• Tidak ada hasil yang ditemukan

VIII ANALISIS MARJIN SALURAN TATANIAGA DAN STRUKTUR PASAR BERAS PANDANWANG

8.2 Efisiensi Saluran Tataniaga

Pengertian efisiensi tataniaga dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu,

dari sudut pandang konsumen(pembeli) dan sudut pandang penjual. Perbedaan ini

timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara konsumen dan produsen.

Penjual menganggap suatu sistem tataniaga efisien apabila dapat menghasilkan

efisien apabila konsumen mudah mendapatkan barang yang diinginkan dengan

harga yang rendah.

Berarti untuk mengetahui apakah tataniaga suatu produk efisien ataukah

tidak, juga dapat dilihat dari dua unsur. Yang pertama, dilihat dan segi efisiensi

operasional dan harga. Efisien operasional dilihat dari segi penggunaan teknologi

dalam melakukan fungsi-fungsi tataniaga, sedangkan efisien harga dapat dilihat

dari marjin tataniaga yang Iebih rendah dan memberikan farmer ‘s share (bagian yang diterima petani) lebih besar serta memberikan rasio keuntungan biaya yang

tinggi.

Untuk mengetahui saluran yang efisien dalam operasionalnya, maka

pedagang besarlah yang telah efisien dalam penggunaan teknologi. Hal itu dapat

dilihat dari proses grading dan sortasi yang telah menggunakan mesin dibanding

dengan penggunaan tenaga manusia (manual).

Tabel 20. Nilai Persentase Famer’s Share, Total Biaya, Total Keuntungan dan Total Marjin Saluran  Pemasaran (Jenis  beras) Farmer's Share  (%) * Total Biaya (%)  * Total  Keuntungan (%)  * Total Marjin (%) * A (super) 43,48 13,12 43,41 56,52 B (super) 43,17 13,85 41,03 56,83 C1 (super) 41,67 18,90 39,44 58,33 C2 (super) 42,25 18,82 38,93 57,75 D1 (kepala) 41,96 40,37 17,67 58,04 D2 (super) 43,80 40,17 16,03 56,20 E1 (kepala) 49,56 37,67 12,77 50,44 E2 (super) 51,07 36,49 12,44 48,93 F1 (kepala) 47,45 38,92 13,63 52,55 F2 (super) 48,83 37,87 13,29 51,17 RATA‐RATA  45,32 29,62 24,86 54,68

RATA‐RATA (super) 44,90 25,60 29,22 55,10

RATA‐RATA (kepala) 46,32 38,99 14,69 53,68

Sumber: Data primer, diolah

Pada Tabel 20 secara nominal nilai farmer’s share untuk beras jenis super terbesar dan terkecil terdapat pada saluran E2 dan C1, yang masing-masing

besarnya 53,52 persen dan 41,67 persen. Hal itu berarti petani pada saluran E2

mendapatkan bagian sebesar 53,52 persen dan untuk C1 petani hanya

mendapatkan 41,67 persen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen.

Sedangkan untuk beras jenis kepala kita dapat melihat nilai farmer share

terbesar dan terkecil terdapat pada saluran E1 dan D1 dengan nilai persentase

51,07 dan 46,48 persen dari harga yang dibayar oleh konsumen

Rata-rata keseluruhan farmer‘s share petani lebih besar dibandingkan

dengan keuntungan yang diterima oleh pedagang (pedagang pengumpul dan

pedagang besar). Mereka bisa saja untuk mengoptimalkan lagi nilai farmer’s

share-nya, jika melakukan beberapa fungsi tataniaga. Namun, sebagian besar petani, baik petani pemilik penggarap maupun penggarap langsung menjual padi

malai keringnya dari pada melakukan pengolahan. Apalagi saat ini sebagian besar

petani padi pandanwangi tidak lagi memiliki tempat penjemuran gabah seperti

halnya yang dimiliki oleh petani pada masa lampau. Hal ini disebabkan semakin

banyak dan padatnya penduduk di desa yang memerlukan tempat tinggal,

sehingga banyak prasarana pendukung usahatani di tempat penelitian berlangsung

berubah fungsi menjadi tempat tinggal. Kenyataan ini menunjukan bahwa land

reform sudah terjadi di desa tempat padi pandanwangi dibudidayakan.

Proses pengolahan gabah sendiri memerlukan modal dalam jumlah yang

sangat besar. Hal itu disebabkan pengolahan gabah pandanwangi tidak sama

dengan gabah padi secara umum. Dibandingkan dengan padi yang lain padi jenis

hingga pengemasan. Faktor modal juga merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan petani tidak dapat langsung mengolah gabahnya.

Dalam kasus tataniaga beras pandanwangi ini, khususnya yang berkaitan

dengan analisis nilai marjin, sebaran nilai marjin tataniaga secara umum dapat

dijadikan indikator untuk melihat apakah suatu saluran tataniaga efisien atau

tidak. Melihat kondisi tataniaga yang terjadi, maka dalam hal ini untuk

mengetahui saluran tataniaga yang efisien baik dari perspektif konsumen ataupun

penjual, salah satu caranya adalah dengan membandingkan saluran yang

menghasilkan Beras pandanwangi murni. Pada Tabel 20 terlihat bahwa saluran E2

memiliki persentase nilai marjin beras jenis super yang terkecil. Jika dilihat dari

nilai persentase biaya yang dikeluarkan maka saluran A merupakan saluran beras

jenis super yang mengeluarkan nilai terkecil dengan nilai persentase sebesar

13,12. Dengan demikian dilihat dari nilai marjin tataniaga, maka saluran E2

adalah saluran yang lebih efisien bagi konsumen beras jenis super dibandingkan

dengan saluran A ataupun saluran yang lainnya. Sedangkan bagi penjual saluran

yang paling efisien adalah saluran A karena mempunyai biaya terkecil dan total

keuntungan terbesar untuk beras jenis super.

