• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI SUMATERA UTARA

TRIWULAN II-2011

BANK INDONESIA MEDAN

2011

(2)

“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”.

Misi Bank Indonesia:

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”.

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia:

“Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan”.

Visi Kantor Bank Indonesia Medan:

“Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan”.

Misi Kantor Bank Indonesia Medan:

“Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya”.

Kalender Publikasi

Periode Publikasi Publikasi

KER Triwulan I Pertengahan Mei

KER Triwulan II Pertengahan Agustus

KER Triwulan III Pertengahan November

KER Triwulan IV Pertengahan Februari

Penerbit:

Kantor Bank Indonesia Medan Jl. Balai Kota No.4

MEDAN, 20111 Indonesia

Telp : 061-4150500 psw. 1729, 1770

Fax : 061-4152777 , 061-4534760

Homepage : www.bi.go.id

(3)

Perekonomian Sumut pada triwulan II-201 semakin menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi Sumut meningkat dari 6,32% (yoy) menjadi tumbuh 6,74%. Dari sisi permintaan, realisasi ekspor mengalami peningkatan, diantaranya karena semakin membaiknya kondisi perekonomian negara-negara tujuan utama ekspor Sumut. Konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan positif, diantaranya karena membaiknya daya beli masyarakat, akibat kenaikan penghasilan serta didukung oleh masih relatif terkendalinya inflasi. Sementara itu, investasi juga mengalami kenaikan, seiring meningkatnya optimisme kalangan usaha, yang didorong oleh membaiknya prospek perekonomian ke depan. Dari sisi penawaran, meningkatnya kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa diperkirakan terutama berasal dari sub sektor keuangan sejalan dengan semakin meningkatnya kinerja perbankan Sumut.

Dari sisi perkembangan harga, laju inflasi tahunan Sumut pada triwulan II-2011 menurun cukup tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 7,37% (yoy) menjadi 4,96% (yoy) yang juga lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 5,54%. beberapa potensi risiko yang dapat meningkatkan tekanan inflasi pada periode ke depan adalah tingginya harga komoditas internasional, rencana kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi, harga minyak dunia yang berpotensi untuk terus naik akibat isu geopolitik di Timur Tengah serta meningkatnya permintaan berbagai komoditas terutama pangan.

Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian, kinerja perbankan di Sumut pada triwulan II-2011 menunjukkan peningkatan. Total aset perbankan menunjukkan pertumbuhan 21,82% (yoy) menjadi Rp144,81 triliun, didorong oleh relatif tingginya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 18,51% (yoy) sehingga menjadi Rp115,99 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit menunjukkan pertumbuhan 20,16% sehingga menjadi Rp96,97 triliun. Relatif tingginya pertumbuhan penyaluran kredit dibandingkan pertumbuhan DPK menyebabkan fungsi intermediasi perbankan yang dicerminkan oleh indikator Loan to Deposit

Ratio (LDR) mengalami peningkatan menjadi 83,60% dari 82,46% pada Juni 2010.

Demikian sekilas gambaran mengenai perekonomian Sumut triwulan II-2011. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2011

BANK INDONESIA MEDAN i Nasser Atorf Pemimpin

(4)

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ...ii

Daftar Tabel ...iv

Daftar Grafik ...v

Daftar Lampiran ... vii

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih RINGKASAN EKSEKUTIF ... viii

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ... 1

1.1. Kondisi Umum ... 1

1.2. Sisi Permintaan ... 2

1. Konsumsi ... 3

2. Investasi ... 5

3. Ekspor dan Impor ... 7

1.3. Sisi Penawaran ... 12

1. Sektor Pertanian ... 13

a. Produksi Padi ... 14

b. Produksi Jagung ... 15

c. Produksi Kedelai ... 15

2. Sektor Industri Pengolahan ... 16

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 17

4. Sektor Keuangan ... 18

5. Sektor Bangunan ... 19

6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 20

7. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 21

8. Sektor Jasa-jasa ... 22

BOKS 1 Pengembangan Klaster Industri Sei Mangke untuk Mendukung Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia... 24

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... 27

2.1. Kondisi Umum ... 27

2.2. Inflasi Triwulanan ... 27

2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ... 29

2.2.2. Inflasi Menurut Kota ... 33

2.3. Inflasi Tahunan ... 34

2.3.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ... 34

2.3.2. Inflasi Menurut Kota ... 39

2.4. Faktor-Faktor Penyebab Inflasi ... 40

(5)

3.2. Intermediasi Perbankan ... 45

3.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat ... 45

3.2.2. Penyaluran Kredit ... 46

3.2.3. Kredit UMKM ... 48

3.3. Stabilitas Sistem Perbankan ... 50

3.3.1. Resiko Kredit ... 50

3.3.2. Resiko Likuiditas ... 50

3.3.3. Resiko Pasar ... 51

3.4. Perbankan Syariah ... 52

3.5. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... 53

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ... 54

4.1. Penerimaan Pajak ... 54

4.2. Realisasi APBD... 55

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 57

5.1. Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara ... 57

5.2. Transaksi Kliring ... 58

5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) ... 60

5.4. Temuan Uang Palsu ... 61

5.5. Penyediaan Uang Yang Layak Edar ... 61

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN ... 63

6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah ... 63

6.2. Perkembangan Kesejahteraan ... 66

BOKS 3 Nilai Tukar Petani Sebagai Indikator Kesejahteraan .. ... ...69

BAB 7 PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ... 72

7.1. Perkiraan Ekonomi ... 72

7.2. Perkiraan Inflasi Daerah ... 74

LAMPIRAN

iii 

(6)

1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Sumut dari Sisi Permintaan (%) ... 2

1.2. Nilai Ekspor Triwulan II-2011 ... 9

1.3 Nilai Impor Triwulan II-2011 ... 12

1.4 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%) ... 13

1.5. Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%) ... 18

1.6. Perkembangan Kegiatan Bank ... 19

1.7. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Polonia ... 20

1.8. Jumlah Kapal dan Penumpang Dalam Negeri di Pelabuhan Belawan ... 21

2.1. Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Tw.II-2011 ... 28

2.2. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Tw.II-2011 ... 29

2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ... 29

2.4. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) ... 33

2.5. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kelompok barang dan jasa (%) ... 34

2.6. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) ... 39

2.7. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%, yoy) ... 40

3.1. Indikator Utama Perbankan Sumut ... 44

4.1. Realisasi Penerbitan SP2D Sumut ... 56

5.1. Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumut ... 57

5.2. Perkembangan Transaksi Kliring dan Cek/BG Kosong ... 58

5.3. Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan ... 61

6.1. UMP Indonesia Berdasar Ranking Kenaikan Tertinggi... 65

6.2. UMK Wilayah Sumatera Tahun 2011 ... 66

(7)

1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut ... 2

1.2. Indeks Keyakinan Konsumen ... 3

1.3. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini ... 3

1.4. Komponen Indeks Ekspektasi ... 4

1.5. Pertumbuhan Penjualan Elektronik ... 4

1.6. Pertumbuhan Penjualan BBM ... 4

1.7. Penjualan Makanan dan Tembakau... 4

1.8. Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga ... 4

1.9. Penjualan Pakaian dan Perlengkapan ... 4

1.10. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut ... 5

1.11. Penyaluran Kredit Baru untuk Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut ... 5

1.12. Pengadaan Semen di Sumut ... 5

1.13. Penjualan Bahan Konstruksi ... 5

1.14. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut ... 6

1.15. Perkembangan Nilai Ekspor & Impor ... 8

1.16. Perkembangan Volume Ekspor & Impor ... 8

1.17. Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan ... 8

1.18. Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama ... 9

1.19. Perkembangan Harga Karet... 9

1.20. Perkembangan Harga CPO ... 9

1.21. Perkembangan Harga Kopi ... 11

1.22. Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan... 11

1.23. Pangsa Ekspor Menurut Negara Tujuan ... 11

1.24. Nilai Impor Menurut Negara Asal ... 12

1.25. Perkembangan Pertumbuhan Sektor Unggulan ... 13

1.26. Nilai Tukar Petani Sumut ... 14

1.27. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian ... 14

1.28. Nilai dan Volume Ekspor Plastik, Karet dan Produk Turunannya ... 16

1.29. Nilai dan Volume Ekspor Makanan, Minuman, dan Tembakau ... 16

1.30. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Industri Pengolahan ... 17

1.31. Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (ton) ... 17

1.32. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR ... 18

1.33. Realisasi Pengadaan Semen Sumut ... 19

1.34. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi ... 20

1.35. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pengangkutan & Komunikasi ... 21

