• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. MAKNA EKARISTI BAGI PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI

C. Peningkatan Hidup Rohani Melalui Perayaan Ekaristi

1. Hidup doa

Doa pada dasarnya berarti mengangkat hati, mengarahkan hati kepada Tuhan, menyatakan diri sebagai anak Allah dan mengakui Allah sebagai Bapa. Doa pertama-tama adalah suatu pernyataan iman di hadapan Allah maka doa tidak pernah dilepaskan dari kehidupan sehari-hari dan dari hidup bersama dengan orang lain (Iman Katolik, 1996: 194). Para suster Putri Reinha Rosari sebagai orang religius mempunyai tradisi doa dan jadwal doa, maka diharapkan untuk setia dalam kehidupan doanya sebagai seorang religius.

Doa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan orang Kristen. Yesus telah menunjukkan suatu teladan doa yang baik, dimana dalam kesibukkan apapun Yesus berusaha meluangkan waktu untuk berdoa memohon kekuatan dari Bapa-Nya entah itu pada malam hari setelah bekerja keras seharian (Mat 14: 23) maupun pagi-pagi sekali sebelum fajar menyingsing, Yesus bangun dan mencari

tempat yang sunyi untuk berdoa (Mrk 1: 35). Doa selain untuk menjalin relasi pribadi yang mesra dengan Bapa, juga mengawali setiap saat penting di dalam kehidupan Yesus seperti: ketika permulaan karya-Nya di depan umum setelah pembaptisan di sungai Yordan, sebelum memilih kedua belas murid-Nya, waktu perubahan rupa di atas gunung (Luk 3:21, 6:21, 9:29, 11:1). Yesus berdoa untuk para murid, khususnya untuk Petrus sebelum menghadapi pencobaan besar; ketika di taman Getsemani dalam kegelisahan-Nya, Yesus mengajak para murid-Nya berdoa dan berjaga-jaga. Nampak dalam doa Bapa kami yang diajarkan Yesus kepada para murid-Nya, “Bapa kami yang ada di Surga” Para murid diajak mengarahkan diri dan berseru kepada Bapa mereka satu-satunya (Mat 23: 9) dengan menyebut Allah sebagai Bapa Abba, Yesus mau menunjukkan adanya hubungan yang amat dekat, akrab dan khas antara diri-Nya dengan Allah (Iman Katolik, 1996: 202).

Dalam perayaan Ekaristi didahului dengan ungkapan awal “atas petunjuk penyelamat kita maka beranilah kita berdoa” dengan mengajarkan doa ini kepada para murid, Yesus mengundang mereka masuk ke dalam hubungan dengan Allah yang sama, dengan menyapa Allah sebagai Bapa, para murid menyatakan keyakinan dan harapan mereka bahwa Bapa selalu memberikan perhatian penuh kepada anak-anak-Nya (Iman Katolik, 1996: 203).

Bagi Yesus doa merupakan prioritas, walaupun sesungguhnya dalam seluruh kehidupan Yesus sudah bersatu secara terus menerus dengan Bapa-Nya tetapi Yesus tetap memberikan waktu-Nya untuk berdoa. Maka para suster PRR pun diajak untuk meneladani semangat doa Yesus sendiri untuk semakin bersatu

dengan Yesus dalam seluruh kehidupan sebagai seorang religius. Para suster berusaha memberi waktu, tetap setia dan tekun di dalam doa, apabila mengalami kekeringan, itu merupakan tanda baik, karena Tuhan ingin membawa orang untuk masuk ke dalam doa yang lebih dalam. Maka kesetiaan serta ketekunan dalam hidup doa sangat dibutuhkan, sebagai seorang yang terpanggil, para suster diharapkan untuk tekun dan setia dalam hidup doa, bersatu dengan Kristus sendiri dalam perayaan Ekaristi karena Kristuslah yang menjadi kekuatan dan memampukan para suster untuk tetap bertahan dalam hidup sebagai seorang religius.

Sikap doa keheningan batin, terbuka, jujur di hadapan Tuhan, kejernihan budi dan pikiran mendalami sabda-Nya, kesetiaan dalam doa-doa harian walaupun kadang tidak mengalami sesuatu yang “istimewa“ dalam berdoa. Namun doa sebagai tempat mempersembahkan diri kepada Allah dan berkomunikasi dengan-Nya, bercakap-cakap dengan-Nya, walaupun penuh dengan kelemahan dan dosa, merasa tidak sempurna, beban tugas yang dipercayakan oleh Kongregasi, namun tetap percaya bahwa Tuhan selalu mendampingi. Itu sebabnya doa adalah soal iman dan kesetiaan untuk selalu percaya bahwa Tuhan dekat dan selalu mendamping dalam setiap peristiwa hidup.

