• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan ekaristi dalam meningkatkan hidup rohani bagi para Suster PRR di wilayah Jawa - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peranan ekaristi dalam meningkatkan hidup rohani bagi para Suster PRR di wilayah Jawa - USD Repository"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN EKARISTI

DALAM MENINGKATKAN HIDUP ROHANI BAGI PARA SUSTER PRR DI WILAYAH JAWA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Ermelinda Du’e NIM: 041124029

0leh:

Kristina Koba Malo NIM: 041124028

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

(5)

MOTTO

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,12 Desember 2009 Penulis,

(7)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Kristina Koba Malo

Nomor Mahasiswa : 041124028

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul PERANAN EKARISTI DALAM MENINGKATKAN HIDUP ROHANI PARA SUSTER PUTERI REINHA ROSARI DI WILAYAH JAWA.

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dan membentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan , mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal 22 Januari. 2010 Yang menyatakan

(8)

ABSTRAK

Judul skripsi PERANAN EKARISTI DALAM MENINGKATKAN HIDUP ROHANI BAGI PARA SUSTER PUTERI REINHA ROSARI DI WILAYAH JAWA. Pemilihan judul bertitik tolak dari pengalaman penulis dalam melihat kehidupan para Suster PRR dalam mengikuti perayaan Ekaristi. Penulis merasa tertarik untuk ingin melihat lebih dalam bagaimana penghayatan para Suster dalam ber-Ekaristi, apakah para Suster mengikuti perayaan Ekaristi karena kesadaran yang sungguh mendalam atau karena aturan komunitas sehingga mewajibkan diri untuk mengikuti perayaan Ekaristi.

Permasalahan pokok dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana para Suster PRR dapat meningkatkan hidup rohani melalui perayaan Ekaristi sebagai seorang religius dalam menghadapi tantangan zaman saat sekarang. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis merumuskan sebagai berikut: Bagaimana pemahaman para Suster tentang arti dan makna perayaan Ekaristi selama ini? Langkah-langkah manakah yang perlu diusahakan dalam mencapai kematangan hidup rohani? Seberapa besar usaha yang dilakukan para Suster dalam meningkatkan hidup rohaninya?

Dalam mengkaji permasalahan di atas, penulis menggunakan metode pendekatan melalui wawancara dengan para Suster PRR di wilayah Jawa yang dipandu dengan pertanyaan penuntun serta penemuan hasil refleksi pribadi dan studi pustaka. Penulisan skripsi ini membahas arti dan makna perayaan Ekaristi sebagai liturgi yang pokok, bagian-bagian pokok dalam perayaan Ekaristi, peningkatan hidup rohani melalui perayaan Ekaristi, hidup doa, hidup berkomunitas, hidup karya serta penghayatan ketiga nasihat Injil. Penulis membahas pula tantangan-tantangan para Suster dalam mengikuti perayaan Ekaristi di tengah perkembangan dunia saat ini serta upaya-upaya meningkatkan hidup rohani.

(9)

ABSTRACT

The title of this thesis is THE ROLE OF EUCHARIST IN IMPROVING SPIRITUAL LIFE OF THE SISTERS OF OUR LADY’S ROSARY (PRR) in the Java Region. This title came up on because of the writer’s experience looking at the attitude of PRR’s sister during the celebration of Eucharist. So the writer was interested to investigate the participation of the sisters in following the celebration of Eucharist, whether the sisters attend the celebration Eucharist with real awareness or on because they follow the schedule of the community.

The fundamental problem in this thesis is, how do PRR’s sisters can intensify their spiritual life through the celebration of Eucharist as religious in order to face nowadays challenges. Therefore the investigation was formulated as follows: What do sisters know until now about the meaning and the essence of the celebration of Eucharist? Which steps could be done to achieve maturity in spiritual life? Which can be efforts done by the sisters to improve their spiritual life?

In order to clear up the problems above, the writer choosed the direct approach method through interviews with PRR’s sisters in the Java region, consisting of special questions, deepended by personal reflections and the study of special literature. The thesis contains and explains also the meaning and the essence of celebration of Eucharist as the main liturgy by investigating the different parts of it. Moreover the thesis treads how spiritual life can improved by the celebration of Eucharist, special prayer’s life, community life, work’s life as well as living according to the three vows. The writer also examines the sisters challenges in following the celebration of Eusharist inmidst the development of the world nowadays and offers some efforts how to improve spiritual life.

(10)

KATA PENGANTAR

Syukur atas berkat dan rahmat-Nya yang berlimpah dalam hidup selama ini teristimewa dalam penulisan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul: PERANAN EKARISTI DALAM MENINGKATKAN HIDUP ROHANI PARA SUSTER PUTERI REINHA ROSARI DI WILAYAH JAWA .

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis, dalam melihat pengalaman pribadi maupun pengalaman para suster Kongregasi Puteri Reinha Rosari khususnya yang berkarya di Wilayah Jawa terhadap perkembangan zaman yang membawa banyak perubahan dalam hidup sebagai seorang religius PRR. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membantu para suster PRR agar semakin mampu mendalami makna Ekaristi sebagai kekuatan hidup rohani dalam upaya meningkatkan kematangan hidup sebagai seorang religius PRR sehingga mampu menghadapi tantangan zaman melalui kesaksian dan teladan hidup bagi orang lain di tengah zaman yang terus berubah.

Penulisan skripsi ini, banyak pihak yang membantu penulis teristimewa memberikan dukungan, perhatian yang sangat besar kepada penulis. Untuk itu dari hati yang tulus penulis mengucapkan limpah terima kasih dan penghargaan yang mulia kepada:

(11)

2. Dra. Y. Supriyati, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang dengan penuh kesetiaan mendampingi penulis dari awal studi sampai penyelesaian penulisan skripsi ini.

3. Banyu Dewa HS.,S.Ag.,M.Si, selaku dosen pembimbing ketiga yang telah mendampingi dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Segenap Staf Dosen dan karyawan Prodi IPPAK yang telah mendampingi dan membimbing serta membekali pengetahuan dan ketrampilan bagi penulis selama studi hingga penulisan skripsi ini diselesaikan.

5. Suster Maria Benedictis, PRR, selaku pimpinan umum Kongregasi Puteri Reinha Rosari dan dewan pimpinan umum yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menimba ilmu di prodi IPPAK, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

6. Para suster yang berkarya di Wilayah Jawa yang telah mendukung, memberikan usul saran kepada penulis hingga penulisan ini diselesaikan.

7. Para suster Komunitas Magnificat Yogyakarta yang telah memberi perhatian, dukungan serta doa-doanya, kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tulisan ini.

8. Orang tua dan anggota keluarga yang telah mendukung penulis lewat doa dan cinta serta perhatian selama ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya yang selama ini memberikan perhatian dan dukungan bagi penulis.

(12)

perbaikan lebih lanjut. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi para suster Kongregasi Puteri Reinha Rosari.

Yogyakarta, 12 Desember 2009 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

JUDUL ... ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ...ii

PENGESAHAN ... ...iii

PERSEMBAHAN ... ...iv

MOTTO ... ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ...vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ....vii

ABSTRAK ... ...viii

ABSTRACT... .... ix

KATA PENGANTAR ... ... x

DAFTAR ISI... .. xiii

DAFTAR SINGKATAN ...xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... ...1

A. Latar Belakang Penulisan...1

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Penulisan...6

D. Manfaat Penulisan...6

E. Metode Penulisan ...7

F. Sistematika Penulisan...7

BAB II. GAMBARAN UMUM KEADAAN KONGREGASI PRR DALAM MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI ... ...9

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kongregasi PRR ...11

1.) Tujuan berdirinya Kongregasi PRR…...14

2.) Visi Kongregasi Putri Reinha Rosari... ....15

3.) Misi Kongregasi Putri Reinha Rosari. ... ....15

4.) Spiritualitas Kongregasi...16

(14)

1.Komunitas Yogyakarta ... ....18

2.Komunitas Cimanggis... ....20

3.Komunitas Cijantung ... ....22

4.Komunitas Pademangan... ....23

5.Komunitas Surabaya ... ....25

BAB III. MAKNA EKARISTI BAGI PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI PARA SUSTER PUTRI REINHA ROSARIO...27

A. Perayaan Ekaristi Sebagai Liturgi Yang Pokok...28

1. Ekaristi dalam Kitab Suci ... ....28

a. Perjamuan makan dengan Yesus sebagai tanda kehadiran Kerajaan Allah ... ....28

b. Perjamuan malam terakhir ... ....29

c. Perjamuan dengan Yesus yang bangkit... ....30

2. Ekaristi berdasarkan pandangan Bapa-bapa Gereja ... ....30

3. Ekaristi menurut ajaran Konsili Vatikan II ... ....31

a. Dimensi Kristologis ...31

1.) Ekaristi sebagai Kurban...32

2.) Ekaristi sebagai Sakramen...34

3. Ekaristi sebagai Perjamuan...35

b. Dimensi Eklesiologi...36

1.) Ekaristi Sebagai Sarana kebersamaan...36

2.) Ekaristi Sebagai Sumber dan Puncak kehidupan Gereja...37

c. Dimensi Eskatologis ...38

4. Makna Ekaristi ...40

5. Tata Perayaan Ekaristi...41

6. Bagian-bagian pokok dalam Perayaan Ekaristi...42

a. Ritus pembuka...42

1) Perarakan masuk-nyanyian pembuka...43

2) Tanda salib...43

3) Tobat-Kryrie...44

4) Kemuliaan...44

(15)

b. Liturgi Sabda...46

1) Bacaan pertama...46

2) Mazmur Tanggapan...47

3) Bacaan Kedua...48

4) Bait pengantar Injil...49

5) Bacaan Injil...49

6) Homili...50

7) Syahadat / Credo...51

8) Doa Umat...51

c. Liturgi Ekaristi...52

1) Persiapan persembahan...52

a) Kolekte...53

b) Doa persembahan...53

2). Doa Syukur Agung...53

a) Prefasi...55

b) Kudus...55

c) Doa sebelum Konsekrasi/Epiklesis...55

d) Konsekrasi...56

e) Anamnesis...57

f) Doa sesudah konsekrasi...57

g) Doksologi...58

3). Komuni...58

a) Bapa kami...58

b) Doa damai-salam damai...59

c) Pemecahan roti-Anak domba Allah...59

d) Penerimaan komuni...60

e) Saat hening-madah syukur sesudah komuni...61

f) Doa sesudah komuni...62

d. Ritus penutup...62

1) Pengumuman...62

(16)