1.36. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa ... 22

2.1. Inflasi Bulanan Sumut dan Nasional ... 27

2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional ... 27

2.3. Inflasi Triwulanan Sumut dan Nasional ... 28

2.4. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut ... 30

2.5. Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut ... 30

2.6. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, rokok & Tembakau di Sumut ... 31

2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Sumut ... 31

2.8. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan ... 32

(8)

2.11. Inflasi Kelompok Bahan Makanan ... 35

2.12. Perkembangan Harga Cabe Merah ... 35

2.13. Perkembangan Harga Bawang Merah ... 35

2.14. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, minuman, rokok & Tembakau di Sumut ... 36

2.15. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut... 36

2.16. Inflasi Kelompok Sandang ... 37

2.17. Harga Emas di Pasar Internasional... 37

2.18. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ... 38

2.19. Inflasi Kelompok Kesehatan ... 38

2.20. Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ... 39

2.21. Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/Jasa ... 41

2.22. Disagregasi Inflasi Sumut ... 41

3.1. Perkembangan DPK Sumut ... 45

3.2. Struktur DPK Sumut ... 46

3.3. Perkembangan Kredit Sumut ... 46

3.4. Struktur Kredit Sumut ... 47

3.5. Perkembangan Kredit dan pangsanya menurut sektor ekonomi ... 47

3.6. Perkembangan Kredit UMKM Sumut... 48

3.7. Struktur Kredit UMKM Sumut... 48

3.8. Struktur Kredit Mikro, Kecil dan Menengah ... 49

3.9. Perkembangan Kredit UMKM menurut Sektor Ekonomi... 49

3.10. NPL Gross ... 50

3.11. Cash Ratio ... 51

3.12. Pergerakan Suku Bunga Perbankan ... 51

3.13. Aset, Pembiayaan, dan DPK Perbankan Syariah ... 52

3.14. FDR Perbankan Syariah ... 52

3.15. Perkembangan Aset, Kredit, DPK BPR ... 53

3.16. LDR BPR... 53

5.1. Perkembangan Transaksi Kliring ... 59

5.2. Grafik Penolakan Cek/BG kosong ... 59

5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal... 60

5.4. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumut ... 62

6.1. Indikator Jumlah Tenaga Kerja ... 64

6.2. Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan ... 67

6.3. Nilai Tukar Petani ... 68

7.1. Komponen Indeks Ekspektasi ... 72

7.2. Indeks Tendensi Konsumen Tw.II-2011 ... 74

7.3. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Tw.III-2011 ... 74

(9)

A. PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha

B. Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 (qtq, %)

vii 

(10)

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II ‐ Medan 167,66 109,92 111,25 113,76 112,80 112,61 116,38 116,82 118,05 120,55 122,38 125,76 118,05 126,21 ‐ Pematangsiantar 161,40 110,11 111,62 113,11 112,88 112,99 116,67 116,19 117,40 120,79 122,10 127,44 117,40 128,46 ‐ Sibolga 166,68 109,68 113,04 115,55 114,95 114,94 118,91 117,39 118,81 121,90 125,16 131,28 118,81 131,13 ‐ Padangsidempuan 171,55 112,34 113,77 115,55 115,52 114,28 117,32 117,71 118,16 120,68 121,67 126,44 118,16 126,17 ‐ Medan 7,01 10,86 10,30 10,63 6,37 2,45 4,61 2,69 4,65 7,05 5,16 8,10 6,87 4,70 ‐ Pematangsiantar 8,48 11,09 10,27 10,16 6,89 2,62 4,52 2,72 4,00 6,90 4,65 11,34 9,85 6,35 ‐ Sibolga 8,37 10,10 12,03 12,36 7,88 4,80 5,19 1,59 3,36 6,06 5,26 12,83 11,37 7,57 ‐ Padangsidempuan 8,71 14,34 12,62 12,34 8,50 1,73 3,12 1,87 2,29 5,60 3,71 8,26 7,94 4,55 ‐ Pertanian 6.398,93 6.248,74 6.410,88 6.242,09  6.696,00  6.506,00  6.705,82      6.619,32 7.005,79 6.839,12 7.057,99 6.976,67 7.436,70 7.158,29 ‐ Pertambangan & Penggalian 314,65 327,82 330,66 331,21     322,00     322,37     334,28         344,64 336,27 340,65 354,13 365,34 360,60 368,79 ‐ Industri Pengolahan 6.033,65 5.900,70 6.145,05 6.225,82  6.194,00  6.113,00  6.303,77      6.365,86 6.529,85 6.455,52 6.603,48 6.599,60 6.525,96 6.669,12 ‐ Listrik, Gas, dan Air Bersih 187,15 190,41 196,03 199,36     200,00     203,37     205,38         206,78 212,39 215,40 219,64 222,44 232,40 237,61 ‐ Bangunan 1.720,47 1.752,13 1.784,87 1.833,17  1.783,57  1.829,64  1.926,64      2.014,51 1.894,82 1.931,67 2.051,19 2.155,66 2.091,40 2.093,67 ‐ Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4.818,59 4.718,62 4.960,52 5.017,79  5.079,00  4.976,00  5.207,92      5.312,55 5.410,87 5.327,03 5.543,55 5.594,70 5.834,24 5.743,81 ‐ Pengangkutan dan Komunikasi 2.428,92 2.421,32 2.495,44 2.537,56  2.574,99  2.618,00  2.702,59      2.734,66 2.776,19 2.842,77 2.974,39 3.028,53 3.093,90 3.132,63 ‐ Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1.838,20 1.841,99 1.885,12 1.914,53  1.939,00  1.896,00  2.027,43      2.076,59 2.152,86 2.159,04 2.181,70 2.302,06 2.348,22 2.394,07 ‐ Jasa‐Jasa 2.532,72 2.594,71 2.661,07 2.731,46  2.738,00  2.762,00  2.817,10      2.899,56 2.866,63 2.908,42 3.052,97 3.148,14 3.110,79 3.175,56 5,35 5,51 7,73 6,97 4,63 4,74 4,97 5,70 6,02 6,55 6,42 6,36 6,32 6,74 2.333,02 2.406,09 2.417,65 1.769,72 1.274,36 1.449,29 1.515,92 2.048,00 1.790,50 1.302,98 2.312,75 2.532,44 2.560,99 2.598,21 2.102,33 1.906,94 2.076,85 2.214,16 1.753,54 1.835,80 1.834,23 2.431,93 1.630,35 1.156,72 2.286,93 1.917,36 1.543,13 1.926,01 635,70 708,26 843,66 666,59 419,43 505,38 570,89 618,93 592,03 453,75 649,00 725,24 871,04 931,24 1.346,56 1.358,95 1.371,47 1.086,02 878,93 1.022,86 1.009,14 1.182,56 1.064,28 870,41 1.228,65 1.384,92 1.379,03 1.563,98 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) Pertumbuhan PDRB (yoy %) PDRB ‐ harga konstan (Rp miliar) Sumber : Inflasi dan PDRB ‐> BPS ; Ekspor‐Impor ‐> Bank Indonesia Laju Inflasi Tahunan (yoy %) Indeks Harga Konsumen MAKRO

(11)

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II 90,20                92,87        97,46      108,08    114,55    109,52    110,58    115,77    114,62      118,87      126,61    133,70    137,49    144,81 72,08                75,72        77,97        84,29 88,82 89,56      90,31      94,88      95,40        97,87      102,94    109,07    112,60    115,99 ‐ Giro (Rp Triliun) 15,08 16,09 14,87 15,07 16,25 17,04 17,19 16,64 16,80 18,04 18,39 17,80 20,27 21,57 ‐ Tabungan (Rp Triliun) 27,18 28,73 28,58 30,58 31,08 31,97 33,10 37,12 36,11 37,51 41,05 45,32 45,93 47,47 ‐ Deposito (Rp Triliun) 29,82 30,90 34,52 38,64 41,49 40,55 40,02 41,13 42,49 42,32 43,50 45,95 46,40 46,95 ‐ Modal Kerja 30,90 36,69 37,72 36,03 34,49 35,10 36,56 38,32 39,29 40,16 44,19 45,73 46,67 49,30 ‐ Konsumsi 10,74 11,17 12,16 14,38 16,48 17,14 17,55 18,64 20,68 22,54 23,83 17,90 26,33 27,45 ‐ Investasi 13,14 14,48 15,99 16,31 14,82 14,94 16,00 16,62 15,67 18,00 16,47 24,92 18,51 20,22 ‐ LDR 76,01% 82,33% 84,48% 79,03% 73,94% 75,01% 76,86% 77,55% 79,29% 82,46% 82,08% 81,19% 81,27% 83,60% 0,45 0,43 0,49 0,53 0,51 0,53 0,55 0,57 0,61 0,62 0,64 0,67 0,70 0,72 0,33 0,31 0,34 0,35 0,37 0,39 0,41 0,42 0,44 0,45 0,46 0,49 0,52 0,50 ‐ Tabungan (Rp Triliun) 0,15 0,13 0,14 0,14 0,16 0,17 0,18 0,18 0,19 0,20 0,21 0,22 0,23 0,23 ‐ Deposito (Rp Triliun) 0,18 0,18 0,20 0,21 0,21 0,22 0,23 0,24 0,25 0,25 0,25 0,27 0,29 0,27 0,33 0,33 0,38 0,38 0,39 0,40 0,43 0,44 0,46 0,48 0,48 0,49 0,49 0,50 8,67% 7,88% 6,61% 7,26% 7,95% 7,75% 7,21% 7,05% 6,52% 6,25% 6,25% 8,15% 6,69% 8,00% 100,00% 106,45% 111,76% 108,57% 105,41% 102,56% 104,88% 104,76% 104,55% 106,67% 104,35% 100,61% 94,81% 100,00% Sumber: Laporan Bulanan Bank  Umum (LBU), KBI Medan 2008 LDR Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun)  Rasio NPL Gross (%) Kredit (Rp Triliun)  BPR: 2009 Total Aset (Rp Triliun) Bank Umum : PERBANKAN INDIKATOR 2010 2011 DPK (Rp Triliun)