Dalam hidup nyata perjumpaan dengan Tuhan dalam diri sesama dan dalam setiap peristiwa hidup serta kesibukan karya pelayanan sebagaimana para suster bertemu dengan Tuhan dalam perayaan Ekaristi, sabda, doa serta meditasi. Pertemuan ini merupakan tantangan yang terus menerus membawa kepada pertobatan dan pembaharuan sikap hidup. Kedekatan dengan Allah membawa

kegembiraan dalam hidup dan memungkinkan mengikuti Dia melalui salib-salib dan derita hidup setiap hari. Menjadi serupa dengan Dia dalam pengosongan diri bahkan dalam kematian-Nya, dan melalui kekuatan kebangkitan-Nya masuk dalam kemuliaan-Nya (Konstitusi PRR, 1987: 171).

Setiap pribadi mempunyai usaha dan perjuangannya masing-masing dalam membina relasi dengan Tuhan dan sesama namun akan semakin lebih baik kalau pribadi itu sendiri semakin memperkaya diri dengan beberapa sumber pokok yang dapat membantu mengolah dan memperkembangkan hidup rohaninya (Darminta, 2007: 8), beberapa sumber pokok antara lain seperti:

a. Pengalaman pribadi seseorang

Pengalaman pribadi seseorang dianggap penting karena merupakan pengalaman hidup rohani yang konkrit yang secara langsung bisa diolah dan dipahami oleh manusia itu sendiri. Dari pengalaman itulah seseorang bisa melihat dan mengolah hidupnya sehingga hidup rohani baru bisa berarti dan dapat dirasakan bila itu sungguh merupakan pengalaman rohani. Orang baru dapat merasakan apa makna kontemplasi, bila dipraktekan cara kontemplasi itu, dari usaha itulah orang baru dapat mengerti dan merasakan makna kesukaran-kesukaran hidup rohani yang harus diperjuangkan untuk dapat menuju pada kesempurnaan hidup (Darminta, 2007: 14).

b. Kitab suci

sangat membantu untuk bisa menemukan kekayaan imannya. Para suster dapat menemukan pengalaman-pengalaman rohani yang patut dipercaya dan diteladani, seperti pengalaman para nabi dan terlebih dalam Kitab Suci perjanjian baru dapat diikuti dan direnungkan teladan dan semangat hidup Yesus, Bunda Maria dan orang-orang kudus lainnya. Kitab suci merupakan sabda Allah yang mengundang siapa saja khusunya para suster untuk dapat berdialog dengan Tuhan, dengan demikian dialog itu mampu membangkitkan semangat rohani untuk selalu berelasi dengan Tuhan yang adalah tujuan hidup sebagai umat beriman (Kis 1: 1; Yoh, 3:21) hidup rohani lahir dari perjumpaan antara Allah, yang mengkomunikasikan hidup-Nya kepada manusia dan manusia secara aktif menerima tawaran Allah itu sendiri (Darminta, 2007: 17).

Konstitusi Kongregasi menegaskan bahwa “Hendaknya para suster menggunakan cukup waktu setiap hari untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci karena dengan merenungkan Kitab Suci para suster mempersilahkan sabda Tuhan membentuk hati dan hidup untuk semakin bersatu dengan Allah sendiri (Konstitusi PRR, 1987: 176.1). Dengan membaca dan merenungkan Kitab Suci para suster mampu membuka hati untuk karya Roh Kudus yang membantu untuk meresapkan sabda Allah, merenungkan dan menjadikan itu sebagai milik sehingga mampu mewartakan sabda Allah itu kepada sesama.

c. Bacaan Rohani

Bacaan rohani juga merupakan salah satu sumber hidup rohani. Tulisan-tulisan dalam bacaan rohani sangat inspiratif dan menarik baik itu pengalaman

yang dialami oleh pengarang sendiri maupun pengalaman orang lain yang membantu untuk memperkembangkan hidup rohaninya (Darminta, 2007: 19).

Banyak orang yang mempunyai pengalaman rohani mendalam menuliskan pengalamannya itu di dalam sebuah karangan atau sebuah buku. Oleh sebab itu banyak buku sungguh bermutu menyimpan pengalaman-pengalaman rohani yang sangat berharga. Orang dapat belajar banyak karena bacaan-bacaan banyak mengandung nilai pendidikan, bacaan dapat dipakai oleh roh kudus untuk menyalurkan bimbingannya, sehingga dengan banyak membaca para suster semakin terbantu untuk menata kehidupan rohani agar semakin lebih baik. (Harjawiyata, 1978: 82).

d. Doa rosario

Sebagai Kongregasi religius yang berasal dari iman umat para suster menyatu dengan Bunda Maria dalam devosi doa rosario sebagai Kharisma dan spiritualitas Kongregasi. Menyatu dengan Bunda Maria secara terus menerus merenungkan hidup dan perutusan Yesus bersama Bunda Maria, para suster semakin berani mewartakan Yesus dengan mendoakan doa rosario setiap hari seturut tradisi Gereja. Seperti apa yang dikatakan dalam kitab hukum kanonik bahwa “Memelihara devosi khusus kepada Santa perawan Bunda Allah, teladan dan pelindung segenap hidup Bakti dengan berdoa rosario (KHK, 662.4).

