• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi Responden Berdasarkan Kesediaan Membayar

VII. NILAI KERUGIAN NEGARA AKIBAT PENEBANGAN LIAR

7.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kesediaan Membayar

 

Jumlah kerusakan akibat dampak banjir/longsor Cycloops terbesar yakni pada kesehatan masyarakat sebanyak 2.592 kasus dengan nilai kerugian sebesar Rp 152.325.000. Sedangkan kerugian terbesar pada sektor usaha perdagangan sebanyak 13 unit dengan nilai kerugian sebesar Rp 1.211.130.000.

Jumlah kerusakan sarana dan prasarana sebanyak 5.529 unit/ha/kg dan kerugian sebesar Rp 35.681.064.000. Sedangkan dampak banjir/longsor terhadap kerugian masyarakat sebanyak 3.306 unit/ha/kg dengan jumlah kerugian sebesar Rp 3.287.691.600.

Jumlah kerugian kenyamanan sebanyak 172.500 unit/ha/kg dengan jumlah kerugian sebesar Rp 14.886.000.000. Total kerugian ekonomi masyarakat akibat

banjir/longsor Cycloops di Distrik Sentani Tahun 2007 adalah sebesar Rp 53.854.755.600. Dalam hal ini diasumsikan seluruh nilai kerugian berdasarkan

nilai basis perhitungan tahun 2007.

Total kerugian ekonomi tersebut memiliki makna sebagai jumlah kerugian yang harus ditanggung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura. Total kerugian tersebut akan berdampak terhadap peningkatan pengeluaran pemerintah yakni harus membangun kembali fasilitas sarana dan prasarana umum seperti jalan raya, jembatan, kantor-kantor pemerintahan, sekolah-sekolah dan fasilitas lainnya yang mengalami kerusakan.

Dampak lainnya bahwa dana yang dianggarkan terhadap rekonstruksi sarana dan prasarana umum akan mempengaruhi komposisi pengeluaran dan penentuan prioritas program pemerintah daerah Kabupaten jayapura tahun 2008 dan tahun berikutnya.

7.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kesediaan Membayar (WTP)

Untuk mengetahui distribusi responden berdasarkan kesediaan membayar (WTP) dilaksanakan beberapa tahapan Contingent Valuation Method (CVM) terhadap peningkatan kualitas lingkungan dan kelestarian Cagar Alam Pegunungan Cycloops dengan responden sebanyak 100 KK. Pelaksanaan CVM dilakukan dengan tahapan: pembentukan pasar hipotetik, mendapatkan nilai penawaran, menghitung nilai rata-rata WTP, memperkirakan kurva permintaan dan penjumlahan data.

   

7.8.1. Pembentukan Pasar Hipotetik

Pasar hipotetik yang dibentuk adalah suatu pasar dengan kualitas lingkungan yang berbeda dengan kondisi saat ini (sebelum penelitian).

Peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan Cycloops dilakukan untuk menanggulangi kerusakan dan mencegah banjir/longsor Cycloops di waktu yang akan datang.

Upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan Cycloops dilakukan dengan mengadakan sosialisasi tentang manfaat dan fungsi Cycloops, pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian masyarakat setempat, untuk mengurangi ketergantungan pada sumberdaya alam setempat, pemberian bantuan yang sifatnya menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan juga kemandirian masyarakat.

Usaha peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian Cycloops dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah daerah Kabupaten Jayapura, Tokoh Adat, Tokoh Agama, LSM, Akademisi dan Masyarakat itu sendiri.

Kegiatan perbaikan kualitas lingkungan Cycloops dilakukan melalui program rehabilitasi lahan di luar kawasan hutan. Sedangkan langkah-langkah untuk mencegah kerusakan hutan Cycloops, penebangan liar dan meningkatnya lahan kritis dapat diatasi melalui pengawasan dan patroli yang dilakukan oleh pemerintah secara terus-menerus dengan melibatkan masyarakat setempat. Untuk terselenggaranya kegiatan pengamanan dimaksud, maka pemerintah telah menganggarkan dana operasional pengamanan dan pengawasan (Tabel 20).

