• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENYULUHAN PERTANIAN

1. Sifat Pribadi Penyuluh

Proses komunikasi tidak hanya dipengaruhi oleh pesan yang dipertukarkan, namun para pelaku komunikasi itu sendiri yaitu komunikan dan komunikator. Pada penelitian ini penyuluh pertanian merupakan komunikator dalam proses komunikasi sedangkan petani adalah komunikan atau penerima pesan. Sifat- sifat penyuluh yang diukur pada penelitian ini yaitu keterpercayaan, penampilan, keluwesan, keramahan, dan kebijaksanaan. Hasil yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 72,5 persen berpendapat penyuluh sudah dalam kategori baik. Artinya terdapat 29 orang dari 40 orang responden yang berpendapat sifat-sifat yang ada pada diri penyuluh termasuk dalam kategori baik.

Tabel 21 Persentase responden menurut persepsi tentang sifat-sifat pribadi penyuluh dan kelompok

No. Sifat-sifat Pribadi Penyuluh

Persentase (%)

Jembar II Jembar Karya Total Responden

1. Baik 75,0 70,0 72,5

2. Kurang Baik 25,0 30,0 27,5

Hasil tersebut menunjukan bahwa kredibilitas penyuluh untuk sebagian besar petani masih baik. Tingginya kepercayaan terhadap komunikator atau penyuluh dapat mendorong peningkatan perubahan sikap komunikan atau petani. Kepercayaan yang besar terhadap komunikator mencerminkan bahwa pesan yang diterima komunikan dianggap benar. Sedangkan sisanya yaitu 27,5 persen responden menganggap bahwa sifat-sifat yang ada pada diri penyuluh masih dalam kategori kurang baik. Hal tersebut terjadi karena terkadang terdapat prasangka dari sebagian responden kepada penyuluh. Para responden ini menganggap bahwa terkadang penyuluh hanya memperhatikan beberapa petani saja seperti dalam pemberian bantuan seperti masalah pupuk dan benih unggul. Adanya prasangka tersebut menyebabkan pemberian penilaian yang kurang baik.

Hasil yang diperoleh dalam melihat sifat pribadi penyuluh dari penelitian ini yaitu sebanyak 15 orang responden dari kelompok tani Jembar II memasukan penyuluh pada kategori baik dan hanya lima orang yang memasukan penyuluh dalam kategori kurang baik. Perolehan nilai ini disebabkan karena sebagian besar responden pada kelompok tani Jembar II sudah memiliki kedekatan dengan penyuluh seperti tingginya frekuensi interaksi antara petani responden dengan penyuluh, banyaknya informasi yang diberikan oleh peyuluh, serta seringnya kunjungan rumah yang dilakukan penyuluh. Hal ini menyebabkan adanya pengaruh responden dalam memberikan penilaian terhadap sifat pribadi yang melekat pada diri penyuluh. Kelompok tani Jembar Karya memiliki hasil yang tidak jauh berbeda dimana sebanyak enam orang responden memasukan penyuluh pada kategori kurang baik dan 14 orang responden yang memasukan penyuluh dalam kategori baik. Hal ini terjadi karena terdapat beberapa petani responden merasa kurang terperhatikan oleh penyuluh.

2. Sikap

Sebanyak 62,5 persen responden menilai bahwa sikap penyuluh sudah dalam kategori baik. Sedangkan sisanya yaitu 37,5 persen responden menilai sikap penyuluh masih dalam kategori kurang baik. Pada penelitian ini, sikap yang diukur yaitu sikap terhadap diri sendiri, sikap terhadap materi dan sikap terhadap petani.

Tabel 22 Persentase responden menurut persepsi tentang sikap penyuluh dan kelompok

No. Sikap Penyuluh Persentase (%)

Jembar II Jembar Karya Total Responden

1. Baik 70,0 55,0 62,5

Jika dibandingkan antara kedua kelompok tani, sebagian besar responden dari kelompok tani Jembar II memasukan penyuluh dalam kategori baik. Terdapat 14 orang (70%) responden yang memiliki pandangan bahwa sikap penyuluh di lapangan termasuk baik. Hal ini disebakan karena mereka melihat penyuluh sudah memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dalam menyampaikan informasi kepada para petani. Selain itu, penyuluh sering memberikan informasi yang aktual terkait masalah pertanian ataupun masalah usahatani yang sedang dihadapi para petani responden.

