik dan lancar, bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat tidak akan terpenuhi. Distribusi pangan ini diharapkan dapat terlaksana secara efektif, efisien, dan merata di setiap lokasi berlangsungnya transaksi bahan pangan. Distribusi pangan harus mampu menjamin tersedianya pangan dan pasokannya secara merata sepanjang waktu baik jumlah, mutu yang aman dan beragam untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Beberapa masalah pangan yang umum dihadapi adalah keadaan kelebihan pangan, kekurangan pangan, dan ketidakmampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan. Masih adanya penduduk miskin, daerah rawan pangan, produksi pangan yang dihasilkan tidak merata antarwilayah dan sepanjang waktu, dan potensi SDA yang berbeda di masing-masing daerah akan berpengaruh terhadap distribusi dan pasokan bahan pangan. Distribusi pangan semakin penting peranannya karena adanya kesenjangan antara produksi dan kebutuhan pangan di setiap wilayah yang tidak semua wilayah tersebut mampu berswasembada pangan.

Distribusi pangan

merupakan salah

satu aspek strategis

dalam subsistem

aksesbilitas pangan

Situasi ketahanan pangan di negara kita masih lemah. Selain adanya kesenjangan antara produksi dan kebutuhan pangan di setiap wilayah juga disebabkan oleh faktor kemiskinan yang menyebabkan daya belinya rendah dan lebih jauh lagi berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan kalori dan gizi.

Tersedianya pangan bukan berarti masyarakat mampu memperoleh pangan karena keterbatasan daya beli masyarakat yang rendah akibat kemiskinan. Kebijakan distribusi beras yang dilakukan oleh Pemerintah dikaitkan dengan upaya memperkuat daya beli masyarakat untuk memperkuat aksesibilitas pangan dan managemen cadangan beras nasional.

Kebijakan yang diambil oleh pemerintah adalah meningkatkan daya beli masyarakat miskin dalam mencukupi kebutuhan pangan beras melalui Program Beras untuk Orang Miskin (Raskin). Bantuan yang diberikan kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) dalam Program Raskin adalah beras sebanyak 15 kg/bulan dengan harga tebus Rp1.600/kg yang diterima di Titik Bagi. Angka kemiskinan di Indonesia masih cukup tinggi yaitu berkisar 11,25 % atau sebanyak 28,28 juta orang pada tahun 2014 (Lampiran 2.1.).

Pada tahun 2015 angka kemiskinan sebesar 11,22% atau sebanyak 28,59 juta orang (BPS, 2015) dan Pemerintah pada tahun 2015 telah menetapkan sasaran program raskin dengan memberikan bantuan beras sebanyak 15 kg/bulan dengan harga tebus Rp1.600/kg kepada 15.530.897 RTS. Jumlah tersebut setara dengan 2,8 juta ton beras yang disalurkan kepada 15.530.897 RTS diseluruh Indonesia. Jika setiap RTS terdiri dari 4 orang, berarti Program Raskin telah mendistribusikan bantuan beras kepada 62,12 juta orang. Gambaran program Raskin pada tahun 2015, RTS mencapai 15,53 juta dengan pangan Raskin sebesar 2,8 juta ton, ditambah Raskin ke 13 dan ke 14 masing-masing sebanyak 232 ribu ton. Rincian pangan untuk Raskin disajikan pada Lampiran 2.2.

Pada tahun 2005 penerima Raskin hanya sebesar 8,3 juta RTS dengan anggaran Rp4,7 Trilun. Setelah 3 tahun meningkat yaitu pada tahun 2008 sebesar 19,1 juta RTS dengan anggaran Rp10,10 Triliun. Dengan demikian Program Raskin menjadi program yang sangat strategis dalam ketahanan pangan nasional dan memberikan dampak yang sangat besar terhadap aspek sosial-ekonomi. Hasil kajian yang dilakukan oleh

DIVERSIFIKASI PANGAN KARBOHIDRAT 2016

masyarakat miskin dalam mencukupi kebutuhan pangan juga berpengaruh terhadap stabilisasi harga beras nasional dan inflasi. Gambaran tentang jumlah dan anggaran untuk raskin disajikan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Diagram Penerima Raskin dan anggaran Raskin dari tahun 2005-2015

