• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Umum Desa Margahayu

Wilayah dan Geografis

Desa Margahayu merupakan bagian dari Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat yang memiliki luas wilayah mencapai 2,44 km2 (244 ha) yang terdiri dari 65,177 ha lahan sawah dan 178,823 ha lahan darat. Secara geografis berada pada koordinat 07°21’07”.9 LS dan 108°18’.31’.7 BT dengan ketinggian tempat 300 Mdpl. Rata-rata curah hujan mencapai 3.069 mm/tahun dan rata-rata hari hujan 138 hari per tahun (BP3K Manonjaya 2013). Adapun suhu harian umumnya berkisar antara 18 sampai 31oC. Desa Margahayu memiliki batas-batas desa yaitu sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kota Tasikmalaya, sebelah utara berbatasan dengan Desa Manonjaya, sebelah timur berbatasan dengan Desa Kalimanggis dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cibeber dan Gunajaya. Secara administratif, Desa Margahayu terbagi menjadi enam RW, 23 RT dan empat dusun yaitu Pamijahan, Cimuncang, Pamegatan dan Pereng.

Sosial Ekonomi

Sebagian besar masyarakat Desa Margahayu memiliki pekerjaan sebagai petani dimana komoditas utama yang diusahakan oleh petani yaitu padi sawah. Sementara komoditas lainnya seperti jagung, kacang-kacangan, dan sayuran (buncis dan mentimun) ditanam oleh sebagian petani dengan memanfaatkan pematang sawah. Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Margahayu yaitu TK, SD, dan SMP.

Selain itu, terdapat beberapa kelembagaan petani yang ada di Desa Margahayu terdiri atas empat kelompok tani dewasa, satu kelompok wanita tani, satu gabungan kelompok tani, dan satu kelompok P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) / Mitra Cai serta kelembagaan penunjang seperti P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan), PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) dan koperasi. Sebagian besar sarana produksi usahatani masih didatangkan dari luar desa kecuali untuk kebutuhan pupuk organik, MOL (Mikro Organisme Lokal), dan agensi hayati. Jenis usaha yang mulai dikembangkan masyarakat ataupun kelompok tani untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi yaitu :

Tabel 3 Jumlah sarana perekonomian di Desa Margahayu menurut jenis sarana

No. Jenis Sarana Jumlah Unit

1. Kios pupuk 3

2. Pengolah pupuk organik 3

3. Penyedia jasa traktor 2

4. Toko pertanian 1

Penduduk

Penduduk Desa Margahayu berjumlah 3.814 jiwa yang terdiri atas laki- laki 1.959 jiwa dan perempuan 1.875 jiwa. Sebaran populasi penduduk menurut umur dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Populasi penduduk Desa Margahayu menurut umur dan jenis kelamin No. Usia Laki-laki (orang) Perempuan (orang) Jumlah (orang)

1. 0-15 644 585 1.229

2. 16-64 1.239 1.239 2.478

3. ≥ 65 56 51 107

Sumber : Laporan Perkembangan Desa Margahayu 2013

Sebagian besar penduduk Desa Margahayu merupakan warga pribumi yang memiliki matapencaharian di sektor pertanian yaitu sebanyak 392 kepala keluarga terdiri dari 190 petani pemilik penggarap, 106 petani penggarap dan 96 buruh tani. Dilihat dari jenis usahatani yang dilakukan, maka jumlah petani terdiri dari :

Tabel 5 Jumlah usaha tani Desa Margahayu

No. Usahatani Jumlah (unit)

1. Pertanian tanaman pangan 240

2. Peternakan 14

3. Perikanan 13

4. Kehutanan dan perkebunan 29

Sumber : Laporan Perkembangan Desa Margahayu 2013

Buruh tani umumnya berada di sektor pertanian tanaman pangan. Jasa buruh tani digunakan pada penyiapan lahan dan proses panen. Beberapa pekerjaan lain, diantaranya 32 orang Pegawai Negeri Sipil, 287 orang pengrajin industri rumah tangga, serta 138 pengusaha kecil dan menengah. Mayoritas tingkat pendidikan masyarakat merupakan tamatan SD/sederajat yaitu mencapai 1.484 orang, tamat SMP 300 orang, tamat SMA 751orang, dan 222 orang lainnya memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi.