Tabel 20 Anggaran Operasi Pengamanan dan Perlindungan Hutan Cycloops Tahun 2007

No. Jenis Kegiatan Volume Harga

Satuan (Rp)

Jumlah (Rp) Operasi Rutin

1. A. Belanja Bahan :

a. BBM Transportasi Tim

(26 hari x12 bln) 312 150.000 46.800.000 b. Alat Tulis Kantor 12 PKT 350.000 4.200.000 c. Dokumentasi dan Penggandaan

Laporan

12 PKT 350.000 4.200.000

Jumlah -A 55.200.000

   

Tabel 20 Anggaran Operasi Pengamanan dan Perlindungan Hutan Cycloops Tahun 2007

No. Jenis Kegiatan Volume Harga

Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

B. Honor Yang Terkait dengan Output Kegiatan :

a. Upah Penyusunan Rencana Operasi (7 org x 4 kali x 5 hari)

140 OH 30.000 4.200.000 b. Upah Tenaga Motoris (5 org x 5

hari)

25 HOK 50.000 1.250.000 c. Upah Penyusunan Laporan (7 org

x 4 kali x 5 hari) b. Alat Tulis Kantor 2 PKT 350.000 700.000 c. Dokumentasi dan Penggandaan

Laporan

4 PKT 550.000 2.200.000

Jumlah –A 4.100.000

B. Honor Yang Terkait dengan Output Kegiatan :

a. Upah Penyusunan Rencana

Operasi (5 org x 2 kali x 5 hari) 50 OH 30.000 1.500.000 b. Upah Tenaga Motoris ( 3 org x 2

kali x 5 hari) 30 HOK 50.000 1.500.000 c. Upah Penyusunan Laporan (5 org

x 2 kali x 5 hari) 50 OH 30.000 1.500.000

Jumlah -B 4.500.000

C. Belanja Perjalanan Lainnya (DN):

a. Uang Harian Petugas Operasi (10

org x 2 kali x 5 hari) 100 120.000 1.200.000

Total -2 9.800.000

3. Operasi Gabungan A. Belanja Bahan :

a. BBM Transportasi Tim 4 PKT 750.000 3.000.000 b. Alat Tulis Kantor 4 PKT 300.000 1.200.000 c. Dokumentasi dan Penggandaan

Laporan 4 PKT 500.000 2.000.000

Jumlah -A 6.200.000

   

Tabel 20 Anggaran Operasi Pengamanan dan Perlindungan Hutan Cycloops Tahun 2007

No. Jenis Kegiatan Volume Harga

Satuan (Rp)

Jumlah (Rp) B. Honor Yang Terkait dengan

Output Kegiatan :

a. Upah Penyusunan Rencana Operasi (5 org x 4 kali x 5 hari)

C. Belanja Perjalanan Lainnya (DN):

a. Uang Harian Petugas Operasi (7 org x 4 kali x 7 hari)

196 PKT 120.000 23.520.000

Total -3 39.920.000

4. Pembinaan Satuan Pengamanan Swakarsa Masyarakat

A. Belanja Bahan :

a. BBM Transportasi Tim 1 PKT 750.000 750.000 b. Alat Tulis Kantor 1 PKT 350.000 350.000 c. Dokumentasi dan Penggandaan

Laporan 1 PKT 500.000 500.000

Jumlah –A 1.600.000

B. Honor Yang Terkait dengan Output Kegiatan :

a. Upah Penyusunan Rencana Operasi (5 org x 5 hari)

C. Belanja Perjalanan Lainnya (DN):

a. Uang Harian Petugas Operasi

(5 org x 7 hari) 35 HOJ 120.000 4.200.000

Total -4 7.300.000

Total 1 + 2 + 3 + 4 121.870.000

Sumber: BKSDA Papua, 2007

   

Jumlah anggaran operasi pengamanan dan pengawasan hutan konservasi Papua dan Cagar Alam Pegunungan Cycloops khususnya tahun 2007 dibagi dalam 4 bidang kegiatan yakni, pertama, operasi rutin, kedua, operasi fungsional, ketiga, operasi gabungan dan keempat, pembinaan satuan pengamanan swakarsa masyarakat.