(12)

GAMBARAN UMUM

Pada triwulan II-2011 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,74% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain ditunjang oleh transaksi perdagangan internasional yang semakin menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Secara tahunan peningkatan pertumbuhan tertinggi dialami sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Pada triwulan II-2011, Sumut mengalami inflasi 0,00% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulanan nasional yang tercatat sebesar 0,36%. Inflasi (qtq) ini juga lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 0,40%. Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada Juni 2011 tercatat sebesar 4,96%, jauh di bawah inflasi tahunan triwulan I-2011 sebesar 7,38%. Inflasi Sumut juga lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,54%.

Perkembangan indikator perbankan Sumut sampai dengan triwulan II-2011 masih terus mengalami peningkatan. Indikator perbankan bank umum konvensional dan bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, kualitas kredit semakin menunjukkan perkembangan yang menggembirakan yang diiringi dengan penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 2,97% pada triwulan I-2011 menjadi 2,86%.

Total aset perbankan Sumut pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 5,32% (qtq) dan 21,82% (yoy). Total aset perbankan sebesar Rp144,81 triliun didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp139,85 triliun (96,57%) sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp4,96 triliun (3,43%).

Peran Keuangan Daerah terhadap perekonomian Sumut pada triwulan II-2011 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Di sisi penerimaan, realisasi penerimaan pajak Pemerintah Provinsi Sumut pada triwulan II-2011 diperkirakan meningkat 9,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

(13)

Ringkasan Eksekutif 

ix 

Perekonomian Sumut pada triwulan II-2011 tumbuh 6,74% (yoy)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Pada triwulan II-2011 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,74% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain ditunjang oleh transaksi perdagangan internasional yang semakin menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Secara tahunan peningkatan pertumbuhan tertinggi dialami sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor-sektor andalan Sumut seperti pertanian dan industri pengolahan sebagai sektor unggulan Sumut masih mencatatkan pertumbuhan positif bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun pertumbuhan tersebut meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya juga.

Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan II-2011 terutama didorong oleh aktivitas ekspor dan konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Namun pertumbuhan aktivitas konsumsi rumah tangga pada triwulan ini sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya seiring dengan berkurangnya

aktivitas konsumsi masyarakat yang cukup tinggi. Hal senada juga

terlihat dari pertumbuhan investasi yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Akan tetapi, dilihat dari prompt indicator seperti level ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi dunia usaha, masih berada di atas 100 yang berarti masih optimisnya pelaku usaha akan kondisi ke depan.

Dengan menggunakan prompt indicator konsumsi sebagai indikasi, pengeluaran masyarakat Sumut untuk pembelian barang-barang konsumsi relatif meningkat. Konsumsi durable dan non

durable goods pada triwulan II-2011 mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Hal ini juga tercermin

dari indikator barang konsumsi lainnya seperti konsumsi BBM,

penjualan makanan dan minuman, serta penjualan pakaian dan perlengkapannya yang mengalami peningkatan di triwulan laporan.

Hanya penjualan perlengkapan rumah tangga yang mengalami

sedikit penurunan.

Di sisi lain, kegiatan perdagangan luar negeri justru menunjukkan peningkatan. Peningkatan ekspor, didorong oleh kenaikan harga komoditas CPO dan karet di pasar internasional dan kenaikan permintaan luar negeri terhadap produk-produk dari komoditas tersebut. Seiring dengan kenaikan ekspor, nilai dan volume impor juga meningkat khususnya pada produk industri makanan dan minuman.

(14)

Inflasi Sumut pada triwulan II-2011 sebesar 4,94% (yoy) atau 0,00% (qtq) Peningkatan kinerja perbankan di triwulan II-2011 tercermin dari peningkatan aset, DPK, dan kredit. PERKEMBANGAN INFLASI

Pada triwulan II-2011, Sumut mengalami inflasi 0,00% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulanan nasional yang tercatat sebesar 0,36%. Inflasi (qtq) ini juga lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 0,40%. Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada Juni 2011 tercatat sebesar 4,96%, jauh di bawah inflasi tahunan triwulan I-2011 sebesar 7,38%. Inflasi Sumut juga lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,54%.

Ditinjau dari disagregasi inflasi, inflasi Sumut pada Juni 2011 tidak lagi didominasi oleh volatile foods, melainkan inflasi inti. Inflasi inti (core inflation) tercatat sebesar 5,29% (yoy). Sementara itu inflasi

volatile foods sebesar 3,79% (yoy) dan administered price sebesar

3,48% (yoy).

Kendati potensi risiko inflasi di triwulan ini menurun, namun perlu dicermati beberapa potensi risiko yang dapat meningkatkan tekanan inflasi pada periode ke depan. Upside risks tersebut adalah tingginya harga komoditas internasional, rencana kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi, harga minyak dunia yang berpotensi untuk terus naik akibat isu geopolitik di Timur Tengah, dan meningkatnya permintaan berbagai komoditas terutama pangan.

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, bahan makanan mengalami deflasi dalam level yang relatif kecil yakni sebesar -0,03% (qtq). Kelompok lainnya juga mengalami inflasi triwulanan yang sangat kecil. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga mengalami inflasi sebesar 0,00%. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; kelompok kesehatan; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,01%. Sementara itu kelompok sandang pada triwulan ini mengalami inflasi sebesar 0,02%.

Berdasarkan kota, terjadi penurunan laju inflasi triwulanan di keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut. Bahkan kota Sibolga dan Padangsidempuan mengalami deflasi -0,01%. Sementara itu, Medan dan Pematangsiantar laju inflasinya 0,00%. PERKEMBANGAN PERBANKAN

Perkembangan indikator perbankan Sumut sampai dengan triwulan II-2011 masih terus mengalami peningkatan. Secara tahunan maupun triwulanan, indikator perbankan, baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, kualitas

(15)

Ringkasan Eksekutif 

xi 

kredit semakin menunjukkan perkembangan yang menggembirakan yang diiringi dengan penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 2,97% pada triwulan I-2011 menjadi 2,86%.

Total aset perbankan Sumut pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 5,32% (qtq) dan 21,82% (yoy). Total aset perbankan sebesar Rp144,81 triliun didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp139,85 triliun (96,57%) sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp4,96 triliun (3,43%).

Dana pihak ketiga yang dihimpun pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 3,01% (qtq) atau 18,51% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp115,99 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan seluruh jenis simpanan yaitu giro, tabungan dan deposito dengan persentase kenaikan masing-masing sebesar 6,41%, 3,35% dan 1,19% (qtq). Peningkatan ini mengindikasikan semakin baiknya kinerja perbankan dalam menarik kepercayaan masyarakat. Secara tahunan seluruh instrumen dana pihak ketiga juga mengalami kenaikan dan tertinggi dialami oleh tabungan yaitu sebesar 26,55%(yoy), sedangkan giro dan deposito naik masing-masing sebesar 19,57%(yoy) dan 10,94%(yoy).

Kredit yang disalurkan perbankan Sumatera Utara pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 5,96%(qtq) atau 20,16% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp96,97 triliun. Pertumbuhan kredit tertinggi di triwulan laporan dialami oleh kredit investasi yaitu sebesar 9,22% (qtq).

