• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi efektif mampu memunculkan kesamaan makna pesan atau informasi antara pengirim dan penerima. Komunikasi penyuluhan dapat dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan penyuluh dapat diterima dengan baik dan mampu menimbulkan perubahan perilaku di kalangan petani. Perubahan perilaku petani mengandung tiga ranah yang digunakan sebagai indikator efektivitas komunikasi yaitu kognitif, afektif, dan behavioral.

Tingkat Efektivitas Komunikasi Penyuluhan

Secara keseluruhan, tingkat efektivitas komunikasi penyuluhan pada penelitian ini dapat dikatakan efektif. Hal ini dapat dilihat dari perolehan rataan skor dari seluruh responden mencapai 4,45 dimana skala skor yang digunakan yaitu satu sampai enam (tabel 14). Jika dilihat dari total responden, efektivitas komunikasi yang memiliki skor yang paling tinggi yaitu pada variabel kognitif dengan nilai skor sebesar 5,04. Pada variabel afektif dan behavioral mencapai 4,34 dan 3,99. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan sangat berpengaruh dalam variabel kognitif dibanding dengan afektif dan behavioral. Tabel 14 Rataan skor efektivitas komunikasi penyuluhan menurut kelompok

No. Efektivitas Rataan Skor*

Jembar II Jembar Karya Total Responden

1. Kognitif 4,91 5,16 5,04

2. Afektif 4,57 4,11 4,34

3. Behavioral 4,17 3,81 3,99

Total 4,55 4,36 4,45

*kisaran skor 1-6

Pada kelompok tani Jembar II, memiliki rataan skor yang hampir rata pada seluruh indikator efektivitas komunikasi. Nilai rataan skor yang paling tinggi di kelompok tani Jembar II terjadi pada variabel kognitif yaitu sebesar 4,91 sedangkan variabel afektif mencapai 4,57 dan yang paling kecil rataanya yaitu variabel behavioral yang hanya mencapai 4,17. Ratan skor pada kelompok tani Jembar Karya dalam variabel afektif memiliki nailai rataan sebesar 4,11 sedangkan dalam variabel kognitif merupakan skor tertinggi yaitu sebesar 5,16 dan variabel behavioral memiliki nilai rataan skor terendah yaitu sebesar 3,81. Jika dibandingkan antara kedua kelompok tani, perolehan rataan skor pada kelompok tani Jembar II lebih besar yaitu mencapai 4,55 sedangkan pada kelompok tani Jembar Karya hanya mencapai rata-rata skor 4,36.

Efektivitas Kognitif Komunikasi Penyuluhan

Pada variabel kognitif, sebagian besar dari total responden termasuk dalam tingkat efektif yaitu 77,5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian efektif untuk meningkatkan pengetahuan para petani dalam masalah usahatani. Nilai rataan yang diperoleh yaitu sebesar 5,04. Beberapa aspek penyuluhan yang paling efektif berdasarkan hasil kuesioner yaitu pengetahuan

mengenai usahatani, membantu memahami kejadian-kejadian sekitar, serta membantu menjawab keingintahuan peserta dalam masalahan pertanian sedangkan aspek penyuluhan yang kurang efektif yaitu penyediaan alternatif pemecahan masalah dan informasi mengenai teknologi baru. Sebanyak 22,5 persen lainnya termasuk kurang efektif artinya hanya sembilan orang responden yang kurang memahami isi pesan yang disampaikan oleh penyuluh sehingga responden yang termasuk dalam kategori kurang efektif menilai kegiatan penyuluhan tidak terlalu menambah pengetahuan mengenai usahtani mereka. Hasil tersebut disebabkan karena responden tersebut kurang tertarik dan kurangnya daya tangkap sehingga mengurangi pemahaman mengenai materi yang diberikan.

Tabel 15 Persentase responden menurut efektivitas komunikasi penyuluhan dalam aspek kognitif dan kelompok

No. Tingkat Efektivitas Jembar II Jembar Karya Total Responden

1. Efektif 70,0 85,0 77,5

2. Kurang Efektif 30,0 15,0 22,5

Total 100,0 100,0 100,0

Jika dibandingkan antara kedua kelompok tani, hasil yang diperoleh di lapangan menunjukan bahwa sebagian besar responden kelompok tani Jembar Karya terjadi peningkatan pengetahuan dari hasil penyuluhan yaitu mencapai 85,0 persen responden termasuk dalam kategori efektif dan 15,0 persen lainnya termasuk dalam kategori kurang efektif. Hal ini terjadi karena sebagian besar responden tersebut memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti kegiatan penyuluhan sehingga mereka memahami informasi yang disampaikan oleh penyuluh.

Pada kelompok tani Jembar II terdapat 70,0 persen responden yang terjadi peningkatan pengetahuan setelah mengikuti kegiatan penyuluhan. Sisanya yaitu 30 persen termasuk dalam kategori kurang efektif. Hal ini terjadi karena masih kurangnya daya tangkap atau penerimaan dari para petani responden sendiri. Selain itu, banyaknya petani yang termasuk usia tua menyebabkan seringkali para petani responden lupa dengan informasi yang pernah diberikan oleh penyuluh. Efektivitas Afektif Komunikasi Penyuluhan

Ranah afektif berkaitan dengan sikap atau kecenderungan untuk bertindak. Pada penelitian ini, variabel afektif merupakan sikap responden terhadap kegiatan penyuluhan pertanian. Hasil yang diperoleh yaitu tingkat efektivitas dari total kedua kelompok tani, sebagian besar termasuk dalam kategori efektif dengan jumlah 57,5 persen sedangkan sisanya yaitu 42,5 persen responden termasuk dalam kategori kurang efektif. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini terjadi perubahan sikap yang tinggi setelah megikuti kegiatan penyuluhan. Adanya kegiatan penyuluhan mampu untuk meningkatkan minat para petani dalam menjalakan usahataninya. Hal ini terlihat dari jawaban para responden yang menunjukkan bahwa mereka antusias dengan adanya penyuluhan pertanian. Sebanyak 60 persen responden memenuhi sebagian besar undangan penyuluhan. Aspek yang efektif dalam dalam variabel afektif yaitu

meningkatkan minat para peserta dalam menjalankan usahatani, serta meningkatkan rasa percaya diri petani.