3). Pengutusan...63

4). Lagu penutup...63

B. Penelitian tentang peranan Ekaristi dalam meningkatkan hidup rohani para suster putri Reinha Rosari...64

1. Tujuan penelitian...65

2. Rumusan masalah...65

3. Metode penelitian...66

4. Instrumen Penelitian...66

5. Tempat dan waktu penelitian...66

6. Responden Penelitian...66

7. Variabel yang diteliti...67

8. Laporan dan pembahasan hasil penelititan………..…68

C. Peningkatan Hidup Rohani Melalui Perayaan Ekaristi...75

1. Hidup doa... ...77

a. Pengalaman pribadi seseorang...80

b. Kitab Suci...80

c. Bacaan Rohani...81

d. Doa rosario...82

e. Ibadat Harian/Brevir...84

f. Adorasi Ekaristi...84

2. Hidup Berkomunitas... ....85

a. Makan bersama...88

b. Pertemuan Komunitas ...89

c. Sharing bersama ...89

d. Pengakuan dosa...90

e.Meditasi dan refleksi...91

3. Hidup Karya...91

4. Hidup Kaul ... ....93

D. Tantangan-tantangan dalam mengikuti perayaan Ekaristi... .95

1 .Tantangan dari dalam diri... ....95

2. Tantangan dari luar diri...96

(17)

BAB IV. PENUTUP ... ..103

A. Kesimpulan ... ..103

B. Saran... ..104

DAFTAR PUSTAKA ... ..106

LAMPIRAN... .... 1. Usulan Program Sarasehan...(1)

(18)

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada

Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985,

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

EE : Ecclesia De Eucharistia, Ensiklik Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II kepada Para Uskup, Imam dan Diakon penyandang Hidup Bakti, Pria dan perempuan dan segenap para beriman tentang Ekaristi dan hubungannya dengan Gereja., 17 april 2003.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dokmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja di dunia dewasa ini, 21 Nopember 1964.

PC : Perfectae Caritatis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang pembaharuan penyesuaian hidup religius, 28 Oktober 1965.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.

VC : Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang hidup bakti bagi para religius, 25 Maret 1996.

PUMR : Pedoman Umum Misale Romanum

(19)

tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963

C. Singkatan Lain

FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Hal : Halaman

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Konst : Konstitusi.

KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia Prodi : Program Studi

PRR : Puteri Reinha Rosari PU : Pimpinan Umum SP : Satuan Persiapan

SSpS : Servae Spiritus Sancti (Suster Abdi Roh Kudus)

SVD : Societas Verbi Divini ( Serikat Sabda Allah)

Laudes : Ibadat pagi Vesperae : Ibadat sore SD : Sekolah Dasar

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SR : Suster

(20)

A. Latar Belakang Penulisan

Perayaan Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup umat kristiani (LG 11), memberi makna terdalam bagi kehidupan rohani seluruh umat beriman. Sejak Gereja perdana merayakan Ekaristi menjadi pusat seluruh kehidupan umat beriman Kristiani. Umat perdana tekun merayakan peristiwa keselamatan ini dalam perjamuan makan bersama dan peristiwa pemecahan roti. Perayaan Ekaristi yang bersumber pada perjamuan terakhir Yesus bersama para murid-Nya dirayakan oleh umat katolik di seluruh dunia. Gereja diajak untuk terus-menerus merefleksikan hidup imannya, dan berusaha mendalami makna Ekaristi ini bagi hidup panggilan dan perutusannya di tengah dunia terlebih saat sekarang dimana semakin banyak tawaran hidup yang membuat orang lemah dalam penghayatannya sebagai orang katolik yang hidup di zaman ini. Ekaristi sebagai perayaan iman mengajak seluruh umat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam perayaan Ekaristi

Dalam seluruh sejarah kehidupan umat kristiani, tidak terlepas dari apa yang disebut dengan perayaan Ekaristi atau misa kudus. Dalam perkembangan Gereja selanjutnya, perayaan Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh kehidupan umat kristiani dan sekaligus puncak seluruh tindakan liturgi dan peribadatan Gereja (Martasudjita 2003: 27).

(21)

penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus sebagaimana berpuncak pada peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Dengan pujian syukur itu, Gereja mengenangkan atau menghadirkan kembali misteri penebusan Kristus di atas kayu salib(Martasudjita, 2003: 28)

Sebagaimana perayaan Ekaristi merupakan perayaan yang sangat Agung dan luhur, yang sungguh dihayati oleh umat perdana menjadi sebuah keprihatinan bagi Gereja saat sekarang, dunia mengalami banyak perkembangan, Gereja juga turut mengalami itu sehingga apa yang sungguh dihormati, dijunjung tinggi oleh umat kristiani selama ini sejak Gereja perdana akan kesakralan perayaan Ekaristi menjadi semakin berkurang atau boleh dikatakan penghayatannya semakin melemah. Ketekunan umat dalam mengikuti perayaan Ekaristi mulai berkurang, kesibukan pribadi yang banyak menyita waktu membuat orang tidak mampu lagi membuat pembedaan bahkan tidak berkonsentrasi lagi dalam mengikuti perayaan Ekaristi.

(22)

tanpa mempedulikan bahwa saat itu sedang mengikuti perayaan Ekaristi. Apalagi kalau kotbah tidak menarik atau tidak sesuai dengan apa yang saat itu diinginkan, maka semakin banyak kesibukan yang terjadi, penghayatan akan kesakralan perayaan Ekaristi menjadi tidak berarti lagi.

Bapa Uskup Agung Semarang Mgr. Ignasius Suharyo, PR dalam kunjungan pastoralnya ke Paroki Santo Yusuf Bintaran khususnya di Stasi Santo Paulus Pringgolayan tanggal 12 April 2008, mengungkapkan keprihatinannya yang sama akan keadaan umat Katolik di Indonesia, dimana umat Katolik sangat lemah dalam penghayatannya akan makna perayaan Ekaristi sebagai sumber kekuatan rohani dalam hidupnya. Umat Katolik ke Gereja hanya sebagai suatu kewajiban atau rutinitas. Mengikuti perayaan Ekaristi hanya sekedar karena kebiasaan sebagai orang Katolik dan bukan suatu kesadaran atau kebutuhan yang menggerakkan hidupnya untuk mau bertemu dengan Tuhan sebagai sumber kekuatan dalam hidupnya.

(23)

Ekaristi, tidak ada waktu untuk berdoa, bermeditasi, kontemplasi, bacaan rohani dan membuat refleksi pribadi sehingga tidak mengherankan ketika ada dalam kapela menjadi tidak bersemangat bahkan mengantuk. Hati dan pikiran lebih tertuju pada tugas yang mau dijalankan pada hari itu.

Perkembangan dunia yang semakin modern, telah merasuki kehidupan para kaum religius. Gaya hidup instan inginnya semua serba cepat karena masih ada hal lain yang lebih penting bagi dirinya, juga menjadi gaya hidup kaum religius di zaman ini. Rangkaian kegiatan rohani yang membantu untuk semakin bertumbuh dalam panggilan sebagai seorang religius sudah menjadi sesuatu yang sulit untuk dijalankan, kalau dilihat bahwa dengan banyaknya kegiatan rohani, para suster semakin dewasa dan matang dalam setiap peristiwa hidup namun justru banyak masalah yang ditemukan.

(24)

menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai kekuatan dalam hidupnya namun di lain pihak ada anggota yang merasa biasa-biasa saja bahkan karena kepentingan pribadi dengan mudah mengabaikan sebuah kegiatan rohani. (Konstitusi PRR, 172).

Dengan melihat kenyataan di atas maka penulis mencoba untuk mendalami penulisan ini dengan judul: Peranan Ekaristi dalam meningkatkan Hidup Rohani Para Suster Puteri Reinha Rosari di Wilayah Jawa. Penulisan ini dimaksud untuk membantu para suster Putri Reinha Rosari agar semakin dewasa dan mampu menghayati makna perayaan Ekaristi dalam kehidupannya setiap hari demi meningkatkan perkembangan hidup rohaninya sebagai religius khususnya sebagai seorang religius PRR.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang “Peranan Ekaristi dalam meningkatkan hidup rohani para suster Puteri Reinha Rosari di Wilayah Jawa” maka permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman para suster tentang arti dan makna perayaan Ekaristi?

2. Langkah-langkah manakah yang perlu diusahakan dalam mencapai kematangan hidup rohani?

(25)

C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam proses penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Membantu para suster agar dapat memahami arti dan makna dari perayaan Ekaristi

2. Membantu para suster agar mampu meningkatkan kehidupan rohaninya melalui perayaan Ekaristi.

3. Memberikan sumbangan bagi para anggota dalam meningkatkan mutu kehidupan rohani sebagai seorang religius.

4. Sebagai satu persyaratan kelulusan Sarjana Strata Satu ( SI ) Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

D. Manfaat penulisan

Adapun manfaat penulisan “Peranan Ekaristi dalam meningkatkan perkembangan hidup rohani para suster Puteri Reinha Rosari di Wilayah Jawa” sebagai berikut:

1. Memberikan sumbangan kepada Kongregasi dalam membantu anggotanya untuk lebih memahami arti dan makna perayaan Ekaristi.