Pertumbuhan kredit investasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit konsumsi pada triwulan II-2011 relatif tidak merubah struktur kredit Sumatera Utara yang didominasi kredit modal kerja sebesar Rp49,30 triliun (50,84%), diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi masing-masing sebesar Rp27,45 triliun (28,31%) dan Rp20,22 triliun (20,85%).

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Peran Keuangan Daerah terhadap perekonomian Sumut pada triwulan II-2011 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Di sisi penerimaan, realisasi penerimaan pajak Pemerintah Provinsi Sumut pada triwulan II-2011 diperkirakan meningkat 9,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian penerimaan pajak terkait dengan meningkatnya aktivitas perekonomian sehingga tingkat penerimaan pajak dari para wajib pajak juga turut meningkat.

(16)

Aktivitas sistem pembayaran Sumut, baik RTGS maupun kliring juga tumbuh positif. Aliran uang kartal juga menunjukkan adanya net-inflow

Realisasi penerimaan pajak di Kanwil Ditjen Pajak Sumatera Utara (Sumut I) Medan hingga pertengahan Juni 2011 tercatat senilai Rp4,4 triliun, atau sekitar 39% dari target tahun 2011 sebesar Rp9 triliun. Kinerja penerimaan pajak tersebut meningkat sekitar 9,3% dibandingkan penerimaan pajak pada periode yang sama tahun 2010 yang nilainya tercatat senilai Rp3,9 triliun.

Selama akhir triwulan II-2011, realisasi serapan APBD Sumut 2011 mencapai 35% dari APBD Sumut yang mencapai Rp4,5 triliun. Adanya transisi kepemimpinan/ peralihan pelaksaan kewenangan dari Gubernur Sumut non-aktif kepada wakilnya yang hanya sebagai Pelaksana tugas (Plt) termasuk jabatan Sekdaprovsu (Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara Pemprov Sumut) diperkirakan berdampak pada penyerapan APBD Sumut 2011.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia

Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan II-2011

mengalami kenaikan sebesar Rp21.831 miliar atau 13,74% menjadi Rp180.730 miliar dari nilai transaksi pada triwulan I-2011 yang tercatat sebesar Rp158.899 miliar. Sedikit berbeda dengan nilai transaksi RTGS, volume transaksi RTGS di Sumut justru menurun dari 237.119 transaksi pada triwulan I-2011 menjadi 233.833 transaksi pada triwulan II-2011.

Nilai transaksi kliring pada triwulan II-2011 tercatat sebesar Rp33.237 miliar. Nilai ini meningkat 2,71% atau Rp876 miliar bila dibandingkan dengan triwulan I-2011 yang sebesar Rp32.361 miliar. Kendati terjadi peningkatan nilai perputaran kliring namun volume transaksinya justru menurun dari 871.477 warkat pada triwulan I-2011 menjadi 833.342 warkat pada triwulan II-I-2011. Bila dibandingkan dengan posisi tahun lalu yang nilainya sebesar Rp29.100 miliar, perputaran kliring mengalami kenaikan sebesar 14,22% atau Rp4.136,97 miliar. Adapun besarnya kliring retur pada triwulan II-2011 tercatat sebanyak 18.077 warkat dengan nilai Rp424 miliar.

Sementara itu, jumlah penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong di wilayah Sumut pada Triwulan II-2011 tercatat sebanyak 16.369 warkat dengan nilai Rp368 miliar. Dengan demikian rata-rata penolakan cek dan bilyet giro per harinya sebanyak 264 warkat dengan nilai Rp5,94 miliar.

Pada triwulan II-2011 terjadi peningkatan temuan uang palsu yang cukup signifikan bila dibandingkan triwulan lalu. Sepanjang triwulan II-2011 jumlah temuan uang palsu yang tercatat di Kantor Bank Indonesia Medan berdasarkan laporan bank sebanyak 436 lembar senilai Rp23.270.000. Padahal triwulan lalu, jumlah temuan

(17)

Ringkasan Eksekutif 

xiii 

Terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka dan peningkatan daya beli petani.

uang palsu hanya 156 lembar atau senilai Rp8.420.000. Peningkatan yang cukup tajam ini karena pada bulan Maret 2011 tidak terdeteksi adanya temuan uang palsu dalam perputaran kas di KBI Medan. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Seiring dengan semakin bergeraknya perekonomian Sumut pada triwulan laporan, kondisi ketenagakerjaan juga terus menunjukkan perbaikan. Pada triwulan laporan, jumlah penyerapan tenaga kerja baru diperkirakan mengalami peningkatan, terutama pada sektor jasa-jasa dan bangunan.

Dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), jumlah pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) indikator jumlah karyawan pada triwulan I-2011 yang masih bernilai positif yaitu 4,15.

Berdasarkan lapangan usahanya, sektor jasa-jasa merupakan sektor yang melakukan penambahan jumlah tenaga kerja terbesar dengan nilai SBT 4,77 diikuti oleh sektor bangunan dengan nilai SBT 1,53 dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan nilai SBT 1,05. Penyebab terjadinya peningkatan penggunaan tenaga kerja pada ketiga sektor ini adalah adanya perluasan usaha.

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat Sumut diperkirakan semakin meningkat. Faktor utama penyebab peningkatan ini antara lain adalah meningkatnya penghasilan masyarakat akibat semakin terbukanya lapangan pekerjaan serta meningkatnya ekspor Sumut. Hal ini diindikasikan oleh hasil Survei Konsumen di Kota Medan, yang menunjukkan adanya peningkatan Indeks Penghasilan Saat ini, Indeks Ekspektasi Penghasilan serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja.

Selain itu, kesejahteraan masyarakat yang meningkat juga terlihat dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Sumut yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumut sebanyak 1.481.300 orang atau sebesar 11,33% terhadap jumlah penduduk seluruhnya. Kondisi ini lebih baik dibandingkan dengan tahun 2010 dimana jumlah penduduk miskin sebanyak 1.490.900 orang (menurun sebanyak 9.600 orang).

(18)

Pertumbuhan ekonomi sumut triwulan III-2011 diproyeksikan sebesar 6,8%±1(yoy) PROSPEK PEREKONOMIAN Perkiraan Ekonomi

Perekonomian Sumut diperkirakan terus mengalami akselerasi hingga triwulan III-2011. Pertumbuhan ekonomi Sumut pada periode tersebut diperkirakan berada pada kisaran 6,8% ±1 (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Dengan perkiraan tersebut, perekonomian Sumut pada tahun 2011 diperkirakan berkisar 6,5%±1 (yoy). Prospek positif tersebut didukung oleh kondisi perekonomian global yang semakin baik, iklim investasi yang semakin kondusif, serta daya beli masyarakat yang lebih baik.

Dari sisi permintaan, akselerasi perekonomian Sumut didukung oleh meningkatnya pertumbuhan seluruh komponen permintaan. Konsumsi rumah tangga diperkirakan semakin tumbuh meningkat, terdorong oleh perayaan Idul Fitri yang diperkirakan lebih ramai dibandingkan tahun 2010, karena semakin menguatnya daya beli masyarakat. Disamping itu, perbankan turut berperan terhadap meningkatnya konsumsi melalui meningkatnya penyaluran kredit konsumsi, karena suku bunga pembiayaan diperkirakan akan mengalami penurunan. Meningkatnya konsumsi rumah tangga salah satunya diindikasikan oleh meningkatnya Indeks Ekspektasi Konsumen, baik dari sisi Ekspektasi Penghasilan serta Ekspektasi Kondisi Perekonomian.

Seiring dengan prospek perekonomian yang semakin kondusif, investasi diperkirakan akan tumbuh semakin baik pada triwulan III-2011, baik dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) maupun kalangan usaha. Kenaikan investasi yang dilakukan oleh Pemda dikarenakan target Pemda yang mengejar keterlambatan realisasi anggaran pada semester I-2011 agar program kerja tahunan dapat terpenuhi. Sementara itu, kinerja ekspor Sumut diperkirakan tetap mengalami kenaikan seiring prospek pulihnya perekonomian global, serta masuknya peak season.

Sementara itu, berdasarkan angka Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang dilakukan Badan Pusat Statistik, nilai ITK Sumut pada triwulan III-2011 diperkirakan sebesar 109,88, artinya kondisi ekonomi konsumen diperkirakan akan membaik. Tingkat optimisme konsumen diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2011 (nilai ITK sebesar 106,26). Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan III-2011 didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga (nilai indeks sebesar 112,83) dan rencana pembelian barang tahan lama (nilai indeks sebesar 103,75).