3. Keterampilan Komunikasi

Pada penelitian ini, sebagian besar responden dari kedua kelompok tani menilai keterampilan komunikasi penyuluh sudah termasuk dalam kategori baik dimana penilaian tersebut mencapai 85 persen orang responden yang terdiri dari 19 orang responden dari kelmpok tani Jembar II dan 15 orang responden dari kelompok tani Jembar Karya. Hanya enam orang dari total responden yang menilai kemampuan komunikasi penyuluh masih kurang baik. Keterampilan komunikasi penyuluh yang paling baik menurut para responden yaitu dalam kemampuan komunikasi dalam penyampaian materi sehingga para petani mengerti apa yang disampaikan oleh penyuluh.

Tabel 23 Persentase responden menurut persepsi tentang kemampuan

berkomunikasi penyuluh dan kelompok

No. Kemampuan Komunikasi Persentase (%)

Jembar II Jembar Karya Total Responden

1. Baik 90,0 80,0 85,0

2. Kurang Baik 10,0 20,0 15,0

Penyuluh dinilai sangat menguasai materi yang diberikan kepada para peserta penyuluhan. Ketika ada pertanyaan diberikan, penyuluh mampu menjawab dengan jelas sehingga peserta paham. Selain itu, penyuluh juga menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta penyuluhan dan sebagian besar menerangkan materi dengan menggunakan bahasa daerah (bahasa sunda) karena sebagian besar petani peserta penyuluhan merupakan warga pribumi. Kejelasan suara penyuluh pada saat penyuluhan tergolong baik sehingga peserta mampu mendengar dengan baik. Namun beberapa keterampilan komunikasi penyuluh yang masih kurang yaitu dalam hal kecepatan menerangkan dan pemberian ilustrasi pada saat menerangkan materi. Terkadang penyuluh terlalu cepat dalam menerangkan materi sehingga para peserta kurang menangkap maksud dari informasi yang diberikan.

4. Pengetahuan

Pengetahuan penyuluh pada penelitian ini tidak hanya meliputi pengetahuan mengenai materi saja namun juga pengetahuan penyuluh dalam hal kondisi petani, masalah yang dihadapi petani, kondisi sosial budaya di sekitar petani, teknologi, kebiasaan petani, dan kemampuan penerimaan petani. Jika dilihat secara keseluruhan, terdapat 62,5 persen responden yang menilai pengetahuan penyuluh sudah termasuk dalam kategori baik. Namun jika dibandingkan, sebanyak 75,0 persen orang petani responden dari kelompoktani Jembar II

menilai bahwa penyuluh memiliki pengetahuan yang tergolong baik terutama pengetahuan materi dan masalah yang dihadapi petani. Para petani responden di kelompoktani Jembar II sering memberikan pertanyaan kepada penyuluh mengenai masalah usahatani yang sedang dihadapinya.

Tabel 24 Persentase responden menurut persepsi tentang pengetahuan penyuluh dan kelompok

No. Pengetahuan Penyuluh Persentase (%)

Jembar II Jembar Karya Total Responden

1. Baik 75,0 45,0 62,5

2. Kurang Baik 25,0 55,0 37,5

Penyuluh biasanya memberikan solusi ataupun anjuran mengenai untuk mengatasi masalah tersebut seperti masalah pada serangan hama. Selain itu, penyuluh juga biasanya turun langsung ke lapangan atau sawah para petani untuk menanyakan masalah yang sedang dihadapi petani dan langsung memberikan solusi atau nantinya akan dibahas ketika pertemuan atau kumpul kelompok tani. Sedangkan Pada kelompok tani Jembar Karya, hanya terdapat 45 persen petani responden yang menilai pengetahuan penyuluh termasuk kategori baik. Kurangnya intensitas pertemuan rutin kelompok tani Jembar Karya menyebabkan penyuluh dianggap kurang mengetahui permasalahan yang muncul di kelompoktani oleh beberapa petani. Sehingga seringkali para petani mencari sendiri atau hanya bertanya kepada petani lainnya mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya.

Materi Penyuluhan

Pada penelitian ini, materi penyuluhan adalah informasi tentang pertanian yang mendukung kegiatan usahatani yang diberikan penyuluh kepada para peserta penyuluhan pertanian. Beberapa materi yang pernah disampaikan penyuluh yaitu informasi mengenai penggunaan bibit unggul, pengolahan lahan, jajar legowo, pengendalian hama, pengelolaan air, pascapanen dan analisis usahatani.