(26)

3. Penulis dapat memperoleh pengetahuan atau pemahaman tentang liturgi Ekaristi.

E. Metode penulisan

Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis yakni penulis mengadakan penelitian melalui wawancara bersama para suster dengan panduan pertanyaan penuntun yang bertujuan untuk memperoleh gambaran nyata tentang “Bagaimana Peranan Ekaristi dalam meningkatkan Hidup Rohani para suster Puteri Reinha Rosari di Wilayah Jawa“. Pendekatan deskriptif ini juga dilakukan dengan studi pustaka.

F. Sistematika penulisan

Secara keseluruhan penulisan ini terbagi dalam empat bab. Adapun perincian sebagai berikut:

BAB I: Diawali dengan pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan

BAB II: Bab ini menguraikan tentang Sejarah singkat berdirinya Kongregasi PRR, Tradisi-tradisi Kongregasi PRR sehubungan dengan perayaan Ekaristi bagi para suster Putri Reinha Rosari yang berada di Wilayah Jawa.

(27)

mengembangkan makna Ekaristi bagi perkembangan hidup rohani para suster Puteri Reinha Rosari,

(28)

DALAM MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI

Pusat hidup bersama sebagai satu Kongregasi bagi para suster PRR ialah Ekaristi. Dimana terjalin persatuan yang akrab dalam Kristus semakin bertumbuh secara istimewa. Suasana perayaan Ekaristi, para suster mengalami kekuatan baru dengan mendengarkan sabda Allah dan Roti yang satu itu dipecah-pecahkan, dibagi-bagikan merupakan satu kesatuan dengan Tubuh Kristus (1 Kor 10:16-18). Sambil bersama mengeliling meja Tuhan para suster disatukan dalam satu Roh dengan semua anggota dan dengan semua yang dilayani. Dalam kehidupan bersama ini, Roh Kudus menyiapkan komunitas untuk menerima sabda, berbakti kepada Allah dalam ibadat, khususnya Ekaristi, serta menghayatinya dalam doa dan karya yang sama (Konstitusi PRR, 154: 69). Maka melalui perayaan Ekaristi, para suster semakin disatukan dengan Allah sendiri melalui kehidupan bersama dengan orang lain khususnya bagi sesama dalam komunitas serta mereka yang dilayani. Dengan itu kehidupan rohani para suster di setiap komunitas semakin mendalam.

(29)

kebersamaan dengan sesama dalam Komunitas dimana para suster diutus dan juga dalam tugas dan karya pelayanan di tengah umat yang dilayani (Raniero, 1994: 49).

Santo Thomas(Raniero,1994:51) ketika menyebut Ekaristi sebagai “Sakramen Cinta“ (Sacramentum Caritatis), menjelaskan bahwa hanya cinta yang dapat menciptakan persatuan dengan Kristus yang hidup. Sesungguhnya, cinta merupakan satu kesatuan. Melalui dua makhluk hidup yang berbeda dan mandiri dapat menjadi satu.

Para suster dapat bersatu secara penuh dan sempurna dengan Kristus hanya bila para suster dengan penuh kesederhanaan serta kerendahan hati seperti Petrus yang memberi diri sepenuhnya kepada Tuhan, “Tuhan Engkau tahu bahwa aku mencintai Dikau” (Yoh.21: 16).

(30)

A. Sejarah Berdirinya Kongregasi Puteri Reinha Rosari

Kongregasi Putri Reinha Rosario (PRR) didirikan pada tanggal 15 Agustus 1958, oleh seorang Uskup Pribumi Yaitu Mgr. Gabriel Manek, SVD dibantu oleh Sr Anfrida, SSpS dan Pater Van de Burg, SVD yang pada waktu itu sebagai Vikjen Keuskupan Larantuka. Beliau mempunyai peranan cukup besar dimana sebagai pribadi yang mampu memberi semangat kepada pendiri Kongregasi Mgr Gabriel Manek, SVD untuk tetap mewujudkan niatnya dalam mendirikan Kongregasi, walaupun mengalami banyak tantangan dan kesulitan. Mgr Gabriel Manek, SVD, dalam kesederhanaan sebagai pribadi yang kuat serta selalu berpasrah pada rencana dan kehendak Tuhan melalui perantaraan Bunda Maria dalam seluruh peristiwa hidupnya mampu mendirikan Kongregasi Putri Reinha Rosari (Gabriella, 2008: 87).

(31)

Pertama, agama dengan kedatangan bangsa Portugis pada abad ke enambelas dan para misionaris Dominikan memulai misinya di kepulauan Solor, Adonara, Flores Timur dan Timor. Situasi iman umat pada waktu itu mulai berkembang. Agama Katolik diperkenalkan, diimani dan dipertahankan terutama pada masa kritis kehidupan iman umat Katolik diserang di kepulauan ini serta dipaksa untuk meninggalkan imannya. Situasi yang terjadi saat itu menyebabkan para imam meninggalkan Larantuka sebagai pusat kegiatan misi. Kurang lebih dua abad, umat hidup tanpa bimbingan hirarkhi, hingga kedatangan misionaris Belanda pada abad sembilan belas. Kehadiran misionaris Belanda pada masa itu, umat menemukan harapan iman yang kuat akan Yesus Kristus dengan menghayati sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Keyakinan inilah yang terus-menerus direnungkan dan dikembangkan dalam seluruh perjalanan hidup melalui peristiwa rosario dan doa devosi, khususnya peristiwa jalan Salib selama masa puasa dan perayaan pekan suci. Bagi umat, Bunda Maria menjadi tokoh utama dan pelindung yang senantiasa menyertai dalam seluruh pergulatan iman. (Konstitusi PRR, 1987: 13).

Kedua, sosial ekonomi yang memprihatinkan, dengan keadaan alam yang kering dan tandus, menyebabkan banyak kaum miskin dan yatim piatu yang mengalami menderita, khususnya penderita kusta kurang mendapat perhatian dan pengobatan bahkan disingkirkan dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitanya (Konstitusi PRR, 1987: 14).

(32)

pembicaraan dalam pertemuan para imam secara khusus bersama dengan Pater Van de Burg, SVD yang pada waktu itu menjabat sebagai Vikaris Jendral Keuskupan Larantuka. Pimpinan Kongregasi SSpS dengan mengutus salah satu anggota kongregasi yaitu Sr. Anfrida, SSpS untuk membantu mendirikan kongregasi pribumi ini (Konstitusi PRR, 1987: 15).

Kelima, Pendidikan, Pada masa itu kaum perempuan, kurang mendapat tempat untuk menimba ilmu pengetahuan dan mengenyam pendidikan di Sekolah. Kaum perempuan dianggap hanya sebagai pengurus rumah tangga sehingga banyak kali mereka dinomorduakan oleh kaum pria (Manek, 2003: 2).

Keenam, Tenaga hirarki yakni para misionaris yang mulai berkurang di wilayah ini, sebab para misionaris yang berkarya di wilayah ini pada umumnya berasal dari Eropa dan jumlahnya sangat terbatas (Manek, 2003: 3).

(33)

1. Tujuan berdirinya Kongregasi Puteri Reinha Rosari

Perkembangan umat yang semakin pesat tanpa adanya bimbingan hirarki mengakibatkan adanya kekaburan nilai-nilai iman yang dialami oleh umat pada masa itu. Umat berjuang untuk mempertahankan imannya melalui doa dan devosi namun mereka membutuhkan seorang tokoh, seorang gembala, yang bisa menghantar mereka semakin kuat dan teguh dalam penghayatan iman yang murni akan Yesus Kristus. Situasi inilah yang mendorong Mgr. Gabriel Manek, SVD, sebagai pendiri Kongregasi PRR untuk menanggapi kebutuhan umat pada masa itu sehingga tujuan pendirian Kongregasi PRR antara lain:.

Pertama, Kongregasi Puteri Reinha Rosari didirikan untuk kemuliaaan Tuhan dengan cara hidup sebagai religius PRR dalam mengejar kekudusan seturut teladan Bunda Maria hamba Allah. Suatu persekutuan yang dipanggil Tuhan kepada hidup religius yang khusus membaktikan diri semata-mata demi kemuliaan Allah dan kepentingan pelayanan iman umat (Konstitusi PRR, 1987: 102).

Kedua, Kongregasi Puteri Reinha Rosari merupakan buah yang dihasilkan dari pertumbuhan iman umat sekaligus merupakan bentuk hidup yang secara penuh berpartisipasi dalam pembentukan umat yang dewasa dan bertanggung jawab. Suatu kemampuan mengaktualkan kharisma dan bakat-bakat bagi pembangunan seluruh tubuh Mistik Kristus (Konstitusi PRR, 1987: 102).

(34)

dalam tugas pembangunan masyarakat dan dunia serta pelayanan kepada kaum miskin turut menjamin keutuhan hidup beriman sehingga iman umat semakin berkembang dan berjiwa misioner dalam tugas pembangunan masyarakat dan dunia (Konstitusi PRR, 1987: 102).

2. Visi Kongregasi Puteri Reinha Rosari

Visi merupakan landasan bagi seseorang atau kelompok tertentu atau lembaga-lembaga lain dalam mengejar atau meraih suatu cita-cita atau tujuan yang hendak dicapai. Harapan-harapan ini pun menjadi cita-cita Kongregasi Puteri Reinha Rosari melalui visi tertentu. Cita-cita dan harapan itu mengandung arti dan makna untuk dihayati oleh setiap anggota Kongregasi Puteri Reinha Rosari (Tafaib, 2007: 22). Oleh karena itu visi Kongregasi Puteri Reinha Rosari adalah pembentukan iman umat yang kembali ke akarnya yang murni yakni misteri Salib yang mewarnai seluruh perjuangan hidup mereka sehari-hari. Umat yang dicita-citakan adalah umat yang partisipatif mendayagunakan kharisma dalam membangun Gereja sebagai tubuh Mistik Kristus. Suatu umat yang mampu berfungsi sosial, memasyarakat dan meragi. Umat yang berakar pada kebudayaan setempat, berfungsi kritis dan mampu membuat pembedaan Roh dalam menghadapi tantangan dunia (Konstitusi PRR, 1987: 103).

