9.1 Kesimpulan
1. Pendapatan yang dihasilkan oleh petani pemilik penggarap jumlahnya
lebih besar dibandingkan dengan petani penggarap. Hal itu dapat dilihat
dari besarnya rasio R per C atas biaya tunai maupun atas biaya total dari
responden petani pemilik penggarap. Berdasarkan analisis pendapatan,
penerimaan dan rasio R per C atas biaya tunai dan atas biaya total,
usahatani yang dilakukan oleh kedua jenis strata yaitu petani pemilik
penggarap dan penggarap masih menguntungkan.
2. Dari analisis marjin tataniaga, sebaran nilai marjin saluran tataniaga beras
pandanwangi murni jenis super dan kepala, yaitu dari 46,48 persen hingga
58,04 persen. Saluran E2 memiliki persentase nilai marjin beras jenis super
yang terkecil. Dengan demikian, maka saluran E2 adalah saluran yang
lebih efisien bagi konsumen beras jenis super. Saluran A merupakan
saluran beras jenis super yang paling efisien bagi penjual. Hal ini
dikarenakan saluran A mempunyai biaya terkecil dan total keuntungan
terbesar untuk beras jenis super dengan nilai persentase sebesar 13,12 dan
43,41.Untuk beras pandanwangi jenis kepala, saluran E1 merupakan
saluran yang efisien bagi konsumen beras pandanwangi jenis kepala
dengan nilai marjin tataniaga sebesar 48,93 persen. Nilai keuntungan
saluran D1 sebesar 17,67 persen membuat dari harga konsumen membuat
3. Beras pandanwangi yang beredar di pasaran saat ini sebagian besar adalah
beras campuran. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya saluran tataniaga yang
memasarkan beras pandanwangi campuran dari pada yang murni. Dari segi
tataniaga, beras pandanwangi campuran dan murni untuk kualitas Kepala
dan Super yang ada di Kabupaten Cianjur memiliki banyak alternatif
saluran tataniaga diantaranya terdapat dua puluh tujuh saluran tataniaga.
Dari dua puluh tujuh saluran tataniaga tersebut terdiri dari sepuluh saluran
tataniaga beras pandanwangi murni dan tujuh belas saluran beras
pandanwangi campuran. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam
penyaluran beras dan tingkat petani hingga konsumen akhir adalah
pedagang pengumpul, pedagang besar daerah dan luar daerah, pasar
swalayan dan pedagang pengecer daerah dan luar daerah. Fungsi tataniaga
yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut berupa fungsi pertukaran
(pembelian dan penjualan), fungsi pengadaan secara fisik (penyimpanan,
pengolahan, pengangkutan) serta fungsi pelancar (sortasi dan grading).
Lembaga yang melakukan fungsi pengolahan cenderung memperoleh
keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan lembaga tataniaga
lainnya. Dalam setiap lembaga yang terlibat dalam proses penyaluran
beras, dilakukan fungsi-fungsi tataniaga yang dapat menambah nilai
ekonomi dan nilai jualnya. Dari kedua belas saluran tataniaga yang
diteliti,nilai rasio R per C terbesar dimiliki oleh pedagang pengecer daerah
pada saluran A, yakni sebesar 1,36 yang artinya untuk setiap Rp. 1,00
biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 1,36.
Dengan nilai 1,05. secara nominal nilai farmer’s share untuk beras jenis super terbesar dan terkecil terdapat pada saluran E2 dan C1, yang masing-
masing besarnya 53,52 persen dan 41,67 persen. Hal itu berarti petani
pada saluran E2 mendapatkan bagian sebesar 53,52 persen dan untuk C1
petani hanya mendapatkan 41,67 persen dari harga yang dibayarkan oleh
konsumen.
9.2 Saran
1. Petani maupun pedagang merubah sistem ijon sebagai sistem jual-beli
diantara mereka dengan sistem yang dapat menguntungkan kedua belah
pihak. Sistem penjualan yang dilakukan oleh petani sebaiknya dilakukan
setelah padinya masak dan dipanen terlebih dahulu oleh petani, sehingga
dapat diketahui secara pasti berapa berat gabah yang dipanen. Sistem
minapadi sebaiknya digunakan dalam berusahatani padi pandan wangi.
Petani juga sebaiknya menanam tanaman konsumsi (buah pisang) di
pematng sawahnya.