Tabel 25 Persentase responden menurut persepsi tentang materi penyuluhan dan kelompok

No. Persepsi Responden

Persentase (%) Kelompok Jembar II Kelompok Jembar Karya Total Responden 1. Baik 65,0 40,0 52,5 2. Kurang baik 35,0 60,0 47,5 Total 100,0 100,0 100,0

Mayoritas responden menilai bahwa isi materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan cenderung dalam kategori baik. Hal ini ditunjukan dengan persentase responden sebanyak 52,5 persen responden atau 21 orang. Namun jika dibandingkan antar kelompok tani Jembar II dan Jembar Karya, penilaian isi materi yang termasuk dalam kategori baik lebih banyak terjadi pada kelompok tani Jembar II yaitu mencapai 65,0 persen responden sedangkan kelompok tani Jembar Karya hanya mencapai 40,0 persen responden.

Sebagian besar dari seluruh responden menilai bahwa kemungkinan untuk mengamati hasil dari penerapan informasi penyuluhan termasuk mudah. Hal ini terjadi karena materi yang disampaikan ketika penyuluhan merupakan materi yang mampu mendukung peningkatan produksi sehingga para petani dapat langsung menilai hasilnya. Selain itu, para petani merawat lahanya sendiri sehingga lebih paham terhadap perbedaan hasil yang diperoleh setelah menerapkan materi penyuluhan.

Materi yang diberikan pada kegiatan penyuluhan memiliki peluang yang cukup tinggi untuk dicoba serta keunggulan dibanding tata cara bertani yang sudah diterapkan dalam kegiatan usahatani sebelumnya sehingga tidak sedikit petani yang seringkali mencoba menerapkan dalam kegiatan usahataninya. Selain itu, materi penyuluhan memiliki keksesuaian yang cukup baik dimana materi sesuai dengan kondisi yang dihadapi petani, sarana dan prasarana yang tersedia, serta kondisi alam yang terjadi. Namun, untuk beberapa orang responden, materi yang diberikan oleh penyuluh termasuk dalam ketegori sulit untuk dipahami. Ada juga peserta penyuluhan yang memahami materi pada saat penyuluhan saja namun lupa ketika acara penyuluhan selesai. Untuk mengatasi hal tersebut, tidak jarang mereka bertanya ataupun diskusi dengan petani atau penyuluh di dalam forum serta diluar forum sehingga mereka memahami materi yang disampaikan.

Jika dibandingkan antara kedua kelompok tani, masih banyak responden di kelompok tani Jembar Karya yang memiliki persepsi kurang baik terhadap materi yang diberikan penyuluhan. Dalam hal ini, persepsi responden yang kurang baik yaitu pada penilaian mereka terhadap isi materi penyuluhan seperti pada informasi mengenai penggunaan jajar legowo. Para petani di kelompok tani Jembar Karya menilai bahwa perbedaan hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan tidak memakai jajar legowo sehingga para petani melihat bahwa informasi yang diberikan penyuluh kurang memberikan keuntungan.

Tabel 26 Rataan skor persepsi responden tentang materi penyuluhan menurut kelompok

No. Persepsi Rataan Skor*

Jembar II Jembar Karya Total Responden 1. Keuntungan Relatif 5,75 4,40 5,08 2. Kompatibilitas 5,60 4,53 5,06 3. Kompleksitas 5,10 4,25 4,67 4. Trialabilitas 5,70 5,10 5,40 5. Observabilitas 5,85 5,25 5,55 Seluruh aspek 5,60 4,67 5,12 *kisaran skor 1-6

Isi materi penyuluhan pada penelitian ini tidak hanya melihat pada bentuk informasi yang disampaikan namun juga dilihat keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, trialabilitas, dan observabilitas dari informasi tersebut. Rataan skor seluruh aspek dari total responden mencapai nilai 5,12 sedangkan pada kelompok tani Jembar II mencapai 5,60 dan kelompok tani Jembar Karya mencapai 4,67. Dilihat dari seluruh responden, rataan nilai skor tertinggi terjadi pada persepsi responden tentang observabilitas yaitu sebesar 5,55.

Hal ini terjadi karena observabilitas merupakan tahap untuk menilai dari penerapan teknologi atau informasi yang diperoleh pada saat kegiatan penyuluhan.

