• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jilid-15 Depernas 24-Bab-126

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jilid-15 Depernas 24-Bab-126"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 126. KEADAAN SEKARANG § 1584. Sistim Distribusi

Sistim distribusi jang sedjak beberapa tahun telah berdjalan itu, sebenarnja didasarkan atas prinsip2 ekonomi liberal, Sebab tjorak

distri-busi itu masih "liberalistis", maka dengan sendirinja tjara melaksanakan distribusi itu djuga bersifat komersiil, sehingga mudah sekali dapat menimbulkan spekulasi dan manipulasi dilapangan perdagangan dengan segala akibatnja seperti jang telah terdjadi pada masa sekarang ini.

A l a t2 distribusi jang ada sekarang ialah badan2 jang dibentuk oleh

Departemen Perdagangan jang bertugas menguasai, mengkoordinasi, dan mengawasi bahan2 sandang-pangan.

a. Badan2 Pemerintah tersebut ialah

1. Direktorat Perdagangan Dalam Negeri. 2. Direktorat Perdagangan Luar Negeri. 3. Djawatan Harga.

4. Kantor Perkembangan dan Pemeliharaan Produksi Perindustrian (K.P. 4).

5. Djawatan Koperasi.

6. Djawatan Pusat Pembelian Pemerintah (Djappp). 7. Kantor Rentjana Impor.

8. Badan Urusan Dagang.

9. Panitia Impor Barang2 Impor Penting.

10. Panitia Penjaluran Barang2 Impor Penting.

11. Dewan Perniagaan dan Perusahaan. 12. Lembaga Penjaluran Perdagangan. 13. P.T. Juda Bhakti.

14. P.T. Indevitra. 15. P.T. Satya Negara. 16. P.T. Triangle. 17. P.T. Usindo. 18. P.T. C.T.C.

19. Semua Kordinator. 20. J.B.P.

21. S.P.M.I.

b. Disamping itu djuga melalui badan Swasta seperti D.P.P., M.P.P., P.0 D. Besar dan P.U.D. pedagang perantara serta pengetjer.

c. Alat2 pengangkutan darat, laut dan udara:

Kelemahan2 jang masih terdapat dalam alat2 distribusi tersebut

adalah antara lain:

1. Kekurangan tenaga ahli/terlatih.

2. Alam pikiran dari petugas2 masih ada jang liberalistis,

(2)

§ 1585. Penjelenggaraan dan Organisasi Distribusi a. Distribusi sekarang ini masih bersifat kommersiil.

Penjelenggaraannja tidak dilakukan oleh Pemerintah, tetapi oleh para pedagang jang lazimnja disebut afnemers, Alokasi beras dan gula jang akan disalurkan kepada rakjat untuk distribusi, djatahnja ditetapkan oleh Pemerintah, dalam soal ini : Djawatan Perdagangan Dalam Negeri dengan diawasi oleh Finec.; melalui NIVAS untuk pembagian gula, sedang untuk pembagian beras djatahnja ditetapkan oleh J.U.B.M./ J,B.P.P. (Jajasan Urusan Bahan Makanan dan Jajasan Bahan Pembelian Padi).

b. Tjara2nja pengambilan gula, per-tama2: para afnemers harus

membajar uang muka, maka sesuai dengan djatah jang telah ditetapkan oleh Pemerintah pada afnemers jang bersangkutan. Pembajaran uang

Penjelenggaraannja dilakukan oleh para afnemers sebagai pedagang pertama, sebagian besar para afnemers gula itu adalah para. pedagang

Swasta Nasional. Penjelenggaraan Pengambilan gula dari pembajaran pada Bank sampai mendapatkan D.O. dari NIVAS sudah memakan, waktu 2 ~ 3 hari, belum waktu jang akan dipergunakan untuk meng-ambil gulanja di Veem atau di-pabrik2 jang selandjutnja akan disalurkan melalui para grosir sebagai pedagang kedua. Para grosir berkewadjiban menjalurkan pembagian gula itu kepada warung2/toko2 pengetjer dalam

daerah Swatantra Tingkat II/Kotapradja/Kabupaten sampai kekam-pung-kampung, desa2, dan warung2/toko2 pengetjer harus melajani para

konsumen pembeli dikampung2/desa2 masing2.

Begitu djuga pembagian beras dan minjak kelapa hampir sama tjara/ Sistim dan penjelenggaraannja, jang berbeda hanja penentuan Delivery Ordernja. Kalau pada pembagian gula jang menentukan Delivery Order (D.O.) oleh NIVAS, dengan diawasi serta penetapan alokasinja ditentu-kan oleh Inspeksi Djawatan Perekonomian Umum dan Finec, maka pada pembagian beras jang menentukan D.O.-nja jalah J.U.B.M./B.P.P., sedang mengenai pembagian minjak kelapa oleh Pemerintah Swatantra II, Kota Pradja atau Kabupaten dengan pabrik2 minjak-kelapa di masing2

daerah. Pendjualan minjak tanah ditentukan oleh Stanvac dan Shell B.P.M. sebagai perusahaan minjak, melalui para pedagang bangsa asing, sebagai agen2 besar dari perusahaan minjak, jang akan menjalurkan

minjaknja melalui agen2 ketjil jang sebagian besar djuga bangsa asing

selaku grosirnja jang selandjutnja menjalurkannja terus kepada warung2/

toko2 pengetjer distribusi, tetapi se-mata2 adalah perdagangan setjara

(3)

gula, beras dan minjak sesuai dengan kekuatannja berdasarkan penghi-dupan rakjat jang minimal, artinja tidak membeli untuk diperdagangkan, tetapi untuk kebutuhan sendiri sehari-hari.

c. Tjara2 penjelenggaraannja adalah sbb : seorang afnemer gula mendapat

djatah sebesar 150 ton setiap bulan, Gula sebanjak 150 ton itu harus diambil dan dibagi setiap 15 hari sekali mulai tanggal : 1 s/d 15 sebanjak 75 ton, sisanja mulai tanggal 16 sampai achir bulan sebanjak 75 ton. Seterusnja gula itu dibagikan kepada grosirnja masing2, Bila afnemer didaerah pembagian jang

telah ditentukan oleh Pemerintah mempunjai 3 grosir, maka setiap grosir mendapatkan bagian djatahnja menurut luasnja daerah, ada kalanja setiap grosir mendapat bagian 25 ton sebulan ada pula jang mendapat bagian 40 ton sebulan bila daerah-nja agak besar,

d. Bagi kita jang terpenting ialah, apa sebabnja alat2 distribusi itu tidak

menjebarkan pembagian barang2 itu. Pertama, organisasi distri-businja belum

teratur, sehingga penjaluran barang2 distribusi itu tidak

ada alat kontrolenja. Kedua, disebabkan oleh tidak adanja kontrole jang agak teliti dan tjermat, maka baik pedagang pertama ialah afnemers maupun pedagang kedua ialah grosir, tjara mendjualnja sangat bebas sekali, lagi pula sifatnja distribusi masih komersiil. Ketiga, tidak adanja kontrole jang setjara sistim kartu dan

ketentuan harus melaporkan

pen-djualan barang2 distribusinja.

Maka para pedagang, baik afnemers maupun grosir, jang tidak dikontrole penjaluran barang2nja, dapat berbuat sesukanja sendiri.

e. Atjapkali para pedagang jang dapat tugas untuk menjalurkan bahan2

makanan bagi kebutuhan rakjat banjak itu mengadakan spekulasi dan manipulasi barang2 distribusi, Pembagian barang2 bahan makanan jang seharusnja langsung

disalurkan kepada penduduk/rakjat melalui saluran2 banjak jang telah ditentukan.

Pada kenjataannja barang2 distri-busi itu sebelum sampai kepada rakjat banjak

sudah lenjap dalam per-djalanannja, sehingga timbul kesan se-olah2 pembagian

barang2 distribusi tidak merata dan tidak adil. Pedagang2 perantara jang sering2

berbuat manipulasi itu terutama pedagang2 Bangsa Asing. Mereka dapat tugas

untuk membagikan barang2 distribusi kepada warung2 pengetjer sebanjak 30 ton,

jang terbagi 20 ton sedang jang 10 ton lainnja terus didjual bebas tanpa kontrole lagi.

Bila setiap pedagang dapat mendjual barang2 distribusi setjara

bebas, maka lambat-laun barang2 distribusi itu terutama gula dan beras

akan mengalir keluar negeri terutama ke Singapura, karena barang2 itu

(4)

§ 1586. Situasi persediaan 8 matjam barang per-1959 a. B e r a s

Menurut laporan Bank Indonesia. produksi beras dalam tahun 1958 berdjumlah 681.484 ton, dengan perbandingan djumlah penduduk tahun 1958 jang menurut perkiraan mentjapai angka 88.400.000 djiwa. Itu ber-arti bahwa untuk setiap djiwa tersedia 89.8 KG beras dalam setiap tahunnja, tidak termasuk djumlah konsumsi bahan2 jang equivalent beras.

Untuk tahun 1959. produksi beras adalah sekitar 8.2 djuta ton ditambah dengan impor 800.000 ton setahunnja Djadi djumlah kwantum produksi dan impor mendjadi sekitar 9.000 000 ton,

Apabila memperhatikan kenaikan rata2 2% dalam setahunnja maka

hingga tahun 1959 djumlah penduduk mentjapai 90.000.000. Maka setjara teoritis persediaan beras dalam tahun 1959 ini telah dapat mengkonsumir sedikitnja 100 KG per djiwa dalam setahunnja,

Pada angka tersebut ditambahkan hasil produksi palawidja ialah : djagung 2.7 djuta ton equivalent beras. Karena itu persediaan produksi tersebut merupakan tambahan 80 KG per djiwa akan bahan2 konsumsi

rakjat dalam bentuk bahan2 palawidja equivalent beras.

