• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. MAKNA EKARISTI BAGI PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI

A. Perayaan Ekaristi Sebagai Liturgi Yang Pokok

1) Persiapan persembahan

• Kolekte.

• Perarakan persembahan diiringi lagu persembahan

• Doa persembahan 2. Doa Syukur Agung .

• Prefasi

• Kudus.

• Doa sebelum konsekrasi

• Konsekrasi

• Anamnesis

• Doa sesudah konsekrasi

• Doksologi 3. Komuni • Bapa Kami • Embolisme • Doa Damai • Salam damai.

• Pemecahan Roti diiringi lagu Anak Domba Allah

• Persiapan Komuni

• Komuni

• Saat Hening atau madah syukur

d. Ritus Penutup • Pengumuman

• Berkat Penutup

• Pengutusan

• Lagu penutup.

6. Bagian-bagian Pokok dalam Perayaan Ekaristi

Perayaan Ekaristi terdiri atas dua bagian pokok, liturgi sabda dan liturgi Ekaristi. Dua bagian pokok itu diapit oleh ritus pembuka sebagai bagian yang mempersiapkan dan ritus penutup sebagai bagian yang menutup seluruh rangkaian perayaan Ekaristi (Martasudjita, 2005; 116).

a. Ritus pembuka

PUMR 46: menjelaskan bahwa Ritus pembuka meliputi bagian-bagian yang mendahului Liturgi sabda, yaitu perarakan masuk, salam, kata pengantar, pernyataan tobat, Tuhan kasihanilah kami, kemuliaan dan doa pembuka; semua bagian ini memiliki ciri khas sebagai pembuka, pengantar dan persiapan.

Tujuan semua bagian itu untuk mempersatukan umat yang berhimpun dan mempersiapkan mereka, supaya dapat mendengarkan sabda Allah dengan penuh perhatian dan merayakan Ekaristi dengan layak. Maka sebelum perayaan Ekaristi dimulai para suster dianjurkan supaya hadir di dalam gereja atau kapel untuk mempersiapkan diri, berdoa secara pribadi, menciptakan suasana hening dalam diri agar sungguh menyadari kehadiran Tuhan dalam seluruh perayaan Ekaristi bersama dengan sesama saudari-suadari yang lain untuk semakin mengenal Tuhan, bersatu dengan-Nya dan bersatu dengan sesama yang lain dalam perayaan keselamatan.

1) Perarakan masuk (nyanyian pembukaan)

Perayaan Ekaristi diawali dengan perarakan masuk, imam dan para pelayan lainya berarak masuk menuju ruang altar, menggabungkan diri dengan umat yang sudah berhimpun untuk bersama merayakan perayaan Ekaristi dengan diiringi lagu pembuka. Adapun fungsi dari lagu pembuka antara lain: mengiringi perarakan para petugas liturgi memasuki ruang ibadat, membina persekutuan umat yang sudah berhimpun sehingga seluruh umat diharapkan ikut ambil bagian dalam memuji Tuhan, dan menghantar umat untuk memasuki misteri keselamatan yang akan dirayakan (Ernest, 2008: 15).

2) Tanda salib

Imam memulai perayaan Ekaristi dengan membuat tanda salib bersama seluruh umat. Tanda salib menyatakan dua pengakuan iman. Pertama, tanda salib mengungkapkan keselamatan umat manusia yakni melalui salib Kristus (Gal, 6: 14). Peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus, salib merupakan lambang dan sarana keselamatan. Kedua tanda salib dengan penyebutan nama Tritunggal menunjuk inti misteri iman sebagaimana diakui dan dinyatakan pada saat pembaptisan. Melalui pembaptisan umat dipersatukan dalam persekutuan Allah Tritunggal, sesuai dengan sabda Tuhan sendiri ketika memberi perintah kepada para murid-Nya: “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus“ ( Mat 28:19 ). Dengan membuat tanda salib para Suster menyatakan kerelaan untuk mau memanggul salib kehidupan, rela diutus Allah untuk mewartakan karya keselamatan di tengah dunia.

3) Tobat - Kyrie

Ritus tobat berupa saat dimana umat beriman menyampaikan penyesalan dan pertobatan atas dosa dan pelanggaran yang telah dilakukannya kepada Tuhan dan sesama. Penyesalan dan tobat yang dilakukan umat sungguh merupakan tobat yang sejati mengalir dari kedalaman hati atas sebuah kesadaran yang penuh, menyadari, menyesali dan mengakui dosa-dosa di hadapan Allah dan sesama sebagai tanggapan atas kasih dan kebaikan Allah yang telah di alami (Marsudjita, 2005: 128).