Selanjutnya, rataan skor tinggi lainnya terjadi pada persepsi trialabilitas yang mencapai 5,40. Hal ini menunjukan bahwa materi yang diberikan ketika penyuluhan mampu untuk dicoba dalam kegiatan usahatani peserta. Para petani melihat keunggulan dibanding cara bertani sebelumnya dengan nilai rataan pada persepsi keuntungan relatif sebesar 5,08. Sedangkan nilai rataan pada persepsi mengenai kompatibilitas mencapai 5,06. Kompatabilitas mengukur mengenai kesesuai materi dengan kondisi alam yang terjadi, kesesuaian dengan kondisi yang dihadapi petani dan kesesuaian dengan sarana dan prasarana yang tersedia. Nilai rataan terkecil terjadi pada persepsi responden mengenai kompleksitas yang hanya mencapai skor 4,67. Hal ini terjadi karena tingkat kesulitan materi yang diberikan dianggap cukup tinggi oleh para peserta penyuluhan.

Jika dibandingkan antara kedua kelompok tani, nilai rataan skor yang paling tinggi terjadi pada persepsi observabilitas yaitu 5,85 untuk kelompok tani Jembar II dan 5,25 untuk kelompok tani Jembar Karya. Pada persepsi keuntungan relatif, nilai rataan skor kelompok tani Jembar II mencapai 5,75 sedangkan pada kelompok tani Jembar Karya sebesar 4,4. Hal ini terjadi karena penilaian sebagian besar responden kelompok tani Jembar II yang menganggap materi yag diberikan mampu memberikan keunggulan dibanding dengan cara bertani sebelumnya. Pada persepsi kompatibilitas, skor yang diperoleh Jembar Karya mencapai 4,53 sedangkan pada kelompok tani Jembar II sebesar 5,60. Tingginya nilai kompatibilitas tersebut menunjukan materi yang diberikan dinilai sudah sesuai dengan kondisi petani, alam, dan sarana san prasarana di kelompok tani Jembar II dibanding dengan kelompok tani Jembar Karya.

Pada pesepsi trialabilitas, rataan skor yang diperoleh sebesar 5,70 untuk kelompok tani Jembar II dan 5,10 untuk kelompok tani Jembar Karya. Rataan nilai tersebut tidak jauh berbeda di kedua kelompok yang menunjukkan bahwa peluang materi penyuluhan untuk dicoba cukup tingi dalam usahatani para peserta penyuluhan. Aspek kompleksitas memiliki nilai rataan skor terendah pada kelompok tani Jembar II maupun Jembar Karya yaitu 5,10 dan 5,25.

Metode penyuluhan

Pada faktor ini membahas mengenai cara yang digunakan penyuluh untuk menyampaikan materi penyuluhan kepada para petani sehingga para peserta penyuluhan dapat mengerti dan memahami isi informasi yang disapaikan penyuluh. Metode penyuluhan yang diterapkan di kedua kelompok tani yaitu metode kelompok dan individu. Metode kelompok yaitu berupa pertemuan kelompok sedangkan metode inidividu yaitu berupa latihan dan kunjungan penyuluh ke rumah atau lahan garapan para petani dimana durasi pada kedua metode tersebut berbeda. Jika dilihat dari total responden, rata-rata durasi kegiatan penyuluhan pertanian dengan menggunakan metode latihan dan kunjungan mencapai 72,33 menit per pertemuan sedangan durasi kegiatan dengan menggunakan metode pertemuan kelompok mencapai 102,67 menit per pertemuan. Faktor metode penyuluhan dilihat melalui kesesuaian metode dan efektivitas metode.

Tabel 27 Rataan skor persepsi responden tentang metode penyuluhan menurut kelompok

No. Metode Penyuluhan Rataan Skor*

Jembar II Jembar Karya Total Responden

1. Kesesuaian Metode 5,46 4,81 5,14

2. Efektivitas Metode 4,40 3,93 4,16

3. Seluruh Aspek 4,93 4,37 4,65

*kisaran skor 1-6

Secara keseluruhan, nilai rataan skor persepsi responden mengenai metode penyuluhan dari seluruh aspek mencapai 4,65. Nilai rataan skor pada aspek kesesuaian metode dan efektivitas metode masing-masing sebesar 5,14 dan 4,16. Jika dibandingkan antara kedua aspek, nilai yang diperoleh kesesuaian metode lebih tinggi dibanding dengan efektivitas metode, hal ini menunjukan bahwa metode penyuluhan yang telah dilakukan memiliki kompatibilitas yang tinggi dimana metode penyuluhan disesuaikan dengan materi, keadaan lingkungan petani, karakteristik petani, sosial budaya, keadaan iklim dan musim, serta kondisi usahatani yang dihadapi petani.