2. Pemerintah harus menggalakkan dan mengembangkan kembali
pembentukan kelompok tani dengan jalinan mitra usaha antar petani
(dalam hal ini kelompok tani) dengan salah satu pedagang besar patut
lebih dikembangkan. Pihak pemerintah harus mendorong para petani yang
tergabung dalam suatu kelompok tani dan Gapoktan (Gabungan Kelompok
Tani) untuk melakukan fungsi-fungsi tataniaga, sehingga dapat
meningkatkan nilai jual produknya. Petani beserta kelompoknya dapat
lakukan berkembang menjadi usaha agribisnis utuh dari hulu sampai hilir.
Untuk mengawalinya diperlukan pinjaman modal baik dari pemerintah
maupun dari pihak-pihak terkait lainnya. Dalam hal ini diperlukan suatu
keberanian dari petani untuk memulai sesuatu yang baru dan penuh resiko.
3. Proses pencampuran beras di pasaran oleh pedagang ataupun pada saat
penebaran benih yang dilakukan oleh petani dapat menurunkan kualitas
dan harga dari beras pandanwangi. Dalam hal ini peran pemerintah
setempat sangat diperlukan untuk menjaga kualitas dari produk andalan
daerahnya. Rencana dan upaya yang akan dilakukan pemerintah untuk
melakukan sertifikasi beras khususnya pandanwangi harus segera
dilakukan untuk menjaga kelestarian jenis plasma nuftah asli Indonesia
yang hanya terdapat di Kabupaten Cianjur ini.
4. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi petani di Cianjur berusahatani padi pandanwangi dan
faktor-faktor yang menyebabkan pedagang mencampur beras pandan
wangi dengan beras lainnya. Dalam merumuskan pertanyaan yang akan
diajukan ke responden, sebaiknya penggunaan diksi kalimat pertanyaan
yang dimengerti konsumen. Tujuannnya agar semua pertanyaan yang
Sedangkan untuk beras jenis kepala kita dapat melihat nilai farmer share
terbesar dan terkecil terdapat pada saluran E1 dan D1 dengan nilai persentase
51,07 dan 46,48 persen dari harga yang dibayar oleh konsumen. Berdasarkan
pengamatan dan fakta di lokasi penelitian terhadap ciri-ciri dan saluran tataniaga,
jumlah pembeli dan penjual maka pasar yang terjadi pada tataniaga beras
pandanwangi murni didaerah penelitian sesuai dengan kriteria pasar bersaing
sempurna.
Jenis beras pandanwangi yang dipasarkan berupa jenis pandanwangi murni
dan campuran. Ada 3 kualitas beras pandanwangi yang dipasarkan yaitu Kepala,
Super dan Jitay. Tataniaga jenis Kepala dan Super hingga ke luar daerah, seperti
Jakarta, Bandung, Bogor, Sukabumi dan kota-kota lainnya, sedangkan jenis Jitay
tataniaganya hanya di daerah Cianjur sendiri.
saran
Pendapatan yang dihasilkan oleh petani pemilik penggarap jumlahnya
lebih besar dibandingkan dengan petani penggarap. Hal itu dapat dilihat dari
besarnya rasio R per C atas biaya tunai maupun atas biaya total dari responden
petani pemilik penggarap. Berdasarkan analisis pendapatan, penerimaan dan rasio
R per C atas biaya tunai dan atas biaya total, usahatani yang dilakukan oleh kedua
jenis strata yaitu petani pemilik penggarap dan penggarap masih menguntungkan.
Dinas Pertanian yang memiliki tugas untuk memurnikan kembali benih
benih pandanwangi yang dilakukan oleh sebagian petani sebelum disemai ataupun
pencampuran yang dilakukan oleh pedagang. Mengingat pentingnya pemurnian
benih tersebut. Dinas Pertanian memerintahkan kepada salah seorang petani
pandanwangi benama H.Mansyur yang telah berkompeten di bidangnya untuk
melakukan proses penangkaran benih di Desa Bunisari, Kecamatan Warung
Kondang Kabupaten Cianjur. Tujuannya untuk mempertahankan benih padi
pandanwangi yang murni dari kepunahan.