Dalam doa tobat umat beriman bersama-sama menyerahkan diri kepada Allah, membuka hati untuk menerima rahmat pengampunan dari Allah maka Allah mempersatukan kembali mereka yang masih tercerai berai, memperdamaikan yang masih bermusuhan sehingga melalui rahmat pengampunan dari Allah terjalin kembali relasi yang putus antara Allah dan manusia dan antar sesama manusia (Prier, 1988: 18).

Maka pada bagian ini, dalam suasana hening para suster perlu menggunakan kesempatan untuk melihat diri, memeriksa batin dan menemukan diri sebagai orang berdosa sambil melihat hubungan dengan orang lain, kesetiaan akan panggilan dan tugas perutusan sehingga dengan itu suasana tobat mampu membawa pembaharuan dalam diri, untuk semakin berkembang dalam cinta kepada Allah dan kepada sesama.

4) Kemuliaan

Madah kemuliaan berisi kemuliaan untuk memuji dan memuliakan Allah Bapa dan Yesus Kristus Putra-Nya bersama Roh Kudus, “Kemuliaan bagi Allah

di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya“ (Luk, 2: 14). Madah kemuliaan dilagukan oleh seluruh umat yang berhimpun dalam perayaan Ekaristi atas dorongan Roh Kudus. Dalam PUMR 53, menyatakan; “Kemuliaan dibuka oleh imam atau lebih cocok oleh solis atau koor, kemudian dilanjutkan oleh seluruh umat bersama-sama atau oleh paduan suara bersahut-sahutan, atau hanya oleh koor. Kalau tidak dilagukan, bisa juga dilafalkan oleh seluruh umat bersama-sama atau oleh dua kelompok umat secara bersahut-sahutan“ ( PUMR, 2002; 44 ).

Madah Kemulian khusus pada hari minggu sebagai peringatan akan hari Paskah karena Kristus bangkit pada hari pertama sesudah Sabat, namun kemuliaan ditiadakan selama masa Adven dan Prapaskah sebagai tanda tobat/atau persiapan hari raya. (Prier, 1988:8).

5) Doa pembuka

Doa pembuka merupakan doa yang menutup seluruh ritus pembuka. Dalam PUMR 54 menyatakan: imam mengajak umat untuk berdoa. Lalu semua yang hadir bersama dengan imam hening sejenak untuk menyadari kehadiran Tuhan, dan dalam hati mengungkapkan doanya masing-masing. Kemudian imam membawakan doa pembuka yang lasim disebut “collecta“ , yakni sebagai doa yang mempersatukan ujud dari masing-masing orang dan juga mengungkapkan inti perayaan liturgi hari yang bersangkutan ( PUMR, 2002: 44).

Ketika Imam mau mendoakan doa pembuka, imam mengajak umat untuk hening, umat boleh mengungkapkan doanya masing-masing di dalam hati dan ketika imam mengungkapkan doa pembuka, hendaknya seluruh umat

mengikutinya dalam dan menjadikan sebagai doa mereka sehingga pada akhir dari doa pembuka umat menjawab “Amin“.

b. Liturgi Sabda

Liturgi sabda diawali dengan pewartaan bacaan-bacaan dari Alkitab dan diakhiri dengan doa umat. Bacaan dan mazmur tanggapan merupakan bagian pokok dari liturgi sabda, karena dalam bacaan-bacaan itu Allah sendiri bersabda kepada umatnya, mengungkapkan misteri penebusan dan keselamatan serta memberikan makanan rohani kepada seluruh umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi sehingga umat diharapkan mendengarkan pada saat pewartaan sabda Allah (Martasudjita, 2005: 133).

Saat hening sesudah bacaan merupakan saat yang sangat diperlukan, dimana saat hening dengan bantuan roh kudus para suster dapat merenungkan, meresapkan sabda Allah dan membiarkan benih-benih sabda berkembang dan bertumbuh subur dalam hati sehingga dapat menghasilkan buah kehidupan. Para suster perlu menggunakan waktu hening itu dengan membuka diri dihadapan Allah supaya sabda yang didengarkan itu sungguh meresapi seluruh kehidupan.