Deskripsi Kelompok Tani di Desa Margahayu

Desa Margahayu merupakan satau satu wilayah binaan dari BP3K (Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutaan) Manonjaya dimana BP3K Manonjaya memiliki dua belas desa binaan yaitu Manonjaya, Margahayu, Kamulyan, Cilangkap, Pasir Batang, Pasir Panjang, Kalimanggis, Cihaur, Cibeber, Guna Jaya, Batu Sumur dan Marga Luyu. Terdapat empat kelompok tani dewasa di Desa Margahayu yaitu kelompok tani Jembar, kelompok tani Jembar II, kelompok tani Jembar Karya, dan kelompok tani Jembar Kahuripan yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Rahayu. Pada penelitian ini, kelompok tani yang diteliti yaitu kelompok tani Jembar II dan kelompok tani Jembar Karya.

Pada awalnya, kelompok tani di Desa Margahayu merupakan sebuah koperasi petani di Dusun Pamijahan yang dikenal dengan nama KOMPA

(Kelompok Petani Pamijahan). Koperasi ini didirkan untuk membantu para petani dalam menjual hasil panen karena penjualan kepada tengkulak terlalu rendah. Tahun 1998 koperasi KOMPA dirubah menjadi kelompok tani Jembar dengan ketua yang pertama yaitu H. Sukri yang juga merupakan tokoh masyarakat di sana. Namun, karena kelompok tani Jembar sudah berkembang memiliki anggota yang cukup banyak (± 120) orang maka dilakukan pemekaran dengan terbentuknya kelompok tani Jembar II. Kelompok tani Jembar II didirikan sejak tahun 2004 dengan jumlah anggota saat ini mencapai 64 orang. Komoditas yang diproduksi yaitu jenis padi organik di mana mereka bekerjasama dengan kelompok tani Simpatik yang berada di Kecamatan Rajapolah untuk diekspor ke luar negeri diantaranya Amerika, Swiss, dan Jepang. Kegiatan internal kelompok tani biasa dilakukan pada hari Jumat yang rutin diadakan setiap satu bulan sekali. Kelompok tani Jembar II saat ini memiliki struktur organisasi yang ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Struktur organisasi kelompok tani Jembar II

Jumlah anggota kelompok tani Jembar II yang terus berkembang, menyebabkan dilakukan kembali pemekaran pada tahun 2011 dan terbentuk kelompok tani Jembar Karya. Karena kelompok tani Jembar Karya merupakan kelompok tani pemekaran dari Jembar II, maka tidak jarang ada anggota yang masih tercantum di kelompok tani Jembar II. Struktur organisasi yang dimiliki oleh kelomok tani Jembar Karya hanya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Seksi pemasaran, pengairan, pengandalian hama, dan lainnya masih tergabung dengan kelompok tani Jembar II. Adapun struktur organisasi yang dimiliki oleh kelompok tani Jembar Karya ditampilkan pada Gambar 3.

Ketua Rosid Seksi Humas Aman Seksi Pengarian Hali Seksi Pemasaran Didi Bendahara Dace Sekretaris Embos

Seksi Usaha dan Prasarana Aceng

Seksi Pengendalian hama OPT Heni

Gambar 3 Struktur organisasi kelompok tani Jembar Karya Karakteristik Responden

Jumlah total responden pada penelitian ini yaitu sebanyak 40 orang yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok tani Jembar Karya dan Jembar II, masing-masing 20 orang. Berikut disajikan mengenai jumlah dan persentase responden penenlitian ini.

Tabel 6 Persentase responden menurut karakteristik

No. Karakteristik Kategori

Persentase (%) Rataan Kelompok Jembar II Kelompok Jembar Karya Total Responden 1. Jenis Kelamin Laki-laki 95,0 85,0 90,0 - Perempuan 5,0 15,0 10,0

2. Usia (tahun) Dewasa menengah 20,0 35,0 27,5 54,97 Dewasa tua 80,0 65,0 72,5 3. Tingkat Pendidikan Formal Tingkat menengah 30,0 45,0 37,5 - Tingkat dasar 70,0 55,0 62,5 4 Luas Lahan (ha) Tinggi 35,0 40,0 42,5 0,27 Rendah 65,0 60,0 57,5 5. Pengusahaan Lahan (ton) Tinggi 40,0 45,0 42,5 1,28 Rendah 60,0 55,0 57,5 6. Status Kepemilikan Lahan Milik 85,0 90,0 87,5 - Sewa 20,0 10,0 15,0 Gadai - 5,0 2,5 Bagi Hasil 10,0 25,0 17,5 7. Pekerjaan Lain Off-Farm 50,0 45,0 47,5 - Non-Farm 20,0 30,0 25,0 Ketua Irman Bendahara Omar Sekretaris Muhtarom Anggota