Menurut Pemerintah berdasarkan annka2 tahun 1959 ini maka

konsumsi rakjat per djiwa per tahunnja akan bahan makanan pokok mendjadi sekitar 180 KG. jakni lebih kurang 100 KG beras ditambah 80 KG equivalent beras Apabila didasarkan atas pemakaian carbohydrat sebanjak 160 KG tiap djiwa per tahunnja maka djumlah hasil dari bahan makanan seperti angka2 tersebut diatas setjara teoritis pula dapat

dika-takan telah mentjukupi.

Akan tetapi beberapa kenjataan tentang naik turunnja harga beras dan kurangnja persediaan beras sehingga harga2 nada masa tertentu

mentjapai angka jang tinggi terutama di-daerah2 minus di-kota2 diluar

Djawa keadaan ini membuktikan bahwa ketjuali kurang lantjarnja distri-busi djuga kenjataan persediaan kwantum rill akan bahan makanan beras masih kurang mentjukupi.

Andaikata hasil2 produksi beras seperti djumlah tersebut diatas

dapat tersedia merata sepandjang tahunnja sedans pengangkutan dari daerah surplus kedaerah minus tidak mengalami kesukaran sudah pasti keadaan persediaan beras sekarang ini tidak dapat dikatakan memuas-kan. karena dari angka tsb. belum merupakan beras dibawah keinginan Rakjat.

Dan jang lebih mendapat perhatian jaitu bahwa untuk 100 KG beras seperti jang djuga diambil sebagai pedoman tersebut maka pada waktu sekarang 10% dari persediaan tersebut masih harus diimpor dari luar negeri. Teranglah bahwa kita belum mentjapai selfsupporting dalam hal kebutuhan beras ini.

(5)

Rp. 1,2 miljar karena harga betas jang didatangkan dari luar negeri adalah lebih tinggi daripada harga J.U.B.M.

b. Gula.

Produksi gula adalah 840.000 ton, sedang konsumsi adalah sekitar 700.000 ton (termasuk untuk stock sebesar 50.000 ton), dan sisanja diekspor.

Untuk angka konsumsi per djiwa per hari 35 gr. (selandjutnja tentang situasi persediaan riil lihat lampiran tentang gula).

c. Garam.

Produksi garam adalah 300.000 ton setahun. Konsumsi berkisar antara 225.000 — 250.000 ton setiap tahun dalam angka tersebut sudah terhitung pemakaian garam untuk industri. Konsumsi garam per djiwa per bulan ditetapkan 250 gram. (Lihat lampiran).

d. Tekstil kasar.

Apabila diambil angka rata2 untuk memenuhi kebutuhan per djiwa

pertahunnia 10 meter. maka diperlukan mengimpor tekstil ready sebaniak 500 a 600 djuta meter setahunnia sedang kekurangan akan bahan ter-sebut harus ditutup oleh hasil produksi dalam negeri sebaniak 200 sampai 300 djuta meter tiap tahun jang bahan2 kapas dan benanq tenunnia

untuk lebih dari 90% harus datang dari Luar Negeri Berdasarkan per-hitungan koers lama US $ = Rp. 1140. impor tekstil sebanjak tersebut diatas memerlukan 1.25 miliar rupiah. Dan dalam koers baru jang berarti harus mendjadi 4 kali sama dengan Rp. 5.000.000.000. Sedanq produksi dalam negeri berasal dari pengerdjaan benanq tenun jang djuga diimpor menelan ongkos kurang lebih 1 miljar rupiah.

Pada dewasa ini impor "gerede tekstil" + benanq tenun + kapas ditambah denqan "finished goods" dalam negeri hanja dapat mentjukupi

5 sampai 6 meter per djiwa per tahun. e. Terigu.

Kwantum terigu jang harus diimpor adalah 120.000 ton, dan ini sudah dianggap tjukup untuk memenuhi kebutuhan,

f. Minjak kelapa.

Produksi berasal dari kopra adalah 720.000 ton setahunnja, sedang konsumsi dalam negeri adalah 420.000 ton: (tentang situasi persediaan dan produksi kopra selandjutnja lihatlah lampiran). Sisa dari kebu-tuhan dalam negeri diekspor sedang kebukebu-tuhan akan minjak kelapa per tahun per djiwa adalah 5 KG menurut tjatatan F.A.O.

g. Minjak tanah.

(6)

djumlah produksi. Konsumsi ini tiap tahun bertambah dengan 10%; djadi menurut perhitungan termijn kwantum kerosin jang sekarang ber-djumlah 1,2 djuta KG, ton seharusnja ditambah dengan 10%. Tetapi kini ternjata konsumsi tahun ini masih sama seperti tahun jang lampau bulan Djuli 1958. Inilah sebabnja achir² ini Rakjat sering mengalami kesulitan² dalam mendapatkan minjak tanah.

h. Ikan asin.

Atas dasar angka2 1957 impor ikan asin berdjumlah kurang lebih

28.000 ton setahun, jang berarti kira2 70 djuta rupiah.

Persediaan produksi animale proteinen (jang berasal dari daging, ikan, telur dan lain²) ditambah dengan impor berdjumlah seluruhnja 315.000 ton. Ini berarti bahwa tersedia 10.1 gr animale protein per djiwa setiap hari, sedang angka tersebut seharusnja 15.6 gr; dengan demikian produksi animale proteinen, termasuk ikan asin masih kurang. Lagi pula kenjataan adalah bahwa rata2 tiap orang hanja memakan 4 gr, protein

hewani per hari, Bagaimanapun untuk memenuhi keperluan 15 gr. Pro-tein hewani sehari per kapita atas dasar tahun 1957, masih diperlukan 150.000 ton proten jalah kira² sama dengan 500.000 ton ikan atau daging,.

Djadi dilihat diatas dari sudut konsumsi, maka kebutuhan bahan² pokok tersebut diatas pada umumnja dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri + impor, ketjuali tekstil jang agak kurang.

Berhubung dengan besarnja kwantum impor, dari beras, tekstil dan ikan (asin) maka produksi dalam negeri dari bahan² pokok tersebut perlu sekali distimulir (Slogan B.T.I.),

(7)

§ 1587, Masalah beras

a. Persediaan beras distribusi dalam tahun 1960, ini diperkirakan sbb. : sama seperti tahun 1959 j.l. jaitu 1.134.000 ton.

dan untuk ijzeren stock 116.000 ton. Pegawai Negeri dsb.nja ditetapkan sbb. :

1. Anggauta A. P. kepala keluarga ...18 Kg. sebulan. 1. Anggauta A. P. kepala keluarga ...18 Kg. sebulan.

(8)

keluarga mereka jang tinggal di-kota2 besar Djakarta,

Semarang, Bogor, Bandung, Jogjakarta, Surabaja,

Medan, Padang, Palembang, Pontianak,

(9)

Kepala keluarga ...7,5 Kg. sebulan: istri ...7,5 „ ,, anak ...6 „ ,, 4. Pegawai negeri dan pegawai daerah autonoom (tak termasuk buruh

harian dan pegawai tak tetap) dikota2 lainnja didaerah2 sebagai

an-tjer2 sekitar :

Kepala keluarga ...:...6 Kg. sebulan. isteri ...6 „ ,, anak ...5 „ ,, b. Pembelian Padi Rakjat 1959/1960 dilakukan oleh B.P.P. jang di-bentuk oleh Kementerian Pertanian dibawah Dewan Bahan Makanan. 1. Menurut B.D.M., Badan Pembelian Padi ini didaerah2 Swatantra

Tingkat II diketuai oleh Gubernur, di Swatantra Tingkat II diketuai oleh Kepala Daerah Swatantra Tingkat II anqgauta2nja diantaranja

Djawatan Pertanian, dan Wakil2 Organisasi Tani.

2. Sistim pembelian Padi, dilaksanakan berlain-lainan, jaitu misalnja de-ngan Cash-payment dan dengan Advance-payment.

Cash-payment ini ada djuga didaerah jang melakukan dengan melalui tengkulak dan pada mereka diberi premi 3%.

Advance-payment dilaksanakan langsung kepada panitia desa, pada prakteknja kepada petani diberikan sebagai pindjaman dan tanaman sebagai borgnja,

3. Djumlah dalam tahun pembelian 1959/1960 crediet disediakan untuk pembelian adalah sebesar Rp. 1.800.000.000 dengan djumlah 900.000 ton pada.

Dari crediet tersebut jang bisa direalisir adalah :

Rp. 856.371.850.68, dan padi jang diperoleh sebanjak 515.275 ton padi, ini berarti hanja 57,25% dari djatah dapat dipenuhi.

4. Djelaslah bahwa dalam memenuhi djatah pembelian padi selalu tidak dapat tertjapai 100%, dan Sistim perlu ditindjau kembali. Karena hal jang belum dapat diterima dengan rela oleh rakjat jaitu bahwa pem-belian seharga Rp. 175,— per kwintal padi belum dapat diimbangi de-ngan pembajaran berwudjud bahan2 jg. diperlukan kaum petani

seper-ti, kain tekstil, minjak, ikan, pupuk dan sebagainja jang diluar, harga

pasaran sudah tinggi.

(10)

LAMPIRAN I       PRODUKSI DAN KONSUMSI BAHAN­BAHAN POKOK DI INDONESIA.

Berat dalam 1000 Kg. Berat dalam 1 Kg

Berat pokok

dan tahun Persediaan awal

Produksi

rakjat Produksiindustri Impor Djumlah Ekspor Persediaan achir

1955 506000. 7.046.6 — 127.78 7.680.44 — 88.000 7.592.44 82.621 91,9 90.

1956 88.000. 7.136.8 — 778.95 8.003.80 — 163.000 7.840.80 84.432 92,9 90.