1) Bacaan pertama

Pada hari minggu dan hari raya, liturgi Gereja menyiapkan tiga buah bacaan, yaitu bacaan pertama, bacaan kedua dan bacaan injil. Dan misa harian hanya disediakan dua buah bacaan, yakni bacaan pertama dan bacaan injil. Bacaan pertama pada hari minggu dan hari raya diambil dari perjanjian lama.

Bacaan pertama dipilih menurut tema injil, sehingga terungkap kesinambungan sejarah keselamatan Allah dari perjanjian lama berpuncak pada diri Yesus Kristus yang diwartakan dalam Injil (Martasudjita, 2005: 134).

Sesudah bacaan pertama dengan diakhiri “demikianlah sabda Tuhan” diadakan saat hening sejenak, supaya umat dapat merenungkan sebentar apa yang telah mereka dengarkan (PUMR:128). Dengan demikian dalam suasana hening umat dapat memberi kesempatan kepada “Roh Allah sendiri yang hadir melalui sabda-Nya untuk berkarya dalam diri kita” (Prier, 1982: 34). Saat hening sesudah bacaan pertama digunakan sebagai saat dimana memberi tempat atau ruang kerja bagi Roh Allah yang diimani kehadiran-Nya melalui sabda yang dibacakan sehingga umat dapat bertemu dengan Allah sendiri secara pribadi.

2) Mazmur Tanggapan

Mazmur tanggapan merupakan lanjutan dari renungan dan sebagai tanggapan umat terhadap sabda Allah yang baru di wartakan serta merupakan unsur pokok dalam liturgi sabda, yang mempunyai makna liturgis serta pastoral yang penting dengan maksud membantu umat untuk memperdalam renungan atas sabda Allah yang baru dibacakan sehingga mazmur tanggapan hendaknya sesuai dengan bacaan yang ditanggapi atau sesuai dengan masa liturgi. Dan juga untuk mendorong umat dalam merenungkan dan meresapkan sabda Allah maka mazmur tanggapan perlu di bawakan dalam suasana hikmad dan meditatif agar umat dapat merenungkan sabda yang telah dibacakan. Dari ayat-ayat mazmur atau refrein yang di ulang perlu diungkapkan dengan penuh penghayatan, peresapan dalam

diri bukan asal diucapkan sehingga mampu menangkap maknanya (Martasudji, 2005: 135).

Dengan melihat peranan dari mazmur tanggapan yang cukup penting dalam perayaan Ekaristi maka para suster diharapkan mengambil kesempatan dengan baik untuk meresapkan sabda Tuhan melalui ayat-ayat mazmur yang dinyanyikan atau dibacakan, saat-saat hening merupakan saat paling baik untuk merenungkan sabda Tuhan, sehingga sabda itu dapat berbicara dalam kehidupan.

3) Bacaan kedua

Pada hari minggu dan hari raya disediakan bacaan kedua yang diambil dari perjanjian baru. Bacaan kedua tidak mempunyai hubungan dengan bacaan pertama dan bacaan injil dimana bacaan kedua dipilih bukan berdasarkan suatu tema, melainkan suatu Kitab dibacakan secara bersambung, bagian demi bagian. Dengan demikian umat dapat mendengar hampir seluruh isi Kitab Suci Perjanjian Baru. Hari-hari raya mempunyai bacaan tematis, berarti bacaan-bacaan dipilih sesuai tema Hari Raya yang bersangkutan termasuk masa Adven dan masa Prapaskah yang mempunyai bacaan khusus.

Bacaan kedua bertujuan untuk mewartakan iman akan Yesus Kristus dan berfungsi untuk mempersiapkan umat masuk pada puncak perayaan sabda yaitu bacaan injil, maka diharapkan dapat mendengarkan dengan baik dan mengikuti seluruh proses perayaan agar mampu menemukan Tuhan yang sedang berbicara lewat sabda-Nya (Lukasik, 1991: 39).

diberi kesempatan untuk hening sejenak dimana dalam dalam Misale Romawi cukup ditegaskan bahwa:

Liturgi Sabda haruslah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mendorong umat untuk merenung. Oleh karena itu, setiap bentuk ketergesa-gesaan yang dapat mengganggu permenungan harus sungguh dihindari. Selama Liturgi Sabda, sangat cocok disisipkan saat hening. Saat hening ini merupakan kesempatan bagi umat untuk meresapkan sabda Allah, dengan dukungan Roh Kudus, dan untuk menyiapkan jawaban dalam bentuk doa (PUMR: 56).