Jenis Kelamin

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa responden laki-laki lebih banyak daripada perempuan baik pada kelompok tani Jembar II maupun Jembar Karya. Hal ini terjadi terkait status laki-laki sebagai kepala rumah tangga sehingga memiliki tanggung jawab untuk mencari nafkah sehingga laki-laki lah yang terdaftar namanya sebagai anggota kelompok tani. Anggota kelompok tani perempuan dalam penelitian ini hanya mereka yang tidak bersuami sehingga dalam keluarganya bertindak sebagai kepala keluarga. Para perempuan lainnya lebih memilih pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah seperti menjahit, bordir, usaha makanan ringan, kerajinan rumah tangga, merajut manik-manik, dan membuka warung.

Berdasarkan temuan di lapangan, ada stereotipe yang tertanam di masyarakat menunjukan bahwa pekerjaan sebagai seorang petani merupakan pekerjaan bagi kaum laki-laki dimana harus memiliki fisik yang kuat sehingga jarang perempuan yang bekerja sebagai petani. Secara keseluruhan, hanya terdapat 10 persen responden perempuan yang memiliki pekerjaan sebagai petani. Mereka bekerja hanya ikut meringankan pekerjaan suaminya yang juga merupakan seorang petani. Jenis pekerjaan yang biasa ditangani oleh responden perempuan ini berbentuk pekerjaan ringan seperti tandur dan panen. Jika dibandingkan antara dua kelompok tani, kelompok tani Jembar Karya lebih banyak memiliki anggota perempuan daripada kelompok tani Jembar II. Hal ini disebabkan karena kegiatan perempuan di lingkungan kelompok tani Jembar II lebih aktif dibanding kelompok tani Jembar Karya.

Usia

Pembagian kategori usia pada penelitian ini berpedoman pada pendapat dari Havighurst (1950) dalam Mugniesyah (2006) yang membagi usia menjadi tiga kategori yaitu usia awal dewasa (18-29 tahun), usia dewasa menengah (30- 50), dan usia tua (>50 tahun). Data hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 72,5 persen termasuk dalam ketegori usia tua sedangkan sisanya sebesar 27,5 persen termasuk pada usia dewasa menengah dengan total rataan usia 54,97 tahun dan tidak satupun responden yang termasuk dalam ketegori usia dewasa awal. Hasil tersebut menunjukan gambaran umum kondisi pertanian saat ini di mana pengelolaan usahatani di pedesaan pada umumnya dikelola oleh para orang tua. Generasi muda di desa sudah tidak tertarik lagi untuk bekerja di sektor pertanian.

Para pemuda di Desa Margahayu menilai bahwa pekerjaan sebagai seorang petani dinilai merupakan pekerjaan yang berat dan memiliki risiko yang tinggi karena sangat bergantung pada cuaca. Hal tersebut menyebabkan tidak pastinya harga jual di pasaran sehingga dianggap kurang menguntungkan. Akibatnya, generasi muda lebih tertarik merantau ke luar kota dan bekerja di luar sektor pertanian seperti menjadi buruh bangunan atau buruh pabrik. Adapun para pemuda yang masih bertahan lebih memilih bekerja menjadi tukang ojeg dan berdagang. Walaupun banyak para pemuda yang merantau, tetapi tidak sedikit ketika memasuki usia tua kembali ke Desa Margahayu dan beralih pekerjaan di bidang pertanian.

Mayoritas petani responden usia tua sudah bekerja sebagai seorang petani sejak usia muda. Hal ini terjadi karena pada saat mereka di usia muda, akses

menuju ke luar desa masih sangat sulit. Pada saat yang sama, lahan pertanian masih luas sehingga pekerjaan yang paling memungkinkan pada waktu itu adalah sebagai seorang petani. Sebesar 80,0 persen responden Kelompok Tani Jembar II termasuk pada kategori usia tua. Jumlah ini lebih besar dibanding dengan responden dari Kelompok Tani Jembar Karya yaitu sebesar 65,0 persen. Usia tertua di kelompok tani Jembar II yaitu 76 tahun dan termuda yaitu 33 tahun. Usia tertua di kelompok tani Jembar Karya yaitu 72 tahun dan termuda yaitu 35 tahun. Banyak orang tua di Kelompok Tani Jembar II yang harus tetap menghidupi anak- anaknya saat dewasa karena keterbatasan ekonomi. Kurangnya keterampilan selain bertani juga menyebabkan masih bertahannya generasi tua untuk terus mengelola usaha pertaniannya. Namun, ada juga yang menjadikan bertani untuk mengisi waktu luang sehingga mereka masih menjalankan usaha bertani walaupun memasuki usia tua.