1957 163.000. 6.163.2 — 563.43 7.889.68 — 108.000 7.781.6 86.659 89,8 90.

1958 108.000. 7375.62

3 — 681.484. 8165.107 —

88.400

2) 90.

2. Gula Pasir

1955 210.495 181.79 670.509 54 1.062.84 199.54

3 220.559 642.746 82.621 7,8 8.

1956 220.559 181.98 603.743 16 1.006.29 174.77 218.718 612.808 84.342 7,8 8.

1957 218.718 152.83 675.620 92 1.047.26 142.86 238.527 665.870 86.659 7,7 8.

1958 238.527 174.11

5 600.448 1.695 1.014.785 87467 217.634 709.984

88.400

2) 8,0 8

3. Garam

1955 381.278 — 46.127 24 427.429 — 109.937 317.492 82.621 3,8

1956 109.937 — - 124.08 343.392 — 80.467 262.925 84.432 3,1

1957 80.467 — 347.189 114.85 542.512 — 326.582 215.930 86 699 2,5

1958 326.582 — 234.603 6.329 567.514 — 328638 238.876 88.400

2) 2,7

4. Ikan Asia 3) 4)

1955 X 199.58 — 24.590 224.178 550 X 223.628 82.621 2,7

1956 X 209.29 — 34.647 243.943 555 X 243.388 84.432 2,9

1957 X 209.11 — 28.954 238.069 415 X 237.654 86.659 2,7

1958 X 236 X 88.400

2)

5.. Minjak Kelapa 5)

1955 X 311.806 — 1.418 82.621 1.92

1956 X 311825 — 2.255 X 84.432 1.92

1957 X 294619 — 2.027 X 86.659 1.92

1958 14 88.400

1956 X — 1.654.9 5.069 1:660.04 747.60 X 912.447 84.432 10,8 13

1957 X — 1.668.4 746 1.669.18 612.91 X 1.056.2 86.659 12,2 13

1958 X — 1.575.96

9 906 1476875 386.649 X 1.190.226 88.4002) 13,5 13

7. Tekstil kasar 8) 9)

1) Produksi minus bibit. N.B.: Angka2 tertera diatas diperoleh

dari sumber²

2) Angka2 sementara menurut perkiraan sebagai berikut :

3) Produksi ikan asin adalah : 1/2 x (75% produksi ikan laut segar B.P.S. Djawatan Pertambangan ; P.G.S.N.

ditambah 35% produksi ikan darat segar). Laporan Bank Indonesia 1957 - 1958.

4) 50%o-Ekspor ikan segar ditambah 100% ekspor ikan asin. 5) Tidak sedia angka2.

6) Persediaan minjak tanah dipertambahkan sebesar 1/24 X (produksi tahunan) 7) Termasuk white spirit, minjak terpenting buatan, dan sebagainja.

(11)

RENTJANA ALLOKASI BULANAN TAHUN 1959.

Lampiran II (Dinjatakan dalam satuan ton).

(12)
(13)

§ 1588. Masalah gula

a. Dengan produksi tahun 1958 sedjumlah 736.000 ton gula perkebunan + 285.000 ton gula mangkok = 1021000 ton dan kebutuhan per ka-pita 30 gram sehari atau seluruhnja 950.000 ton gula dan untuk ekspor 100.000 ton, ternjata peredaran gula untuk keperluan rakjat masih mengalami keseretan seperti terbukti dengan masih adanja pendjualan gula dengan harga 200% sampai 600% dari harga resmi dipasar bebas. Dengan tidak mempersoalkan faktor transpor, ekonomi dan moneter jang mempengaruhi peredaran barang2 konsumsi pokok, maka dapatlah

diambil sebagai antjar2 tingkat produksi dihubungkan dengan kebutuhan

path tahun 1940 sebagai keadaan dimana peredaran gula adalah lantjar dan terbeli oleh rakjat. Pada tahun 1940 keadaannja adalah seperti berikut :

Produksi Ekspor Sisa untuk dalam negeri

ton ton ton

Gula perkebunan, 1,6 djuta 804.000 796.000 ton Kebutuhan dalam negeri adalah 774.000 ton dengan perhitungan per kapita 30 gram sehari dan djumlah penduduk 70.4 djuta orang. Ter-dapat kelebihan gula kristal 3% dari kebutuhan dalam negeri: Apabila ditambah dengan produksi gula mangkok dengan sendirinja kelebihan itu mendjadi 30% apabila diambil sebagai antjer2 produksi gula rakjat

200.000 ton.

Untuk mentjapai selfsupporting dalam pengertian peredaran gula lan-tjar sehingga harga bisa mendjadi kenjataan dipasar bebas dan tidak mudah didjadikan bahan spekulasi, maka seharusnja ada persediaan untuk konsumsi dalam negeri 130% dari kebutuhan. Djuga harus ada kelebihan produksi gula perkebunan sedjumlah kurang lebih 300.000 ton untuk kemungkinan ekspor. Produksi ini harus bisa ditjapai dalam tahun 1961/1962 dan tahun 1960 harus dapat disiapkan rentjana untuk memenuhi djatah, seperti memetjahkan problim areal, tenaga teknis, pengairan, pupuk dan lain2.

Produksi 130% daripada kebutuhan tahun 1961 ditambah keperluan untuk ekspor 300.000 ton gula perkebunan berarti 1,3 djuta ton + 0,3 djuta ton = 1,6 djuta ton. Djikalau kapasitet produksi perkebunan dan gula mangkok seperti tahun 1958 berarti harus ada tambahan produksi 1,6 djuta ton — 1,021 djuta ton = 579.000 ton atau dibulat-kan mendjadi 600.000 ton. _

Djikalau diambil perbandingan produksi gula perkebunan adalah 70% dan gula rakjat adalah 30% maka harus kenaikan produksi gula per-kebunan 420.000 ton dan gula mangkok 180.000 ton dibandingkan dengan tingkat produksi tahun 1958.

Tetapi adalah lebih terdjamin apabila tambahan 600.000 ton dibeban-kan pada pabrik gula kristal.

Kenaikan produksi itu dapat ditambah dengan dua djalan ; 1. perluasan areal tanaman tebu;

(14)

Penambahan produksi gula perkebunan dengan 600.000 ton berarti tambahan areal tanaman tebu dengan 60.000 HA apabila didasarkan kepada rendement 1958 untuk 1 HA adalah 10,4 ton gula dengan kapasitet 52 pabrik jang bekerdja seperti tahun 1958. Ini berarti, rata2

tiap pabrik harus menambah areal dengan rata2 1150 HA atau

tam-bahan kurang lebih 110% dad kapasitet areal sekarang.

Dengan menempuh perluasan areal ini berarti harus dipetjahkan prob-lim sewa tanah jang sekarang mendjadi sebab kesulitan dalam men-dapatkan areal untuk pabrik gula.

Sewa tanah per HA ternjata lebih rendah daripada kalau tanah itu ditanami padi, palawidja dll. dalam waktu jang lebih pendek daripada masa penjewaan tanah. Produksi tahun 1961/1962 belum didasarkan kepada pendirian pabrik baru.

Djalan intensifikasi harus ditempuh untuk meninggikan produksi. Hal ini akan berarti pula pengurangan djumlah areal jang dibutuhkan untuk menambah produksi. Tahun 1958 produksi gula pasir adalah 104 kwintal gula per HA, Harus dapat diadakan research dalam tahun 1960 untuk menemukan sebab2 kemunduran rendement per HA

ter-sebut sampai 40% dibandingkan dengan tahun 1940.

Dalam tahun 1961 rendement per HA harus dinaikkan sampai 150 kwintal per HA atau dinaikkan dengan ± 50% dari tahun 1958.

Atas dasar perhitungan rendement 1961 dinaikkan mendjadi 150 kwin-tal/HA akan berarti kenaikan produksi dengan 50% X 736.000 = 368.000 ton gula perkebunan, dengan djumlah pabrik dan areal seperti tahun 1958. Tinggal kurang lebih 232.000 ton gula untuk areal 15466 HA, djadi untuk satu pabrik diperlukan perluasan areal rata-rata ± 300 HA.

Kemunduran rendement 1958 dibandingkan dengan tahun 1940 itu kemungkinan besar sekali karena fabricage, petundjuk teknis tanaman, bibit, pengairan, pemeliharaan, pupuk dan lain2.

Produksi gula mangkok atau gula rakjat harus dapat dipertahankan. Kemungkinan mengembangkan perindustrian rakjat ini adalah besar, dipergiat usaha membantu rakjat dengan alat2 penggilingan.

Hal ini telah dimulai di Djawa Timur dimana alat2 itu dibikin di

Surakarta.

Hendaknja dalam tahun 1960 diselidiki kapasitet pembikinan alat2

penggilingan itu dan produksi itu diperluas. Produksi gula mangkok 1961/1962 dianggap masih tetap seperti sekarang,

b. Produksi gula direntjanakan ditempat2 dimana sudah ada pabrik

gula-nja itu di Djawa dan produksi gula rakjat di-tempat2 terutama jang

belum ada pabrik gulanja jaitu diluar Djawa.

Pendirian pabrik gula diluar Djawa harus merupakan projek pabrik gula modern jang baru sama sekali dan djangan hanja sekedar memin-dahkan pabrik gula jang sudah ada di Djawa.

Sebab tindakan ini adalah tidak ekonomis dan bisa menimbulkan ke-sulitan2 baru dalam perlengkapan, pengangkutan, memetjahkan tenaga

(15)

c. Dalam menjelenggarakan perluasan produksi gula seperti jang diren-tjanakan diatas hendaknja Pemerintah Pusat (dalam hal ini Departemen Pertanian) mengadakan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Swa-tantra Tingkat I dan II. Sebaiknja djatah produksi gula dapat diawasi langsung oleh Pemerintah Daerah Swatantra Tingkat I dan II jang bersangkutan.

d. Apabila kita ambil dasar 52 pabrik jang bekerdja maka diperlukan tenaga2 ahli dan kedjurusan jang seimbang pula.