Kegiatan pertama, Operasi rutin diselenggarakan setiap hari oleh polisi kehutanan dari BKSDA Papua dengan jumlah personil tujuh orang, jumlah dana operasional sebesar Rp 64.850.000. Pengeluaran terbesar yakni untuk membiayai BBM Transportasi Tim sebesar Rp 55.200.000, diikuti dokumentasi dan penggandaan laporan sebesar Rp 4.200.000. Besarnya biaya BBM disebabkan oleh luas hutan Cycloops membentang dari ujung Kota Jayapura sampai ujung Kabupaten Jayapura.

Kegiatan kedua, Operasi Fungsional dilaksanakan oleh masing-masing seksi yang terdapat di BKSDA Papua dengan jumlah personil tujuh orang, jumlah anggaran sebesar Rp 9.800.000. Jumlah biaya terbesar adalah biaya dokumentasi dan penggandaan laporan sebesar Rp 2.200.000, diikuti upah penyusunan rencana operasi dan upah motoris masing-masing sebesar Rp 1.500.000.

Kegiatan ketiga, Operasi Gabungan yang diselenggarakan oleh gabungan BKSDA Papua, Masyarakat dan Polri dengan jumlah personil 5 orang dan jumlah anggaran sebesar Rp 39.920.000. Biaya terbesar yakni belanja perjalanan dinas berupa upah harian petugas pelaksanaan sebesar Rp 23.520.000.

Kegiatan keempat, Pembinaan Satuan Pengamanan Swakarsa Masyarakat dengan jumlah personil 5 orang dan jumlah anggaran sebesar Rp 7.300.000. Biaya terbesar yakni belanja perjalanan dinas berupa upah harian petugas pelaksanaan sebesar Rp 4.200.000, diikuti BBM transportasi, upah penyusunan rencana operasi, upah penyusunan laporan masing-masing sebesar Rp 750.000.

Jumlah total anggaran operasional pengamanan dan pengawasan hutan papua hanya mencapai Rp 121.870.000, bila dibandingkan dengan luas hutan Cycloops sebesar 22.500 hektar sangatlah tidak sebanding. Disisi lain total anggaran operasional pengamanan dan pengawasan hutan menunjukkan perbedaan yang sangat besar dengan jumlah kerugian ekonomi negara akibat

   

penebangan liar dan juga jumlah kerugian masyarakat akibat dampak banjir/longsor Cycloops.

Minimnya anggaran operasional pengamanan hutan tersebut mengakibatkan operasi pengamanan dan pengawasan yang dilakukan oleh BKSDA Papua tidak maksimal, serta menyebabkan ketidakmampuan BKSDA Papua untuk menekan penebangan liar yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Oleh karena itu, sangat diharapkan keseriusan pemerintah pusat dan daerah untuk mengatasi hal tersebut. Keseriusan pemerintah tersebut yakni berupa peningkatan jumlah anggaran operasi pengamanan hutan setiap tahunnya, serta program-program lainnya yang dapat menekan kerusakan hutan Cycloops.

Menindaklanjuti masalah di atas, maka pemerintah juga sangat mengharapkan partisipasi dan swadaya masyarakat untuk memperbaiki kualitas lingkungan. Partisipasi dan swadaya masyarakat tersebut berupa kesediaan untuk membayar (Willingness to Pay) dari masyarakat. Untuk mengetahui tingkat kesanggupan masyarakat untuk menyumbang terhadap upaya perbaikan lingkungan tersebut, maka dalam penelitian ini dirancang skenario sebagai berikut (Kotak 1).

   

7.8.2. Mendapatkan Nilai Penawaran (Obtaining Bids)

Berdasarkan skenario yang ditawarkan pada responden dalam bentuk kuesioner, maka diperoleh nilai penawaran (pilihan) responden terhadap peningkatan kualitas lingkungan Cagar Alam Cycloops atas kesediaan mereka untuk membayar sejumlah uang (WTP). Dari hasil tabel di bawah ini menunjukkan bahwa total nilai tengah (median) WTP responden di Kelurahan Hinekombe sebesar Rp 1.500 dan standar deviasi 6031,31, dan Kelurahan Sentani Kota Rp 1.000 dan standar deviasi 6561,15 serta Kelurahan Dobonsolo Rp 1.500 dan standar deviasi 6560,51 (Tabel 21).