3. Misi Kongregasi Puteri Reinha Rosari

Dalam konstitusi Kongregasi Putri Reinha Rosari dikatakan bahwa:

(35)

dengan melibatkan diri dalam pelayanan di berbagai bidang karya sesuai kebutuhan Gereja setempat dan secara khusus sesuai tanda zaman, memperhatikan dan memperjuangkan keadilan dan keselamatan bagi mereka yang miskin dan terbelenggu serta penindasan rohani jasmani, serta yang terlantara. ( Konstitusi PRR, 1987: 104).

Kongregasi Puteri Reinha Rosari memiliki misi tertentu yang harus diwujudkan demi perkembangan iman umat dalam hidupnya sekaligus keutuhan Kongregasi yang dicita-citakan. Oleh karena itu misi Kongregasi Puteri Reinha Rosari adalah agar setiap anggota Kongregasi mengambil bagian secara aktif dalam tugas pewartaaan melalui pelayanan kepada sesama dengan menanggapi kebutuhan Gereja setempat terutama yang lemah, miskin dan tersingkirkan dari lingkungan masyarakat serta membangun hidup umat beriman yang aktif melibatkan diri demi perkembangan Kerajaan Allah di dunia yang semakin modern.

4. Spiritualitas Kongregasi PRR

Kata spiritualitas berasal dari bahasa Perancis “spirituelle“yang berarti rohani dengan asal kata “Spiritus“ yang berarti roh . Spiritualitas sendiri berarti pola hidup yang digerakan oleh Roh kudus (Tom Jacobs, 1989: 1-2).

(36)

Untuk mewujudkan tugas perutusan Allah, Yesus memilih cara hidup sebagai manusia yang miskin, sebagai hamba Yahwe, dalam kemiskinan tetap ia mampu mencintai Bapa dan kehendak Bapa serta rela taat sampai mati di salib (Fil 2:8-11). Kesatuan Yesus dengan Bapa adalah sumber perutusan-Nya. Dalam doa dan karyanya, Yesus menyerahkan diri sepenuhnya kepada rencana Bapa yakni menyelamatkan umat manusia yang oleh karena dosa, sudah tidak mampu menjadi anak Allah atas dayanya sendiri (Konstitusi PRR, 1987: 24).

Para suster sebagai seorang utusan, Yesus Kristus menjadi pusat hidup dan sumber kekuatan dalam menjalankan tugas perutusan. Roh Kudus menjadi kepenuhan Yesus dalam melaksanakan kehendak Bapa. Maka Roh Kristuslah yang memampukan para Suster PRR untuk mencintai Allah dan melaksanakan kehendak-Nya. Karena itu hendaklah hidup para Suster PRR semakin meresap dalam Allah, agar dapat merasakan gerakan Roh-Nya dalam kesibukan karya dan pelayanan di tengah umat (Konstitusi PRR, 1987: 25).

B. Tradisi-tradisi Kongregasi PRR Sehubungan dengan Perayaan Ekaristi Bagi Para Suster yang Berada di Wilayah Jawa

(37)

Seluruh hidup doa para Suster berpola kepada seluruh sikap hidup doa Yesus. Kurban Ekaristi yang dilanjutkan dalam doa-doa komunitas dan pelayanannya, menolong para Suster untuk hidup dalam hubungan lebih dekat dengan Kristus. Doa-doa komunitas, disusun sesuai dengan spiritualitas Kongregasi dan kebiasaan-kebiasaan di daerah dimana para Suster berkarya. Kesempatan diberi untuk lebih kreatif menyusun bentuk-bentuk doa yang lebih baik (Konstitusi PRR,1987: 173). Adapun suasana tradisi hidup doa para Suster yang berkarya di setiap komunitas.

1. Komunitas Yogyakarta

a. Komunitas Magnificat Yogyakarta didirikan oleh Kongregasi pada tanggal 1 Juli 1981, sebagai salah satu komunitas studi, yang berada di keuskupan Agung Semarang Yogyakarta. Jumlah anggota pada tahun 2009 ada 17 orang. Para Suster yang tinggal dan hidup dalam komunitas ini adalah Suster student dari berbagai jurusan seperti: katekis, konseling, sekretaris, kesehatan, ekonomi, yang dipersiapkan oleh Kongregasi demi perkembangan hidup dan masa depan Kongregasi selanjutnya.

b. Tradisi hidup doa dalam komunitas

Komunitas Yogyakarta sebagai komunitas studi, mempunyai kegiatan dan jadwal doa seperti:

(38)

Sore: Sharing konstitusi.

2) Selasa; Pagi: Ofisi bersama, renungan Kitab Suci dengan bacaan Injil pada hari yang bersangkutan, meditasi dan perayaan Ekaristi. Siang : jam tiga berdoa rosario.

Sore : Ofisi dan refleksi bersama.

3) Rabu: Seluruh hari dijadikan sebagai hari doa privat oleh komunitas dimana para suster mencari waktu untuk berdoa, tetapi pada sore hari dirayakan Ekaristi komunitas.

4) Kamis; Pagi : Ofisi bersama, renungan Kitab Suci, meditasi dan perayaan Ekaristi di gereja bersama umat.

Siang : Jam tiga berdoa rosario.

Sore : Adorasi bersama umat di gereja. 5) Jumat; Pagi : Ofisi , renungan Kitab Suci, meditasi. Siang : Berdoa rosario.

Sore : Jalan salib, perayaan Ekaristi.

6) Sabtu; Pagi : Ofisi , renungan Kitab Suci, meditasi. Sore : Doa rosario, ofisi.

7) Minggu; Pagi : Ofisi , renungan Kitab Suci, meditasi. Siang : Ibadat siang.

Sore : Adorasi.

c. Situasi Perayaan Ekaristi dalam Komunitas

(39)

rohani para anggotanya yang telah disepakati bersama oleh seluruh anggota komunitas termasuk perayaan Ekaristi sebagai salah satu bentuk kegiatan rohani untuk mendukung perkembangan hidup rohani para suster, dirayakan empat kali seminggu yaitu pada hari Senin, Selasa, Rabu dan Jumat sedangkan pada hari Kamis pagi perayaan Ekaristi bersama umat di gereja. Dengan suasana perayaan Ekaristi para suster diharapkan mampu mengalami kekuatan rohani untuk bisa menjalankan tugas dan karya pelayanan yang dipercayakan oleh Kongregasi sebagai suster student.

2. Komunitas Cimanggis

a. Komunitas St. Fransiskus Asisi Cimanggis didirikan oleh Kongregasi, pada tanggal 1 Nopember 2001, sebagai salah satu komunitas karya, yang berada di Keuskupan Bogor. Jumlah anggota pada tahun 2009 ada 14 orang. Para suster yang tinggal dan hidup dalam komunitas ini menangani berbagai macam karya antara lain: Misi Prokur, karya sosial, pastoral, pendidikan, study, usaha pembuatan lilin, rosario, batu hitam dan kebun.

b. Tradisi hidup doa dalam komunitas

Komunitas Cimanggis sebagai komunitas karya, mempunyai kegiatan dan jadwal doa yang tetap, seperti;

1) Senin; Pagi : Ofisi bersama, renungan konstitusi , meditasi,berdoa rosario. Siang: Ibadat siang, jam tiga berdoa rosario.

(40)

2) Selasa; Pagi: Ofisi bersama, renungan Kitab Suci , meditasi, berdoa rosario.

Siang: Ibadat siang, jam tiga berdoa rosario. Sore: Berdoa rosario, ofisi dan refleksi bersama.

3) Rabu: Seluruh hari dijadikan sebagai hari doa privat oleh komunitas dimana para suster mencari waktu untuk berdoa, tetapi pada sore

hari dirayakan Ekaristi komunitas.

4) Kamis; Pagi: Ofisi bersama, renungan Kitab Suci, meditasi dan perayaan Ekaristi di gereja bersama umat.

Siang : Jam tiga berdoa rosario. Sore : Adorasi

5) Jumat; Pagi : Ofisi , renungan Kitab Suci, meditasi. Siang : Ibadat siang, jam tiga berdoa rosario. Sore : Jalan salib, ibadat penutup.

6) Sabtu; Pagi : Ofisi Maria, renungan Kitab Suci, meditasi. Sore : Doa rosario, ibadat meriah.

7) Minggu; Pagi : Ofisi , renungan Kitab Suci, meditasi, Ekaristi. Siang : Ibadat siang.

Sore : Adorasi.

c. Situasi Perayaan Ekaristi dalam Komunitas.

(41)

disepakati bersama oleh seluruh anggota komunitas. Dari seluruh kegiatan rohani komunitas, perayaan Ekaristi menjadi salah satu kegiatan rohani yang cukup diperhatikan oleh seluruh anggota komunitas karena melalui perayaan Ekaristi para Suster dikuatkan melalui makanan rohani tubuh dan darah Kristus sebagai kekuatan dalam menjalankan tugas pelayanan. Perayaan Ekaristi komunitas terjadi pada hari Sabtu pagi bersama umat, sedangkan hari Senin sampai Jumat, Ekaristi dirayakan di gereja bersama umat.