4) Bait pengantar Injil

Bait pengantar injil sebagai persiapan untuk mendengarkan bacaan injil yang akan diwartakan. Bait pengantar injil dipakai untuk mengiringi perarakan injil ke mimbar dan bermakna untuk mengungkapkan pujian atas kemuliaan Kristus yang akan hadir dan berbicara melalui injil yang dibacakan oleh imam. Maka hendaknya seluruh umat yang hadir ikut berperan aktif dalam menyanyikan bait pengantar injil dengan sikap berdir sebagai tanda kesiapsediaan untuk menyambut Tuhan Yesus yang akan bersabda dalam bacaan Injil.

5) Bacaan Injil

Bacaan injil merupakan puncak Liturgi Sabda, maka dihormati dengan berbagai sikap liturgis seperti: umat berdiri, ada pengantar salam, tanda salib kecil pada dahi-mulut-dada dan dibacakan oleh Imam. Dalam Misale Romanum dikatakan bahwa: bacaan injil lebih mulia daripada bacaan-bacaan lain (PUMR,:47). Pembacaan injil menunjuk pada realitas sebagai orang beriman, dimana saat pembacaan injil Tuhan Yesus hadir dan bersabda kepada seluruh umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi.

Pada semua hari minggu dan hari raya selalu ada tiga bacaan misa: bacaan pertama dari Perjanjian Lama, yang kedua dari Perjanjian Baru dan yang ketiga Injil. Tujuannya agar semua umat beriman dapat mendengarkan bacaan Kitab Suci secara keseluruhanya. Maka untuk hari minggu dan hari raya bacaan misa dibagikan menurut tahun A, B, dan C. Tahun A bacaan diambil dari Injil Matius, Tahun B diambil dari Injil Markus, dan Tahun C diambil dari Injil Lukas. Injil Yohanes digunakan untuk minggu-minggu terakhir Masa Prapaskah dan Paskah ( Martasudjita, 1998:70).

6) Homili

Homili berasal dari bahasa Yunani “homilia” yang mengandung arti; “percakapan” atau “komentar”. Homili merupakan pewartaan sabda Allah yang bertolak dari Kitab Suci, seorang Imam mengungkapkan atau mengsharingkan apa yang menjadi pengalaman pribadinya dan melihatnya dalam terang Kitab Suci. Dalam liturgi sabda homili, merupakan bagian penting. Konsili Vatikan ke II dalam SC 52 menegaskan bahwa:

Homili sebagai Liturgi sendiri sangat dianjurkan. Disitu hendaknya sepanjang tahun liturgi diuraikan misteri-misteri iman dan kaidah-kaidah hidup Kristiani berdasarkan teks Kitab Suci. Oleh karena itu dalam perayaan Ekaristi hari minggu dan hari raya wajib yang dihadiri umat homili jangan ditiadakan, kecuali bila ada alasan yang berat.

Homili dimaksudkan untuk mewartakan dan mendalami misteri iman yang sedang dirayakan dengan bertolak dari Kitab Suci. sehingga umat semakin diteguhkan dalam iman dan mengantar untuk masuk kepada misteri sabda dan Sakramen yang dirayakan. Serta mampu mendorong umat untuk berani diutus

menemukan hubungan Sabda Allah dengan hidup konkretnya sehari-hari perlu diberi kesempatan untuk hening sehingga misteri iman itu sungguh diresapkan oleh setiap pribadi, seperti apa yang ditegaskan dalam Misale Romawi “Sangat tepat kalau sesudah homili diadakan saat hening sejenak“ (PUMR: 66). Maka homili akan menjadi sungguh Sabda Allah, Sabda yang hidup, yang bertujuan mengubah umat Allah menjadi umat yang suci, yang mencintai Allah dan bersedia mempersembahkan baik kurban Ekaristi maupun dirinya sendiri kepada Allah (Lukasik, 1991: 44).

7) Syahadat atau Credo

Setelah Imam selesai homili, imam mengajak seluruh umat untuk mendoakan doa “Aku percaya“ maksudnya adalah bahwa umat menanggapi dan menjawab sabda Allah dengan sikap iman. Kristus hadir dalam sabda-Nya, dan melalui sabda itulah umat dapat berjumpah dengan Allah maka dengan menyatakan pengakuan iman secara bersama-sama dapat saling memperkuat keyakinan yang sama akan Allah sebagai sumber kehidupan (Prier, 1988: 43).