Kongregasi PRR menghayati dan menempatkan rosario sebagai doa dan pengembangan hidup rohani. Dengan berdoa rosario para suster dihantar kepada ke kedalaman iman seperti Bunda Maria. Bersama Maria para suster terus

menerus merenungkan misteri hidup Yesus dan memuliakan Allah dalam nama Yesus Kristus Putra-Nya. Dengan terus menerus berdoa rosario sambil merenungkan hidup Yesus maka para suster memiliki sikap kontemplasi seperti Maria yang senantiasa menyatu dengan Putra-Nya dalam tugas perutusannya sebagai Bunda Gereja..

Paus Yohanes Paulus II dalam Ecclesia De Eusharistia menegaskan bahwa “ Maria adalah “Wanita Ekaristi” dalam seluruh hidupnya (EE:52). Dalam Ekaristi, Gereja bersama dengan Kristus dan kurban-Nya mengenangkan semangat Maria “Jiwaku memuliakan Tuhan“ sebagaimana madah Maria ini pertama dan utama adalah madah pujian dan Syukur. Inilah sikap Ekaristi sejati yang ditampilkan Maria melalui Madah Magnificatnya “jiwaku memuliakan Tuhan dan Rohku bersukacita dalam Tuhan juruselamatku”. Maria telah mengandung Yesus dalam rahim, Maria memuliakan Tuhan lewat Yesus dan juga memuji Tuhan dalam dan bersama Yesus (EE, 57).

Konstitusi Kongregasi menegaskan bahwa devosi kepada Santa Perawan Maria sebagai tokoh yang terlibat dalam sejarah keselamatan dunia, menolong para suster untuk memahami misteri penyelamatan dunia. Maka sangat dianjurkan para suster disetiap komunitas menghidupkan kebaktian kepada Bunda Maria dengan berdoa rosario baik secara bersama dalam komunitas maupun pribadi dan juga bersama umat (Konstitusi PRR, 1987: 175. 1). Dengan ketekunan serta kesetiaan memelihara devosi kepada Bunda Maria semakin memampukan setiap anggota untuk tekun dan setia memelihara hidup rohani bersama Bunda Maria.

e. Ibadat Harian/Brevir

Doa Offisi atau ibadat harian merupakan doa wajib sebagai seorang religius sesuai dengan ketentuan yang ada dalam KHK 1174, Maka para suster seharusnya mendoakan pada pagi dan sore hari. Karena doa-doa mazmur adalah doa Kristus dan Gereja, maka dengan berkumpul bersama sebagai komunitas diharapkan untuk mendoakan doa ofisi, Laudes dan vesperae setiap hari.

Tujuan dari ibadat harian adalah pengudusan seluruh hari. Maka pembagian waktu ibadat hendaknya ditata kembali sedemikian rupa sehingga ibadat-ibadat sedapat mungkin dilaksanakan pada saat yang tepat, sekaligus juga diperhitungkan situasi hidup zaman sekarang, terutama bagi mereka yang bertekun menjalankan karya-karya kerasulan (SC, 88).

f. Adorasi Ekaristi

Adorasi atau pujian kepada Sakramen Mahakudus merupakan praktek devosi sembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus. Pentakhtaan Sakramen Mahakudus muncul dalam hubungannya dengan kerinduan umat beriman untuk memandang Kristus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus (Martasudjita, 2005: 424).

Tujuan dari adorasi kepada Sakramen Mahakudus ialah sembah sujud kepada Tuhan Yesus Kristus yang hadir dalam Ekaristi dan sekaligus untuk menyatukan hati dengan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus (ES, 82). Akan tetapi harus disadari bahwa puncak kesatuan dengan Tuhan yang hadir dalam Ekaristi itu pertama-tama terjadi dalam komuni kudus saat perayaan

Ekaristi. “ Bilamana kaum beriman menghormati Kristus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, hendaknya mereka ingat bahwa kehadiran itu bersumber pada kurban Ekaristi, dan terarah kepada persekutuan baik Sakramental maupun spirit” (ES, 80).

Dalam Ecclesia De Eucharistia mengungkapkan bahwa “Sembah sujud Sakramen Mahakudus telah menjadi praktek harian yang penting dan menjadi sumber kesucian” (EE, 10). Dan “penghormatan terhadap Ekaristi di luar Misa adalah harta yang tak ternilai untuk hidup Gereja, kehadiran Kristus dalam Kurban Ekaristi dalam rupa roti suci di simpan sesudah Misa adalah kehadiran yang bertahan selama terdapat rupa roti dan anggur” (EE,25).

Adorasi Ekaristi disetiap Komunitas mendapat perhatian cukup baik oleh setiap anggota komunitas. Dimana komunitas menyiapkan waktu khusus untuk berdoa adorasi, sehingga para suster diajak untuk menggunakan kesempatan ini dalam suasana hening berada di depan Sakramen Maha Kudus berdoa secara pribadi maupun bersama. Dalam doa adorasi ini memungkinkan para suster mengalami pertumbuhan rohani dan semakin beriman secara lebih mendalam maka dalam suasana hening bersama Yesus yang hadir dalam Sakramen Maha Kudus, para suster dapat semakin bertumbuh dalam kehidupan rohani sebagai seorang religius PRR.

Dokumen terkait