• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. MAKNA EKARISTI BAGI PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI

A. Perayaan Ekaristi Sebagai Liturgi Yang Pokok

3. Ekaristi sebagai Perjamuan

Perayaan Ekaristi disebut sebagai perjamuan, karena dalam perjamuan terakhir yang dibuat Yesus bersama para murid-Nya, dimana Yesus menyerahkan diri-Nya untuk dimakan dan diminum oleh para murid-Nya dalam wujud roti dan anggur. Dalam kehidupan sebagai manusia, makan dan minum adalah suatu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh setiap orang untuk bisa bertahan dalam hidup. Maka perjamuan makan dan minum menjadi suatu unsur pokok yang diperjuangkan oleh setiap orang.

Perjamuan malam terakhir yang telah dilakukan oleh Yesus bersama para murid-Nya merupakan makan dan minum secara jasmani dan rohani. Perjamuan ini diadakan sebagai pesta perjamuan perpisahan sebelum wafat-Nya di kayu salib, Yesus memberikan diri-Nya sebagai makanan dan minuman (Luk, 22: 15-20). Bertolak dari peristiwa perjamuan makan Yesus bersama para murid-Nya maka Perayaan Ekaristi yang dirayakan oleh Gereja saat ini disebut sebagai “Perjamuan”. Melalui penyerahan roti dan anggur “inilah tubuh-Ku “, inilah darah-Ku”, Yesus menyerahkan diri-Nya untuk menjadi santapan rohani bagi umat beriman yang percaya kepada-Nya melalui wujud roti dan anggur yang diterima dalam perayaan Ekaristi. Dengan perjamuan bersama dalam perayaan Ekaristi, umat semakin bersatu dengan Kristus, pemberi hidup, dan juga bersatu

dengan sesama umat beriman yang hadir dalam perjamuan Ekaristi. Perayaan Ekaristi merupakan kenangan akan karya keselamatan Allah yang memuncak pada misteri Paskah (Martasudjita, 2003: 295).

b. Dimensi Eklesiologi

Dimensi eklesiologi yang berasal dari kata Yunani “ekkleo” artinya memanggil adalah suatu ajaran teologi yang berkaitan dengan Gereja. Umat katolik mengimani Gereja sebagai karya Roh Kudus yang menjadi perantara umat untuk dapat semakin dekat dengan Yesus Kristus. Gereja melaksanakan perintah Yesus sehingga dapat mengungkapkan imannya melalui perayaan Ekaristi. Beberapa dimensi eklesiologi tentang Ekaristi:

1) Ekaristi sebagai sarana kebersamaan.

Ekaristi adalah bagian dari perayaan Gereja yang sangat dihormati dan diagungkan oleh umat katolik karena perayaan Ekaristi dalam Gereja merupakan perayaan yang suci. Dalam SC 26 menyatakan bahwa:

Upacara- upacara liturgi bukanlah tindakan perorangan, melainkan perayaan Gereja sebagai sakramen kesatuan, yakni umat kudus berhimpun dan diatur di bawah uskup. Maka, upacara-upacara itu menyangkut seluruh tubuh Gereja dan menampakkan serta mempengaruhinya; sedangkan masing-masing anggota disentuhnya secara berlain-lainan, menurut keanekaan tingkatan, tugas serta keikutsertaan aktual mereka.

Ekaristi merupakan perayaan seluruh Gereja, dimana umat dipersatukan dalam perayaan Ekaristi untuk mengenangkan karya penebusan Allah dalam diri Putra-Nya. Seluruh umat dipersatukan dalam cinta kasih Kristus untuk mampu

umat berkumpul untuk merayakan perayaan Ekaristi, serta mampu mengungkapkan imannya dan bersyukur atas penebusan Tuhan yang telah dialami dalam kehidupan setiap hari.

Gereja sebagai umat Allah yang berkumpul untuk merayakan perayaan Ekaristi juga diharapkan untuk ikut ambil bagian secara penuh dalam perayaan Ekaristi. Konsili Vatikan ke II dalam SC 48 menegaskan bahwa :

Gereja dengan susah payah berusaha, jangan sampai umat beriman menghadiri misteri iman itu sebagai orang luar atau penonton yang bisu, melainkan supaya melalui upacara dan doa memahami misteri itu dengan baik, dan ikut-serta penuh hikmat dan secara aktif. Hendaknya mereka rela diajar oleh sabda Allah, disegarkan oleh santapan Tubuh Tuhan, bersyukur kepada Allah. Hendaknya sambil mempersembahkan hosti yang tak bernoda bukan saja melalui tangan imam melainkan juga bersama dengannya, mereka belajar mempersembahkan diri, dan dari hari ke hari berkat perantaraan Kristus makin penuh dipersatukan dengan Allah dan antar mereka sendiri, sehingga akhirnya Allah menjadi segalanya.

