• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Laporan Keuangan

3. Efektivitas Bentuk Penyajian Laporan Keuangan

Efektifitas berasal dari kata effectiveness artinya adalah tingkat dimana kinerja yang sesungguhnya sebanding dengan kinerja yang ditargetkan. Artinya sejauh mana bentuk laporan keuangan yang telah dibuat dapat kita gunakan untuk mencapi hasil yang kita inginkan.

Efektifitas menurut :

 R.D.H. Koesoemaaatmadja (1974 : 18)sebagai berikut :

“Efektivitas (hasil guna) mempunyai pengertian perbandingan antara hasil

yang terlaksana secara nyata dengan hasil yang direncanakan.”

 Soewarno, 1984 diartikan sebagai pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, dan untuk mengetahui efektivitas adalah dengan cara membandingkan tujuan yang sudah dijabarkan dalam bentuk sasaran atau target yang lebih konkrit, dengan realisasi yang dicapai organisasi/Instansi

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas, maka dapat diartikan bahwa efektivitas bentuk laporan keuangan adalah sebagai alat pengukur tingkat pencapaian atau tingkat keberhasilan dari suatu bentuk penyajian laporan keuangan agar penyusunan laporan keuangan dapat dikerjakan dengan lebih mudah/cepat, tenaga/SDM yang tepat, biaya yang lebih rendah, dan penyusunan laporan keuangan dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan untuk mengambil suatu kebijakan yang akan dilakukan oleh pemilik UMKM.

Dari uraian diatas, maka ukuran efektifvtas dinilai oleh pengguna laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan menilai laporan keuangan yang dibuat apakah bisa dibaca atau informasi keuangan yang ada pada laporan keuangan yang telah dibuat sudah bisa didapatkan. Jika para pengguna laporan keuangan sudah bisa mendapatkan informasi keuangan dari laporan keuangan yang telah dibuat maka laporan keuangan itu sudah dianggap efektif.

commit to user

12 4. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di berbagai negara termasuk di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat yang tangguh. Hal ini karena kebanyakan para pengusaha kecil dan menengah berangkat dari industri keluarga/ rumahan. Dengan demikian konsumennya pun berasal dari kalangan menengah ke bawah. Selain itu, peranan UMKM terutama sejak krisis moneter tahun 1998 dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja. Oleh sebab itu maka pemerintah membuat Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk mengatur dan melindungi para pelaku UMKM.

a. Pengertian Usaha Mikro

Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria sebagai usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Kriteria usaha mikro berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah:

1.Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2.Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

b. Pengertian Usaha Kecil

Pengertian usaha kecil dalam Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana

commit to user

dimaksud dalam Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Kriteria usaha kecil berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah:

1.Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2.Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Pengertian Usaha Menengah

Pengertian usaha menengah dalam Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Kriteria usaha menengah berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah:

1.Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah.

d. Azas dan Tujuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Azas UMKM dalam Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut:

commit to user 14 1. kekeluargaan; 2. demokrasi ekonomi; 3. kebersamaan; 4. efisiensi berkeadilan; 5. berkelanjutan; 6. berwawasan lingkungan; 7. kemandirian;

8. keseimbangan kemajuan; dan 9. kesatuan ekonomi nasional.

Tujuan UMKM dalam Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

e. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan UMKM

Usaha kecil dan menengah merupakan bagian intregal ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, peran dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang, berkembang dan berkeadilan. Pemberdayaan UMKM perlu diselanggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan dan pengembangan usaha seluas-luasnya. Sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran dan potensi UMKM dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.

Pemberdayaan UMKM perlu dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat secara menyeluruh, sinergis dan berkesinambungan. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan UMKM dalam perekonomian nasional.

