• Tidak ada hasil yang ditemukan

ditempatkan dimana mereka berguna,

Dalam dokumen Jilid-15 Depernas 24-Bab-126 (Halaman 67-72)

(d). Menteri Inti Distribusi membentuk satu panitia jang dipimpinnja sendiri jang akan meretool personalia dan organisasi Kementerian Perdagangan di Pusat dan di-Daerah2,

(e). Kepala2 Perwakilan Dagang Republik Indonesia diluar Negeri

harus dinilai kembali.

(f). Inspektur Perdagangan Dalam Negeri di Daerah adalah terutama wakil dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia dan tugasnja ialah mengawasi dan memimpin pelaksanaan distribusi jang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Seterusnja ia menjampai- kan usul2 baru, usul2 penjimpangan dari peraturan2 distribusi

pusat, usul2 pembatalan peraturan2 distribusi daerah dsb. ke Pusat.

Bimbingan diberikannja sesuai dengan peraturan2 dari pusat dan

melihat kenjataan2 didaerah jang bersangkutan,

Peranan Pemerintahan Daerah dibidang Distribusi.

(a). Jang melaksanakan distribusi menurut rentjana didaerah ialah Pemerintah Daerah dibantu oleh seorang ahli distribusi sebagai Kepala Bagian Distribusi Daerah.

(b). Kepala daerah sepenuhnja bertanggungdjawab kepada Pusat, Menteri Inti Dalam Negeri, atas kelantjaran dan kesempurnaan pelaksanaan rentjana distribusi didaerah.

(c). Inspektur Perdagangan Dalam Negeri didaerah merangkap pena- sehat Kepala Daerah dalam bidang distribusi.

(d). Kepala Daerah mengadakan rentjana2 distribusi ber-tahap² untuk

daerahnja. Effisiensi bekerdja harus tetap diperhitungkan dalam rentjana dan pelaksanaan.

(e). Rentjana distribusi baru dapat didjalankan setelah mendapat per- setudjuan dari Menteri Perdagangan. Inspektur Perdagangan Dalam Negeri harus memberikan nasehat terhadap rantjangan daerah.

Peranan swasta nasional dalam distribusi.

(a). Di Pusat dan di-masing2 daerah harus diadakan Organisasi

Pengusaha Sedjenis distribusi jang mempunjai bagian jaitu : Bagian Sandang dan Bagian Pangan, atau disingkat O.P.S. Distri- busi.

(b). O.P.S.2 distribusi sedapat mungkin merupakan organisasi vertikal. (c). Pemimpin O.P.S. distribusi Pusat harus mendapat persetudjuan dari

Menteri Muda Perdagangan.

(d). Anggaran Dasar dari O.P.S. Pusat dan Daerah harus mendapat persetudjuan Menteri Muda Perdagangan.

Peranan swasta asing dalam Distribusi.

(a). Swasta asing jang bekerdja dalam bidang distribusi harus mendjadi anggota luar biasa dari O.P.S. distribusi Daerah dimana ia bekerdja. (b). Swasta asing tidak mendjadi pengurus dari O.P.S.

Tjatatan :

Mengenai peranan swasta dalam bidang distribusi bahan vital, dalam rapat Sub-Seksi distribusi ada pendapat lain menghendaki, agar peranan Swasta supaja tetap mengulami bagian dalam bidang distribusi bahan vital untuk waktu tidak terbatas.

Sudah mendjadi pendapat umum bahwa perkataan koperasi berarti kerdja-sama, sedangkan koperasi sebagai Sistim berarti sedjumlah orang mengadakan perkumpulan untuk memungkinkan setjara kerdja-sama sehingga. mentjapai hasil dengan tjara lebih ringan daripada kalau diker- djakan sendiri2 oleh orang2 itu. Ditindjau dari sudut ekonomia hal itu

adalah sangat logia sekali dan sesuai pula dengan semangat gotong- rojong. Djadi sebenarnja harus diperhatikan faktor2 ketegasan tentang

perbedaan diantara koperasi dengan badan2 perekonomian lainnja, ja'ni

seperti Firma, N.V., C.V.; dsb.