Untuk Beras pandanwangi jenis kepala saluran E1 memiliki nilai marjin

tataniaga sebesar 48,93 persen dari harga pengecer, secara nominal merupakan

nilai marjin terbesar diantara saluran yang lainnya. Berarti saluran ini lah yang

memiliki efisiensi tataniaga bagi konsumen beras kepala. Nilai keuntungan

saluran D1 sebesar 17,67 persen dari harga konsumen merupakan nilai

keuntungan saluran terbesar dibandingkan dengan yang lain, sehingga membuat

Keuntungan terbesar baik pada saluran A maupun D1 diperoleh

pedagang pengumpul. Nilai keuntungan yang besar disebabkan oleh keinginan

memperoleh keuntungan yang besar dari lembaga terkait di dalam salurannya. Hal

ini berkaitan pula dengan tataniaga pandanwangi yang sifatnya tidak cepat terjual

seperti beras yang lain, karena pangsa pasarnya terbatas pada kalangan menengah

ke atas.

Pada saluran tataniaga D, E, F pedagang besar merupakan lembaga yang

melakukan fungsi pengolahan hingga pengemasan modern. Jika dilihat secara

nominal dari sebaran nilai marjin, maka dapat disimpulkan bahwa saluar C2

(beras jenis super) dan D1 (beras jenis kepala) adalah saluran yang paling tidak

efisien.

Sebaran nilai marjin saluran tataniaga beras pandanwangi murni jenis

super dan kepala, yaitu dari 46,48 pensen hingga 58,04 persen. Dalam

menganalisis biaya tataniaga terbesar maka digunakan angka nominal, sehingga

biaya terbesar terdapat pada saluran tataniaga (beras jenis kepala) D1 yang

besarnya mencapai Rp. 2.886,8 per kg. Hal itu disebabkan oleh jarak antar

lembaga yang terlibat (biaya transportasi) ditambah dengan banyaknya fungsi

tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga. Saluran tataniaga yang

terdapat didalamnya sebagai berikut petani — pedagang pengumpul — pedagang

besar luar daerah — konsumen. Biaya terbesar dikeluarkan oleh pedagang besar

luar daerah sebesar Rp. 2.804 per kg. Pedagang besar luar daerah merupakan

Nilai persentase keuntungan terbesar dimiliki oleh saluran tataniaga A

dengan nilai 43,48. secara nominal merupakan terbesar dibandingkan dengan

lembaga lainnya yang terlibat dalam saluran tersebut.

Penggunaan analisis R per C ratio yaitu untuk mengetahui rasio besar

keuntungan yang diperoleh terhadap setiap rupiah yang dikeluarkan. Pada kedua

belas saluran tataniaga yang diteliti, maka nilai rasio R per C terbesar dimiliki

oleh pedagang pengecer daerah pada saluran A, yakni sebesar 1,36 yang artinya

untuk setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan

sebesar Rp. 1,36.

8.3 Struktur Pasar

Struktur pasar yaitu suatu dimensi yang secara deskriptif menjelaskan

gambaran fisik meliputi apa yang dimaksud dengan industri , pasar, ukuran

perusahaan di dalam suatu pasar , ukuran dari distribusi dan konsentrasi

perusahaan, jenis-jenis dan diferensiasi produk, kondisi keluar masuk pasar dan

hubungan antara penjual dan pembeli, pembeli-pembeli serta penjual-penjual.

Hubungan antara penjual dengan penjual dan pembeli dengan pembeli

disebut sebagai kompetisi. Hubungan kompetisi ini menggambarkan bagaimana

lembaga tataniaga berinteraksi dan mengambil tindakkan sebagai reaksi atas

tindakkan yang dilakukan oleh lembaga tataniaga lainnya dalam satu tingkatan

sistem tataniaga yang sama. Hubungan antara penjual dan pembeli disebut dengan

hubungan negosiasi, hubungan ini terbentuk dari tindakkan dan interaksi antar

penjual dan pembeli.

pasar atau agregasi dari semua pelaku pasar (bagaimana semua lembaga

berinteraksi). Agregasi hubungan antara pembeli dan atau penjual disebut dengan

perilaku pasar atau market conduct (Hammond and Dahl, 1977).

Hammond dan Dahl (1977) menyatakan ada empat karakteristik yang

dapat digunakan untuk membedakan struktur pasar, yaitu : (1) jumlah dan ukuran

perusahaan atau produsen, (2) pandangan pembeli terhadap sifat produk, (3)

kondisi keluar masuk pasar dan (4) tingkat pengetahuan seperti biaya, harga dan

kondisi pasar diantara partisipan.

Secara garis besar struktur pasar dapat digolongkan ke dalam dua

kelompok utama yaitu pasar bersaing sempurna dan pasar bersaing tidak

sempurna. Ciri-ciri yang terjadi dalam pasar beras Pandan Wangi Murni adalah

didalam pasar terdapat banyak penjual dan pembeli , saluran-saluran tataniaga

pasar hanya menguasai sebagian kecil dari barang yang dipasarkan sehingga tidak

dapat mempengaruhi pembentukan harga (pricetaker) dibuktikan dengan

banyaknya lembaga tataniaga (34 lembaga) pada setiap tingkatannya pada saluran

tataniaga , produk yang dipasarkan bersifat homogen (beras pandan wangi murni

kepala dan super) serta pelaku pasar dapat dengan mudah keluar atau masuk

kedalam pasar karena tidak adanya hambatan (keterikatan).

Berdasarkan ciri-ciri lembaga-lembaga yang membentuk saluran tataniaga,

jumlah pembeli dan penjual maka pasar yang terjadi pada tataniaga beras