Prinsip pemberdayaan UMKM dalam Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pasal 4 adalah:

commit to user

1.penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri;

2. perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan; 3. pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai

dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

4. peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan

5. penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu. Tujuan pemberdayaan UMKM dalam Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pasal 5 adalah:

1.Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan;

2.Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan

3.Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

f. Keunggulan dan Kelemahan UMKM

Usaha Mikro Kecil dan Kecil pada kenyataannya mampu bertahan dan mengantisipasi kelesuan perekonomian yang diakibatkan inflasi maupun berbagai fakto penyebab lainnya. Tanpa subsidi maupun proteksi, usaha kecil mampu menambah devisa negara khususnya industri kecil di sektor informal dan mapu berperan sebagai penyangga dalam perekonomian masyarakat kecil lapisan bawah.

Usaha kecil memiliki beberapa potensi dan keunggulan komparatif (Pandji Anoraga, 2002: 226), yaitu:

1.Usaha kecil beroperasi menyebar di seluruh pelosok dengan berbagai bidang usaha.

2.usaha kecil beroperasi dengan investasi modal awal untuk aktiva tetap pada tingkat yang rendah sehingga sehingga usaha kecil memiliki kebebasan yang tinggi untuk keluar masuk pasar.

commit to user

16 3.sebagian usaha kecil dapat dikatakan padat karya (labor intensive) yang disebabkan penggunaan teknologi sederhana. Selain itu juga terdapat hubungan yang erat antara pemilik dan karyawan sehingga sulit terjadi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)

Usaha kecil juga memiliki kelemahan antara lain: 1.Investasi awal dapat mengalami kerugian

2.Beberapa resiko di luar kendali wiraswasta, seperti perubahan mode, peraturan pemerintah, persaingan dan masalah tenaga kerja.

3.Beberapa bisnis yang cenderung menghasilkan pendapatan yang tak teratur, pemilik mungkin tidak memperoleh profit.

4.Mengelola bisnis sendiri banyak menyita waktu.

Kekuatan usaha kecil menurut Singgih Wibowo,dkk dalam Pedoman Mengelola Usaha Kecil (1999: 1-3) adalah:

1.Perusahaan kecil umumnya mempunyai daerah pemasaran yang tidak terlalu jauh sehinggga tabiat konsumennya dapat dipahami.

2.Komunikasi dengan konsumen dapat berlangsung cepat dan seringkali berlangsung kepada pemilik.

3.Usaha kecil bersifat luwes dan sering menghasilkan inovasi-inovasi. Usaha kecil juga memiliki beberapa kelemahan antara lain:

1.Pengusaha kecil sering mengabaikan hal-hal prinsip dalam pengoperasian usaha. Kebanyakan pengelola tidak membiasakan diri mencatat data trtansaksi keuangan, pembukuan dan sebagainya dengan baik dan tertib hanya mengandalkan daya ingat.

2.Kebanyakan pengelola usaha kecil enggan mengeluarkan biaya untuk promosi dan penelitian seperti usaha besar, banyak kebijakan perusahaan yang yang dibuat berdasarkan kira-kira, kebiasaan dan naluri.

3.Para pengusaha kecil kebanyakan hanya menyisakan sedikit waktu untuk mengurusi usahanya, biasanya pengusaha semacam ini adalah generasi penerus dari suatu usaha yang sudah berjalan lancar.

4.Tidak jelasnya struktur organisasi, pembagian tugas dan wewenang yang tidak jelas, status karyawan, sistem penggajian dan kepegawaian yang tidak beres.

commit to user

5.Lemah dalam membuat anggaran, tidak adanya pencatatan dan pembukuan yang memadai dan tidak adanya batasan tegas antara milik pribadi dengan milik perusahaan (tidak tahu besarnya laba atau rugi usaha).

Kelemahan di bidang pemasaran berupa ketidak serasian antara program produksi dan penjualan, disebabkan kurangnya penelitian pasar sehingga tidak tahu bagaimana posisi pasarnya, cara menghadapi pasar, dll.Berdasarkan hasil uraian tersebut diatas bahwa masalah-masalah yang dialami oleh para pengusaha kecil dan menengah ini antara lain adalah kesulitan modal, pengadaan bahan baku, pemasaran, produksi dan manajemen, juga persaingan di pasar.