3. Komunitas Cijantung

a. Komunitas Nasaret Cijantung didirikan pada tanggal 2 Januari 1985, sebagai salah satu komunitas karya yang berada di Keuskupan Agung Jakarta. Dengan jumlah anggota pada tahun 2009 ada 6 orang. Para suster berkarya di bidang pendidikan, panti asuhan, pastoral paroki dan usaha pembuatan hosti.

b. Tradisi hidup doa dalam Komunitas

Komunitas Cijantung sebagai komunitas karya, mempunyai jadwal doa yang seperti;

1) Senin; Pagi : Ofisi bersama, renungan konstitusi Kongregasi, meditasi, Siang : Jam tiga berdoa rosario.

Sore : Sharing konstitusi.

2) Selasa; Pagi : Ofisi bersama, renungan Kitab Suci , meditasi . Siang : Jam tiga berdoa rosario.

(42)

3) Rabu: Seluruh hari dijadikan sebagai hari doa privat oleh komunitas dimana para suster mencari waktu untuk berdoa.

4) Kamis; Pagi : Ofisi bersama, renungan Kitab Suci, meditasi. Siang : Jam tiga berdoa rosario.

Sore : Adorasi umat di gereja.

5) Jumat; Pagi : Ofisi , renungan Kitab Suci, meditasi, perayaan Ekaristi. Siang : Berdoa rosario.

Sore : Jalan salib, refleksi, ibadat penutup. 6) Sabtu; Pagi : Ofisi , renungan Kitab Suci, meditasi.

Sore : Doa rosario, ibadat meriah.

7) Minggu; Pagi : Ofisi , renungan Kitab Suci, meditasi. Siang : Ibadat siang.

Sore : Adorasi.

c. Situasi Perayaan Ekaristi dalam Komunitas.

Ekaristi dirayakan dalam komunitas satu kali seminggu pada hari Jumat pagi bersama umat sedangkan hari –hari lain perayaan Ekaristi bersama umat di gereja.

4. Komunitas Pademangan

(43)

berada di Keuskupan Jakarta. Jumlah anggotanya 3 orang. Para suster berkarya di bidang pendidikan, pastoral paroki, karya sosial, dan juga studi. b. Tradisi hidup doa dalam Komunitas

Komunitas Hati Kudus Yesus dan Maria Pademangan sebagai komunitas karya, mempunyai kegiatan dan jadwal doa seperti;

1) Senin; Pagi : Ofisi bersama, renungan onstitusi Kongregasi, meditasi. Siang : Jam tiga berdoa rosario.

Sore : Sharing konstitusi.

1) Selasa; Pagi : Ofisi bersama, renungan Kitab Suci dengan bacaan Injil pada hari yang bersangkutan, meditasi dan perayaan Ekaristi. Siang : Jam tiga berdoa rosario.

Sore : Ofisi dan refleksi bersama.

2) Rabu: Seluruh hari dijadikan sebagai hari doa privat oleh komunitas dimana para suster mencari waktu untuk berdoa, tetapi pada sore hari dirayakan Ekaristi komunitas.

3) Kamis; Pagi: Ofisi bersama, renungan Kitab Suci, meditasi dan perayaan Ekaristi di Gereja bersama umat.

Siang : Jam tiga berdoa rosario. Sore : Adorasi .

4) Jumat; Pagi : Ofisi , renungan Kitab Suci, meditasi, perayaan Ekaristi. Siang : Berdoa rosario.

Sore : Jalan salib.

(44)

Sore : Doa rosario, ibadat meriah.

6) Minggu; Pagi : Ofisi , renungan Kitab Suci, meditasi perayaan Ekaristi. Siang : Ibadat siang.

Sore : Adorasi.

c. Suasana Perayaan Ekaristi dalam Komunitas.

Ekaristi dalam komunitas dirayakan pada hari Selasa pagi sedangkan pada hari lain dirayakan Ekaristi di gereja bersama umat.

5. Komunitas Surabaya

a. Komunitas St. Maria Bintang laut Surabaya didirikan oleh Kongregasi, pada tanggal 27 juli 1984, sebagai komunitas karya, yang berada di keuskupan Surabaya dengan jumlah anggota pada tahun 2009 4 orang. Para Suster berkarya di bidang pendidikan, pastoral paroki, karya sosial, dan studi.

b. Tradisi hidup doa dalam Komunitas

Komunitas St. Maria Bintang Laut Surabaya sebagai komunitas karya, mempunyai kegiatan dan jadwal doa seperti:

1) Senin; Pagi : Ofisi bersama, renungan konstitusi Kongregasi, meditasi, perayaan Ekaristi.

Siang : Jam tiga berdoa rosario. Sore : Sharing konstitusi.

(45)

Siang : Jam tiga berdoa rosario. Sore : Ofisi dan refleksi bersama.

3) Rabu: Seluruh hari dijadikan sebagai hari doa privat oleh komunitas dimana para suster mencari waktu untuk berdoa, tetapi pada sore hari dirayakan Ekaristi komunitas.

4) Kamis; Pagi: Ofisi bersama, renungan Kitab Suci, meditasi dan perayaan Ekaristi di gereja bersama umat.

Siang : Jam tiga berdoa rosario. Sore : Adorasi.

5) Jumat; Pagi : Ofisi, renungan Kitab Suci, meditasi, perayaan Ekaristi. Siang : Berdoa rosario.

Sore : Jalan salib.

6) Sabtu; Pagi : Ofisi, renungan Kitab Suci, meditasi, perayaan Ekaristi Sore : Doa rosario, ibadat meriah.

7) Minggu; Pagi : Ofisi, renungan Kitab Suci, meditasi perayaan Ekaristi. Siang : Ibadat siang.

Sore : Adorasi.

c. Suasana Perayaan Ekaristi dalam komunitas

(46)

PARA SUSTER PUTERI REINHA ROSARI

Dengan melihat kenyataan yang terjadi disetiap komunitas tentang bagaimana penghayatan para suster dalam mengikuti perayaan Ekaristi dirasa bahwa perayaan Ekaristi sebagai kekuatan iman, perayaan keselamatan yang sungguh memampukan setiap anggota mengalami kekuatan rohani karena persatuan dengan Yesus sendiri melalui perayaan Ekaristi. Sebagai seorang religius, para suster menghayati Ekaristi sebagai kekuatan untuk menjalankan seluruh hidup dan kegiatan sepanjang hari dalam tugas perutusan. Perayaan Ekaristi menjadi makanan rohani yang memberi kekuatan, kedamaian serta kesanggupan dalam menjalani hidup sebagai seorang religius dan bahkan Perayaan Ekaristi mampu memberi inspirasi baru dalam pelayanan (Nouwen, 2008:157). Namun disatu pihak para suster juga terkadang mengalami kejenuhan dalam mengikuti perayaan Ekaristi, terkadang dirasa sebagai sebuah rutinitas juga diakibatkan dengan banyaknya tugas atau beban yang harus diselesaikan pada hari itu. Dengan situasi nyata yang dialami yang dialami oleh para suster disetiap komunitas, maka sungguh diharap untuk semakin mampu memahami makna Ekaristi dalam pergulatan hidup harian, dimana Ekaristi sebagai perayaan keselamatan mampu memberi kekuatan baru serta kegembiraan dalam menjalani panggilan sebagai seorang religius.

(47)

ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15: 5). Hanya jika menyatu dengan pokok, ranting akan hidup dan akhirnya dapat menghasilkan buah. Tanpa bersatu dengan pokok itu, ranting akan kering dan mati tanpa menghasilkan sesuatu. Gambaran hidup membiara menunjukkan bahwa kesatuan dengan Tuhan secara pribadi menjadi sangat penting karena kesatuan itulah yang menghidupkan panggilan seseorang. Tanpa relasi dengan Yesus sebagai pokok anggur akan mengalami kekeringan dalam hidup panggilan. Relasi pribadi dengan Yesus itu dapat dipupuk dengan bermacam-macam cara seperti melakukan karya kerasulan, menerima Sakramen, melakukan ibadat, sharing pengalaman iman, membaca dan mendengarkan sabda Tuhan, hidup dalam kasih, berdoa bersama maupun doa pribadi, tapa dan matiraga (Suparno, 2007: 177).

Dalam pembahasan ini penulis akan mengemukakan lima bagian yang terdiri dari: perayaan Ekaristi sebagai liturgi yang pokok, hasil penelitan, peningkatan hidup rohani melalui perayaan Ekaristi, tantangan-tantangan dalam mengikuti perayaan Ekaristi, serta upaya-upaya meningkatkan hidup rohani .

C. Perayaan Ekaristi Sebagai Liturgi Yang Pokok 1. Ekaristi dalam Kitab Suci

(48)

dan membangkitkan orang mati, tetapi juga dalam makan bersama Yesus dengan orang berdosa (Mrk 2: 16-19). Dengan perjamuan makan bersama orang-orang berdosa, Yesus mau menampilkan makna kedatangan dan kehadiran Allah yang berbelas kasih. Kedatangan kerajaan Allah menunjuk pada datangnya keselamatan yang merangkul semua orang, teristimewa mereka yang hilang dan berdosa. Kebersamaan Yesus dengan orang-orang berdosa mengungkapkan kehendak Allah yang mau menyelamatkan (Mat 9: 13; Mrk 2: 17; Luk 5: 32) sebab Yesus datang pertama-pertama untuk mencari dan memanggil orang berdosa (Martasudjita, 2005: 25).

b. Perjamuan malam terakhir

Perjamuan Paskah Yahudi merupakan suatu upacara mengenangkan dan merayakan perbuatan besar Allah terhadap bangsa-Nya yaitu bangsa Israel maka perjamuan Paskah Yahudi merupakan suatu upacara syukur agung atas karya penyelamatan Allah sehingga orang Yahudi sungguh menghargai perayaan itu untuk memperingati pembebasan mereka dari Negeri Mesir (Bakker, 1988: 60).