Tingkat Pendidikan

Karakteristik tingkat pendidikan hanya dibagi menjadi dua kategori yaitu tingkat dasar dan tingkat menengah. Hal ini disebabkan karena tidak ditemukan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan paling tinggi responden yaitu tamat SMA/sederajat. Pembagian tingkat pendidikan diukur berdasarkan jenjang sekolah bukan pada lamanya menempuh pendidikan sehingga yang termasuk tingkat pendidikan dasar pada penelitian ini yaitu tidak tamat SD sampai tamat SD sedangkan tingkat pendidikan menengah yaitu tamat SMP sampai tamat SMA/sederajat.

Hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 62,5 persen dari total responden termasuk pada kategori tingkat pendidikan dasar sedangkan sisanya yaitu 37,5 persen termasuk ke dalam kategori tingkat pendidikan menengah. Keadaan ini disebabkan karena masih rendahnya kesadaran masyarakat terutama masyarakat petani menengah ke bawah mengenai pentingnya pendidikan. Sehingga mereka tidak memiliki motivasi untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi bahkan beberapa diantaranya tidak pernah tertarik walaupun untuk mengikuti paket C.

Selain itu, akses dari desa menuju sekolah tinggi cukup sulit dan jauh sehingga biaya pendidikan menjadi mahal. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, para petani tidak merasa pendidikan sebagai kebutuhan, karena tingginya biaya pendidikan dilihat sebagai beban ekonomi. Biaya pendidikan lebih baik digunakan untuk modal menanam padi sehingga menghasilkan uang secara langsung. Masyarakat menganggap bahwa tingginya jenjang pendidikan belum tentu mampu menghasilkan uang yang lebih banyak.

Jika dibandingkan antar kelompok tani, sebanyak 70,0 persen responden kelompok tani Jembar II memiliki tingkat pedidikan rendah sedangkan kelompok tani Jembar Karya sebesar 55,0 persen. Sulitnya akses menuju sarana pendidikan menjadi alasan sebagian besar petani masih memiliki tingkat pendidikan rendah. Selain itu, petani usia tua sudah berkeluarga sehingga biaya dan waktu lebih banyak digunakan untuk bekerja.

Luas Lahan

Lahan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan pertanian. Total luas lahan yang dimiliki seluruh responden pada penelitian ini

mencapai 11,07 ha. Sebagian besar dari total responden yaitu 57,5 persen memiliki lahan kurang dari 0,27 ha per orang. Hasil ini menunjukkan bahwa saat ini masih banyak petani yang masih memiliki lahan garapan sempit. Banyak kegiatan alih fungsi lahan menjadi pemukiman menyebabkan semakin terdesaknya lahan pertanian. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, tidak semua lahan garapan petani berlokasi di Desa Margahayu. Hal ini terjadi karena para petani membutuhkan lahan yang lebih luas untuk dijadikan lahan garapan, sedangkan lahan di Desa Margahayu sendiri kurang mencukupi.

Jika dilihat antara dua kelompok tani, sebanyak 40,0 persen responden kelompok tani Jembar Karya memiliki luas lahan yang tinggi. Hasil ini lebih besar daripada kelompok tani Jembar II yaitu sebesar 35,0 persen. Hasil tersebut disebabkan banyaknya para petani di kelompok tani Jembar II yang menjual lahan mereka untuk dijadikan pemukiman. Responden dari kelompok tani Jembar II rata-rata memiliki lahan garapan seluas 0,25 ha per orang sedangkan kelompok tani Jembar Karya seluas 0,29 ha per orang.