(19)

Ringkasan Eksekutif 

xv 

Inflasi triwulan III-2011 diperkirakan 5,70%±1% (yoy)

Perkiraan Inflasi Daerah

Tekanan inflasi Sumut pada triwulan III-2011 diperkirakan akan berada pada kisaran 5,70% ± 1%. Peningkatan tekanan inflasi terutama bersumber dari lonjakan konsumsi menjelang Hari Raya Idul Fitri 2011. Tak hanya itu, inflasi volatile foods yang mulai mereda 2 bulan terakhir triwulan ini berpotensi untuk kembali meningkat di triwulan mendatang.

Ekspektasi masyarakat tehadap perkembangan harga pada triwulan III-2011 juga meningkat. Hal ini terkonfirmasi oleh indeks ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang dan 6 bulan yang akan datang pada Survei Konsumen bulan Juni 2011. Indeks ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang tercatat 178 dan indeks ekspektasi harga konsumen 6 bulan yang akan datang tercatat 182, kedua indeks ini merupakan yang tertinggi sejak awal 2010.

Kendati demikian, potensi peningkatan tekanan inflasi tersebut dapat diredam apabila panen raya bulan September 2011 berjalan lancar dan didukung dengan distribusi komoditas yang lancar dari daerah penghasil ke kota. Selain itu, peran Pemda dan SKPD terkait untuk mengamankan stok dan memastikan ketahanan pangan menjelang Hari Raya dinilai dapat meredam tekanan inflasi.

Berdasarkan proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta determinan utama inflasi di Sumatera Utara, maka diperkirakan inflasi tahunan (yoy) pada triwulan III-2011 akan meningkat menjadi 5,70% ± 1% (yoy) dan inflasi 2011 mencapai 5,50% ± 1% (yoy).

(20)

BAB I

Perkembangan Ekonomi

Makro Regional

(21)

B

B

B

A

A

A

B

B

B

1

1

1

P

P

P

E

E

E

R

R

R

K

K

K

E

E

E

M

M

M

B

B

B

A

A

A

N

N

N

G

G

G

A

A

A

N

N

N

E

E

E

K

K

K

O

O

O

N

N

N

O

O

O

M

M

M

I

I

I

M

M

M

A

A

A

K

K

K

R

R

R

O

O

O

R

R

R

E

E

E

G

G

G

I

I

I

O

O

O

N

N

N

A

A

A

L

L

L

“Pada triwulan II-2011, perekonomian Sumut kembali mencatatkan pertumbuhan yang mengesankan dengan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,74%

(yoy). Sektor keuangan dan sektor pengangkutan merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi.”

1.1. KONDISI UMUM

Pada triwulan II-2011 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,74% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain ditunjang oleh transaksi perdagangan internasional yang semakin menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Secara tahunan peningkatan pertumbuhan tertinggi dialami sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor-sektor andalan Sumut seperti pertanian dan industri pengolahan sebagai sektor unggulan Sumut masih mencatatkan pertumbuhan positif bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun khusus sektor pertanian pertumbuhan triwulan laporan tidak setinggi pertumbuhan triwulan sebelumnya.

Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan II-2011 terutama didorong oleh aktivitas ekspor dan investasi. Sementara pertumbuhan aktivitas konsumsi rumah tangga pada triwulan ini sedikit menurun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan

sebelumnya seiring dengan berkurangnya aktivitas konsumsi masyarakat. Peningkatan realisasi

investasi pada triwulan laporan didukung pula oleh prompt indicator seperti level ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi dunia usaha, masih berada di atas 100 yang berarti pelaku usaha masih optimistis akan kondisi ke depan.

Di sisi lain, peningkatan ekspor terutama didorong oleh kenaikan harga-harga komoditas internasional seperti CPO dan karet serta kenaikan permintaan luar negeri terhadap produk-produk dari komoditas tersebut. Seiring dengan kenaikan ekspor, nilai dan volume impor juga meningkat khususnya pada produk industri makanan dan minuman.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga didukung oleh pertumbuhan yang sama pada sisi pembiayaan khususnya yang berasal dari perbankan. Pertumbuhan kredit yang tinggi di triwulan ini terutama didorong oleh peningkatan permintaan untuk membiayai pertumbuhan ekonomi yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010 serta adanya peningkatan suku bunga kredit. Tren pertumbuhan pembiayaan perbankan untuk kegiatan ekonomi di berbagai sektor semakin menunjukkan peningkatan, baik pertumbuhan kredit modal kerja maupun kredit investasi. Sementara itu, kegiatan konsumsi rumah tangga tetap berlangsung dengan pembiayaan konsumsi melalui kredit perbankan. Hal ini tercermin dari laju pemberian kredit konsumsi yang terbesar setelah kredit modal kerja.

(22)

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut 5,35%5,51% 7,73% 6,97% 4,64%4,57% 5,07% 5,70%6,03% 6,50%6,40%6,36%6,32%6,74% 0,00% 1,00% 2,00% 3,00% 4,00% 5,00% 6,00% 7,00% 8,00% 9,00%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

yoy (%)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

1.2. SISI PERMINTAAN

Perekonomian Sumut pada triwulan II-2011 tumbuh 6,74% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,32% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Sumut masih didorong oleh meningkatnya kegiatan ekspor dan investasi. Sementara konsumsi swasta diperkirakan masih tetap tinggi dan masih akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Sumut selama tahun 2011 khususnya pada triwulan depan. Sementara itu, membaiknya kinerja ekspor mendorong perbaikan nilai tambah net ekspor-impor Sumut.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut Dari Sisi Permintaan (%)

(23)

1. Konsumsi

Konsumsi pada triwulan II-2011 tumbuh 6,96% (yoy), sedikit menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,06%(yoy). Kendati terjadi penurunan pertumbuhan, namun pertumbuhan konsumsi masih berada pada level yang cukup tinggi. Pertumbuhan konsumsi masih didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga sebesar 6,44%.

Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.3. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini

Sumber : Survei Konsumen (SK), KBI Medan

Sementara itu, indeks keyakinan konsumen (IKK) pada bulan Juni 2011 meningkat

menjadi 107% setelah pada Mei 2011 berada pada indeks 105%. Meningkatnya optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini maupun 6 bulan yang akan datang yang tercermin dari dengan meningkatnya Indeks Ekonomi Saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), yaitu masing-masing sebesar 0,21 poin dan 5,08 poin.

Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi Grafik 1.5. Pertumbuhan Penjualan Elektronik

Sumber : SK, Bank Indonesia Medan Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE), Bank Indonesia Medan

Dengan menggunakan prompt indicator konsumsi sebagai indikasi, pengeluaran masyarakat Sumut untuk pembelian barang-barang konsumsi relatif meningkat. Konsumsi

(24)

durable dan non durable goods pada triwulan II-2011 mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan yang sama tahun lalu. Hal ini juga tercermin dari indikator barang konsumsi lainnya

seperti konsumsi BBM, penjualan makanan dan minuman, serta penjualan pakaian dan perlengkapannya yang mengalami peningkatan di triwulan laporan. Hanya penjualan perlengkapan rumah tangga yang mengalami sedikit penurunan.

Grafik 1.6. Pertumbuhan Penjualan BBM Grafik 1.7. Penjualan Makanan&Tembakau

Sumber : SPE, KBI Medan

Grafik 1.8. Penjualan Perlengkapan RT Grafik 1.9. Penjualan Pakaian&Perlengkapan

Sumber : SPE, KBI Medan

Sementara itu, penyaluran kredit konsumsi, yang menjadi salah satu penopang pertumbuhan konsumsi masyarakat, tumbuh 21,78% dengan nilai sebesar Rp27,45 triliun. Penyaluran kredit baru untuk jenis penggunaan konsumsi pada triwulan II-2011 juga mengalami peningkatan pertumbuhan yang signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Adapun jumlah dari penyaluran kredit ini adalah sebesar Rp1,20 triliun.

(25)

Grafik 1.10. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi Grafik 1.11. Penyaluran Kredit Baru untuk oleh Bank Umum di Sumut konsumsi oleh Bank Umum di Sumut

Sumber : LBU, KBI Medan

2. Investasi

Pada triwulan II-2011 kegiatan investasi tumbuh sebesar 8,57%, meningkat cukup jauh dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencatat pertumbuhan sebesar 2,85%. Pertumbuhan investasi yang lebih tinggi ini terutama dikarenakan meningkatnya kegiatan belanja pemerintah memasuki akhir semester I-2011. Seiring dengan meningkatnya anggaran yang dimiliki pemerintah Sumut untuk membangun infrastruktur pada tahun anggaran 2011 memberikan harapan akan peningkatan investasi ke depannya. Peningkatan investasi sektor bangunan juga tercermin dari meningkatnya penjualan bahan konstruksi dan penjualan semen. Nilai penjualan semen pada bulan Juni 2011 mencapai 316 ribu ton, atau meningkat sebesar 36,29% (yoy). Berdasarkan survei penjualan eceran (SPE), penjualan bahan konstruksi bulan Juni 2011 adalah sebesar Rp814 juta meningkat dibandingkan bulan Maret 2011 sebesar Rp805 juta.