(49)

c. Perjamuan dengan Yesus yang Bangkit (Luk 24:13-35).

Setelah bangkit Yesus kembali mengadakan makan bersama dengan para murid-Nya. Dalam perjamuan itulah Yesus mengungkapkan bahwa Ekaristi merupakan kebersamaan dengan Tuhan yang bangkit. “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Daku” (Luk 22: 19) disini nanpak bahwa Yesus menjadi pusat dalam Ekaristi, Yesus hadir dengan seluruh misteri hidup dan kematian-Nya serta kemuliaan-Nya. “Peringatan akan Daku” mengarah kepada peringatan akan wafat dan kebangkitan-Nya. Suatu peringatan penuh syukur kepada Allah melalui Putra-Nya yang bangkit.

2. Ekaristi berdasarkan pandangan Bapa-bapa Gereja

Istilah “Ekaristi“ berasal dari bahasa Yunani “eucharistia” yang berarti ucapan syukur. Kata eucharistia adalah sebuah kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa Yunani eucharistein yang berarti memuji, mengucap bersyukur. Istilah Ekaristi menunjuk pada isi dari apa yang dirayakan dalam seluruh perayaan Ekaristi, mau mengungkapkan pujian syukur atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus, sebagaimana berpuncak dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus (Martasudjita, 2003: 28).

(50)

telah mempersembahkan diri dalam roti dan anggur Ekaristi (Martasudjita, 2005: 249).

Dalam ajaran Santo Yustinus Martir (sekitar tahun 165) memandang Ekaristi sebagai suatu ibadah atau Liturgi Kristiani. Bagi Yustinus Ekaristi adalah kurban rohani sebab Ekaristi merupakan doa yang benar dan pujian syukur yang tepat. Ekaristi sebagai pujian syukur merupakan kurban kepada Allah, kenangan akan penderitaan Yesus, akan penciptaan dan penebusan. Yustinus yakin bahwa santapan Ekaristi adalah tubuh dan darah Yesus Kristus sendiri (Martasudjita, 2005: 249).

Menurut Santo Ireneus Lyon (sekitar tahun 202), Ekaristi pertama-tama adalah kurban pujian syukur. Dalam Ekaristi diungkapkan pujian syukur atas penciptaan, dan atas penebusan Yesus Kristus. Tujuan makanan Ekaristi adalah penyampaian Sang Logos. Artinya dengan menerima santapan Ekaristi orang disatukan dalam kebersamaan abadi dengan Yesus Kristus (Martasudjita, 2005: 250-251).

3. Ekaristi menurut ajaran Konsili Vatikan II a. Dimensi Kristologis

(51)

undangan Yesus di ruang perjamuan “terimalah dan makanlah, minumlah” (Mat, 26:26-27) masuk dalam persekutuan sakramental bersama Putra Allah yang dikurbankan demi keselamatan umat manusia, maka perayaan Ekaristi menjadi kenangan kurban salib Kristus secara sakramental dalam tindakan liturgis Gereja (EE, 21).

Konsili Vatikan ke II memberi gambaran tentang perayaan Ekaristi yang berhubungan erat dengan pribadi Yesus Kristus. Dimana “Ekaristi ditetapkan oleh Yesus sebagai kenangan akan diri-Nya yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan-Nya” di atas kayu salib. Apa yang dirayakan oleh Gereja saat ini sebagai kenangan akan karya penyelamatan Allah melalui Putra-Nya Yesus Kristus kepada umat manusia dihadirkan kembali yakni wafat dan kebangkitan-Nya melalui perayaan Ekaristi (SC, 6).

Ada beberapa hal yang berhubungan dengan dimensi kristologis berkaitan dengan perayaan Ekaristi, yakni:

1) Ekaristi sebagai Kurban

Konsili Vatikat II menjelaskan ajaranya mengenai Ekaristi sebagai kurban dalam SC 47:

Pada perjamuan terakhir, pada malam ia diserahkan, penyelamat kita mengadakan kurban Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya. Dengan demikian, Ia mengabadikan kurban salib untuk selamanya, dan mempercayakan kepada Gereja mempelai-Nya yang terkasih kenangan Wafat dan kebangkitan-Nya: Sakramen cinta kasih, lambang kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan Paskah. Dalam perjamuan itu Kristus disambut, jiwa dipenuhi rahmat, dan kita dikurniai jaminan kemuliaan yang akan datang.

(52)

kurban Ekaristi tubuh dan darah-Nya. Yesus tidak hanya menegaskan pemberian tubuh dan darah-Nya untuk dimakan dan diminum tetapi lebih dari itu Yesus mau mengungkapkan makna pengurbanan diri-Nya di atas kayu salib. “Kurban” bukanlah penyembelian tetapi penyerahan diri Yesus pada Bapa-Nya demi keselamatan umat manusia. (EE,12-13).

Dalam perayaan Ekaristi umat mengadakan kurban persembahan yang melambangkan penyerahan diri Yesus. Yesus telah mengurbankan diri-Nya dengan wafat di atas kayu salib, dan sebelum wafat-Nya, Yesus mengadakan makan bersama dengan para murid-Nya pada peristiwa perjamuan malam terakhir. Hidup Yesus sendiri adalah kurban yang dipersembahkan dengan darah di kayu salib. Melalui peristiwa pada perjamuan terakhir, Yesus melakukan suatu tindakan kenabian, sebab dalam perayaan Ekaristi Yesus mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban. Kurban Yesus saat sekarang dihadirkan atau dipersembahkan sebagai kurban syukur oleh Gereja melalui perayaan Ekaristi (Bakker,1988: 66).

(53)

2) Ekaristi sebagai Sakramen

Kata “Sakramen “dari bahasa Latin dengan asal kata “sacrare” artinya “menguduskan” atau “menyucikan”. Melalui sakramen Yesus menguduskan manusia, umat-Nya dimana oleh Gereja dinamakan sebagai perbuatan sakramental, maka melalui sakramen terjadi pengudusan atau penyucian secara rohani bagi hidup umat beriman. Sakramen dilihat sebagai sesuatu yang mendatangkan rahmat bagi umat beriman melalui wujud yang nyata. Maka untuk melaksanakan pemberian rahmat pengudusan, Yesus menggunakan air, minyak, roti dan anggur sebagai sarana pengudusan atau penyucian hidup umat manusia dalam tanda sakramen. Maka sakramen disebut tanda atau perbuatan simbolis yang menyatakan apa yang tidak kelihatan namun dibuat oleh Yesus dalam karya penyelamatan-Nya. Tanda merupakan suatu bagian dari seluruh perbuatan karya keselamatan Allah dalam diri Yesus kepada umat-Nya (Bakker,1988: 24).

Konsili Vatikan ke II dalam SC 59 menyatakan bahwa:

Sakramen-saktramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun Tubuh Kristus, dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah. Sebagai tanda Sakramen juga dimaksudkan untuk mendidik. Sakramen tidak hanya mengandaikan iman, melainkan juga memupuk, meneguhkan dan mengungkapkan dengan kata-kata dan benda. Maka juga disebut Sakramen iman. Memang Sakramen memperoleh rahmat, tetapi perayaan Sakramen itu sendiri juga dengan amat baik menyiapkan kaum beriman untuk menerima rahmat itu yang membuahkan hasil nyata, untuk menyembah Allah secara benar, dan untuk mengamalkan cintakasih.

(54)

“Kristus mempercayakan kepada Gereja, mempelai-Nya yang terkasih, kenangan, wafat dan kebangkitan-Nya: Sakramen cinta kasih, lambang kesatuan ikatan cinta kasih “.

3) Ekaristi sebagai Perjamuan

Perayaan Ekaristi disebut sebagai perjamuan, karena dalam perjamuan terakhir yang dibuat Yesus bersama para murid-Nya, dimana Yesus menyerahkan diri-Nya untuk dimakan dan diminum oleh para murid-Nya dalam wujud roti dan anggur. Dalam kehidupan sebagai manusia, makan dan minum adalah suatu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh setiap orang untuk bisa bertahan dalam hidup. Maka perjamuan makan dan minum menjadi suatu unsur pokok yang diperjuangkan oleh setiap orang.

(55)

dengan sesama umat beriman yang hadir dalam perjamuan Ekaristi. Perayaan Ekaristi merupakan kenangan akan karya keselamatan Allah yang memuncak pada misteri Paskah (Martasudjita, 2003: 295).

b. Dimensi Eklesiologi

Dimensi eklesiologi yang berasal dari kata Yunani “ekkleo” artinya memanggil adalah suatu ajaran teologi yang berkaitan dengan Gereja. Umat katolik mengimani Gereja sebagai karya Roh Kudus yang menjadi perantara umat untuk dapat semakin dekat dengan Yesus Kristus. Gereja melaksanakan perintah Yesus sehingga dapat mengungkapkan imannya melalui perayaan Ekaristi. Beberapa dimensi eklesiologi tentang Ekaristi:

1) Ekaristi sebagai sarana kebersamaan.

Ekaristi adalah bagian dari perayaan Gereja yang sangat dihormati dan diagungkan oleh umat katolik karena perayaan Ekaristi dalam Gereja merupakan perayaan yang suci. Dalam SC 26 menyatakan bahwa:

Upacara- upacara liturgi bukanlah tindakan perorangan, melainkan perayaan Gereja sebagai sakramen kesatuan, yakni umat kudus berhimpun dan diatur di bawah uskup. Maka, upacara-upacara itu menyangkut seluruh tubuh Gereja dan menampakkan serta mempengaruhinya; sedangkan masing-masing anggota disentuhnya secara berlain-lainan, menurut keanekaan tingkatan, tugas serta keikutsertaan aktual mereka.

(56)

umat berkumpul untuk merayakan perayaan Ekaristi, serta mampu mengungkapkan imannya dan bersyukur atas penebusan Tuhan yang telah dialami dalam kehidupan setiap hari.