Dengan mengambil antjar2 Pabrik Gula Tjepiring jang menurut Bank

Industri Negara merupakan pabrik jang sudah dipimpin dengan tenaga bangsa Indonesia sendiri, maka untuk 52 pabrik jang ada sekarang diperlukan tenaga2 seperti berikut :

Administratir 52 X 1 = 52 orang tenaga ahli dan kedjuruan tersebut diatas untuk dapat mengatasi ren-tjana penambahan produksi.

e. Indonesia adalah anggota dari International Sugar Council atau Dewan Gula Internasional, setelah dengan resmi menjerahkan dokumen ratifi-kasi perdjandjian gula internasional pada tanggal 21 Pebruari 1958. Dalam Konvensi Gula jang telah diamandir, Indonesia mendapat djatah ekspor sebanjak 350.000 ton untuk tahun 1958, tetapi hanja dapat

(16)

Produksi terbesar gula didunia masih dipegang oleh Kuba dengan tingkat produksi tahun 1967/1958 sebesar 5,7 djuta ton.

Dengan berpedoman kepada djatah produksi dan kebutuhan tahun 1961 maka seterusnja dalam tahun 1962 - 1963 - 1964 - 1965 harus di-adakan perkembangan produksi sesuai dengan perkembangan djumlah kenaikan penduduk setahun rata 1,7% maka perlulah ada tambahan produksi setahun sedikitnja 2% dari tahun2 sebelumnja. Pertambahan

itu ditempuh melalui perluasan areal, mendirikan pabrik2 baru diluar Djawa,

usaha meninggikan rendement per HA.

§ 1589. Masalah minjak tanah

a. Produksi minjak tanah (kerosine) dalam tahun 1958 adalah lebih rendah daripada tahun 1957 sedangkan kebutuhan tahun 1958 naik dengan 10% (sumber laporan Bank Indonesia 1958/1959). Situasi produksi kero-sine dalam tahun2 sedjak 1955 adalah seperti berikut : (Sumber Biro Pusat

Statistik).

1955 — 1.638.000 ton 1956 1.655.000 ton 1957 — 1.668.000 ton 1958 1.575.000 ton

Pemakaian minjak lampu (kerosine) semendjak tahun 1955 hingga dengan tahun 1958 adalah seperti berikut: (Sumber Djawatan Pertam-bangan).

1955 - 717.000 ton 1956 - 797.000 ton 1957 - 911.000 ton 1958 - 1.002.000 ton

Angka2 tersebut diatas menundjukkan bahwa produksi kerosine

me-lebihi pemakaian kerosine didalam negeri selama ini. Sebagian dari hasil kerosine diekspor keluar negeri. Tetapi hingga sekarang masih sering terdjadi keseretan2 dalam peredaran minjak tanah untuk konsumsi rakjat

dimana harga etjeran pasar bebas berkisar 150% sampai 200% harga .resmi

Pemerintah.

Jang melajani konsumsi dalam negeri akan minjak tanah adalah Stan-vac, BPM dan NIAM (Permindo), Permina, PTMRI djuga melajani kebutuhan akan minjak tanah di-daerah; Mengenai tenaga jang tersedia masih perlu dipetjahkan pendidikan tenaga ahli bangsa Indonesia dan penggunaan tenaga2 ahli asing masih terdiri hanja dari ahli2 Barat,

Sampai sekarang hasil devisen maskapai2 minjak asing masih

(17)

akan berachir. Hasil devisen itu

djika didasarkan atas angka² ekspor

minjak tanah dan hasil minjak dari tahun 1955 sampai sekarang

misalnja, adalah seperti berikut :

1955 — Rp. 2.460 djuta 1956 — Rp. 2.560 djuta 1957 — Rp. 3.676 djuta 1958 — Rp. 3.218 djuta Angka² tersebut masih berdasarkan kurs 1 $ = Rp. 11,4.

b. Mengingat imbangan antara produksi minjak tanah (kerosine) dan pemakaian didalam negeri masih terdapat kelebihan jang besar maka jang mendjadi problim besar adalah melantjarkan peredaran minjak tanah tersebut sehingga tidak terdapat kenaikan harga dipasar bebas dan dapat disesuaikan dengan harga resmi jang belum dinaikkan. Sebab sedjak Dja-nuari 1960 harga minjak tanah dinaikkan oleh Pemerintah.

Persediaan untuk memenuhi kebutuhan seharusnja tidak dikurangi seperti jang terdjadi, tahun 1958. Djikalau diambil niveau persediaan

(18)
(19)

DJAWATAN PERDAGANGAN DALAM NE6ERI

II.

Bag. RESEARCH

RENTJANA DIALOKASI

"

TEKSTIL IMPOR"

(20)

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN DJAWATAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Tanah-Abang Timur No. 87,

No. 23/B-III-0/BPDN/P. Djakarta, 4 Djanuari 1960. Lampiran :

Perihal : Tindakan2 selandjutnja da- Kepada Jth. lam penjempurnaan

penja-luran barang2 dan penga- 1. Semua Inspeksi

Perdagang-wasannja. an Dalam Negeri;

2. Djawatan Perekonomian Daerah Istimewa Jogjakar-ta;

3. Kantor Perdagangan Da-lam Negeri Djakarta Raya. Untuk menetapkan pembitjaraan2 dalam rapat-kerdja dalam bulan

Desember jang lalu jang meliputi bidang2 pelaksanaan Peraturan Presiden

No. 10/1959 dan penjaluran barang teristimewa mendjelang Lebaran jang akan datang maka sesudah dikeluarkan instruksi2 pelaksanaan berdasarkan

ketentuan2 jang ditetapkan dalam Peraturan Bersama Menteri Muda

Per-dagangan dan Menteri Muda Transkopemada

7852/M. Perd. .

No. 38/33/M.M./XII/59 Transkopemada tanggal 12 Desember 1959 dan mengingat akan kenjataan, bahwa penjaluran barang2 belum berdjalan lantjar sebagaimana direntjanakan oleh

Pemerin-tah, dianggap perlu dalam sektor perlengkapan umum diambil tindakan2

selandjutnja untuk menjempurnakan penjaluran barang2 impor maupun

hasil produksi dalam Negeri jang merupakan barang2 pokok untuk

penghi-dupan rakjat.

Sesuai dengan politik Pemerintah dalam rangka mewudjudkan Eko-nomi Terpimpin, maka berdasarkan prinsip2 jang telah ditetapkan dalam

Surat Keputusan Menteri Muria Perdagangan No. 4713a/M tanggal 30 Djuli 1959 telah dan akan dikeluarkan peraturan2 penjaluran barang2

impor maupun hasil produksi didalam Negeri dimana ditetapkan arah/ tudjuan barang2 tersebut melalui djalan jang sependek-pendeknja dengan

menghapuskan „schakel” jang tidak perlu ke tempat2 sebagai „schakel”

(21)

Dengan demikian sudah dapat dikuasai se-dikit2nja diawasi semua

barang2 pokok dan barang2 lain impor maupun hasil produksi dalam Negeri,

jang dianggap perlu oleh Pemerintah dengan alat2 penjalur dan alat2

pelengkap lainnja seperti Koordinator, P.T. 2 Negara, Agen Tunggal, Badan2 Urusan bahan pokok dan Perserikatan Usaha Dagang barang2

sedjenis.

Hubungan antara Djawatan kita dengan alat2 pelengkap tersebut diatas

akan diatur dan didjelaskan dengan instruksi tersendiri dalam waktu jang singkat.

Disamping usaha Pemerintah dengan sekuat tenaga dalam penertiban disemua bidang serta usaha mempertinggi produksi, memperlantjar ekspor/ impor, mengatasi kesulitan pengangkutan, pada umumnja memperlantjar arus barang, maka dalam rangka pelaksanaan tugas Djawatan kita Disamping mengatur alokasi/dialokasi barang2 jang se-baik2nja berdasarkan

indikasi harga, mengawasi penjaluran barang, masih perlu sesudah tersedia dan teraturnja alat2 penjalur dan alat2 pelengkap sebagaimana diuraikan

diatas diambil tindakan2 dalam mengordening Toko2 Etjeran sebagai

schakel terachir dengan pembagian tugas dan tanggung-djawab kepadanja dalam usaha menjempurnakan permintaan masjarakat dan memberikan ketenangan psychologis pada rakjat dengan maksud pula mempermudah pengawasan jang harus didjalankan oleh Djawatan kita.

Dalam hubungan ini bersama ini minta segera diberikan instruksi kepada para Kepala Kantor Perdagangan Dalam Negeri dalam lingkungan daerah kerdja Sdr, masing2 sebagai berikut:

I. Segera membuat berdasarkan pendaftaran jang telah tersedia dan penjelidikan setempat suatu daftar-inpentarisasi dari petusahaan2

etjeran setempat per ketjamatan dan per golongan barang jang diperintji : 1. Toko2 Kooperasi;

2. Toko2 Etjeran Nasional;

3. Toko2, Etjeran Asing;

masing2 diperintji dalam kwalifikasi, ketjil, sedang dan besar menurut

keadaan masing2 daerah, satu dan lain dalam kerdja-sama jang baik dengan

instansi2 setempat terutama instansi2 Kooperasi serta Organisasi Swasta

dalam bentuk Organisasi2 Perusahaan Sedjenis jang telah diakui oleh

Djawatan.

Golongan barang tersebut diatas ditetapkan terdiri atas : A. Golongan barang2 sandang pangan :

jang meliputi toko2 etjeran jang bergerak dalam lapangan perdagangan tekstil, klontong, makanan, minuman, minjak tanah dan barang2 bulk lainnja. N.B.