Grafik 1.12. Pengadaan Semen di Sumut Grafik 1.13. Penjualan Bahan Konstruksi

Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk tujuan investasi terus menunjukkan tren peningkatan. Pertumbuhan kredit investasi pada Maret 2011 tercatat sebesar 18,14% (yoy) dengan outstanding kredit mencapai

(26)

Peningkatan kredit ini mencerminkan bahwa kredit perbankan masih menjadi pilihan utama dalam melakukan pembiayaan invetasi. Kendati demikian, sektor riil diperkirakan juga menggunakan sumber pendanaan investasi lain seperti modal sendiri, pinjaman, obligasi dan

saham, meskipun proporsinya masih relatif kecil.

Grafik 1.14. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut

Sumber : LBU, KBI Medan

Untuk tahun 2011, sektor jasa masih diunggulkan sebagai investasi usaha di Sumut. Sebab, sektor tersebut berpeluang tumbuh lebih tinggi dibandingkan sektor perkebunan dan sektor pertambangan yang tidak lagi memiliki lahan untuk melakukan ekspansi. Berdasarkan realisasi data investasi PMDN dan PMA sepanjang tahun 2010, sebanyak 15 perusahaan yang menginvestasikan usahanya dalam bidang jasa ditambah lagi dengan sektor pakan ternak, makanan, perkebunan, pertanian tanaman pangan, konstruksi, perhotelan dan industri.

Rencana investasi berdasarkan Surat Persetujuan (SP), untuk tahun 2011 baru mencakup enam proyek yaitu PMA dengan sektor usaha pertanian tanaman pangan, perkebunan, jasa, industri makanan, kontruksi, perhotelan dan industri kayu dengan total investasi sekitar USD48,23 juta. Sementara untuk perusahaan PMDN tidak mengalami pencatatan. Sementara itu, realisasi investasi berdasarkan Daftar izin usaha tetap untuk tahun 2011, tercatat PMA sebanyak 23 proyek dengan nilai investasi sebesar USD242,49 juta dan PMDN sebanyak 14 proyek dalam bidang jasa, industri pakan, makanan, industri semen dan industri kimia dengan realisasi investasi mencapai Rp491,99 juta.

(27)

Rencana Investasi Berdasar Surat Persetujuan Realisasi Investasi Berdasar Izin Usaha Tetap

Sumber : BKPM

Khusus di Sumut, sedikitnya ada lima industri yang potensial dikembangkan mulai dari kelapa sawit, karet, industri logam, olahan kopi dan teh, hasil laut dan industri permesinan. Untuk itulah rencana investasi pembangunan klaster sawit di Sei Mangkei dan pembangunan

hub-internasional Kuala Tanjung diperkirakan akan sangat mendukung pengembangan potensi

tersebut.

Perkembangan lima industri di Sumut ini dinilai tidak terlalu sulit karena potensi sumber daya alam yang masih sangat besar seperti sawit, karet, kopi dan hasil laut. Meskipun, sektor pendukung lainnya seperti infrastruktur di sektor transportasi dan energi masih belum memadai. Terkait dengan terdapatnya lima industri yang potensial dikembangkan, Kementerian Koperasi dan UKM pada 2011 mengembangkan program Kerjasama Antar Daerah (KAD) ke Provinsi Sumatera Utara, Bengkulu dan Sulawesi Selatan, menyusul keberhasilan program tersebut di Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

Saat ini KAD terbukti sukses diterapkan di beberapa negara, seperti Jepang, Brasil dan Argentina. Tiga kota di Jepang, yakni Oyama, Gifu, dan Yufuin bahkan berhasil meningkatkan perekonomiannya dengan mengusung sistem KAD. KAD di Indonesia terwujud dalam bentuk

Regional Management (RM) dan diyakini menjadi salah satu solusi terbaik untuk

mengembangkan potensi komoditas wilayah seperti halnya di Provinsi Jawa Tengah yang melibatkan lima kabupaten, yakni Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen. Adapun pengembangan di Sumut terutama untuk komoditas kopi, dan enam kabupaten yang dilibatkan dalam KAD adalah Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Simalungun, Karo dan Dairi yang diberi nama RM Lake Toba.

Pembangunan Bandara Kuala Namu yang terletak di Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang saat ini dari sisi udara dan darat sudah mencapai 75% dengan target penyelesaian pada 2012. Untuk memperlancar proses pembangunan, Pemprov Sumut telah memanggil satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan Pemkab Deli Serdang untuk membahas percepatan dalam pelepasan tanah untuk akses jalan non-tol menuju Bandara Kualanamu.

(28)

3. Ekspor - Impor

Nilai ekspor Sumut mengalami peningkatan sebesar 54,10%, dari USD1.913 juta pada triwulan II-2010 menjadi USD2.948 juta pada triwulan II-2011. Hal ini mengindikasikan, selama 2011 ekspor Sumut memberikan harapan semakin meningkatnya aktivitas perdagangan luar negeri. Peningkatan pertumbuhan ekspor ini didukung dengan membaiknya kinerja ekspor CPO dan karet Sumut ke luar negeri yang merupakan komoditas terbesar ekspor dan peningkatan harga komoditas-komoditas tersebut di pasar internasional.

Pada triwulan II-2011, pertumbuhan impor Sumut mencapai 35,00%. Nilai impor Sumut pada triwulan laporan mencapai USD931,24 juta setelah pada triwulan II-2010 sebesar USD689,82 juta. Jika dirinci menurut golongan penggunaan barang terjadi peningkatan untuk semua golongan, yaitu impor barang konsumsi, impor bahan baku/penolong, dan impor barang modal. Dari peningkatan tersebut, impor bahan baku/penolong masih memberikan andil yang cukup besar mencapai 60,78%. Peningkatan aktivitas impor tersebut sejalan dengan adanya lonjakan untuk mendukung ekspansi pada sisi penawaran (berupa impor barang modal dan bahan baku) dan memenuhi kebutuhan konsumsi langsung masyarakat (berupa barang konsumsi).

Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Ekspor & Impor Grafik 1.16. Perkembangan Volume Ekspor & Impor

(29)

Grafik 1.17. Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan 0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 100.000 0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2009 2010 2011 muat (ton) bongkar (ton) Sumber : BPS Bongkar Muat 

Menurut jenis komoditas yang diekspor, struktur ekspor pada triwulan II-2011 tidak jauh berbeda dengan struktur ekspor di triwulan II tahun 2010.

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Ekspor Tabel 1.2. Nilai Ekspor Triwulan II-2011 Produk Utama

Sumber : BI Sumber : BI

Berdasarkan kelompok industri, ekspor golongan industri pengolahan memberikan andil tertinggi pada total ekspor triwulan laporan dengan andil sebesar 69,56%, diikuti oleh golongan pertanian dan perikanan dengan andil 30,44%. Secara spesifik, andil ekspor golongan industri pada triwulan ini disumbang oleh ekspor kelompok produk makanan dan minuman dengan andil 45,97%, produk bahan kimia (10,92%) serta karet dan produk dari karet (3,58%).

(30)

Grafik 1.19. Perkembangan Harga Karet Grafik 1.20 Perkembangan Harga CPO

Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg

Nilai ekspor Sumut pada golongan barang lemak dan minyak nabati pada triwulan II-2011 meningkat sebesar 78,07% (yoy), dari USD709,75 juta menjadi USD1.263,81 juta, begitu juga secara volume meningkat sebesar 22,86%. Tingginya bea keluar (BK) komoditas CPO di tahun 2011 ternyata tak berdampak menekan aktivitas ekspor unggulan Sumut ini melalui Pelabuhan Belawan. Meskipun sejak awal 2011 BK CPO cukup tinggi yakni mencapai 25%, namun hingga semester I-2011 aktivitas ekspor CPO Sumut yang dikapalkan melalui dermaga pipa terpadu Pelabuhan Belawan tercatat masih meningkat yakni sekitar 2,97%. Selama semester I-2011, volume ekspor CPO Sumut melalui dermaga pipa terpadu Pelabuhan Belawan tercatat sebanyak 1.239.465 ton. Sedangkan pada periode yang sama tahun 2010 volumenya sebesar 1.203.665 ton atau meningkat 2,97%. Tingginya harga CPO di pasar dunia merupakan pendorong naiknya ekspor CPO Sumut.