Gereja sebagai umat Allah yang berkumpul untuk merayakan perayaan Ekaristi juga diharapkan untuk ikut ambil bagian secara penuh dalam perayaan Ekaristi. Konsili Vatikan ke II dalam SC 48 menegaskan bahwa :

Gereja dengan susah payah berusaha, jangan sampai umat beriman menghadiri misteri iman itu sebagai orang luar atau penonton yang bisu, melainkan supaya melalui upacara dan doa memahami misteri itu dengan baik, dan ikut-serta penuh hikmat dan secara aktif. Hendaknya mereka rela diajar oleh sabda Allah, disegarkan oleh santapan Tubuh Tuhan, bersyukur kepada Allah. Hendaknya sambil mempersembahkan hosti yang tak bernoda bukan saja melalui tangan imam melainkan juga bersama dengannya, mereka belajar mempersembahkan diri, dan dari hari ke hari berkat perantaraan Kristus makin penuh dipersatukan dengan Allah dan antar mereka sendiri, sehingga akhirnya Allah menjadi segalanya.

Umat diharapkan berpartisipasi dalam seluruh perayaan Ekaristi sejak awal persiapan hingga akhir perayaan, maka melalui kehadiran dan keikutsertaan dalam seluruh bagian perayaan Ekaristi umat terlibat aktif dalam seluruh bagian perayaan Ekaristi karena perayaan Ekaristi merupakan satu kesatuan yang harus diikuti oleh seluruh umat. Seperti apa dikatakan dalam PUMR 35 bahwa: “ Aklamasi dan jawaban-jawaban umat beriman terhadap salam dan doa-doa imam menciptakan tingkat partisipasi aktif yang harus ditunjukkan umat dalam setiap perayaan Ekaristi”.

2) Ekaristi sebagai Sumber dan Puncak kehidupan Gereja

(57)

Ekaristi tidak hanya sebagai puncak seluruh liturgi Gereja, tetapi juga menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja, dimana umat beriman mengalami persatuan dengan Allah melalui Ekaristi.

Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan Gereja, dalam SC 10 dikatakan bahwa:

Liturgi merupakan puncak yang dituju oleh Gereja, dan serta merta sumber segala daya-kekuatannya. Sebab usaha-usaha kerasulan mempunyai tujuan ini: supaya semua orang melalui iman dan Baptis menjadi putera-putera Allah, berhimpun menjadi satu, meluhurkan Allah di tengah Gereja, ikut serta dalam kurban, dan menyantap perjamuan Tuhan. Mendorong umat beriman, supaya sesudah dipuaskan dengan ‘ Sakramen-sakramen paska” menjadi sehati sejiwa dalam kasih, berdoa supaya mereka mengamalkan dalam hidup sehari-hari apa yang mereka peroleh dalam iman. Adapun pembaharuan perjanjian Tuhan dengan manusia dalam Ekaristi menarik dan mengobarkan umat beriman dalam cintakasih Kristus yang membara. Jadi dari liturgi, terutama dari Ekaristi, bagaikan dari sumber, mengalirlah rahmat kepada kita, dan dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan pemuliaan Allah dalam Kristus, tujuan semua karya Gereja lainya.

Ekaristi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat sehari-hari, karena melalui perayaan Ekaristi umat memperoleh kekuatan rohani dan memohon rahmat dari Allah untuk dimampukan dalam menjalani kehidupan. Dari perayaan Ekaristi itulah mengalir kekuatan yang menjiwai dan menggerakkan seluruh hidup orang kristiani untuk mengarungi suka duka kehidupannya.

c. Dimensi Eskatologis.

(58)

datang, atau peristiwa akhir zaman, seperti apa yang telah dijanjikan oleh Yesus sendiri tentang keselamatan yang akan datang.

Perayaan Ekaristi merupakan perayaan perjamuan surgawi, perjamuan eskatologis seperti apa yang dikatakan Yesus dalam injil Yohanes “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak manusia dan minum darah-Nya kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman“ (Yoh 6: 53-54). Allah telah memberikan diri-Nya dengan perantaraan Putra-Nya Yesus Kristus demi keselamatan umat manusia sampai akhir zaman. Sehingga melalui perayaan Ekaristi menghantar umat manusia untuk semakin menghayati imannya akan Yesus Kristus.

(59)

4. Makna Ekaristi

Perayaan Ekaristi merupakan perayaan iman. Dalam perayaan umat mengungkapkan imannya atas kebaikan Allah yang telah menyelamat manusia melalui PuteraNya Yesus Kristus. Inti pokok perayaan Ekaristi adalah ungkapan syukur yang diungkapkan dalam bentuk sebuah perayaan. Sesuai dengan arti Ekaristi itu sendiri yang berasal dari bahasa Yunani “ eucharista” yang ungkapan puji syukur. Kata ini mau menekankan makna Ekaristi sebagai ungkapan syukur atas karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus. (Martasudjita, 2003 : 269).

Konsili Vatikan II dalam SC 7 menyatakan bahwa:

Liturgi dipandang bagaikan pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus; di situ pengudusan manusia dilambangkan dengan tanda-tanda lahir serta dilaksanakan dengan cara yang khas bagi masing-masing; di situ pula dilaksanakan ibadat umum yang seutuhnya oleh Tubuh mistik Yesus Kristus, yakni kepala beserta para anggota-Nya. Oleh karena itu setiap perayaan liturgis, sebagai karya Kristus sang Imam serta tubuh-Nya yakni Gereja, merupakan kegiatan suci yang sangat istimewa.

Perayaan Ekaristi merupakan perayaan syukur Gereja. Dalam perayaan Ekaristi, umat mensyukuri karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus, yakni terutama dalam peristiwa wafat dan kebangkitan-Nya. Maka seluruh doa dalam perayaan Ekaristi itu dialamatkan kepada Allah Bapa. Ungkapan Syukur nampak dalam doa Syukur Agung, ungkapan syukur itu terus mewarnai seluruh doa syukur Agung, yakni atas karya kasih dan kebaikan Allah yang tampak dalam diri Putra-Nya Yesus Kristus yang menebus dan

(60)

5. Tata Perayaan Ekaristi.

a. Ritus Pembuka • Perarakan (nyanyian pembuka)

• Tanda salib

• Salam

• Pengantar

• Tobat

• Kyrie

• Kemuliaan

• Doa Pembukaan b. Liturgi Sabda • Bacaan Pertama

• Mazmur Tanggapan

• Bacaan Kedua

• Bait Pengantar Injil / Alleluia

• Bacaan Injil

• Homili

• Syahadat /Aku percaya.

• Doa Umat.

c. Liturgi Ekaristi 1. Persiapan persembahan.

• Kolekte.

• Perarakan persembahan diiringi lagu persembahan

• Doa persembahan 2. Doa Syukur Agung .

• Prefasi

• Kudus.

• Doa sebelum konsekrasi

• Konsekrasi

• Anamnesis

• Doa sesudah konsekrasi

• Doksologi 3. Komuni

• Bapa Kami

• Embolisme

• Doa Damai

• Salam damai.

• Pemecahan Roti diiringi lagu Anak Domba Allah

• Persiapan Komuni

• Komuni

• Saat Hening atau madah syukur

(61)

d. Ritus Penutup • Pengumuman

• Berkat Penutup

• Pengutusan

• Lagu penutup.

6. Bagian-bagian Pokok dalam Perayaan Ekaristi

Perayaan Ekaristi terdiri atas dua bagian pokok, liturgi sabda dan liturgi Ekaristi. Dua bagian pokok itu diapit oleh ritus pembuka sebagai bagian yang mempersiapkan dan ritus penutup sebagai bagian yang menutup seluruh rangkaian perayaan Ekaristi (Martasudjita, 2005; 116).

a. Ritus pembuka

PUMR 46: menjelaskan bahwa Ritus pembuka meliputi bagian-bagian yang mendahului Liturgi sabda, yaitu perarakan masuk, salam, kata pengantar, pernyataan tobat, Tuhan kasihanilah kami, kemuliaan dan doa pembuka; semua bagian ini memiliki ciri khas sebagai pembuka, pengantar dan persiapan.

(62)

1) Perarakan masuk (nyanyian pembukaan)

Perayaan Ekaristi diawali dengan perarakan masuk, imam dan para pelayan lainya berarak masuk menuju ruang altar, menggabungkan diri dengan umat yang sudah berhimpun untuk bersama merayakan perayaan Ekaristi dengan diiringi lagu pembuka. Adapun fungsi dari lagu pembuka antara lain: mengiringi perarakan para petugas liturgi memasuki ruang ibadat, membina persekutuan umat yang sudah berhimpun sehingga seluruh umat diharapkan ikut ambil bagian dalam memuji Tuhan, dan menghantar umat untuk memasuki misteri keselamatan yang akan dirayakan (Ernest, 2008: 15).

2) Tanda salib

(63)

3) Tobat - Kyrie

Ritus tobat berupa saat dimana umat beriman menyampaikan penyesalan dan pertobatan atas dosa dan pelanggaran yang telah dilakukannya kepada Tuhan dan sesama. Penyesalan dan tobat yang dilakukan umat sungguh merupakan tobat yang sejati mengalir dari kedalaman hati atas sebuah kesadaran yang penuh, menyadari, menyesali dan mengakui dosa-dosa di hadapan Allah dan sesama sebagai tanggapan atas kasih dan kebaikan Allah yang telah di alami (Marsudjita, 2005: 128).

Dalam doa tobat umat beriman bersama-sama menyerahkan diri kepada Allah, membuka hati untuk menerima rahmat pengampunan dari Allah maka Allah mempersatukan kembali mereka yang masih tercerai berai, memperdamaikan yang masih bermusuhan sehingga melalui rahmat pengampunan dari Allah terjalin kembali relasi yang putus antara Allah dan manusia dan antar sesama manusia (Prier, 1988: 18).