8) Doa Umat

Doa umat merupakan bentuk pelaksanaan imamat umum seluruh umat beriman. Umat beriman berdoa bersama secara resmi bukan hanya untuk diri sendri dan kepentingan kelompok, melainkan untuk seluruh kepentingan gereja sejagat. Dalam SC 53 menyatakan; sesudah injil dan homili, terutama hari minggu dan hari raya wajib diadakan “doa umat” atau doa “kaum beriman”, supaya

bersama dengan umat dipanjatkan doa-doa permohonan bagi Gereja kudus, bagi para pejabat pemerintah, bagi mereka yang sedang tertekan oleh pelbagai kebutuhan, dan bagi semua orang serta keselamatan seluruh dunia.

c. Liturgi Ekaristi

Liturgi Ekaristi merupakan pusat seluruh perayaan Ekaristi karena dalam Liturgi Ekaristi terdapat doa syukur agung yang yang menjadi pusat dan puncak seluruh perayaan Ekaristi. Dalam PUMR 30 dan 78 mengatakan: tanpa adanya Liturgi Ekaristi, dalam suatu perayaan tidak bisa disebut perayaan Ekaristi, justru dalam liturgi Ekaristi inilah terletak kekhasan dan keagungan perayaan Ekaristi. Liturgi Ekaristi bertolak dari perayaan perjamuan malam terakhir yang diadakan Yesus bersama para murid-Nya dimana Yesus berpesan “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku“ ( Luk 22: 19). Sehingga perayaan Ekaristi yang dirayakan pada setiap hari minggu merupakan perayaan peringatan akan kebersamaan Yesus dengan para Murid-Nya pada peristiwa kamis putih.

1) Persiapan persembahan

Perjamuan Tuhan perlu disiapkan. Dalam persiapan persembahan yang mengawali Liturgi Ekaristi bahan-bahan; roti, anggur dan air yang dibawa ke altar. Bahan-bahan ini pula yang digunakan oleh Yesus saat Ia menetapkan Ekaristi pada perjamuan malam terakhir (Martasudjita, 2005: 151).

Dalam mempersiapkan bahan persembahan roti dan anggur yang diantar ke hadapan altar Tuhan, hendaknya seluruh umat mengikuti upacara dengan sikap

hati siap ikut mempersembahkan seluruh hidup ke hadapan Tuhan dan “ bersedia untuk diubah bersama dengan roti dan anggur” (Lukasik, 1991: 58). Sebagai syarat untuk ikut dalam perjamuan Tuhan.

Namun perlu diingat bahwa persembahan yang sesungguhnya adalah “ kurban Kristus sendiri di atas kayu salib, yang hanya terjadi satu kali namun dibaharui secara terus menerus dalam setiap perayaan Ekaristi. Umat manusia yang ikut dalam kurban Kristus turut mengalami pembaharuan secara terus menerus di dalam hidup beriman (Prier, 1978: 50).

a) Kolekte.

Pada hari minggu diadakan pula kolekte namun tujuannya tidak sama dengan persembahan roti dan anggur, uang kolekte dimaksudkan sebagai sumbangan untuk orang miskin atau untuk keperluan gereja. Maka kolekte tidak diletakkan di atas altar melainkan pada suatu tempat yang pantas (PUMR, 730. Kolekte bukanlah hal yang utama atau terpenting dalam persembahan, hanya dimaksudkan agar umat menyadari tanggungjawabnya sebagai warga Gereja yang ikut terlibat dalam pembangun Gereja secara fisik.

b) Doa persembahan

Doa persembahan mengungkapkan permohonan kepada Allah Bapa untuk menyatukan bahan-bahan persembahan dengan kurban Syukur Yesus Kristus dan pernyataan keinginan umat untuk mengambil bagian dalam kurban Ekaristi.

2) Doa Syukur Agung (I - X )

seluruh misteri karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui peristiwa Yesus Kristus yang berpuncak dalam kenangan akan wafat dan kebangkitan-Nya yang dirayakan oleh Gereja. Dalam PUMR 78 dijelaskan bahwa:

Pusat dan puncak seluruh perayaan sekarang dimulai yakni doa syukur agung, suatu doa syukur dan pengudusan. Imam mengajak jemaat untuk mengarahkan hati kepada Tuhan dengan berdoa dan bersyukur. Dengan demikian, seluruh umat yang hadir diikutsertakan dalam doa ini. Ini disampaikan oleh imam atas nama umat kepada Allah Bapa, dalam Roh Kudus, dengan pengantaraan Yesus Kristus. Adapun maksud doa ini ialah agar seluruh umat beriman menggabungkan diri dengan Kristus dalam memuji karya Allah yang agung dan dalam mempersembahkan kurban (PUMR, 78: 54).