Dalam pemberian bimbingan .jang aktip hendaknja diusahakan berdasarkan kemampuan dan keinginan dari jang bersangkutan terben-tuknja toko2 jang bergerak dalam lapangan :

(22)

a. Tekstil, klontong, makanan dan minuman (barang2 sandang-pangan

ringan);

b. Beras, gula, terigu, garam, ikan asin, minjak kelapa, minjak tanah dan barang2 bulk lainnja (barang2 sandang pangan berat);

mengingat luasnja dan berdasarkan kenjataan bahwa sebahagian besar dari toko2 Etjeran Nasional bergerak hanja dalam lapangan

perda-gangan tekstil, sedangkan sebahagian ketjil bekerdja dalam lapangan perdagangan barang2 makanan dan minuman.

B. Golongan barang2 alat2 kendaraan bermotor:

jang meliputi toko2 etjeran bengkel jang bergerak dalam lapangan

perdagangan spare-parts, ban mobil dan alat2 lainnja.

C. Golongan barang2 alat technik :

jang meliputi toko2 etjeran bengkel jang bergerak dalam lapangan

perdagangan sepeda, radio, mesin djahit, ban sepeda, alat2 listrik (rumah

tangga) alat2 sepeda dan alat2 lainnja.

D. Golongan barang2 pembangunan :

jang meliputi toko2 etjeran jang bergerak dalam lapangan perdagangan

semen, paku, kawat, skrup, tjat, kuntji dan lain2 bahan2 pembangunan

(toko2 Besi),

E. Golongan barang2 optik :

jang meliputi toko2 etjeran jang bergerak dalam lapangan perdagangan

barang2 optik antara lain alat2 pemotret dan katja mata.

F. Golongan barang2 stationary dan buku :

jang meliputi toko2 etjeran jang bergerak dalam lapangan perdagangan

buku, kertas dan stationary.

G. Golongan barang jang tidak termasuk dalam golongan A sampai dengan F :

jang meliputi toko2 etjeran jang bergerak dalam lapangan perdagangan

barang2 jang tidak termasuk golongan A sampai dengan F.

Penggolongan ini hendaknja dipakai sebagai pedoman dalam pembu-atan daftar-inpentarisasi jang dimaksudkan diatas dan akan merupakan bahan2 dalam menghadapi pembentukan Perserikatan Usaha dagang

barang2 sedjenis.

Berdasarkan pedoman tersebut diatas dan kenjataan setempat dimana para pengusaha mendjalankan usahanja oleh para Kepala Kantor Perdagangan Dalam Negeri ditetapkan dalam golongan mana tiap2

pengusaha harus digolongkan,

(23)

keadaan didaerah ― dan untuk perlengkapan tiap2 rayon itu menundjuk

beberapa toko etjeran tertentu menurut urutan prioritet: a. Toko2 Kooperasi;

b. Toko2 Etjeran Nasional;

c. Toko2 Etjeran Asing;

dengan berpedoman pada sjarat2 jang berlaku untuk pengakuan suatu

toko antara lain mengenai tempat, pengulaman, keahlian, modal dan bonafiditeit agar jang bersangkutan dapat diharapkan mendjalankan tugas-nja untuk mendjamin spreiding jang se-luas2nja menurut

opname-capa-citeit dan djumlah penduduk.

Effiecien tentunja ditundjuk toko2 jang berada didalam rayon itu tetapi

mengingat struktur tentunja djika tidak ada tjukup toko2 didalam rayon

itu, harus ditundjuk toko2 dari rayon lain untuk perlengkapan rayon jang

bersangkutan.

Toko2 etjeran jang telah ditundjuk diberi tugas dan tanggung-djawab

dalam hal perlengkapan dan stabilisasi harga untuk rayon jang bersang-kutan.

Toko2 tersebut diatas jang ditundjuk tidak dinamakan „Toko sandang

pangan” akan tetapi tetap mempunjai nama jang lama dengan fungsi menjalurkan barang2 sandang-pangan termasuk golongan A.

III. Dengan menundjuk pada surat edaran jang telah dikeluarkan mengenai penjaluran barang dimana telah ditetapkan tjara pendjualan kepada konsumen untuk Sektor Perlengkapan Umum. Maka untuk keseragaman dalam tindakan2 jang harus diambil oleh Toko2 Etjeran

sebagai kewadjibannja dengan maksud memberi ketenangan psychologis kepada masjarakat dengan ditetapkannja rayonnering, tugas dan kewa-djiban sebagaimana diuraikan diatas dalam usaha menjempurnakan permin-taan masjarakat, kepada para pengusaha toko jang ditundjuk diwadjibkan untuk mendjual barang2 pokok atas penundjukan kartu-penduduk sebagai

bukti, bahwa si-pembeli adalah penduduk dari rayon jang harus diper-lengkapi oleh pengusaha Toko jang bersangkutan.

IV. Untuk sementara mendjelang Lebaran jang akan datang, selama kelantjaran arus barang2 tekstil belum dapat ditjapai menurut rentjana

Pemerintah, Disamping kewadjiban penundjukan kartu-penduduk dan tjara2 pendjualan jang telah ditetapkan, chusus untuk barang tekstil jang

merupakan barang jang sangat penting mendjelang Lebaran ditetapkan procedure pendjualan sebagai berikut:

Djumlah tekstil jang diterima dan jang harus didjual tiap2 kali oleh

pengusaha Toko = 100% disalurkan sebagai berikut

1. 5% berupa kain putih atau kain blatju disediakan sebagai kain kapan untuk didjual atas penundjukan surat-keterangan-kema-tian dari Pamong Pradja;

20% didjual kepada konsumen oleh Pengusaha Toko menurut tjara2

(24)

75% didjual kepada golongan masjarakat jang sangat membutuhkan-nja dengan bantuan Pamong Pradja dengan tjara sebagai berikut :

a. Djumlah 75% ini digunting mendjadi potongan a 1 ¾ m, 2 m, 2½ m, 3 m atau 6 m menurut djenis dan penggunaannja, misalnja untuk kain tjita tersedia 1000 potongan a 3 meter (engkel) : b. Untuk pendjualan 1000 potongan ini oleh Pengusaha Toko dibuat

1000 lembar bon-pendjualan sementara ;

c. 1000 lembar bon-pendjualan sementara ini diserahkan kepada Sdr. Tjamat jang ditundjuk oleh Kepala Kantor Perdagangan Dalam Negeri dalam 4 gelombang misalnja :

― 250 lembar diserahkan oleh Pengusaha Toko kepada Sdr. Tjamat jang bersangkutan pada tanggal 2 Djanuari 1960 dengan kesempatan membeli dari tanggal 4 sampai dengan 8 Djanuari 1960;

― 250 lembar diserahkan pada tanggal 3 Djanuari 1960 dengan kesempatan membeli dari tanggal 9 sampai dengan 13 Djanuari 1960;

― 250 lembar diserahkan pada tanggal 4 Djanuari 1960 dengan kesempatan membeli dari tanggal 14 sampai dengan 18 Djanuari 1960;

― 250 lembar diserahkan pada tanggal 5 Djanuari 1960 dengan kesempatan membeli dari tanggal 19 sampai dengan 23 Djanuari 1960;

d. Bon-pendjualan sementara harus menjebutkan nama dan alamat Toko, djumlah meter dan djangka waktu kesempatan membeli; e. Sdr. Tjamat dengan aparat2nja jang dalam pergaulan se-hari2

sangat erat hubungannja dengan rakjat dalam lingkungannja, membagikan bon2-pendjualan sementara kepada golongan

masjarakat jang menurut pertimbangannja membutuhkan sangat akan djenis2 tekstil jang tersedia dengan memberikan penerangan

se-luas2nja mengenai maksud dan tudjuan bon2-pendjualan

semen-tara tersebut;

f. Si-pembeli berdasarkan bon-pendjualan sementara dalam waktu jang ditetapkan dapat memilih djenis dan membeli sedjumlah meter tekstil jang tertjantum dalam bon-pendjualan sementara;

g. Bon-pendjualan sementara jang tidak dipergunakan dalam waktu jang telah ditetapkan ― djangka waktu pembelian diliwati ― tidak berlaku lagi dan Pengusaha Toko diperkenankan mendjual tekstil jang bersangkutan menurut tjara ajat IV sub 2;

(25)

Tindakan2 sementara tersebut diatas tergantung pada dan harus

dise-suaikan dengan keadaan setempat dengan tidak menjimpang dari prinsip jang telah ditetapkan tidak diadakan sistim distribusi dimana tiap2 Warga

Negara berhak akan sesuatu untuk mendjamin pendjualan jang teratur kepada golongan rakjat jang membutuhkan sangat akan djenis tekstil jang belum tjukup tersedia, tindakan2 mana akan ditiadakan djika

perse-diaan telah mentjukupi atau berdasarkan faktor2 lain ketenangan

dika-langan masjarakat sudah tertjapai. Proses ini dalam praktek berarti bahwa djumlah 75% (ajat IV sub 3) akan turun sampai mendjadi 0% sedang djumlah 20% (ajat IV sub 2) akan naik lambat laun mendjadi 95%.

Dengan tindakan2 ini diharapkan pandangan jang kurang baik dengan

berdirinja rakjat ber-deret2 dan ber-djedjal2 dimuka toko2 serta terbuangnja

waktu jang berharga dapat dihindarkan.

V. Dengan telah diatur tjara pendjualan ditambah dengan procedure tersebut diatas dalam sektor Perlengkapan Umum, hal mana berarti pendjualan untuk Umum, maka ditegaskan, bahwa semua permintaan langsung dari Djawatan/Instansi2 manapun baik Sipil maupun Polisi/ Militer untuk

memperoleh/membeli bagian tekstil untuk pegawai2 dalam lingkungan

Djawatan2/Instansi2 tersebut, harus ditolak oleh karena berten-tangan dengan

ketentuan2 jang telah ditetapkan.

