• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai ekspor Sumut mengalami peningkatan sebesar 54,10%, dari USD1.913 juta pada triwulan II-2010 menjadi USD2.948 juta pada triwulan II-2011. Hal ini mengindikasikan, selama 2011 ekspor Sumut memberikan harapan semakin meningkatnya aktivitas perdagangan luar negeri. Peningkatan pertumbuhan ekspor ini didukung dengan membaiknya kinerja ekspor CPO dan karet Sumut ke luar negeri yang merupakan komoditas terbesar ekspor dan peningkatan harga komoditas-komoditas tersebut di pasar internasional.

Pada triwulan II-2011, pertumbuhan impor Sumut mencapai 35,00%. Nilai impor Sumut pada triwulan laporan mencapai USD931,24 juta setelah pada triwulan II-2010 sebesar USD689,82 juta. Jika dirinci menurut golongan penggunaan barang terjadi peningkatan untuk semua golongan, yaitu impor barang konsumsi, impor bahan baku/penolong, dan impor barang modal. Dari peningkatan tersebut, impor bahan baku/penolong masih memberikan andil yang cukup besar mencapai 60,78%. Peningkatan aktivitas impor tersebut sejalan dengan adanya lonjakan untuk mendukung ekspansi pada sisi penawaran (berupa impor barang modal dan bahan baku) dan memenuhi kebutuhan konsumsi langsung masyarakat (berupa barang konsumsi).

Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Ekspor & Impor Grafik 1.16. Perkembangan Volume Ekspor & Impor

Grafik 1.17. Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan 0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 100.000 0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2009 2010 2011 muat (ton) bongkar (ton) Sumber : BPS Bongkar Muat 

Menurut jenis komoditas yang diekspor, struktur ekspor pada triwulan II-2011 tidak jauh berbeda dengan struktur ekspor di triwulan II tahun 2010.

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Ekspor Tabel 1.2. Nilai Ekspor Triwulan II-2011 Produk Utama

Sumber : BI Sumber : BI

Berdasarkan kelompok industri, ekspor golongan industri pengolahan memberikan andil tertinggi pada total ekspor triwulan laporan dengan andil sebesar 69,56%, diikuti oleh golongan pertanian dan perikanan dengan andil 30,44%. Secara spesifik, andil ekspor golongan industri pada triwulan ini disumbang oleh ekspor kelompok produk makanan dan minuman dengan andil 45,97%, produk bahan kimia (10,92%) serta karet dan produk dari karet (3,58%).

Grafik 1.19. Perkembangan Harga Karet Grafik 1.20 Perkembangan Harga CPO

Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg

Nilai ekspor Sumut pada golongan barang lemak dan minyak nabati pada triwulan II-2011 meningkat sebesar 78,07% (yoy), dari USD709,75 juta menjadi USD1.263,81 juta, begitu juga secara volume meningkat sebesar 22,86%. Tingginya bea keluar (BK) komoditas CPO di tahun 2011 ternyata tak berdampak menekan aktivitas ekspor unggulan Sumut ini melalui Pelabuhan Belawan. Meskipun sejak awal 2011 BK CPO cukup tinggi yakni mencapai 25%, namun hingga semester I-2011 aktivitas ekspor CPO Sumut yang dikapalkan melalui dermaga pipa terpadu Pelabuhan Belawan tercatat masih meningkat yakni sekitar 2,97%. Selama semester I-2011, volume ekspor CPO Sumut melalui dermaga pipa terpadu Pelabuhan Belawan tercatat sebanyak 1.239.465 ton. Sedangkan pada periode yang sama tahun 2010 volumenya sebesar 1.203.665 ton atau meningkat 2,97%. Tingginya harga CPO di pasar dunia merupakan pendorong naiknya ekspor CPO Sumut.

Sementara itu, memasuki akhir Juni 2011, harga CPO terlihat mengalami penurunan dan pada awal Juli berada di harga USD1.064,54/metric ton. Harga CPO berjangka untuk penyerahan Agustus 2011 di MDEX (Malaysia Derivatives Exchange) turun tipis. Harga CPO berada pada level harga RM3128 per ton turun dari harga sebelumnya RM3170 per ton. Di BKDI (Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia), harga CPO untuk penyerahan Agustus 2011 ditutup pada level harga Rp8.910 per kilogram atau melemah Rp150 per kilogram. Meningkatnya produksi Kelapa Sawit Mentah atau CPO di Malaysia menjadi pengaruh utama penurunan harga CPO. Produksi CPO Malaysia diperkirakan mencapai 18 juta ton dan ekspor akan meningkat sebesar 1 juta ton menjadi 16,5 juta ton CPO. Selain itu, penurunan harga CPO juga dipengaruhi penurunan harga komoditas lainnya dan pasar saham di tengah kekhawatiran melemahnya pemulihan ekonomi AS.