Kotak 1 Skenario Program Perbaikan Kualitas Lingkungan CAPC Cagar Alam Pegunungan Cycloops merupakan kawasan konservasi yang berada di Kabupaten Jayapura. Kawasan Cycloops dalam dekade terakhir ini mengalami tekanan degradasi yang cukup kritis. Degradasi lingkungan tersebut menyebabkan luas hutan CA. Cycloops semakin berkurang. Kekhawatiran yang timbul adalah semakin meningkatnya degradasi yang berpengaruh terhadap produksi air bersih bagi masyarakat di Kabupaten dan Kota Jayapura, ketersediaan air untuk Danau Sentani, serta terciptanya pembangunan berkelanjutan.

Seiring hal tersebut, pemerintah akan memprioritaskan kawasan hutan Cycloops untuk direhabilitasi. Dana rehabilitasi kawasan tersebut selain dari pemerintah juga ditambah dengan sumbangan dari pihak swasta dan lembaga swadaya masyarakat. Biaya rehabilitasi hutan di Indonesia berkisar antara US$ 43 hingga US$

15.221 per hektar. Sedangkan biaya rehabilitasi standar HTI adalah US$ 550 atau (Rp 5.000.000) per hektar. Maka total dana rehabilitasi di CA. Cycloops adalah Rp 5.000.000 X 9.374 ha (luas lahan kritis) = Rp 46.870.000.000.

Pemerintah hendaknya melibatkan masyarakat dalam program perbaikan lingkungan Cycloops yakni berupa penanaman pohon kembali. Seandainya skenario program tersebut dilaksanakan :

1. Apakah Bapak dan Ibu bersedia membayar/menyumbang untuk membiayai kegiatan perbaikan lingkungan tersebut?

2. Jika bersedia, berapa besarnya jumlah uang yang akan dibayarkan oleh Bapak dan Ibu?

   

Tabel 21 Nilai Tengah (Median) WTP dan Standar Deviasi Responden di Distrik Sentani

No. Nama Kelurahan Median (Rp) Standar Deviasi

1. Hinekombe 1.500 6031,31

2. Sentani Kota 1.000 6561,15

3. Dobonsolo 1.500 6560,51

Sumber : Data Primer diolah, 2009.

7.8.3. Menghitung Rata-Rata Nilai WTP

Rata-rata nilai WTP responden yang tinggal di Distrik Sentani dan menjadi korban banjir/longsor Gunung Cycloops (Tabel 22). Hasil tabel 22 menunjukkan Jumlah responden di Kelurahan Hinekombe sebanyak 40 KK, nilai WTP terendah sebesar Rp 1.000 dengan jumlah 15 KK atau 37,5% dan WTP tertinggi Rp 20.000 sebanyak 4 KK atau 10%. Sedangkan total WTP sebesar Rp 187.500 dengan rata-rata Rp 4.687.

Jumlah responden di Kelurahan Sentani Kota sebanyak 25 KK, sedangkan WTP terendah sebesar Rp 1.000 dengan jumlah 12 KK atau 48% dan WTP tertinggi Rp 20.000 sebanyak 2 KK atau 8%. Total WTP responden sebesar Rp 104.500 dengan rata-rata Rp 4.180.

Jumlah responden di Kelurahan Dobonsolo sebanyak 35 KK, sedangkan WTP terendah di Kelurahan Dobonsolo sebesar Rp 1.000 dengan jumlah 14 KK atau 40% dan WTP tertinggi Rp 20.000 sebanyak 5 KK atau 14,29%. Total WTP sebesar Rp 206.500 dengan rata-rata Rp 5.900. Jumlah responden di tiga kelurahan sebanyak 100 KK, total WTP responden sebesar Rp 498.500 dengan rata-rata WTP responden di Distrik Sentani sebesar Rp 4.985.