Tabel 16 Persentase responden menurut efektivitas komunikasi penyuluhan dalam aspek afektif dan kelompok

No. Tingkat Efektivitas Jembar II Jembar Karya Total Responden

1. Efektif 60,0 55,0 57,5

2. Kurang Efektif 40,0 45,0 42,5

Total 100,0 100,0 100,0

Jika dilihat dari masing-masing kelompok tani, tingkat efektivitas kelompok tani Jembar II lebih tinggi dibanding dengan kelompok tani Jembar Karya. Tingkat efektivitas kelompok tani Jembar II mencapai 60,0 persen sedangkan pada kelompok tani Jembar Karya hanya mencapai 55,0 persen. Adanya kegiatan penyuluhan ini meningkatkan minat para petani responden dalam produktivitas usahataninya sehingga para responden lebih bersemangat dan serius dalam menjalankan pekerjaannya sebagai petani.

Efektivitas Behavioral Komunikasi Penyuluhan

Variabel behavioral memiliki nilai yang paling rendah dibanding dengan kognitif dan afektif. Secara total responden, rataan nilai behavioral mencapai 3,99. Terdapat sebanyak 62,5 persen termasuk dalam kategori kurang efektif dalam perubahan perilaku sedangkan 37,5 persen lainnya terjadi perubahan perilaku setelah mengikuti penyuluhan pertanian. Hal tersebut menunjukan bahwa kegiatan penyuluhan yang dilakukan di kedua kelompok tani belum sampai untuk merubah perilaku para peserta dalam menjalankan usahataninya. Aspek penyuluhan yang paling efektif yatu keinginan untuk menjalankan saran dari penyuluh sedangkan aspek kurang efektif yaitu mencari informasi lain terkait materi penyuluhan dan penerapan materi penyuluhan. Para responden tertarik dengan materi yang disampaikan pada saat penyuluhan namun belum sampai pada tahap mencoba dan adopsi. Mereka menghindari risiko terhadap hal baru yang dianggap belum pasti keberhasilannya. Para petani lebih percaya pada pengalaman mereka sendiri atau learning by doing karena mereka dapat menilai sendiri hasil yang diperolehnya. Tabel 17 Persentase responden menurut efektivitas komunikasi penyuluhan dalam

aspek behavioral dan kelompok

No. Tingkat Efektivitas Jembar II Jembar Karya Total Responden

1. Efektif 40,0 35,0 37,5

2. Kurang Efektif 60,0 65,0 62,5

Total 100,0 100,0 100,0

Pada masing-masing kelompok tani, sebesar 40,0 persen petani responden kelompok tani Jembar II terjadi perubahan perilaku setelah mengikuti kegiatan penyuluhan. Dibanding dengan kelompok tani Jembar Karya hanya mencapai 35,0 persen. Terdapat delapan orang petani responden Jembar II menerapkan materi penyuluhan dalam kegiatan usahataninya. Pada saat petani lain tidak mengikuti kegiatan penyuluhan, tidak jarang para petani Jembar II menyampaikan kepada petani lain mengenai informasi yang diperoleh dari kegiatan penyuluhan.

Sebanyak 65,0 persen petani responden di kelompok tani Jembar Karya belum terjadi perubahan tindakan dalam menjalankan usahataninya, setelah mengikuti acara penyuluhan. Para petani respoden di kelompok tani Jembar Karya hanya mengikuti rangkaian kegiatan penyuluhan dan hanya tujuh orang yang sudah menerapkan materi penyuluhan ataupun saran yang diberikan penyuluh pada kegiatan usahataninya. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu untuk bekerja di luar sektor pertanian.

Hubungan Partisipasi Penyuluhan dengan Efektivitas Komunikasi Tabel 18 Nilai koefisien korelasi antara partisipasi penyuluhan dengan efektivitas

komunikasi penyuluhan menurut kelompok

No. Partisipasi Penyuluhan Efektivitas Komunikasi

Kognitif Afektif Behavioral

1. Jembar II -0,179 0,394 0,414

2. Jembar Karya -0,192 -0,414 0,285

Total Responden 0,239 0,130 0,341*

*nyata pada p = 0,05

Tabel 20 menerangkan mengenai korelasi hubungan antara partisipasi penyuluhan terhadap efektivitas komunikasi penyuluhan. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini, menunjukan bahwa hampir sebagian besar partsipasi tidak memiliki keterhubungan dengan efektivitas komunikasi penyuluhan. Secara keseluruhan responden, partisipasi penyuluhan berkorelasi dengan efektivitas komunikasi behavioral. Hal ini menunjukan tingkat partipsipasi responden dalam mengikuti kegiatan penyuluhan berhubungan dengan perubahan perilaku responden dalam kegiatan usahatani. Sehingga semakin aktif partisipasi petani dalam mengikuti kegiatan penyuluhan maka akan semakin mempengaruhi perubahan perilaku petani dalam berusahatani. Kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan BP3K Manonjaya secara keseluruhan berhasil dalam mengubah perilaku petani pada praktek usahatani yang dijalankan.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

Dokumen terkait