Maka pada bagian ini, dalam suasana hening para suster perlu menggunakan kesempatan untuk melihat diri, memeriksa batin dan menemukan diri sebagai orang berdosa sambil melihat hubungan dengan orang lain, kesetiaan akan panggilan dan tugas perutusan sehingga dengan itu suasana tobat mampu membawa pembaharuan dalam diri, untuk semakin berkembang dalam cinta kepada Allah dan kepada sesama.

4) Kemuliaan

(64)

di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya“ (Luk, 2: 14). Madah kemuliaan dilagukan oleh seluruh umat yang berhimpun dalam perayaan Ekaristi atas dorongan Roh Kudus. Dalam PUMR 53, menyatakan; “Kemuliaan dibuka oleh imam atau lebih cocok oleh solis atau koor, kemudian dilanjutkan oleh seluruh umat bersama-sama atau oleh paduan suara bersahut-sahutan, atau hanya oleh koor. Kalau tidak dilagukan, bisa juga dilafalkan oleh seluruh umat bersama-sama atau oleh dua kelompok umat secara bersahut-sahutan“ ( PUMR, 2002; 44 ).

Madah Kemulian khusus pada hari minggu sebagai peringatan akan hari Paskah karena Kristus bangkit pada hari pertama sesudah Sabat, namun kemuliaan ditiadakan selama masa Adven dan Prapaskah sebagai tanda tobat/atau persiapan hari raya. (Prier, 1988:8).

5) Doa pembuka

Doa pembuka merupakan doa yang menutup seluruh ritus pembuka. Dalam PUMR 54 menyatakan: imam mengajak umat untuk berdoa. Lalu semua yang hadir bersama dengan imam hening sejenak untuk menyadari kehadiran Tuhan, dan dalam hati mengungkapkan doanya masing-masing. Kemudian imam membawakan doa pembuka yang lasim disebut “collecta“ , yakni sebagai doa yang mempersatukan ujud dari masing-masing orang dan juga mengungkapkan inti perayaan liturgi hari yang bersangkutan ( PUMR, 2002: 44).

(65)

mengikutinya dalam dan menjadikan sebagai doa mereka sehingga pada akhir dari doa pembuka umat menjawab “Amin“.

b. Liturgi Sabda

Liturgi sabda diawali dengan pewartaan bacaan-bacaan dari Alkitab dan diakhiri dengan doa umat. Bacaan dan mazmur tanggapan merupakan bagian pokok dari liturgi sabda, karena dalam bacaan-bacaan itu Allah sendiri bersabda kepada umatnya, mengungkapkan misteri penebusan dan keselamatan serta memberikan makanan rohani kepada seluruh umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi sehingga umat diharapkan mendengarkan pada saat pewartaan sabda Allah (Martasudjita, 2005: 133).

Saat hening sesudah bacaan merupakan saat yang sangat diperlukan, dimana saat hening dengan bantuan roh kudus para suster dapat merenungkan, meresapkan sabda Allah dan membiarkan benih-benih sabda berkembang dan bertumbuh subur dalam hati sehingga dapat menghasilkan buah kehidupan. Para suster perlu menggunakan waktu hening itu dengan membuka diri dihadapan Allah supaya sabda yang didengarkan itu sungguh meresapi seluruh kehidupan.

1) Bacaan pertama

(66)

Bacaan pertama dipilih menurut tema injil, sehingga terungkap kesinambungan sejarah keselamatan Allah dari perjanjian lama berpuncak pada diri Yesus Kristus yang diwartakan dalam Injil (Martasudjita, 2005: 134).

Sesudah bacaan pertama dengan diakhiri “demikianlah sabda Tuhan” diadakan saat hening sejenak, supaya umat dapat merenungkan sebentar apa yang telah mereka dengarkan (PUMR:128). Dengan demikian dalam suasana hening umat dapat memberi kesempatan kepada “Roh Allah sendiri yang hadir melalui sabda-Nya untuk berkarya dalam diri kita” (Prier, 1982: 34). Saat hening sesudah bacaan pertama digunakan sebagai saat dimana memberi tempat atau ruang kerja bagi Roh Allah yang diimani kehadiran-Nya melalui sabda yang dibacakan sehingga umat dapat bertemu dengan Allah sendiri secara pribadi.

2) Mazmur Tanggapan

(67)

diri bukan asal diucapkan sehingga mampu menangkap maknanya (Martasudji, 2005: 135).

Dengan melihat peranan dari mazmur tanggapan yang cukup penting dalam perayaan Ekaristi maka para suster diharapkan mengambil kesempatan dengan baik untuk meresapkan sabda Tuhan melalui ayat-ayat mazmur yang dinyanyikan atau dibacakan, saat-saat hening merupakan saat paling baik untuk merenungkan sabda Tuhan, sehingga sabda itu dapat berbicara dalam kehidupan.

3) Bacaan kedua

Pada hari minggu dan hari raya disediakan bacaan kedua yang diambil dari perjanjian baru. Bacaan kedua tidak mempunyai hubungan dengan bacaan pertama dan bacaan injil dimana bacaan kedua dipilih bukan berdasarkan suatu tema, melainkan suatu Kitab dibacakan secara bersambung, bagian demi bagian. Dengan demikian umat dapat mendengar hampir seluruh isi Kitab Suci Perjanjian Baru. Hari-hari raya mempunyai bacaan tematis, berarti bacaan-bacaan dipilih sesuai tema Hari Raya yang bersangkutan termasuk masa Adven dan masa Prapaskah yang mempunyai bacaan khusus.

Bacaan kedua bertujuan untuk mewartakan iman akan Yesus Kristus dan berfungsi untuk mempersiapkan umat masuk pada puncak perayaan sabda yaitu bacaan injil, maka diharapkan dapat mendengarkan dengan baik dan mengikuti seluruh proses perayaan agar mampu menemukan Tuhan yang sedang berbicara lewat sabda-Nya (Lukasik, 1991: 39).

(68)

diberi kesempatan untuk hening sejenak dimana dalam dalam Misale Romawi cukup ditegaskan bahwa:

Liturgi Sabda haruslah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mendorong umat untuk merenung. Oleh karena itu, setiap bentuk ketergesa-gesaan yang dapat mengganggu permenungan harus sungguh dihindari. Selama Liturgi Sabda, sangat cocok disisipkan saat hening. Saat hening ini merupakan kesempatan bagi umat untuk meresapkan sabda Allah, dengan dukungan Roh Kudus, dan untuk menyiapkan jawaban dalam bentuk doa (PUMR: 56).

4) Bait pengantar Injil

Bait pengantar injil sebagai persiapan untuk mendengarkan bacaan injil yang akan diwartakan. Bait pengantar injil dipakai untuk mengiringi perarakan injil ke mimbar dan bermakna untuk mengungkapkan pujian atas kemuliaan Kristus yang akan hadir dan berbicara melalui injil yang dibacakan oleh imam. Maka hendaknya seluruh umat yang hadir ikut berperan aktif dalam menyanyikan bait pengantar injil dengan sikap berdir sebagai tanda kesiapsediaan untuk menyambut Tuhan Yesus yang akan bersabda dalam bacaan Injil.

5) Bacaan Injil

(69)

Pada semua hari minggu dan hari raya selalu ada tiga bacaan misa: bacaan pertama dari Perjanjian Lama, yang kedua dari Perjanjian Baru dan yang ketiga Injil. Tujuannya agar semua umat beriman dapat mendengarkan bacaan Kitab Suci secara keseluruhanya. Maka untuk hari minggu dan hari raya bacaan misa dibagikan menurut tahun A, B, dan C. Tahun A bacaan diambil dari Injil Matius, Tahun B diambil dari Injil Markus, dan Tahun C diambil dari Injil Lukas. Injil Yohanes digunakan untuk minggu-minggu terakhir Masa Prapaskah dan Paskah ( Martasudjita, 1998:70).

6) Homili

Homili berasal dari bahasa Yunani “homilia” yang mengandung arti; “percakapan” atau “komentar”. Homili merupakan pewartaan sabda Allah yang bertolak dari Kitab Suci, seorang Imam mengungkapkan atau mengsharingkan apa yang menjadi pengalaman pribadinya dan melihatnya dalam terang Kitab Suci. Dalam liturgi sabda homili, merupakan bagian penting. Konsili Vatikan ke II dalam SC 52 menegaskan bahwa:

Homili sebagai Liturgi sendiri sangat dianjurkan. Disitu hendaknya sepanjang tahun liturgi diuraikan misteri-misteri iman dan kaidah-kaidah hidup Kristiani berdasarkan teks Kitab Suci. Oleh karena itu dalam perayaan Ekaristi hari minggu dan hari raya wajib yang dihadiri umat homili jangan ditiadakan, kecuali bila ada alasan yang berat.

(70)

menemukan hubungan Sabda Allah dengan hidup konkretnya sehari-hari perlu diberi kesempatan untuk hening sehingga misteri iman itu sungguh diresapkan oleh setiap pribadi, seperti apa yang di

Gambar

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah total responden yang
Tabel 3: Peranan Ekaristi ( N=30)
Tabel 4: Hidup Rohani ( N=30)

Referensi

Dokumen terkait

Judul skripsi ini adalah PENGHAYATAN SPIRITUALITAS BEATA MARIA HELENA STOLLENWERK UNTUK MENINGKATKAN KESETIAAN HIDUP MEMBIARA PARA SUSTER MEDIOR SSpS PROVINSI MARIA BUNDA

Oleh karena itu, melalui pendalaman iman khusus orang tua penulis memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka membantu para orang tua agar semakin menyadari akan tugas dan