Besar-ketjilnja modal koperasi tergantung kepada djumlah atau keluar masuknja anggota2 koperasi itu sendiri, berbeda dengan badan2

perekonomian tersebut jang ditetapkan setjara hukum dan modalnja djuga ditentukan pula. Koperasi tidak didirikan untuk maksud mengedjar keuntungan, seperti badan2 hukum perekonomian lainnja, tetapi koperasi

anggautanja. Oleh karena itu bila keterangan tersebut dalam pasal ke-1 dan ke-2, mengenai „pindjam modal” baik berupa uang maupun barang

tidak dapat dilaksanakan atau dikabulkan, maka.mengandjurkan pem- bentukan koperasi2 diseluruh daerah akan ter-sia2 belaka. Terlebih pula

kalau pelaksanaan distribusi sandang-pangan itu mempergunakan badan2

perekonomian lain, jaitu Firma, N.V. dsb, maka sifat kekoperasian sudah tidak ada lagi, nafsu mengedjar keuntungan akan timbul kembali dan achirnja distribusi jang sebenarnja tidak dapat dilaksanakan,

b. Kesimpulan Tentang Gerakan Koperasi

1 Perlu adanja penentuan oleh Pemerintah bahwa gerakan koperasi benar² merupakan :

(a) alat untuk melaksanakan Ekonomi Terpimpin berdasarkan Sosialiame a la Indonesia.

(b) sendi kehidupan ekonomi bangsa Indonesia.

(c) dasar untuk mengatur perekonomian rakjat guna mentjapai taraf hidup jang lajak dalam susunan masjarakat adil dan makmur jang demokratia,

2. Penegasan diatas harus dimengerti dan diinsafi oleh seluruh alat Negara dan masjarakat.

3. Pada masa peralihan Pemerintah harus aktif menjelenggarakan/ membentuk perkumpulan2 koperasi, dari bentukan koperasi pri-

mer, koperasi pusat, gabungan sampai induk koperasi, dengan djatan :

menundjuk/menempatkan seorang petugas (pegawai Peme- rintah) sebagai Ketua perkumpulan. koperasi, (Lihat tja-

tatan 1).

4. Pada permulaan tahun 1 9 6 0 diseluruh daerah Indonesia harus dibentuk perkumpulan2 koperasi, dari tingkat primer pusat,

gabungan dan induk,

5. Instansi2 Pemerintah jang berwenang (antara lain Djawatan

Koperasi) harus mengerdjakan ketentuan2 jang tertera dalam Per-

aturan Pemerintah nomor 60 tahun 1959 pasal 23 pasal 24 pasal 2 5 .

6. Wadjib koperasi ditudjukan diuga terhadap masjarakat, dimana anggota masjarakat diwadjibkan mendjadi anggota koperasi. (Lihat tjatatan 3 ) .

7. Distribusi sandang-pangan jang priorita pertama diberikan kepada koperasi benar2 direalisasikan. (Lihat tjatatan 4 ) .

8. Untuk memudahkan distribusi maka pengumpulan bahan2 san-

dang-pangan oleh Pemerintah (P.T. 2 negara) di-dialokasi sampai

ke-daerah2 tingkat II.

9. Pemerintah (P.T.-P.T. negara) wadjib memberi kredit (berupa bahan2) kepada koperasi.

10. Perkumpulan koperasi sebagai alat distribusi sekaligus dapat di- pergunakan sebagai badan pengumpulan bahan produksi dari Rakjat.

11.

Bagian bahan sandang-pangan jang disalurkan melalui koperasi,

Untuk tahun 1961 — 10% (melandjutkan bagian tahun 1959). Untuk tahun 1962 — 25%.

Untuk tahun 1963 — 45%. Untuk tahun 1964 — 70%. Untuk tahun 1965 — 100%.