VI. Dalam usaha penjempurnaan permintaan dengan diadakan rayonnering, penundjukan toko2 etjeran tertentu dengan memperhatikan djumlah

penduduk dan opname-capasiteit, maka segala sesuatu ini dengan sendiri akan mempengaruhi penetapan prosentasi jang sifatnja flexible dalam surat2

-edaran kami jang telah dikeluarkan mengenai sektor Perleng-kapan Umum, hal mana harus disesuaikan dengan kenjataan setempat.

VII. Mendjelang Lebaran jang akan datang dimana tekstil mendapat perhatian istimewa dari masjarakat harus diberikan penerangan se-luas2nja

bahwa chusus untuk Lebaran tidak diadakan pembagian2 untuk golongan2

tertentu akan tetapi Pemerintah berusaha mengadakan persediaan setju-kupnja dengan dialokasi se-baik2nja, untuk mendjamin sepandjang tahun stabilisasi

harga, sehingga masjarakat dapat membeli pada waktu dibu-tuhkannja. Perhatian istimewa dikerahkan menghadapi Lebaran dengan berusaha menambah persediaan jang lazim dibutuhkan dalam bulan2 biasa untuk

menghadapi kebutuhan jang senantiasa bertambah.

Berdasarkan rentjana Pemerintah mulai pada tanggal 15 Djanuari 1960 ber-angsur2 akan dilantjarkan pendjualan tekstil impor ex tranche

II, III dan IV serta hasil produksi dalam Negeri untuk memenuhi kebu-tuhan masjarakat untuk Lebaran.

VIII. Harus ditjegah agar tidak terdjadi pungutan2 dari Instansi manapun

dan penambahan ,,schakel" dalam schema-penjaluran jang seka-rang berlaku dan jang telah disesuaikan dengan tjara pembentukan harga, oleh karena ini akan mengakibatkan kenaikan harga.

(26)

jang lain kami minta segera Sdr. mengadakan pembitjaraan2 dengan Sdr.

Gubernur/Peperda didaerah dan dengan bantuan Instansi2 setempat

berdasarkan instruksi Sdr. Menteri Muda Perdagangan dan Sdr. Menteri Inti Distribusi jang disampaikan pada Sdr, pada malam ramah-tamah pada tanggal 16 Desember 1959 mengambil inisiatip setjara aktip dengan penuh tanggung-djawab dalam melaksanakan peraturan2 jang telah ditetapkan

dalam bidang sandang-pangan.

Kepala Djawatan Perdagangan Dalam Negeri,

Tjap/ttd. (J. Hatusupy).

cc : 1. Sdr. Menteri Pembangunan, 2. ,, ,, Produksi. 3. ,, ,, Distribusi,

4. ,, ,, Muda Perdagangan.

5. „ „ Muda Perindustrian Rakjat. 5a. Menteri Muda 6. Perperpu (30 exempt.). Transkopemada. 7. Sekretaris Djenderal.

8. Biro Sekretaris Djenderal.

9. Pembantu Utama Departemen Perindustrian Rakjat.

10. Pembantu Utama Departemen Perindustrian Dasar/Pertambangan 11. Departemen Kehakiman (u.p. Sdr, Soenarjo).

12. Kedjaksaan Agung (20 exempt.).

13. Direktorat Pemerintahan Umum, Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.

14. Djawatan Kepolisian Negara Bagian Reserse Kriminil (20 exempt).

15. B.U.B.P. 10 exempt). 16. Bank Indonesia.

17. Bank Umum Negara (Buneg) (10 exempt.). 18. Direktorat Perdagangan Dalam Negeri. 19. Direktorat Perdagangan Luar Negeri. 20. Djawatan Harga (20 exempt.).

21. Kantor Perkembangan dan Pemeliharaan Produksi Perindustrian (K.P. 4).

22. Djawatan Kooperasi (20 exempt.).

23. Djawatan Pusat Pembelian Pemerintah (Djapp.) (15 exempt.). 24. Kantor Rentjana Impor,

25. Biro Devisen Perdagangan.

(27)

27; Panitia Impor Barang² Impor Penting. 28. Panitia Penjaluran Barang² impor Penting. 29. Dewan Perniagaan dan Perusahaan (20 exempl.), 30. Lembaga Penjaluran Perdagangan (10 exempl.). 31. P.T. Juda Bhakti.

32. P.T. Indevitra. 33. P.T. Sava Negara. 34. P.T. Triangle. 35. P.T. Usindo. 36. P.T. C.T.C. 37. Semua Kordinator. 38. J.B.P.

39. S.P.M.I.

§ 1590. Perlengkapan barang

Dalam rangka mewudjudkan Ekonomi Terpimpin maka dalam bidang perlengkapan barang2 telah dan akan ditetapkan peraturan2 mengenai

Sistim impor, tjara penjaluran barang2 impor dan hasil produksi dalam

Negeri jang sangat dibutuhkan untuk penghidupan Rakjat dan pemba-ngunan.

Untuk beberapa barang telah dikeluarkan peraturan2 penjaluran

berdasarkan prinsip²) jang telah diumumkan dalam statement Menteri Muda Perdagangan No. P/110 tanggal 4 Agustus 1959 (terlampir) jang berarti

a. Bahan2/barang2 pokok jang sangat penting untuk penghidupan rakjat

dikuasai penuh oleh Pemerintah;

b. Bahan2/barang2 lainnja diawasi sungguh2;

c. Tjara penjaluran untuk maksud penggunaan jang tepat ditetapkan oleh. Pemerintah;

d. Harga² diikat pada tingkat jang tertentu,

Sebagaimana diketahui, kebutuhan akan sesuatu barang dipenuhi oleh produksi didalam Negeri dan impor dari Luar Negeri sebagai tam-bahan, didalam mana diusahakan dialokasi jang se-baik2hja berdasarkan.

djumlah penduduk, pemakaian tiap² djiwa serta kekuatan menampung dari masing2 daerah.

a. Barang2Impor.

Mulai dengan berlakunja tranche II/1959 ― tidak termasuk impor untuk beras dari Pemerintah ― maka berdasarkan Rentjana Impor Urgen barang2 impor dapat digolongkan dalam beberapa

(28)

Sektor I.

Bahan2 jang impornja bersifat :

1. Monopoli : (a). Tjengkeh. (b). Cambrics. (c). Pupuk buatan.

2. Bahan2/barang2 jang impornja diselenggarakan oleh C.T.C.,

Usindo dan P.T,2 Negara : (a). Kapas kasar.

(b). Benang tenun, (c). Kertas tulis/koran, (d). Semen.

(e), Besi beton/binddraad. (f), Tinplate.

(g). Guni/jute.

(h). Tekstil/Benang djahit. (i). Terigu.

Sektor II.

Bahan2 impor perusahaan jang djatah devisennja ditetapkan

oleh Departemen jang bersangkutan antara lain Departemen Perin-dustrian Rakjat.

Sektor III.

Bahan2/barang2 jang impornja alas dasar pesanan indent.

Sektor IV.

Bahan2/barang2 jang impornja boleh tanpa indent.

Sektor V.

Bahan2/barang2 untuk pemeliharaan perusahaan vital.

b. Barang2 bahan2 hasil Produksi dalam Negeri

Barang2/bahan2 jang diprodusir didalam Negeri antara lain

meliputi :

1. Gula pasir. 9. Margarine. 2. Garam. 10. Korek api.

3. Minjak goreng, 11. Sabun tjutji/mandi. 4. Sigaret. 12. Benang tenun. 5. Tekstil. 13. Accu.

(29)

§ 1591. Penjaluran barang2 Impor

a. Barang2 monopoli :

1. Tjengkeh.

Tjara penjaluran diatur oleh J.B.P. menurut procedure jang ditetapkan oleh Departemen Perindustrian Rakjat.

2. Cambrics.

Tjara penjaluran diatur oleh G.K.B.I, menurut procedure jang ditetapkan oleh Departemen Perindustrian Rakjat.

3. Pupuk buatan.

Tjara penjaluran diatur oleh Departemen Pertanian. b: Barang2 9 djenis :

Berdasarkan prinsip² jang telah ditetapkan dalam surat kepu-tusan Menteri Muda Perdagangan No, 4713a/M tertanggal 30 Djuli 1959 serta pendjelasan tjara penjaluran dan pengawasan maka untuk 9 matjam barang telah ditetapkan procedure penjaluran sebagai berikut

1. Kapas kasar dan raw staple fibre.

100% langsung kepada perusahaan2 industri menurut procedure jang

ditetapkan oleh Departemen Perindustrian Rakjat,

2. Benang tenun.

100% langsung kepada perusahaan2 industri menurut procedure jang

ditetapkan oleh Departemen Perindustrian Rakjat.

3. Kertas tulis.

70% langsung kepada perusahaan2 pertjetakan dan perusahaan2

pengolahan kertas menurut procedure jang ditetapkan oleh Departemen Perindustrian Rakjat,

4% langsung kepada penerbit2 buku menurut procedure jang

ditetapkan oleh Jajasan Lektur dari Departemen, P.P. & K. 1% langsung kepada penerbit2 madjalah menurut procedure jang

ditetapkan oleh S.P.S./K.P.P.N.

25% berupa barang-djadi untuk perlengkapan umum = 100% jang disalurkan sebagai berikut:

100%

10% langsung kepada toko2 Kooperasi;

30% langsung kepada toko2 buku dan. alat2 tulis ( S.P.M.I )

10% langsung kepada toko2 tidak termasuk kooperasi dan

(30)

5% kepada badan2 usaha kooperasi;

10% kepada badan2 Usaha Organisasi Perusahaan Sedjenis:

30% kepada grosir Nasional ;

5% kepada usaha2 lainnja (a.l. Veteran).