Mekanisme penyaluran Raskin kepada Rumah Tangga Sasaran yang dilakukan Pemerintah seperti tertuang dalam Gambar 2.6 menunjukkan mekanisme penyaluran Raskin di daerah. Pemerintah Pusat melalui Perum Bulog akan menyalurkan Raskin sampai Titik Distribusi. Adapun dari Titik Distribusi sampai Titik Bagi dapat dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja), Warung Desa (Wades) atau Kelompok Masyarakat (Pokmas). Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam penyaluran dari Titik Distribusi sampai Titik Bagi. Berikut alur distribusinya:

Gambar 2.6. Mekanisme penyaluran raskin di lapangan

Selain bantuan beras untuk Rumah Tangga Miskin, Pemerintah juga setiap tahun mengalokasikan cadangan beras yang disebut Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang disimpan di gudang Bulog untuk tujuan memenuhi kebutuhan pangan dalam penanggulangan keadaan darurat bencana, penanganan kerawanan pangan pascabencana, kerjasama internasional bantuan sosial dan kepentingan lain yang terkait dengan bantuan sosial serta operasi pasar apabila terjadi gejolak harga di pasaran. Penggunaan cadangan beras pemerintah untuk bantuan sosial merupakan otoritas Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan diatur oleh Permenko Kesra Nomor 03 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah untuk Bantuan Sosial.

Pemerintah Pusat dalam hal ini Menko Kesra/Menko PMK telah melimpahkan kewenangan kepada Bupati/Walikota untuk menyalurkan beras sebanyak 100 ton

DIVERSIFIKASI PANGAN KARBOHIDRAT 2016

Gubernur diberikan kewenangan sebesar 200 ton untuk penanganan tanggap darurat di wilayahnya. Sedangkan operasi pasar merupakan kewenangan Menko Perekonomian yang diatur oleh SKB Menko Kesra dan Menko Perekonomian nomor: Kep 46/M.EKON/08/2005 dan Nomor: 34/KEP/MENKO/KESRA/VIII/2005. Gambaran jumlah realisasi dan cadangan beras per provinsi disajikan pada Lampiran 2.3.

2.6. KEBIJAKAN PANGAN SAAT INI

Berdasarkan data dan berbagai penelusuran informasi tentang kebijakan pangan maka yang tertera dalam program di Bappenas maupun Kementerian Pertanian difokuskan pada penyediaan beras, daging, kedelai, dan gula. Oleh sebab itu semua dokumen yang tertulis sampai pada tahun 2019 mengacu pada Nawacita yang telah ditentukan oleh Presiden. Program Nawacita Pemerintah No. 7 yaitu Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Untuk melihat dari sisi dukungan kebijakan yang tergambar di arah kebijakan dan strategi Pembangunan Pertanian 2015 s/d 2019 adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan Agroindustri yang terdiri dari:

a. Meningkatnya PDB industri pengolahan makanan dan minuman serta produksi komoditas andalan ekspor dan komoditas prospektif.

b. Meningkatnya jumlah sertifikasi untuk produk pertanian dan ekspor. c. Berkembangnya agroindustri terutama di perdesaan.

2. Peningkatan kedaulatan pangan yang terdiri dari:

a. Peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan kapasitas produksi dalam negeri yang meliputi komoditas padi, jagung, kedelai, daging, gula, bawang merah, dan cabai (Pajele Babe).

b. Peningkatan kualitas distribusi konsumsi pangan dan gizi masyarakat c. Mitigas gangguan terhadap ketahanan pangan untuk mengantisipasi

bencana alam dan dampak perubahan iklim dan serangan organisme tanaman dan penyakit hewan.

d. Peningkatan kesejahteraan pelaku utama penghasil bahan pangan. Adapun sasaran strategis Kementerian Pertanian RI tahun 2015 s.d. 2019 adalah sebagai berikut:

a. Swasembada padi, jagung, kedelai serta peningkatan produksi daging dan gula.

b. Peningkatan diversifikasi pangan.

c. Peningkatan nilai tambah, daya saing, ekspor dan subsitusi ekspor. d. Penyediaan bahan baku dan bioenergi.

e. Peningkatan kesejahteraan petani.

Terkait dengan pangan pokok lokal maka kegiatan pembuatan Outlook

Teknologi Pangan Diversifikasi Pangan Karbohidrat ini akan mendukung program

besar tentang peningkatan diversifikasi pangan. Sejatinya sumber pangan pokok karbohidrat Indonesia cukup banyak dan secara kearifan lokal sudah teruji secara empiris. Oleh sebab itu, untuk mengangkat keberadaan sumber karbohidrat lokal tersebut perlu dukungan teknologi yang memadai.

Dalam dokumen BPPT OUTLOOK TEKNOLOGI PANGAN 2016 (Halaman 48-53)

Dokumen terkait