Umat diharapkan berpartisipasi dalam seluruh perayaan Ekaristi sejak awal persiapan hingga akhir perayaan, maka melalui kehadiran dan keikutsertaan dalam seluruh bagian perayaan Ekaristi umat terlibat aktif dalam seluruh bagian perayaan Ekaristi karena perayaan Ekaristi merupakan satu kesatuan yang harus diikuti oleh seluruh umat. Seperti apa dikatakan dalam PUMR 35 bahwa: “ Aklamasi dan jawaban-jawaban umat beriman terhadap salam dan doa-doa imam menciptakan tingkat partisipasi aktif yang harus ditunjukkan umat dalam setiap perayaan Ekaristi”.

2) Ekaristi sebagai Sumber dan Puncak kehidupan Gereja

Melalui perantaraan Gereja umat berkumpul untuk merayakan peristiwa keselamatan Allah dalam diri Yesus Kristus melalui perayaan Ekaristi sehingga

Ekaristi tidak hanya sebagai puncak seluruh liturgi Gereja, tetapi juga menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja, dimana umat beriman mengalami persatuan dengan Allah melalui Ekaristi.

Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan Gereja, dalam SC 10 dikatakan bahwa:

Liturgi merupakan puncak yang dituju oleh Gereja, dan serta merta sumber segala daya-kekuatannya. Sebab usaha-usaha kerasulan mempunyai tujuan ini: supaya semua orang melalui iman dan Baptis menjadi putera-putera Allah, berhimpun menjadi satu, meluhurkan Allah di tengah Gereja, ikut serta dalam kurban, dan menyantap perjamuan Tuhan. Mendorong umat beriman, supaya sesudah dipuaskan dengan ‘ Sakramen-sakramen paska” menjadi sehati sejiwa dalam kasih, berdoa supaya mereka mengamalkan dalam hidup sehari-hari apa yang mereka peroleh dalam iman. Adapun pembaharuan perjanjian Tuhan dengan manusia dalam Ekaristi menarik dan mengobarkan umat beriman dalam cintakasih Kristus yang membara. Jadi dari liturgi, terutama dari Ekaristi, bagaikan dari sumber, mengalirlah rahmat kepada kita, dan dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan pemuliaan Allah dalam Kristus, tujuan semua karya Gereja lainya.

Ekaristi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat sehari-hari, karena melalui perayaan Ekaristi umat memperoleh kekuatan rohani dan memohon rahmat dari Allah untuk dimampukan dalam menjalani kehidupan. Dari perayaan Ekaristi itulah mengalir kekuatan yang menjiwai dan menggerakkan seluruh hidup orang kristiani untuk mengarungi suka duka kehidupannya.

c. Dimensi Eskatologis.

Dalam dimensi eskatologis mau menggambarkan bahwa perayaan Ekaristi bukan hanya merupakan perayaan akan peringatan sejarah karya keselamatan Allah melalui Putra-Nya Yesus Kristus tetapi juga mau mengatakan kepada umat manusia bahwa perayaan Ekaristi berhubungan dengan kehidupan yang akan

datang, atau peristiwa akhir zaman, seperti apa yang telah dijanjikan oleh Yesus sendiri tentang keselamatan yang akan datang.

Perayaan Ekaristi merupakan perayaan perjamuan surgawi, perjamuan eskatologis seperti apa yang dikatakan Yesus dalam injil Yohanes “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak manusia dan minum darah-Nya kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman“ (Yoh 6: 53-54). Allah telah memberikan diri-Nya dengan perantaraan Putra-Nya Yesus Kristus demi keselamatan umat manusia sampai akhir zaman. Sehingga melalui perayaan Ekaristi menghantar umat manusia untuk semakin menghayati imannya akan Yesus Kristus.

Konsili Vatikan ke II dalam SC 8 menyatakan bahwa: “Dalam Ekaristi yang dirayakan Gereja di dunia ini, umat Allah ikut mencicipi liturgi surgawi yang dirayakan di kota Suci Yerusalem “Ekaristi sebagai sumber kehidupan Gereja memang merupakan “Jaminan kemuliaan yang akan datang“ (SC 47). Dalam Ekaristi, Allah memberikan diri-Nya melalui Yesus Kristus Putra-Nya rela wafat di atas kayu salib. Maka melalui santapan Ekaristi umat mempersiapkan diri untuk mengalami kehidupan yang akan datang yaitu kehidupan akhir zaman yang telah dijanjikan oleh Allah sendiri sekaligus umat dituntut untuk merayakan Ekaristi di dunia secara hikmat, suci dan pantas.

Dokumen terkait