Sementara itu, memasuki akhir Juni 2011, harga CPO terlihat mengalami penurunan dan pada awal Juli berada di harga USD1.064,54/metric ton. Harga CPO berjangka untuk penyerahan Agustus 2011 di MDEX (Malaysia Derivatives Exchange) turun tipis. Harga CPO berada pada level harga RM3128 per ton turun dari harga sebelumnya RM3170 per ton. Di BKDI (Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia), harga CPO untuk penyerahan Agustus 2011 ditutup pada level harga Rp8.910 per kilogram atau melemah Rp150 per kilogram. Meningkatnya produksi Kelapa Sawit Mentah atau CPO di Malaysia menjadi pengaruh utama penurunan harga CPO. Produksi CPO Malaysia diperkirakan mencapai 18 juta ton dan ekspor akan meningkat sebesar 1 juta ton menjadi 16,5 juta ton CPO. Selain itu, penurunan harga CPO juga dipengaruhi penurunan harga komoditas lainnya dan pasar saham di tengah kekhawatiran melemahnya pemulihan ekonomi AS.

Nilai ekspor golongan karet dan barang dari karet di Sumut pada triwulan II-2011 sebesar USD806,23 juta, meningkat 59,65% dibandingkan triwulan yang sama tahun

(31)

sebelumnya yang tercatat sebesar USD504,99 juta. Sementara itu, dari sisi harga internasional, harga karet mengalami penurunan. Kenaikan produksi global Karet Alam berpengaruh terhadap penurunan harga Karet berjangka meski penurunan harga tidak terlalu besar. Berdasarkan data

Singapore Commodity Exchange, harga Karet berjangka untuk penyerahan September 2011

ditutup melemah. Harga Karet RSS3 berada pada level harga USD483 per kilogram dari harga sebelumnya USD484,3 per kilogram. Produksi global dari Karet alam (NR) diperkirakan akan meningkat 3,3%. Total produksi diharapkan dapat 2,15 juta ton dari produksi sebelumnya sebesar 2,09 juta ton. Produksi pada bulan Agustus diprediksi akan menjadi 924.000 ton dan 992.000 ton pada bulan September.

Sementara itu, pada penutupan perdagangan di NYMEX harga Kopi arabika ditutup melemah setelah dalam beberapa hari mengalami kenaikan harga. Harga Kopi berjangka untuk penyerahan September 2011 ditutup pada level harga USD2,41 per pounds atau melemah 0,013 poin. Melemahnya harga Kopi dipengaruhi bertambahnya stok Kopi setelah adanya berita akan terjadi berkurangnya pasokan Kopi asal Brazil. Pasokan Kopi dunia meningkat setelah adanya tambahan pasokan Kopi asal India dan Vietnam. Ekspor Kopi dari India meningkat 313.270 ton, dibantu oleh meningkatnya pengiriman ke Italia dan Jerman. India, produsen terbesar kelima dunia, menyumbang hanya 4,5% dari produksi Kopi dunia namun mengekspor 70 sampai 80 produksinya.

Grafik 1.21 Perkembangan Harga Kopi

Sumber: Bloomberg

Nilai ekspor golongan kopi, teh, rempah-rempah pada triwulan II-2011 sebesar USD106,49 juta, naik 61,63% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD65,88 juta. Dilihat dari negara tujuan ekspor, nilai ekspor ke India, Jepang dan Cina mencatat nilai tertinggi masing-masing sebesar USD326,22 juta, USD444,67 juta dan USD213,51 juta. Hanya nilai ekspor untuk tujuan negara Pakistan, Arab Saudi dan

(32)

Sedangkan nilai ekspor untuk tujuan ASEAN, Asia, dan Eropa, seluruhnya mengalami

peningkatan yang signifikan dalam periode perbandingan yang sama. Pada triwulan laporan,

pangsa pasar untuk tujuan India meningkat dari 11,34% pada periode yang sama tahun lalu menjadi 16,90%. Berbeda dengan pangsa pasar untuk tujuan Jepang yang mengalami

penurunan dari 14,06% pada triwulan I tahun lalu menjadi 12,40%.

Grafik 1.22. Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan Grafik 1.23. Pangsa Ekspor Menurut Negara Tujuan

Sumber : Bank Indonesia

Sementara itu, impor masih didominasi oleh bahan baku untuk mendukung kegiatan produksi terutama pada industri yang mengandung komponen impor tinggi (high import

content) seperti industri kimia. Pada triwulan laporan, impor Sumut masih didominasi oleh

industri manufaktur sebesar 88,90% dari total nilai impor. Komoditas impor bahan baku manufaktur yang utama tetap berupa produk dari industri kimia sebesar 23,23%, diikuti dengan produk dari industri makanan dan minuman 18,16% dan industri logam dasar 10,64%.

Tabel 1.3. Nilai Impor Triwulan-II 2011

Sumber : Bank Indonesia

Dilihat dari negara asal impor, nilai impor dari Cina mencatat nilai tertinggi pada triwulan II-2011 sebesar USD259,81 juta, diikuti oleh India (USD74,76 juta) dan Thailand (USD71,03 juta).

(33)

Grafik 1.24 Nilai Impor Menurut Negara Asal

Sumber: Bank Indonesia

1.3. SISI PENAWARAN

Perkembangan di sisi permintaan, terutama konsumsi direspon oleh beberapa sektor

ekonomi non-utama, yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; angkutan dan

komunikasi; sektor bangunan; dan sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Sementara itu, sektor utama seperti pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan maupun sektor transportasi dan

komunikasi maupun sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan yang relatif stabil. Secara

keseluruhan perekonomian di triwulan II-2011 masih tumbuh cukup tinggi.

Tabel 1.4. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Selama triwulan II-2011, perekonomian Sumut didorong oleh pertumbuhan dua sektor ekonomi non dominan, yaitu keuangan, persewaan dan jasa serta sektor pengangkutan dan

(34)

lainnya di Sumut. Sementara itu, sektor pertanian menunjukkan penurunan pertumbuhan sebesar 4,73% setelah pada triwulan sebelumnya sempat mengalami peningkatan.

Grafik 1.25. Perkembangan Pertumbuhan Sektor Unggulan

Sumber : BPS

1. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan II-2011 mengalami pertumbuhan yang positif dengan tumbuh sebesar 4,73% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumya sebesar 6,62% (yoy). Penurunan kinerja tersebut dikarenakan mulai berakhirnya musim panen di beberapa sentra produksi padi Sumut.

Penurunan pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan ini juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani. Hal ini antara lain tercermin dari penurunan nilai tukar petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Sumut terhadap perkembangan harga-harga di kabupaten/kota di Provinsi Sumut, NTP pada bulan Juni 2011 sebesar 103,39, menurun 0,21 poin dibandingkan angka NTP pada bulan Maret 2011 yang sebesar 103,60.

(35)

Penurunan pertumbuhan sektor pertanian juga sejalan dengan penyaluran kredit perbankan ke sektor ini yang menurun 1,93% (yoy). Nilai kredit ke sektor pertanian mencapai Rp11,19 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp11,41 triliun.

Grafik 1.27. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian

Sumber : LBU, KBI Medan

a. Produksi Padi

Angka Tetap (ATAP) produksi padi Tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara sebesar 3.582.302 ton Gabah Kering Giling (GKG) meningkat sebesar 54.403 ton dibandingkan angka tetap (ATAP) produksi padi Tahun 2009. Peningkatan tersebut disebabkan meningkatnya hasil per hektar sebesar 1,56ku/ha atau 3,40%, sedangkan luas panen mengalami penurunan sebesar 13.733 hektar atau 1,79%.

Angka Ramalan II (ARAM II) produksi padi pada Tahun 2011 diperkirakan sebesar 3.600.230 ton Gabah Kering Giling, naik sebesar 17.928 ton dibanding produksi ATAP Tahun 2010. Peningkatan produksi disebabkan peningkatan luas panen sebesar 365 ha atau 0,05%, sedangkan hasil per hektar mengalami kenaikan sebesar 0,21 ku/ha atau 0,44%.

Sementara itu, Sumatera Utara dan empat daerah lain di Indonesia, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan diminta menjadi sentra produksi beras nasional. Kelima daerah tersebut diminta tetap mempertahankan swasembada beras dan terus meningkatkan produktivitas padi di tengah kondisi anomali iklim yang menyebabkan pergeseran pola tanam pertanian. Untuk menindaklanjuti arahan tersebut, Dinas Pertanian Sumut akan tetap melakukan langkah meningkatkan koordinasi dengan kabupaten/kota di Sumut yang menjadi daerah sentra produksi beras secara lokal.