Dinas Pertanian secara sengaja bekerjasama dengan Balai Pengawasan
Sertifikasi Benih (BPSB) melakukan labelisasi benih. Hal itu bertujuan antara
lain, agar sumber benih padi pandanwangi sama; untuk menjaga keseragaman
benih yang tersebar di lapangan, sehingga pandanwangi yang dihasilkan dimana
pun asal tempat menanamnya, bentuknya seragam; dan untuk menjaga kualitas
dari varietas padi pandanwangi itu sendiri.
Beras pandanwangi yang beredar di pasaran saat ini sebagian besar adalah
beras campuran. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya saluran tataniaga yang
memasarkan beras pandanwangi campuran dari pada yang murni. Dari segi
tataniaga, beras pandanwangi campuran dan murni untuk kualitas Kepala dan
Super yang ada di Kabupaten Cianjur memiliki banyak alternatif saluran tataniaga
diantaranya terdapat dua puluh tujuh saluran tataniaga. Dari dua puluh tujuh
saluran tataniaga tersebut terdiri dari sepuluh saluran tataniaga Beras
pandanwangi murni dan tujuh belas saluran beras pandanwangi campuran
Lembaga-lembaga yang terlibat dalam penyaluran beras dan tingkat petani
hingga konsumen akhir adalah pedagang pengumpul, pedagang besar daerah per
tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut berupa fungsi pertukaran
(pembelian dan penjualan), fungsi pengadaan secara fisik (penyimpanan,
pengolahan, pengangkutan) serta fungsi pelancar (sortasi dan grading). Lembaga
yang melakukan fungsi pengolahan cenderung memperoleh keuntungan yang
lebih besar dibandingkan dengan lembaga tataniaga lainnya. Dalam hal ini
dicontohkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang besar daerah.
Dalam setiap lembaga yang terlibat dalam proses penyaluran beras,
dilakukan fungsi-fungsi tataniaga yang dapat menambah nilai ekonomi dan nilai
jualnya. Semakin banyak lembaga yang terlibat, semakin banyak peran yang
dilakukan oleh setiap lembaga untuk melakukan fungsi tataniaga, sehingga
semakin besar pula biaya yang dikeluarkan. Dari analisis marjin tataniaga, saluran
E2 memiliki persentase nilai marjin beras jenis super yang terkecil. Dengan
demikian, maka saluran E2 adalah saluran yang lebih efisien bagi konsumen beras
jenis super dibandingkan dengan saluran A ataupun saluran yang lainnya. Dari
analisis nilai persentase biaya dan keuntungan maka saluran A merupakan saluran
beras jenis super yang paling efisien bagi penjual. Hal ini dikarenakan saluran A
mempunyai biaya terkecil dan total keuntungan terbesar untuk beras jenis super
dengan nilai persentase sebesar 13,12 dan 43,41.
Untuk beras pandanwangi jenis kepala saluran E1 memiliki nilai marjin
tataniaga sebesar 48,93 persen dari harga pengecer. Berarti saluran ini lah yang
memiliki efisiensi tataniaga bagi konsumen beras pandanwangi jenis kepala.
Nilai keuntungan saluran D1 sebesar 17,67 persen dari harga konsumen
sehingga membuat saluran tataniaga ini menjadi efisien bagi penjual beras jenis
kepala.
Keuntungan terbesar baik pada saluran A maupun D1 diperoleh
pedagang pengumpul. Nilai keuntungan yang besar disebabkan oleh keinginan
memperoleh keuntungan yang besar dari lembaga terkait di dalam salurannya. Hal
ini berkaitan pula dengan tataniaga pandanwangi yang sifatnya tidak cepat terjual
seperti beras yang lain, karena pangsa pasarnya terbatas pada kalangan menengah
ke atas.
Pada saluran tataniaga D, E, F pedagang besar merupakan lembaga yang
melakukan fungsi pengolahan hingga pengemasan modern. Jika dilihat secara
nominal dari sebaran nilai marjin, maka dapat disimpulkan bahwa saluran C2
(beras jenis super) dan D1 (beras jenis kepala) adalah saluran yang paling tidak
efisien.