Rendahnya WTP responden di tiga kelurahan tersebut disebabkan oleh kondisi pekerjaan masyarakat sebagai PNS/TNI golongan rendah, serta kehidupan responden yang semakin sulit dan kebutuhan hidup semakin meningkat. Faktor lainnya nilai riil mata uang masyarakat semakin merosot dan tingkat perbandingan pendapatan responden dengan kebutuhan hidup yang tidak sebanding.

   

Tabel 22 WTP Rata-Rata Responden di Distrik Sentani Per Bulan Tahun 2007

Sumber : Data Primer diolah, 2009.

7.8.4. Memperkirakan Kurva Permintaan (Bid Curve)

Kurva permintaan dibentuk berdasarkan nilai WTP masyarakat yang diperoleh. Dari kurva permintaan tersebut dapat dihitung surplus konsumen ditunjukkan dengan segitiga di atas WTP rata-rata yaitu:

 

Gambar 9 menampilkan gabungan kurva permintaan WTP masyarakat di Distrik Sentani, surplus konsumen ditunjukkan dengan segitiga di atas WTP

rata-rata. Surplus konsumen masyarakat di Kelurahan Hinekombe adalah sebesar Rp 35.000, di Kelurahan Sentani Kota yakni sebesar Rp 35.000 dan di Kelurahan

Dobonsolo yakni sebesar Rp 30.000.

Sumbu P menunjukkan harga atau jumlah uang yang dibayarkan oleh masyarakat yakni sebesar Rp 33.333, sedangkan sumbu Q menunjukkan jumlah responden yakni sebanyak 33 orang. Titik E menunjukkan garis harga keseimbangan yang ditunjukkan pada harga Rp 4.985. Selisih harga antara harga di atas titik E dan di bawah harga tertinggi Rp 35.000 yakni sebesar Rp 28.348 adalah sebagai surplus konsumen.

Jumlah Responden (Orang)

Gambar 9 Kurva Permintaan WTP Masyarakat di Distrik Sentani.

7.8.5. Menjumlahkan Data (Agregating Data)

Tabel 23 adalah merupakan penjumlahan WTP masyarakat di Distrik Sentani. WTP rata-rata masyarakat di Kelurahan Hinekombe Rp 59.820 jumlah populasi masyarakat yang mendiami kelurahan ini yakni sebanyak 3.750 KK, total WTP/ tahunnya adalah sebesar Rp 224.325.000.

Surplus

   

Pada Kelurahan Sentani Kota WTP rata-rata sebesar Rp 59.820 dengan jumlah populasi sebesar 4.062 serta Total WTP sebesar Rp 242.988.840. pada Kelurahan Dobonsolo WTP rata-rata sebesar Rp 59.820 dengan jumlah populasi masyarakat sebanyak 926 KK dengan total WTP sebanyak Rp 55.393.320.

Sedangkan total WTP masyarakat di Distrik Sentani Tahun 2007 sebesar Rp 522.707.160.

Tabel 23 Total WTP Masyarakat di Distrik Sentani Tahun 2007

No. Nama Kelurahan

WTP Rata-Rata (Rp/Thn)

Jumlah Masyarakat

(KK)

Total WTP (Rp/Thn)

1 Hinekombe 59.820 3.750 224.325.000

2 Sentani Kota 59.820 4.062 242.988.840

3 Dobonsolo 59.820 926 55.393.320

Jumlah 522.707.160

Sumber : Data Primer diolah, 2009, dengan basis data Tahun 2007

WTP tersebut akan dipergunakan sebagai dana tambahan untuk membiayai berbagai program kegiatan rehabilitasi (reboisasi) hutan Cycloops pada daerah penyangga. Kegiatan-kegiatan tersebut terdiri dari biaya penyamaian, biaya penanaman, biaya peralatan lapangan, pemeliharaan, biaya tenaga kerja (masyarakat) dalam membantu melakukan pengamanan dan patroli kehutanan mendampingi polisi kehutanan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Jayapura dan BKSDA Papua.