Rataan skor persepsi responden tentang penyuluhan yang diperoleh kelompok tani Jembar II lebih besar dibanding dengan Jembar Karya. Dilihat dari seluruh aspek, rataan skor kelompok tani Jembar II sebesar 4,93 sedangan kelompok tani Jembar Karya sebesar 4,37. Nilai rataan kesesuaian metode pada kelompok tani Jembar II mencapai 5,46 sedangkan kelompok tani Jembar Karya sebesar 4,81. Nilai tersebut menunjukan bahwa pada kelompok tani Jembar II memiliki tingkat kesesuaian lebih tinggi dibanding dengan kelompok tani Jembar Karya. Selain itu, pada aspek efektivitas metode penyuluhan, nilai yang diperoleh kelompok tani Jembar II mencapai 4,40 dan kelompok tani Jembar Karya hanya 3,93. Artinya, para responden di kelompok tani Jembar II menilai metode penyuluhan lebih efektif dibanding dengan yang terjadi pada kelompok tani Jembar Karya.

1. KesesuaianMetode

Pada penelitian ini, sebagain besar responden (62,5%) menilai bahwa metode yang digunakan penyuluh sudah termasuk dalam kategori sesuai. Metode penyuluhan yang digunakan oleh penyuluh dianggap sudah sesuai dengan kondisi usahatani yang dijalankan oleh para petani. Hal ini terjadi karena BP3K Manonjaya memiliki jadwal rutin setiap satu bulan sekali untuk melakukan pendataan perkembangan sehingga penyuluh turun langsung ke lapangan atau lokasi usahatani untuk melihat masalah yang sedang dihadapi oleh petani. Tabel 28 Persentase responden menurut persepsi tentang kesesuaian metode

penyuluhan dan kelompok

No. Kesesuaian Jembar II Jembar Karya Total Responden

1. Sesuai 75,0 60,0 62,5

2. Kurang Sesuai 25,0 40,0 37,5

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan tidak hanya dilakukan di ruangan atau tempat pertemuan, seringkali penyuluh datang ke lahan milik petani untuk melihat langsung permasalah yang dihadapai oleh petani. Biasanya ketika musim panen, penyuluhan dilakukan di lapangan atau lokasi usahatani para petani sehingga kegiatan penyuluhan disesuaikan dengan musim setempat. Selain itu, metode penyuluhan dinilai sudah sesuai dengan materi penyuluhan yang diberikan seperti contoh pada materi pembuatan pestisida nabati dimana petani diajak langsung untuk mempraktikan cara pembuatan pestisida nabati. Pada saat musim penghujan datang, biasanya para penyuluh menghindari saat hari hujan karena diasumsikan kurang kondusif dan jarang petani yang hadir. Sedangkan 37,5% persen responden menilai bahwa kesesuai metode yang digunakan penyuluh masih dalam kategori kurang sesuai. Adanya penilaian ini karena terkadang kegiatan penyuluhan dilakukan di luar wilayah desa seperti pertemuan untuk membahas pemasaran hasil panen yang biasa dilakukan di kantor BP3K Manonjaya.

Jika dilihat dari masing-masing kelompok, sebanyak 75,0 persen orang responden dari kelompok tani Jembar II yang menilai bahwa metode yang selama ini digunakan oleh penyuluh termasuk dalam kategori sesuai terutama dengan kondisi usahatani dan keadaan iklim dan musim setempat. Pada kelompok tani Jembar Karya, terdapat 40,0 persen responden yang menilai sebagian metode penyuluhan kurang sesuai terutama kesesuaian metode penyuluhan dengan karakteristik petani. Hal ini terjadi karena metode yang digunakan penyuluh pada kelompok tani Jembar Karya sebagian besar merupakan metode pertemuan kelompok dimana permasalah yang dihadapi oleh para petani berbeda serta tidak sedikit peserta yang kurang menangkap materi ketika pertemuan kelompok.

Dokumen terkait