Beberapa langkah yang telah dilakukan Sumut untuk mencapai swasembada beras, antara lain melakukan program tanam pada areal sawah tadah hujan seluas 120 ribu hektar, serta memanfaatkan semaksimal mungkin lahan-lahan tidur sebagai areal baru lahan sawah. Sampai akhir 2010, produksi gabah Sumut mengalami surplus sebesar 307.010 ton, dengan

(36)

produksi sebesar 3.643 juta ton atau setara beras 2,2 juta ton, dengan kebutuhan 2,1 juta ton bagi 13,3 juta penduduk.

b. Produksi Jagung

ATAP produksi jagung Tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1.377.718 ton, naik sebesar 211.170 ton dibandingkan produksi jagung Tahun 2009. Peningkatan tersebut disebabkan kenaikan luas panen sebesar 27.040 hektar atau 10,91% dan hasil per hektar juga mengalami kenaikan sebesar 3,05 ku/ha atau 6,48%.

ARAM II produksi jagung pada Tahun 2011 diperkirakan sebesar 1.353.877 ton, turun sebesar 23.841 ton dibanding produksi ATAP Tahun 2010. Penurunan produksi disebabkan oleh penurunan luas panen sebesar 9.533 hektar atau 3,47%, sedangkan hasil per hektar mengalami kenaikan sebesar 0,90 ku/ha atau 1,80%.

c. Produksi Kedelai

ATAP produksi kedelai Tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara sebesar 9.439 ton, turun sebesar 4.767 ton dibandingkan produksi kedelai Tahun 2009. Penurunan tersebut disebabkan penurunan luas panen sebesar 3.691 hektar atau 32,11% dan hasil per hektar juga mengalami penurunan sebesar 0,26 ku/ha atau 2,10%.

ARAM II produksi kedelai pada Tahun 2011 diperkirakan sebesar 7.949 ton, turun sebesar 1.490 ton dibanding produksi ATAP Tahun 2010. Penurunan produksi disebabkan oleh penurunan luas panen sebesar 455 hektar atau 5,83%, sedangkan hasil per hektar mengalami penurunan sebesar 1,28 ku/ha atau 10,58%.

2. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup siginifikan pada triwulan II-2011, sektor ini tumbuh 4,66% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 0,53% (yoy).Faktor utama yang menekan pertumbuhan di sektor

industri pengolahan ini antara lain meningkatnya jumlah produksi yang signifikan dari berbagai sub-industri yang tergabung dalam kategori industri pengolahan.

(37)

Grafik 1.28. Nilai dan Volume Ekspor Grafik 1.29. Nilai dan Volume Ekspor Plastik, Karet dan Produk Turunannya Makanan, Minuman dan Tembakau

Sumber : Bank Indonesia

Peningkatan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang pada triwulan II tahun 2011 tersebut terutama disebabkan adanya peningkatan produksi Industri Furnitur dan Pengolahan Lainnya sebesar 18,30%, Industri Karet dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik sebesar 13,02%, Industri Makanan dan Minuman sebesar 11,88%, dan Industri Kayu, Barang-barang dari Kayu (tidak termasuk furnitur) dan Barang-barang Anyaman sebesar 1,50%. Disamping itu ada juga Industri yang mengalami kenaikan produksi yaitu Industri Barang Galian Bukan Logam sebesar 18,99%, Industri Kimia dan Barang-barang dari Bahan Kimia sebesar 17,53 %, Industri Barang-barang dari Logam, kecuali Mesin dan Peralatannya sebesar 14,40 %, Industri Kertas dan Barang dari Kertas sebesar 1,08%, dan Industri Logam Dasar sebesar 0,36%.

Demikian halnya dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor industri pengolahan mengalami peningkatan pertumbuhan 8,72% (yoy). Nilai kredit ke sektor industri pengolahan mencapai Rp21,06 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar Rp19,37 triliun.

Grafik 1.30. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Industri Pengolahan

(38)

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 7,05%

(yoy), sedikit menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,06% (yoy).

Pertumbuhan ini diperkirakan terutama berasal dari sumbangan subsektor perdagangan. Hal ini diindikasikan oleh beberapa prompt indicator seperti jumlah arus barang bongkar muat di

pelabuhan Belawan. Sementara itu, kinerja sektor perhotelan mengalami sedikit penurunan.

Grafik 1.31. Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (Ton)

0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 100.000 0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2009 2010 2011 muat (ton) bongkar (ton) Sumber : BPS Bongkar Muat 

Pada bulan Juni 2011, tingkat hunian hotel di wilayah Sumut mengalami penurunan

dibandingkan bulan Maret 2011.

Tabel 1.5. Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%)

Sumber : BPS

Tingkat penghunian kamar hotel rata-rata bintang di Sumut pada bulan Juni 2011 mencapai 43,80% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 46,43%

dan bulan Maret 2011 sebesar 44,81%. Secara agregat, rata-rata lama menginap tamu asing

dan tamu domestik pada hotel berbintang di Sumatera Utara di bulan Juni 2011 mencapai 1,44 hari.

(39)

Dukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran terus melanjutkan tren yang meningkat sejak trend-reversal pada triwulan I-2010 dengan mencatatkan pertumbuhan yang signifikan pada triwulan ini sebesar 32,06% (yoy). Pada akhir Juni 2011, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp22,20 triliun.

Grafik 1.32. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR

Sumber : LBU, KBI Medan

4. Sektor Keuangan

Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan

ini yaitu sebesar 10,91% (yoy). Hal ini dikonfirmasi oleh kinerja perbankan Sumut yang memiliki

pangsa dominan pada sektor ini menunjukkan peningkatan performance.Pada triwulan laporan

ini, perbankan Sumut membukukan pertumbuhan kredit sebesar 20,16%.

(40)

5. Sektor Bangunan

Pada triwulan II-2011, sektor bangunan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 6,58%(yoy) meskipun menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 9,45% (yoy). Sementara itu, realisasi pengadaan semen Sumut di bulan Juni 2011 dengan jumlah 205 ribu ton meningkat 5,10% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Grafik 1.33. Realisasi Pengadaan Semen Sumut

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Namun demikian, pembiayaan yang dilakukan oleh bank umum di Sumut ke sektor bangunan dan konstruksi meningkat sebesar 19,56% (yoy). Penyaluran kredit sektor ini mencapai Rp2,69 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp2,25 triliun.

Grafik 1.34. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi

6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Pada triwulan II-2011, sektor pengangkutan dan komunikasi mencatat pertumbuhan tertinggi kedua dibandingkan sektor lainnya dengan pertumbuhan sebesar 9,73%. Faktor yang

Gambar

Grafik 1.14. Posisi Penyaluran Kredit Investasi  oleh Bank Umum di Sumut
Grafik 1.17. Volume Muat Barang di  Pelabuhan Belawan  0 10.00020.00030.00040.00050.00060.00070.00080.00090.000 100.0000100.000200.000300.000400.000500.000600.000700.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2009 2010 2011 muat 
Grafik 1.21 Perkembangan Harga Kopi
Tabel 1.4. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan nilai kecepatan putar rotor dan torsi elektromagnetik tersebut dilalukan dengan mengatur nilai amplitudo dan frekuensi tegangan masukan pada bagian

Berdasarkan kerangka pikir penelitian di atas menjelaskan bahwa, untuk menganalisis tingkat kecukupan modal pada bank konvensional dengan bank syariah maka ditinjau dari

Klon PSJT 941 dan VMC 86- 550 memiliki nilai koefisien regresi lebih dari 1 (bi>1), berarti klon tersebut beradaptasi khusus terhadap lingkungan yang baik

Sesuai dengan Standar Dirjen Perhubungan Darat SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek

5) Guru mengingatkan kepada siswa agar tidak takut bertanya ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan. 6) Masing – masing kelompok mempersentasikan hasil diskusi di depan

Dengan menggunakan persamaan model seperti diatas ini dan melakukan analisis menggunakan regresi data panel dengan dua uji kelayakan terhadap model tersebut, maka

Tujuan penelitian ini adalah membuat sistem informasi peramalan obat–obatan dengan menggunakan metode Winter, dan membuat perencanaan persediaan obat-obatan

Perancangan kampanye “Cara Pintar Dalam Berhemat Listrik Prabayar” ini memiliki konsep yaitu sebuah kampanye hemat energi yang dapat merangkul konsumen listrik