Doa syukur Agung pertama-tama adalah doa pujian dan syukur kepada Allah Bapa yang telah melaksanakan karya penyelamatan-Nya melalui Yesus Kristus Putra-Nya dalam Roh Kudus, seluruh umat dibawah bimbingan Roh Kudus dan dengan perantaraan Kristus menyampaikan pujian, syukur, dan permohonan. Bersyukur atas kebaikan Allah yang telah menyelamatkan umat-Nya melalui penderitaan dan wafat-umat-Nya di kayu salib. Meski demikian dalam doa syukur agung ini, Bapa menjadi pusat segala doa yang dilambungkan oleh seluruh umat beriman yang sedang merayakan Ekaristi. Umat beriman berkumpul dalam perayaan Ekaristi untuk memuji dan bersyukur atas segala berkat dan karunia yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari terlebih atas keselamatan yang diterima dari Allah sendiri. Bentuk syukur itu tampak dalam seluruh warna dan suasana syukur yang dimulai sejak dari awal doa syukur agung hingga akhir. Pada awal Imam mengundang seluruh umat untuk bersyukur kepada Allah.

Dalam dialog sebelum prefasi sebagai awal doa syukur Agung, imam mengajak seluruh umat yang hadir untuk mempersiapkan diri “Tuhan sertamu“

atau “Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan“ . di dalam doa prefasi ini mengungkapkan atau mewartakan keagungan kasih Allah yang menyelamatkan manusia melalui Kristus (Martasudjita, 2005: 170).

a) Prefasi

“Prefatio” dalam bahasa Latin berarti “pendahuluan”, persiapan untuk sesuatu yang akan menyusul. Terutama kesadaran yang harus dipersiapkan untuk menyadari apa yang akan terjadi di atas meja altar. Prefasi adalah doa atau bagian yang mengawali Doa Syukur Agung. Doa prefasi mengungkapkan sesuatu motivasi yang dikonkritkan menurut hari Raya, pesta orang kudus, masa khusus dsb. Prefasi selalu berakhir dengan ajakan untuk menggabungkan syukur dengan nyanyian malaikat dan orang kudus di Surga.

b) Kudus

Kudus merupakan suatu aklamasi atau seruan umat. Dalam PUMR 79b mengatakan: “Seluruh jemaat, berpadu dengan para penghuni surga, melagukan kudus dalam memuliakan Allah” (PUMR, 2002: 55). Imam bersama seluruh umat mengungkapkan kudus dengan menggunakan kata-kata para serafim dalam pengelihatan nabi Yesaya: “Kudus-kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya”( Yes,6:3) “terberkatilah yang datang dalam nama Tuhan” (Mzm, 118:26) Kudus atau suci mengungkapkan sifat Allah. Allah itu kudus berarti lain dari segala sesuatu yang ada di dunia ini, memiliki kepenuhan hidup.

c) Doa sebelum Konsekrasi / Epiklesis

kuasa Roh Kudus, dan berdoa supaya bahan persembahan yang disampaikan oleh umat dikuduskan menjadi Tubuh dan Darah Kristus; juga kurban murni itu menjadi sumber keselamatan bagi mereka yang akan menyambutnya dalam komuni“ (PUMR: 79c).

Dengan memohon Roh Kudus supaya persembahan roti dan anggur dapat diubah menjadi tubuh dan darah Kristus sebagai persembahan diri Kristus , dan juga ke atas umat beriman yang mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi, dapat diubah, disucikan dan dipersatukan dengan persembahan diri Kristus dan mempersatukan mereka juga sebagai umat beriman (Lukasik, 1991: 69).

d) Konsekrasi

Konsekrasi adalah saat penting dalam perayaan Ekaristi, karena pada saat itulah karya keselamatan Kristus dihadirkan secara sakramental. Konsekrasi merupakan pokok doa syukur agung, dalam perayaan Ekaristi terjadilah peristiwa perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus yaitu pada saat “konsekrasi”, dengan peristiwa perubahan itu, tidak hanya roti dan anggur yang berubah menjadi tubuh dan darah Kristus tetapi juga semua orang yang ikut makan dalam perjamuan Ekaristi. Diselamatkan karena Kristus menyerahkan

Dokumen terkait