100%

3. Kertas koran.

(a) Kertas koran adalah satu2-nja barang jang hingga dewasa

ini tetap berada dalam pengawasan menurut "Verordening Gecontroleerde Goederen 1948", jang berdasarkan tugas dalam soal perlengkapan pelaksanaannja ada pada Depar-temen Perdagangan cq, Djawatan Perdagangan Dalam Negeri jang diantara tugas2-nja terdapat:

1. Pelaksanaan dari "Verordening Gecontroleerde goederen

1948";

2. Menjelenggarakan peraturan2 mengenai alokasi, dialokasi

dan pembagian barang2 impor dan barang2 buatan lokal.

(b) Pelaksanaan idzin diserahkan kepada bedrijfsgroep sehingga kertas koran kepada persuratkabaran, dalam penjelenggaraan mana bedrijfsgroep termaksud harus mengikuti dan mem-perhatikan peraturan-chusus jang dikeluarkan oleh Depar-temen Perdagangan.

(d) Procedure jang hingga sekarang berlaku:

(1). Departemen Penerangan tetap mengeluarkan Surat Idzin Pembagian Kertas (S.I.P.K.) jang menjebutkan djumlah oplaag, banjaknja dan ukuran kertas jang diperlukan ;

(2). Berdasarkan induklisensi dari Djawatan Perdagangan Dalam Negeri bedrijfsgroep membagi-bagikan kertas koran dengan mengeluarkan sub-lisensi perusahaan2

(31)

(g) Untuk kertas koran diberikan subsidi sebesar Rp. 75 djuta untuk tahun 1959. Harga pendjualan per kg. :

Untuk gulungan Rp. 5,40 untuk lembaran Rp, 5,70 4. Semen.

45% langsung kepada sektor Pemerintah Sipil dan Angkatan Perang menurut procedure. jang ditetapkan oleh Djawatan Pusat Pembelian Pemerintah dari Departemen Perdagangan. 15% langsung kepada sektor industri menurut procedure jang ditetapkan oleh Departemen Perindustrian Rakjat.

30% langsung kepada sektor pemborong partikulir menurut procedure jang ditetapkan oleh Gapensi dibawah penga-wasan Departemen Pekerdjaan Umum dan Tenaga.

10% untuk perlengkapan umum = 100% jang disalurkan sebagai berikut:

100%

10% langsung kepada toko2 besi Koperasi.

20% langsung kepada toko2 besi S.P.M.I.

20% langsung kepada toko2 besi tidak termasuk Koperasi dan

S.P.M.I.;

5% kepada badan2 usaha koperasi;

10% kepada badan2 usaha Organisasi Perusahaan Sedjenis ;

30% kepada Grosir Nasional ; 5%

kepada usaha2 lainnja (antara lain Veteran).

100%

5. Besi beton dan beton binddraad.

45% langsung kepada sektor Pemerintah Sipil dan Angkatan Perang menurut procedure jang ditetapkan oleh Djawatan Pusat Pembelian Pemerintah dari Departemen Perdagangan. 15% langsung kepada sektor industri menurut procedure jang

ditetapkan oleh Departemen Perindustrian Rakjat.

30% langsung kepada sektor pemborong partilculir menurut procedure jang ditetapkan oleh Gapensi dibawah penga-wasan Departemen Pekerdjaan Umum dan Tenaga,

10% untuk perlengkapan umum = 100% jang disalurkan sebagai berikut

100%

10% langsung kepada toko2 besi Kooperasi ;

20% langsung kepada toko2 besi S.P.M.I.

20% langsung kepada toko2 besi termasuk kooperasi dan S.P.M.I.

5% kepada badan2 usaha kooperasi;

10% kepada badan2 usaha Organisasi Perusahaan Sedjenis ;

(32)

5% kepada usaha2 lainnja (antara lain Veteran).

100%.

6. Tinplate.

100% langsung kepada perusahaan2 industri menurut procedure

jang ditetapkan oleh Departemen Perindustrian Rakjat. 7. Guni/jute.

% langsung kepada J.U.B.M., I.K.K.I. dan perkebunan menurut pesanan indent oleh badan2 itu,

% untuk perlengkapan sektor industri dan sektor ekspor = 100% jang disalurkan sebagai berikut:

20% langsung kepada perusahaan2 industri jang

mem-butuhkan bahan ini sebagai alat2 pembungkus

menurut procedure jang ditetapkan oleh Departemen Perindustrian Rakjat.

80% langsung kepada para eksportir dengan pertim-bangan makelar jang diakui oleh Pemerintah.

100%. 8. Tekstil/benang djahit.

15% langsung kepada perusahaan2 konpeksi untuk djenis2 jang

lazim dibutuhkan oleh perusahaan2 tersebut dan 100%

untuk bludru menurut procedure jang ditetapkan oleh Departemen Perindustrian Rakjat,

85% untuk perlengkapan umum = 100% jang disalurkan sebagai berikut

100%.

10% langsung kepada toko2 koperasi;

20% langsung kepada toko2 S.P,M.I. ;

20% langsung kepada toko2 bukan koperasi dan S.P.M.I. ;

5% kepada badan2 usaha koperasi :

10% kepada badan2 usaha Organisasi Perusahaan Sedjenis ;

30% kepada grosir Nasional;

5% kepada usaha2 lainnja (antara lain Veteran),

100%. 9. Tepung terigu.

70% langsung kepada perusahaan2 industri menurut procedure

jang ditetapkan oleh Departemen Perindustrian Rakjat. 30% untuk perlengkapan umum = 100% jang disahkan sebagai

(33)

10% langsung kepada toko2 koperasi ;

20% langsung kepada toko2 S.P.M.I.

20% langsung kepada toko-toko tidak termasuk koperasi dan S.P.M.I ;

5% kepada badan2 usaha koperasi ;

10% kepada badan2 usaha Organisasi Perusahaan Sedjenis ;

30% kepada grosir Nasional ;

— Toko2 etjeran Nasional lainnja.

— Toke etjeran tidak termasuk toko2 tersebut diatas.

— Pasar.

(d). Dalam rangka ordening aparat2 perdagangan diutamakan aparat2 jang

bergerak dalam satu golongan barang dengan tudjuan kearah

(1) Harga-pendjualan etjeran menurut penetapan harga Djawatan Harga ;

(2) Dalam pendjualan mengambil tindakan2 untuk mentjegah

kemungkinan maksud sipembeli untuk mengadakan manipu-lasi, dalam hal mana antara lain pembelian berkelebihan harus ditjegah;

(3) Memberikan kepada sipembeli bon pendjualan dengan tjatatan nama, alamat sipembeli dan harga pendjualan;

(4) Berusaha tetap adanja persediaan dalam toko dengan setjara kontinu mengadakan pembelian;

(5)

Untuk mengatasi kesulitan pengangkutan harus diadakan

persediaan tjadangan jang hanja dapat dipergunakan djika

telah ada kepastian, bahwa pengisian toko dengan persediaan

baru dapat menggantikan persediaan tjadangan tersebut;

(34)

(6) Mengusahakan agar umum sekelilingnja dapat mengetahui djenis barang apa dapat dibeli dengan harga etjeran masing2

dengan mengambil tindakan2 seperlunja dengan maksud

mem-beri ketenangan psychologis kepada masjarakat.

Disamping ketentuan2 jang harus dipegang teguh oleh toko2 etjeran

harus diusahakan adanja ketenangan psychologis dalam masjarakat dengan mentjegah manipulasi dengan tjara :

(a). Mengadakan bufferstock pada P.T,2 Negara jang hanja dapat

dipergunakan djika djumlah barang baru sudah masuk;

(b). Ditengah-tengah masjarakat harus ditundjuk beberapa toko etjeran jang diberi tugas chusus untuk bertindak sebagai penuntun harga (price-leader);

(c). Sedapat mungkin untuk beberapa barang grosir ditiadakan;

(d). Untuk barang2 konsumsi jang diperlukan tiap2 hari oleh rakjat

perlu diadakan rayonnering daerah bekerdja dari alat2 penjalur

untuk mempermudah pengawasan mengenai tanggung-djawab masing2 alat penjalur.

§ 1592. Kewadjiban2/Pengawasan

Untuk kepentingan pengawasan taraf pertama semua alat2 penjalur

dibebani kewadjiban sebagai berikut:

a. Semua alat2 penjalur diharuskan mengadakan administrasi dan

pem-bukuan dari semua transaksi djual/beli dengan serapi-rapinja untuk memudahkan pengawasan setempat;

b. Jang dimaksudkan dengan administrasi diatas diantara mana terma-suk penjelenggaraan stockkaarten, penjusunan paktur pendjualan per artikel dari mana dapat diikuti djalannja penjaluran barang2 sedjak

permulaan dalam pesanan hingga sampai dengan penjerahan kepada toko2 dan konsumen;

c. Semua alat2 penjalur diwadjibkan melajani dan menjediakan arsip2

masing2 pada waktu2 diadakan pemeriksaan setempat;

d. Dalam semua paktur-pendjualan harus ditjantumkan antara lain nama barang, nomor statistik, djumlah, harga satuan dan nomor S.I.D. dan ex nomor K.P.P,

§ 1593. Koordinator Penjaluran

Agar tehnik penjaluran dapat didjalankan menurut ketentuan jang telah ditetapkan dengan lantjar ditundjuk untuk tiap2 golongan barang

koordinator penjaluran Pusat dan Daerah (konpenan) dengan tugas sebagai berikut

a. Mengadakan kerdja-sama dan koordinasi sebaik-baiknja dengan P.T.2 Negara lainnja dalam mendjalankan instruksi dan peraturan2

(35)

b.