Sebaran nilai marjin saluran tataniaga beras pandanwangi murni jenis
super dan kepala, yaitu dari 46,48 persen hingga 58,04 persen. Dalam
menganalisis biaya tataniaga terbesar maka digunakan angka nominal, sehingga
biaya terbesar terdapat pada saluran tataniaga (beras jenis kepala) D1 yang
besarnya mencapai Rp. 2.886,8 per kg. Hal itu disebabkan oleh jarak antar
lembaga yang terlibat (biaya transportasi) ditambah dengan banyaknya fungsi
tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga. Saluran tataniaga yang
terdapat didalamnya sebagai berikut petani — pedagang pengumpul — pedagang
besar luar daerah — konsumen. Biaya terbesar dikeluarkan oleh pedagang besar
luar daerah sebesar Rp. 2.804 per kg. Pedagang besar luar daerah merupakan
Nilai persentase keuntungan terbesar dimiliki oleh saluran tataniaga A
dengan nilai 43,48. secara nominal merupakan terbesar dibandingkan dengan
lembaga lainnya yang terlibat dalam saluran tersebut.
Penggunaan analisis R per C ratio yaitu untuk mengetahui rasio besar
keuntungan yang diperoleh terhadap setiap rupiah yang dikeluarkan. Pada kedua
belas saluran tataniaga yang diteliti, maka nilai rasio R per C terbesar dimiliki
oleh pedagang pengecer daerah pada saluran A, yakni sebesar 1,36 yang artinya
untuk setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan
sebesar Rp. 1,36.
Berdasarkan pengamatan dan fakta di lokasi penelitian terhadap ciri-ciri
dan saluran tataniaga, jumlah pembeli dan penjual maka pasar yang terjadi pada
tataniaga beras pandanwangi murni didaerah penelitian sesuai dengan kriteria
pasar bersaing sempurna. Secara umum penjualan gabah yang dilakukan olen
petani dengan pedagang (pedagang pengumpul maupun pedagang besar) masih
memakai sistem “ijon”. Dengan sistem ijon. proses tawar-menawar antara petani
dan pedagang terjadi dengan sistem taksir-menaksir diantara keduannya. Sistem
taksir-menaksir yang dilakukan memiliki resiko, diantaranya menguntungkan satu
pihak per merugikan yang lain, menguntungkan keduanya ataupun merugikan
keduanya. Untuk itu sebaiknya petani maupun pedagang merubah sistem ijon
sebagai sistem jual-beli diantara mereka dengan sistem yang dapat
menguntungkan kedua belah pihak. Sistem penjualan yang dilakukan oleh petani
sebaiknya dilakukan setelah padinya masak dan dipanen terlebih dahulu oleh
petani, sehingga dapat diketahui secara pasti berapa berat gabah yang dipanen.
terkait untuk memberikan pengarahan serta penyuluhan kepada petani, sehingga
mereka dengan kesadaran sendiri mengubah kebiasaannya. Upaya yang tengah
dilakukan oleh pemerintah dengan menggalakan kembali pembentukan kelompok
tani serta adanya jalinan mitra usaha antara petani (dalam hal ini kelompok tani)
dengan salah satu pedagang besar patut lebih dikembangkan lagi. Mitra usaha
yang dilakukan yaitu dengan cara kelompok tani menjual gabahnya kepada
pedagang besar dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan pada pengumpul.
Syaratnya gabah tersebut harus pandanwangi murni. Hal itu dapat mencegah
petani untuk menjual gabahnya secara tunai serta adanya jaminan pihak luar yang
akan membeli hasil panennya.
Pihak pemerintah dapat pula mendorong para petani yang tergabung dalam
suatu kelompok tani dan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) untuk melakukan
fungsi-fungsi tataniaga, sehingga dapat meningkatkan nilai jualnya. Petani beserta
kelompoknya dapat secara bersama-sama menggalang modal untuk melakukan
fungsi pengolahan gabah hingga penjualannya, sehingga usaha yang mereka
lakukan berkembang menjadi usaha agribisnis utuh dari hulu sampai hilir. Untuk
mengawalinya diperlukan pinjaman modal baik dari pemerintah maupun dari
pihak-pihak terkait lainnya. Dalam hal ini diperlukan suatu keberanian dari petani
untuk memulai sesuatu yang baru dan penuh resiko.
Proses pencampuran beras di pasaran oleh pedagang ataupun pada saat
penebaran benih yang dilakukan oleh petani dapat menurunkan kualitas dari beras
pandanwangi. Dalam hal ini peran pemerintah setempat sangat diperlukan untuk
menjaga kualitas dari produk andalan daerahnya. Rencana dan upaya yang akan
harus segera dilakukan untuk menjaga kelestarian jenis plasma nuftah asli
Lampiran 1. Tabel Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani Petani Pemilik