Pengusahaan Lahan

Pengusahaan lahan pada penelitian ini yaitu jumlah hasil panen yang diperoleh responden dalam satu musim. Komoditas utama yang diusahakan oleh responden adalah padi sawah. Sebagian petani memanfaatkan pematang sawah untuk menanam tanaman seperti jagung, kacang-kacangan, sayuran, dan pisang. Jika dilihat dari total responden, rata-rata hasil panen per musim yang diperoleh petani mencapai 1,28 ton GKP per ha dari komoditas padi. Berdasarkan wawancara di lapangan, sebagian responden kurang mengetahui secara tepat jumlah panen dari tanaman yang ditanam di pematang sawah. Hal ini terjadi karena komoditas yang ditanaman bukan komoditas utama tetapi hanya sebagai penghasilan tambahan bahkan seringkali hanya dikonsumsi secara pribadi.

Sebanyak 57,5 persen dari total responden termasuk dalam kategori rendah. Hal ini terjadi karena tingginya serangan hama dan penyakit terutama di kelompok tani Jembar II. Hama yang sering menyerang sawah petani diantaranya yaitu wereng, sundep, dan tikus. Kelompok tani Jembar II memiliki tingkat pengusahaan lahan lebih kecil dibanding dengan kelompok tani Jembar Karya. Rata-rata responden Jembar Karya memperoleh hasil panen sebesar 1,33 ton per orang sedangkan Jembar II sebesar 1,23 ton per orang.

Hal ini terjadi karena perbedaan luas lahan garapan sehingga berpengaruh terhadap hasil pengusanaan lahan. Total luas lahan yang dimiliki kelompok tani Jembar Karya sebesar 5,90 ha sedangkan kelompok tani Jembar II seluas 5,17 ha. Selain itu, terdapat perbedaan modal usahatani yang digunakan. Rresponden yang termasuk kategori tinggi di kelompok tani Jembar Karya, menggunakan modal lebih besar seperti dalam penggunaan bibit unggul, pembasmi hama, dan pemakaian pupuk.

Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikian lahan dibagi menjadi hak milik, hak sewa, hak gadai dan hak usaha bagi hasil. Sebagian besar dari total responden yaitu 87,5 persen memiliki status lahan berupa hak milik. Sebagian besar lahan yang berupa hak milik merupakan lahan warisan. Jarang petani yang membeli sendiri lahan untuk dijadikan lahan pertaniannya karena harga lahan yang dianggap cukup mahal.

Total luas lahan dengan status hak milik pada penelitian ini yaitu sebesar 8,37 ha yang terdiri dari 3,81 ha berasal dari kelompok tani Jembar II dan sisanya 4,56 ha berasal dari kelompok tani Jembar Karya. Rata-rata responden tidak hanya memiliki satu lokasi lahan garapan dengan status lahan garapan pun berbeda. Lokasi lahan garapan tidak selalu berada di dalam wilayah Desa Margahayu.

Sebesar 17,5 persen dari seluruh responden memiliki status lahan bagi hasil dimana di wilayah desa Margahayu sendiri lebih dikenal dengan istilah maro. Pada status lahan maro terjadi kesepakatan antara penggarap dan pemilik lahan. Biasanya para penggarap menaggung seluruh beban produksi tetapi pada penelitian ini ditemukan pemilik lahan yang ikut membantu biaya produksi namun tidak sebesar yang ditanggung oleh penggarap. Luas rata-rata lahan dengan sistem bagi hasil yaitu 0,17 ha. Sebanyak 15,0 persen responden memiliki status lahan sewa. Pada status sewa lahan, para petani penggarap hanya membayar sewa kepada pemilik lahan sehingga hasil produksi yang diperoleh menjadi milik penggrap sepenuhnya. Jumlah responden memakai hak sewa hanya enam orang. Total luas lahan dengan status hak sewa mencapai 1,38 ha yang berasal dari kelompok tani Jembar II sebesar 1,13 ha dan Jembar Karya sebesar 0,25 ha.

Responden yang memiliki lahan dengan hak gadai hanya satu orang dimana responden tersebut berasal dari kelompok tani Jembar Karya. Pada penelitian ini, sangat jarang petani yang menggunakan lahan garapan dengan hak gadai. Hal tersebut terjadi karena biasanya para petani menggadaikan lahannya untuk memperoleh pinjaman dimana hal ini memiliki risiko yang sangat besar yaitu kehilangan lahannya sendiri jika tidak bisa membayar pinjaman tersebut. Pekerjaan Lain