Nilai ekspor golongan karet dan barang dari karet di Sumut pada triwulan II-2011 sebesar USD806,23 juta, meningkat 59,65% dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar USD504,99 juta. Sementara itu, dari sisi harga internasional, harga karet mengalami penurunan. Kenaikan produksi global Karet Alam berpengaruh terhadap penurunan harga Karet berjangka meski penurunan harga tidak terlalu besar. Berdasarkan data

Singapore Commodity Exchange, harga Karet berjangka untuk penyerahan September 2011

ditutup melemah. Harga Karet RSS3 berada pada level harga USD483 per kilogram dari harga sebelumnya USD484,3 per kilogram. Produksi global dari Karet alam (NR) diperkirakan akan meningkat 3,3%. Total produksi diharapkan dapat 2,15 juta ton dari produksi sebelumnya sebesar 2,09 juta ton. Produksi pada bulan Agustus diprediksi akan menjadi 924.000 ton dan 992.000 ton pada bulan September.

Sementara itu, pada penutupan perdagangan di NYMEX harga Kopi arabika ditutup melemah setelah dalam beberapa hari mengalami kenaikan harga. Harga Kopi berjangka untuk penyerahan September 2011 ditutup pada level harga USD2,41 per pounds atau melemah 0,013 poin. Melemahnya harga Kopi dipengaruhi bertambahnya stok Kopi setelah adanya berita akan terjadi berkurangnya pasokan Kopi asal Brazil. Pasokan Kopi dunia meningkat setelah adanya tambahan pasokan Kopi asal India dan Vietnam. Ekspor Kopi dari India meningkat 313.270 ton, dibantu oleh meningkatnya pengiriman ke Italia dan Jerman. India, produsen terbesar kelima dunia, menyumbang hanya 4,5% dari produksi Kopi dunia namun mengekspor 70 sampai 80 produksinya.

Grafik 1.21 Perkembangan Harga Kopi

Sumber: Bloomberg

Nilai ekspor golongan kopi, teh, rempah-rempah pada triwulan II-2011 sebesar USD106,49 juta, naik 61,63% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD65,88 juta. Dilihat dari negara tujuan ekspor, nilai ekspor ke India, Jepang dan Cina mencatat nilai tertinggi masing-masing sebesar USD326,22 juta, USD444,67 juta dan USD213,51 juta. Hanya nilai ekspor untuk tujuan negara Pakistan, Arab Saudi dan

Sedangkan nilai ekspor untuk tujuan ASEAN, Asia, dan Eropa, seluruhnya mengalami

peningkatan yang signifikan dalam periode perbandingan yang sama. Pada triwulan laporan,

pangsa pasar untuk tujuan India meningkat dari 11,34% pada periode yang sama tahun lalu menjadi 16,90%. Berbeda dengan pangsa pasar untuk tujuan Jepang yang mengalami

penurunan dari 14,06% pada triwulan I tahun lalu menjadi 12,40%.

Grafik 1.22. Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan Grafik 1.23. Pangsa Ekspor Menurut Negara Tujuan

Sumber : Bank Indonesia

Sementara itu, impor masih didominasi oleh bahan baku untuk mendukung kegiatan produksi terutama pada industri yang mengandung komponen impor tinggi (high import

content) seperti industri kimia. Pada triwulan laporan, impor Sumut masih didominasi oleh

industri manufaktur sebesar 88,90% dari total nilai impor. Komoditas impor bahan baku manufaktur yang utama tetap berupa produk dari industri kimia sebesar 23,23%, diikuti dengan produk dari industri makanan dan minuman 18,16% dan industri logam dasar 10,64%.

Tabel 1.3. Nilai Impor Triwulan-II 2011

Sumber : Bank Indonesia

Dilihat dari negara asal impor, nilai impor dari Cina mencatat nilai tertinggi pada triwulan II-2011 sebesar USD259,81 juta, diikuti oleh India (USD74,76 juta) dan Thailand (USD71,03 juta).

Grafik 1.24 Nilai Impor Menurut Negara Asal

Sumber: Bank Indonesia

1.3. SISI PENAWARAN

Perkembangan di sisi permintaan, terutama konsumsi direspon oleh beberapa sektor

ekonomi non-utama, yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; angkutan dan

komunikasi; sektor bangunan; dan sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Sementara itu, sektor utama seperti pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan maupun sektor transportasi dan

komunikasi maupun sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan yang relatif stabil. Secara

keseluruhan perekonomian di triwulan II-2011 masih tumbuh cukup tinggi.

Tabel 1.4. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Selama triwulan II-2011, perekonomian Sumut didorong oleh pertumbuhan dua sektor ekonomi non dominan, yaitu keuangan, persewaan dan jasa serta sektor pengangkutan dan

lainnya di Sumut. Sementara itu, sektor pertanian menunjukkan penurunan pertumbuhan sebesar 4,73% setelah pada triwulan sebelumnya sempat mengalami peningkatan.

Grafik 1.25. Perkembangan Pertumbuhan Sektor Unggulan

Sumber : BPS

Dokumen terkait