Dengan tjatatan bahwa Pemerintah dan koperasi, berusaha sekuat mung- kin memperpendek djangka waktu, umpamanja dalam 2 3 tahun sudah dapat 100% penjaluran bahan sandang-pangan dilewatkan koperasi. Tjatatan :

1. Istilah desa (P.P. No, 60 tahun 1959) diganti primer, untuk memu- dahkan terselenggaranja di-tempat2 dimana sebutan desa tidak ada,

umpama dikota besar.

Tindakan ini menjimpang dari undang2 nomor 79 tahun 1958 tentang

perkumpulan koperasi, dimana ditjantumkan ,,Keanggotaan berdasar- kan sukarela d.s.l. Pasal 2 ad d, dan Peraturan Pemerintah no. 60 tahun 1959, Pasal 1 ad Ic, jang bunjinja „Masuk koperasi adalah sukarela”.

Dalam hal ini dalam undang2 nomor 79 tersebut diatas dan Peraturan

Pemerintah nomor 60 tahun 1960 perlu diadakan Peraturan tambahan, jang memungkinkan penjimpangan pasal2 tersebut diatas dalam masa

peralihan, djadi sifatnja sementara.

2. Dalam hal ini dipergunakan dasar Ekonomi dan Demokrasi Terpim- pin. Pegawai Pemerintah jang ditugaskan diambil dari kalangan Pamong Pradja oleh karena :

Pada umumnja Pamong Pradja masih disegani oleh bawahannja : di Daswati I ditugaskan seorang Residen untuk mengetuai gabungan koperasi, di Daswati II seorang Patih sebagai Ketua Pusat Koperasi, di koperasi Primer kepala daerah setempat (di Djawa, Lurah) sebagai ketua Koperasi Primer.

3. Wadjib berkoperasi dapat dinamakan dengan „wadjib beladjar” „wadjib militer” (milisi), dan lain2 kewadjiban jang lazim mendjadi

sjarat bila orang mendjadi penduduk suatu desa.

4. Pemerintah dalam hal memberi priorita djangan tanggung2 dengan

mempergunakan alasan2 kurang adanja pengulaman koperasi, bona-

fideta dan likwidita.

Kekurangan2 ini dikompensasikan dengan diadakan sangsi2 jang

c. Bagian (Schema) Distribusi

Bagan organisasi distribusi jang sekarang sementara masih berlaku sebelum keadaan memungkinkan rentjana perubahan penjaluran barang2

sepenuhnja melalui badan2 koperasi.

Susunan badan2 penjaluran barang2 konsumsi tersebut hendaknja

disesuaikan dengan prinsip2 sebagai berikut:

1. Barang2 impor,

Tangan kesatu :

Importir (P.T. Negara, Swasta). Tangan kedua :

Grosir daerah (Tjabang P.T. Negara, Badan2 Distribusi lainnja)

jang didasarkan atas rayon (atau daerah). Tangan ketiga (pengetjer).

1. Koperasi2.

2. R.K.-R.K. dan R.T.-R.T. 3. Warung2 pengetjer atau toko2.

2. Barang2 produksi dalam negeri.

Produksi dari Pabrik2:

Tangan kesatu :

Distribusi Pusat (PGSN, IKKI, dll.), P.T.P.T. Negara (USINDO),

Tangan kedua:

Distribusi daerah atau rayon, (bisa tjabang2 P.T. Negara, atau lain-

nja).

Tangan ketiga: (pengetjer), 1. Koperasi2.

2. R.T.-R.T.

Tangan ketiga: (pengetjer). 1. Koperasi2.

2. R.T.-R.T.

3. Warung pengetjer atau toko2.

Lampiran I

NASIB PETANI PRODUSEN DAN PRODUKSINJA

Didjaman kolonial dan kini sebagian besar masih berdjalan.

EKSPOR

Dalam dokumen Jilid-15 Depernas 24-Bab-126 (Halaman 67-72)