Pada penelitian ini, karakteristik pekerjaan lain dibagi menjadi dua kategori yaitu off-farm dan non-farm. Kategori off-farm yaitu kegiatan usaha atau pekerjan lain yang masih berhubungan dengan sektor pertanian sedangkan non- farm yaitu pekerjaan lain atau usaha yang tidak berkaitan dengan kegiatan pertanian. Namun, hasil yang diperoleh di lapangan menunjukan bahwa tidak semua petani memiliki pekerjaan lain. Hal ini disebabkan karena tidak semua petani memiliki keterampilan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan selain bertani. Selain itu, ada juga yang menganggap bahwa pekerjaan sebagai petani sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Sebesar 72,5 persen dari seluruh responden memiliki pekerjaan selain menjadi petani. Sisanya 27,5 persen bekerja hanya sebagai seorang petani. Hal tersebut menunjukan bahwa untuk sebagian besar petani, pekerjaan menjadi seorang petani saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan di saat ini sehingga untuk menutupi kebutuhan tersebut, para petani harus mendapatkan pemasukan tambahan.

Terdapat 47,5 persen dari total responden yang memiliki pekerjaan lain termasuk dalam sektor off-farm yaitu bekerja sebagai buruh tani, P3A Mitra Cai, dan penjual sarana produksi pertanian dimana sebagian besar adalah buruh tani. Sebanyak 25,0 persen lainnya memiliki pekerjaan lain di luar sektor pertanian diantaranya yaitu bekerja sebagai karyawan swasta, pedagang, tukang ojeg, buruh bangunan dan guru pengajian.

Jika dibandingkan, terdapat 50,0 persen responden kelompok tani Jembar II yang memiliki pekerjaan lain dalam ketegori off-farm sedangkan kelompok tani

Jembar Karya yaitu sebesar 45,0 persen. Pada ketegori non-farm, kelompok tani Jembar Karya memiliki pekerjaan lain sebanyak 30,0 persen sedangkan kelompok tani Jembar II sebesar 20,0 persen. Data yang diperoleh menunjukan hasil yang relatif sama. Hal tersebut disebabkan karena keterampilan dan kemampuan responden di kedua kelompok tani hampir sama.

Keterdedahan Saluran Informasi

Ketersediaan Saluran Komunikasi di Lokasi

Saluran atau media komunikasi merupakan salah satu dari unsur komunikasi sehingga keberadaanya menjadi sangat penting. Data di lapangan menunjukan bahwa terdapat empat bentuk saluran komunikasi yang digunakan oleh responden yaitu saluran komunikasi interpersonal, televisi, radio, dan media cetak. Namun, tidak semua responden mampu mengakses seluruh saluran komunikasi tersebut. Dalam penelitian ini, komunikasi interpersonal yaitu adanya pertemuan antara penyuluh dengan petani membahas mengenai masalah usahatani. Para petani biasanya memanfaatkan interaksi dengan penyuluh ketika dilakukan kegiatan penyuluhan. Kontak petani dengan penyuluh paling banyak dilakukan pada saat diskusi setelah kegiatan penyuluhan dimana pesan yang dipertukarkan yaitu terkait materi penyuluhan. Kontak dengan penyuluh seharusnya bisa dilakukan tanpa melakukan bertemuan atau kontak langsung, diantaranya dengan memanfaatkan teknologi seperti telepon genggam namun sangat sedikit responden yang memanfaatkannya. Hal ini terjadi karena sebagian besar petani menilai bahwa kontak dengan menggunakan telepon genggam kurang efektif sehingga pesan yang disampaikan oleh penyuluh kurang dipahami. Selain itu, untuk melakukan kontak dengan telepon genggam membutuhkan biaya. Kegiatan penyuluhan pertanian biasanya dilakukan setiap dua minggu sekali. Hari pertemuan disesuaikan dengan kesepakatan antara penyuluh dan petani. Lokasi kegiatan penyuluhan biasanya dilakukan di saung tani ataupun rumah ketua kelompok tani.

Saluran komunikasi yang paling banyak tersedia yaitu televisi. Seluruh responden pada penelitian ini sudah memiliki dan memanfaatkan pesawat telivisi. Perkembangan teknologi siaran televisi seperti semakin meluasnya sinyal televisi yang sudah masuk desa menyebabkan masyarakat banyak yang beralih memanfaatkan pesawat televisi sebagai media hiburan maupun untuk menambah informasi. Kualitas tangkapan sinyal televisi di wilayah pedesaan cukup baik terutama untuk stasiun televisi nasional. Beberapa stasiun televisi yang dapat

Dokumen terkait