Mengadakan kerdja-sama dan koordinasi sebaik-baiknja dengan

Lembaga Penjaluran Perdagangan (L.P,P,) dan Madjelis Perniagaan

dan Perusahaan (M.P.P.) dalam mendjalankan instruksi

2

dan

Peraturan

2

mengenai pengawasan penjaluran barang

2

jang

bersang-kutan;

c. Memberikan adpia diminta atau tidak diminta kepada Djawatan Perdagangan Dalam Negeri dan instansi2 lain mengenai kebutuhan,

dialokasi dan soal2 lain jang ada hubungannja dengan penjaluran

barang2;

d. Memberikan laporan mengenai keadaan barang serta indikasi harga dari tiap2 daerah kepada Djawatan Perdagangan Dalam Negeri.

Dalam hubungan ini telah ditundjuk :

1. P.T. Usindo untuk kapas kasar, raw staple fibre dan benang tenun; 2. P.T. Juda Bhakti untuk kertas;

3. C.T.C. untuk semen;

4. P.T. Indestins untuk besi beton/binddraad dan tinplate; 5. P.T. Satya Negara untuk P. & D. dan guni/jute;

6. P.T. Indevitra untuk tekstil; 7. P.T. Triangle untuk klontong.

Sektor II. III dan IV.

Barang²/bahan² jang termasuk sektor' ini tidak perlu diterbitkan penjalurannja mengingat Sistim impor sudah mendjamin penggunaannja jang tepat.

Sektor IV.

Penjaluran bahan2/barang2 jang termasuk sektor ini dan dianggap

sangat penting telah dan akan diterbitkan, antara lain : (a). Susu bubuk makanan baji;

(b). Ikan asin; (c). Spare-parts; (d). Ban mobil/sepeda; (e). Onderdil sepeda. Susu makanan baji.

Dengan diberikan subsidi sedjak September 1958 (untuk tahun 1959 diberikan subsidi sebesar Rp. 75,-, djuta) penjaluran susu makanan baji telah diatur dengan urutan prioritet sebagai berikut:

(1). Rumah2 Sakit — Poliklinik2 Apotik Drogiaterijen;

(2). Toko2 Menengah (S.P.M.I.);

(3). Toko2 P. & D. tidak termasuk sub (1) dan sub (2) ;

dengan ketentuan sekurang-kurangnja 50% kepada sub (1).

(36)

Dalam penjaluran ini diikut-sertakan Badan Koordinasi Gabungan Apotik dan Drogiaterijen (B,K.A.D.) dan S.P.M.I. dan kepadanja dibe-rikan tanggung djawab terhadap penjaluran ini.

Pendjualan kepada konsumen dibatasi sampai 2 kaleng dengan membuka tiap2 kaleng,

Tjara penjaluran hingga kini memuaskan, Ikan asin, spare-parts mobil dan sepeda, ban mobil.

Untuk barang2 ini sedang dipersiapkan tjara penjalurannja dengan

merobah pula sistim impor jang hingga sekarang berlaku.

Barang2/bahan2 hasil Produksi dalam Negeri

Prosedure penjaluran barang2 jang sangat penting untuk

penghi-dupan rakjat jang hingga kini berlaku harus segera ditindjau kembali dan disesuaikan dengan prinsip2 jang telah ditetapkan dalam rangka

memperlengkapi sandang-pangan, a, Gula Pasir.

Dalam procedure baru jang direntjanakan -- dimulai 1 September 1959 sebagai pertjobaan di Djakarta Raya para grosir diha -puskan dengan pembagian tugas Pedagang Gula tangan pertama dan pengetjer dan rayonnering daerah kerdja serta penundjukan beberapa toko sebagai penuntun harga,

b, Garam,

Alat2 penjaluran menurut procudure jang ditetapkan oleh

P.G.S.N. sudah teratur baik dan terpentjar sampai dipedalaman. Madura -- Gudang pantai Gudang2 di Pedalaman-- toko/

warung2.

Dalam procedure baru hanja perlu diatur penjaluran ke Toko2/

Warung2 sesuai dengan penjaluran gula,

Procedure ini sedang dalam persiapan, c. Minjak goreng, margarine, sabun tjutji/mandi.

Dalam usaha memperbaiki supply kopra procedure jang sekarang berlaku perlu dirobah agar barang2 ini dapat disalurkan ke toko2

sandang-pangan, d, Benang tenun,

Kapas kasar jang diolah mendjadi benang tenun ditetapkan procedure jang berlaku untuk benang tenun impor,

e. Tekstil/badju kaos.

Benang tenun jang diolah mendjadi tekstil/badju kaos akan diambil oper oleh P.T.2 Negara dan ditetapkan procedure jang

berlaku untuk tekstil impor.

(37)

f. Ban sepeda, ban mobil, accu.

Penjalurannja harus ditertibkan menurut prinsip2 jang telah

di-tetapkan.

g, Semen Gresik/Padang.

Penjalurannja telah diatur sesuai dengan prinsip2 jang berlaku

untuk semen impor dengan masih diperlukan perobahan sedikit. h. Minjak tanah dan bensin.

Pelaksanaan dan pengawasan penjaluran/Distribusi telah dise-rahkan kepada Kantor Minjak.

Kesimpulan

Dalam menghadapi perlengkapan barang2 jang penting untuk

peng-hidupan rakjat dan pembangunan untuk mewudjudkan perlengkapan sandang-pangan harus segera diusahakan sebagai prioritet jang utama terdjaminnja supply dan lantjar djalannja penjaluran dari :

1. Beras 2. Gula pasir 3. Garam

4. Minjak goreng 5. Ikan asin

6. Susu makanan baji 7. Tekstil kasar 8. Minjak tanah; dengan usaha-usaha:

a. Mengorganisir toko2/warung2 dengan memberikan tanggung djawab

kepadanja terhadap supply masjarakat dalam lingkungannja; b. Penundjukan penuntun harga ditengah-tengah masjarakat; c. Mengusahakan kontinuitet djalannja peredaran barang dengan

1. Mengadakan bufferstock pada P:T.2 Negara sole distributor dan

warung2/toko2;

2. Mengadakan rentjana dialokasi, berdialokasi didarat dan dilaut agar pengangkutan didarat dan dilaut dapat: diatur dengan sebaik-baiknja;

3. Mengawasi agar peredaran barang tidak matjet dengan usaha mengatasi kesulitan liquiditeit jang dialami sekarang oleh alat2

(38)

§ 1594. Masalah Impor dan Ekspor a. Impor.

Barang2 impor merupakan : barang2 konsumen, bahan2 mentah dan

penolong, dan barang2 modal, Nilai impor menurut laporan Bank

Indo-nesia tahun 1958/1959, dalam djutaan rupiah, adalah sbb.:

1955 1956 1957 1958 (angka sementara). Barang2 konsumsi 2,137 4,070 2,917 1,993

Bahan2 mentah dan penolong 3,760 3,822 4,347 2,640

Barang2 modal 1,284 1,908 1,895 1,258

Persentase dari djumlah nilai impor :

1955 1956 1957 1958 (angka sementara), Barang2 konsumsi 29,8 41,5 31,8 33,8

Bahan2 mentah dan penolong 52,4 39,0 47,5 44,9

Barang2 modal 17,8 19,5 20,7 21,3

100,— 100,— 100,— 100,—

Melihat persentase ini, njata bahwa impor terhadap barang2 modal

masih merupakan djumlah jang terketjil, bahkan lebih ketjil dari keper-luan konsumsi,

Mengenai barang2 konsumsi, dimana kekurangannja masih ditambah

dengan usaha impor, maka bahan2 pokok, pada dasarnja sudah dikuasai

oleh Pemerintah. Bahan² pokok itu, meliputi

1. Beras, 2. Gula, 3, Garam, 4. Tekstil kasar, 5. Terigu, 6. Minjak kelapa, 7. Minjak tanah, 8. Ikan asin,

Berapa djumlah jang dapat dihasilkan dalam negeri sendiri dan berapa djumlah jang harms didatangkan dari luar negeri, dapat dilihat dari Keterangan Menteri Inti Distribusi Leimena, pada Penjaran Deper-nas halaman 3 s/d 5.

Penjaluran2 jang sudah ada ditangan Pemerintah ialah :

Beras oleh J.U.B.M,

Gula „ Departemen Perdagangan.

Garam „ P.G.S.N./Departemen Perdagangan. Tekstil „ Departemen Perdagangan/Perindustrian. Terigu „ Departemen Perdagangan,

Jang kini sedang diusahakan supaja ada ditangan Pemerintah, ialah kopra (minjak kelapa), dengan Kantor Kopra sebagai handling agent dari Departemen Perdagangan.

Minjak tanah (bensin dan lain2 hasil minjak bumi), kini

Referensi

Dokumen terkait

PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA IV KEGIATAN APBD TAHUN ANGGARAN

Atas dasar hal tersebut, dalam rangka mendukung pelaksanaan UU Desa dan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat

Surat Pernyataan Kesanggupan melaksanakan ketentuan yang berkaitan dengan Gerakan Kemitraan Usaha Nasional

 DICETAK DENGAN WARNA HITAM DI ATAS DASAR WARNA PUTIH ATAU WARNA LAIN YANG MENYOLOK KONTRAS DENGAN TULISAN

Kegiatan – 2. Secara cepat, bagi kelompok menjadi dua. Jika terlalu besar, peserta bisa dibagi menjadi 3. Masing-masing kelompok terdiri maksimal 15 anggota. Peserta

Penghijauan untuk kepentingan konservasi dipertahankan, kemudian dalam BWK X ini juga menyatakan bahwa di wilayah BWK X tidak lagi diperpanjang areal galian C nya

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN.. PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA IV

Mulyasa, beliau mendefinisikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang