• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII SALURAN, LEMBAGA DAN FUNGSI TATANIAGA BERAS PANDANWANGI DI KABUPATEN CIANJUR

7.2 Analisis Fungsi-Fungsi Tataniaga

7.2.2 Fungsi Pengadaan Secara Fisik

Fungsi yang dilakukan terdiri dari pengolahan hasil (procesing),

1. Pengolahan Hasil (Processing)

Setelah padi dipanen dari sawah langkah selanjutnya adalah mengolahnya

menjadi beras. Pengolahan gabah menjadi beras tidak dilakukan oleh petani

sebagai prousennya, tetapi langkah ini dilakukan oleh pedagang pengumpul dan

pedagang besar daerah. Alasan petani tidak mengolah gabah ke bentuk beras

karena diproses pengolahannya sulit dan mahal. padi pandanwangi mempunyai

perlakuan panen yang berbeda dengan padi varietas lain. padi pandanwangi

dipanen dengan keadaan buliran padi masih terikat kuat pada malainya. Padi ini

setelah dipanen kemudian dijemur dalam “geugeusan”. Hal itu menyebabkan

petani memilih menjual gabahnya. Apalagi mereka pun tidak memiliki fasilitas

Huller untuk mengolahnya menjadi beras.

Pedagang pengumpul mengolah gabah menjadi beras dengan

menggunakan fasilitas Huller yang dimiliki oleh pedagang besar tingkat desa

setempat, sedangkan pedagang besar memiliki sendiri fasilitas Huller. Proses pengolahan terdiri dari penjemuran, perontokkan dan penggilingan. Penjemuran

dilakukan hingga kadar air berkurang dan malai kering panen (MKP) menjadi

gabah yang siap digiling.

Setelah bentuk gabah menjadi malai kering giling (MKG), maka langkah

selanjutnya yakni memasukkan beras ke dalam mesin penggilingan. Di dalam

mesin penggilingan terdapat beberapa proses yang dilalui. Proses-proses itu

adalah perontokkan buliran padi dari malainya, pemisahan buliran padi dari

sekamnya dan proses pemutihan. Setelah proses penggilingan selesai maka

mencapai di bawah atau sama dengan 50 persen dari keadaan awal (MKP) atau

menyusut hingga mencapai 0 persen lebih

Jenis beras yang keluar dari mesin tergantung yang diinginkan. Misalnya

jika kita menginginkan jenis Kepala berarti harus memisahkan antara kepala dan

patahannya. Pemisahan antara kepala dan patahan bisa dilakukan secara manual

atau menggunakan mesin secara langsung. Biasanya di tingkat pedagang

pengumpul proses pemisahan antara kepala dan patahan bergantung kepada

kualitas mesin penggilingan yang dimiliki oleh pedagang besar tempat

memproses gabahnya. Rata-rata pedagang besar tingkat desa tidak memiliki

fasilitas mesin penggilingan yang langsung dapat memisahkan antara kepala dan

patahan. Oleh karena itu mereka umumnya memisahkannya secara manual.

Jenis kualitas beras yang dihasilkan oleh pedagang pengumpul tergantung

dari yang mereka inginkan. Sebagian besar dari pedagang hanya mengolah sampai

bentuk SLYP atau Super. Hal itu dikarenakan fasilitas Huller yang tersedia pada pedagang besar tempat pedagang pengumpul mengolah beras adalah mesin

penggilingan yang masih sederhana. Dengan mesin penggilingan yang sederhana

pedagang pengumpul belum dapat menggrade beras secara otomatis. Apabila

melihat segi kualitas beras yang dihasilkan, beras yang dihasilkan tidak sebaik

beras yang dihasilkan oleh pedagang besar yang memiliki kelengkapan sarana dan

prasana serta mesin pabrik yang teknologinya lebih canggih. Tetapi tidak semua

pedagang pengumpul mengolah beras dengan mesin, ada beberapa pedagang

pengumpul yang menghasilkan beras jenis kepala dengan proses secara manual.

Proses pengolahan gabah yang terjadi diantara pedagang pengumpul dan

memprosesnya di dalam mesin penggilingan. Hal yang perlu dicatat di sini bahwa

beras yang dihasilkan baik yang berasal dari pedagang pengumpul maupun dari

pedagang besar sebagian besar bukan merupakan beras pandanwangi murni,

melainkan beras pandanwangi yang telah mengalami pencampuran dengan beras

yang lain. Masalah beras pandanwangi “oplosan” (campuran) sudah merupakan

rahasia umum. Diperoleh keterangan dari salah seorang pedagang besar bahwa

hanya sekitar 10 persen dari pedagang pengumpul maupun pedagang besar daerah

yang memproduksi beras pandanwangi murni. Mereka melakukan hal seperti itu

karena permintaan beras pandanwangi murni yang tetap setiap hari sedangkan

musim panen tenjadi hanya dua kali setiap tahunnya. Ketika permintaan (demand

tetap, sedangkan penawaran (supply)-nya terbatas mendorong mereka melakukan pencampuran dengan jenis beras yang lain. Beras yang dipakai untuk

mencampurnya bukanlah beras sembarangan, akan tetapi dengan jenis beras yang

bentuknya hampir sama dengan pandanwangi. Biasanya mereka mencampurnya

dengan jenis Cisadane dan jenis padi bulu aromatik lainnya. Proses pencampuran

dilakukan pada saat penggilingan gabah ataupun setelah menjadi beras sebelum

dilakukan pengemasan. Dari lokasi penelitian hanya ada 2 dari 5 pedagang besar

beras pandanwangi yang tidak melakukan proses pencampuran.

Dampak dari kegiatan ini adalah kualitas beras pandanwangi asli tidak

terjaga. Sebab banyak pedagang besar yang membuat label beras dengan

mencantumkan nama asli pandanwangi cianjur atapi produknya tidak sesuai

2. Pengemasan (Packaging)

Nilai jual suatu produk atau suatu komoditas pertanian ditentukan juga

dalam proses pengemasannya. Pengemasan dapat mempengaruhi terhadap daya

tahan suatu produk. Pengemasan yang baik dapat menjaga suatu produk dan

kerusakan yang dapat menurunkan kualitas dan pada akhimya menurunkan nilai

jual dari produk tersebut. Apabila suatu produk dikemas dalam bentuk yang

menarik, maka konsumen akan tertarik untuk membelinya. Berbeda halnya jika

produk dikemas dalam bentuk yang kurang baik dan tidak menarik, maka

konsumen cenderung tidak tertarik untuk membelinya. Begitu pula dengan beras

pandanwangi, sangat memperhatikan pengemasannya. Tujuan utama dari

mengemas beras pandanwangi adalah untuk menjaga kualitas beras sehingga

dapat meningkatkan nilai jual dan tidak menyebabkan kerugian yang besar.

Alasan pengemasan ini juga diperkuat oleh perilaku pangsa pasar beras

pandanwangi merupakan golongan menengah ke atas. Perilaku konsumen yang

melakukan pembelian beras pandan wangi adalah membeli beras dengan praktis

dan higienis (bukan dalam bentuk takaran per eceran seperti beras lain). Di

pasaran, beras pandanwangi dijual dalam bentuk kemasan plastik dan karung.

Lembaga tataniaga yang melakukan fungsi pengemasan diantaranya

adalah pedagang pengumpul yang mengolah gabah hingga menjadi beras serta

pedagang besar daerah. Ukuran kemasan beras pandanwangi di pasaran

diantaranya 5 kg; 10 kg; 20 kg; 25 kg; dan 50 kg. Semua ukuran diperuntukkan

untuk ketiga jenis kualitas beras (Kepala, Super dan Jitay) terkecuali Jitay hanya

dikemas dalam ukuran 50 kg. Bahan yang digunakan untuk mengemas beras ini

bahan yang digunakan untuk mengemas adalah karung goni yang menjadi trade

mark atau ciri khas yang membedakan antara beras pandanwangi dengan beras

yang lain. Karung goni digunakan untuk kemasan beras pandanwangi ukuran 20

kg, 25 kg dan 50 kg.

Selanjutnya dengan alasan efisensi, lembaga tataniaga yang melakukan

pengemasan beras banyak menggunakan kemasan lain, seperti karung plastik dan

kantong plastik. Kantong plastik digunakan untuk kemasan ukuran 5 kg, 10 kg

dan 20 kg. Karung plastik digunakan untuk kemasan ukuran 20 kg, 25 kg dan 50

kg.

Pedagang besar daerah juga melakukan pengemasan beras yang siap untuk

dikonsumsi. Selain itu pasar swalayan juga melakukan pengemasan agar beras

berlabel pasar swalayan yang menjualnya. Kemasan yang digunakan adalah

Kantong plastik digunakan untuk kemasan ukuran 5 kg, 10 kg dan 20 kg. Karung

plastik digunakan untuk kemasan ukuran 20 kg, 25 kg dan 50 kg.

3. Pengangkutan (Transportasi)

Dalam kegiatan tataniaga, pendistribusian suatu barang (transportasi)

merupakan salah satu faktor yang penting. Sebab dengan kegiatan inilah

diciptakan nilai kegunaan tempat. Apabila fungsi ini dapat dilaksanakan tepat

waktu maka dapat mempunyai nilai waktu atas produk. Sampainya produk dari

produsen hingga konsumen dikarenakan adanya transportasi. Jika transportasi ini

tersendat ataupun terganggu, maka konsumen akan mengalami kesulitan dalam

memperoleh barang yang dibutuhkan, ataupun jika mereka mendapatkannya,

harus membeli dengan biaya yang lebih mahal. Jika transportasi lancar, maka

Lembaga-lembaga tataniaga beras pandanwangi yang melakukan fungsi

pengangkutan adalah pedagang pengumpul, pedagang besar daerah, pedagang

besar luar daerah, pasar swalayan dan pedagar pengecer dalam per luar daerah.

Pada tingkat petani tidak melakukan fungsi pengangkutan, karena petani

menjual gabahnya secara langsung di area per lahan pesawahan miliknya kepada

pedagang pengumpul per besar. Pedagang pengumpul ataupun pedagang besar

yang melakukan sistem jual-beli padi dengan sistem ijon selalu mendatangi sawah

petani ketika panen. Merekalah yang memanen padi milik petani dan

mengangkutnya untuk dijual kembali kepada lembaga tataniaga selanjutnya.

Fungsi pengangkutan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul dan

pedagang besar daerah tidak hanya mengangkut gabah yang dibeli dari petani

semata. Contoh pengangkutan lain adalah ketika pedagang pengumpul menjual

gabah atau beras kepada pedagang besar dengan cara membawanya dengan

kendaraan bak terbuka. Pedagang pengumpul juga mengirimkan beras kepada

pedagang pengecer di pasar atau pun di toko-toko. Dalam hal ini biaya

pengiriman beras menjadi tanggungan pedagang pengumpul.

Sementara yang dilakukan oleh pedagang besar tidak jauh berbeda dengan

yang dilakukan oleh pedagang pengumpul, yakni mereka menjual beras kepada

pedagang pengecer baik daerah per luar daerah dengan cara mengirimkannya

dengan langsung. Selain kepada pengecer, mereka menjualnya kepada pedagang

besar luar daerah. Biasanya pedagang besar daerah menggunakan alat transportasi

berupa truk kecil per mobil box. Dari penelitian ini juga diketahui semua biaya

pengiriman beras pandanwangi ditanggung oleh si pengirim (pedagang besar

Adapun fungsi pengangkutan yang dilakukan oleh pedagang besar luar

daerah berupa pengangkutan beras kepada konsumen dan biaya bongkar muat.

Pedagang besar luar daerah di Bogor memberikan pelayanan khusus kepada

konsumen yang terdiri dari restoran per rumah makan dan catering ataupun

konsumen lain yang memesan dalam partai yang besar dengan mengirimkan

pesanan sampai ke tempat kosumen dan harga yang lebih murah dari pasaran.

Mereka tidak merugi mengeluarkan ongkos pengiriman barang sebesar Rp. 37.5

per kg, karena volume pemesanan beras besarnya mencapai 2 ton per 1 kali kirim.

Untuk pedagang besar yang terdapat di Pasar Bogor tidak mengeluarkan biaya

pengiriman barang karena konsumen mengadakan pembelian langsung di tempat.

Mereka mengeluarkan biaya bongkar-muat, yakni biaya untuk menurunkan

karung yang berisi beras dan mengangkutnya dari mobil pedagang besar daerah

ke gudang tempat penyimpanan.

Pasar swalayan melakukan proses pengangkutan saat mengangkut beras

dari pedagang besar daerah. Biaya yang dikeluarkannya adalah upah angkut buruh

dan transportasi.

Pedagang pengecer melakukan fungsi pengangkutan, yakni pada saat ia

mengangkut beras konsumen ke tempat yang konsumen inginkan. Biaya yang

dikeluarkannya berupa upah angkut buruh.

4. Penyimpanan

Komoditas beras merupakan barang yang tidak cepat mengalami

kebusukan dan tahan lama. Namun bukan berarti tidak memerlukan suatu proses

penyimpanan yang baik. Jika proses penyimpanan dan tempat penyimpanan

bau apek, masuknya kutu ke dalam beras, bahkan mengakibatkan beras menjadi

busuk. Hal itu akan berdampak pada menurunnya kualitas beras dan menurunkan

nilai jualnya sehingga merugikan suatu lembaga tataniaga. Oleh karena itu proses

penyimpanan beras yang baik dan praktis mutlak diperlukan.

Kegiatan penyimpanan dalam tataniaga Beras pandanwangi dilakukan

antara lain oleh pedagang pengumpul, pedagang besar daerah, pedagang besar

luar daerah dan pedagang pengecer daerah per luar daerah. Sementara petani dan

sebagian pedagang pengumpul tidak melakukan fungsi penyimpanan sebagaimana

lembaga tataniaga yang lain. Petani tidak melakukan fungsi penyimpanan

dikarenakan ia langsung menjual padinya kepada pedagang pengumpul atau

pedagang besar daerah.

Pedagang pengumpul yang tidak melakukan fungsi penyimpanan, mereka

membeli gabah petani kemudian langsung menjual kembali kepada pedagang

besar daerah tanpa menyimpannya terlebih dahulu. Pedagang pengumpul yang

melakukan fungsi penyimpanan adalah pedagang pengumpul yang mengolah

gabah menjadi beras yang siap untuk dijual. Penyimpanan dilakukan dengan

menyimpan gabah yang telah dibeli dari petani untuk dilakukan proses

penjemuran dan proses pengolahan dengan memanfaatkan fasilitas Huller yang

dimiliki oleh pedagang besar setempat.

Pedagang besar melakukan fungsi penyimpanan dengan cara menyimpan

gabah yang telah dibeli dari petani maupun pedagang pengumpul. Biasanya

pedagang besar memiliki cadangan gabah dalam jumlah volume yang besar yang

disimpan di gudang. Mereka tidak mengolah secara keseluruhan gabah yang

bertujuan untuk menjamin keberlangsungan produksi beras. Dengan mengolah

gabah seperlunya mereka dapat memproduksi Beras pandanwangi baik dalam

keadaan supply gabah sedang berlebih maupun saat supply berkurang.

Penyimpanan gabah yang baik sangat mempengaruhi kualitas dari pada gabah.

Jika tempatnya terlalu lembab maka akan menyebabkan gabah menjadi busuk dan

menurunkan kualitas beras yang dihasilkan.

Pasar Swalayan melakukan fungsi penyimpanan untuk menyimpan beras

yang belum lakuk dijual. Tempat penyimpanan pada pasar swalayan biasanya

sudah sangat modern. Penyimpanan beras yang dilakukan oleh pasar swalayan

sangat hiegienis, sehingga kualitas beras yang disimpan tidak mudah rusak.

Untuk pedagang pengecer fungsi penyimpanan yang dilakukan yakni

dengan melakukan penyimpanan terhadap beras yang tidak habis terjual.

Penyimpanan dilakukan dengan menyimpan beras yang terdapat dalam kemasan

karung diatas papan. Jika karung beras disimpan secara langsung di lantai tanpa

alas, maka hal itu akan mengakibatkan beras tersebut menjadi lembab, cepat

busuk dan dapat dimasuki oleh kutu-kutu.