• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN TEORI

B. Ekspresi Emosi

3. Ekspresi Emosi Nonverbal

Ekspresi emosi nonverbal adalah ekspresi emosi yang diungkapkan lewat tanda-tanda nonverbal, yaitu melalui ekspresi wajah, gerakan tangan, gerak tubuh, cara berbicara, maupun nada suara. Banyak informasi, terutama suasana hati atau emosi, dapat diperoleh dari ekspresi nonverbal.

Ekman dan Friesen (1984) menyebutkan bahwa emosi dapat dipelajari melalui tanda-tanda yang terlihat di wajah. Emosi-emosi seperti marah, sedih, takut, dan terkejut dapat dilihat melalui gerakan-gerakan otot di dahi, sekitar mata, hidung, dan mulut.

Mengenai ekspresi wajah, Prawitasari (1995) menyatakan bahwa ekspresi wajah dapat mengungkap emosi manusia. Untuk mengenal

emosi-emosi tersebut hal yang paling tepat dilakukan adalah memperhatikan kerutan-kerutan di sekitar dahi, mata, hidung, dan mulut. Kerutan-kerutan tersebut akan menunjukkan emosi yang dialami. Misalnya, emosi sedih akan terlihat dari mata meskipun orang tersenyum bahkan tertawa. Ketidaksesuaian ini akan menimbulkan kebingungan dalam mengartikannya, terlebih jika pernyataan yang dikemukakan juga senjang dengan apa yang diekspresikan melalui wajah. Dalam hal ini, ekspresi nonverbal terutama ekspresi wajah, gerak tangan, dan tubuh dinilai lebih jujur daripada pernyataan yang diungkap secara verbal.

Meski demikian, penggunaan ekspresi verbal dan nonverbal hendaknya terintegrasi dengan baik dan penilaian terhadapnya juga dilakukan secara menyeluruh dan bersama-sama. Menurut Planalp & Knie (dalam Fussell (Ed.), 2002) memfokuskan penilaian terhadap salah satu elemen saja (misalnya ekspresi verbal) cenderung diikuti dengan pengabaian pada elemen lain. Hal ini membuat kehalusan dan kekayaan makna dari emosi itu sendiri tidak dapat tertangkap dengan baik. 3.1. Klasifikasi Pesan Nonverbal

Rakhmat (2003) membagi pesan nonverbal menjadi tiga kelompok besar. Klasifikasi tersebut mengikuti klasifikasi yang dibuat Leathers (1978) dengan sedikit perubahan:

a. Tipe Visual

Pesan kinesik adalah pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh untuk menyampaikan makna tertentu. Pesan kinesik terdiri dari tiga komponen utama, yaitu pesan fasial (menggunakan air muka untuk menyampaikan pesan), pesan gestural (menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan), dan pesan postural (menggunakan seluruh anggota badan).

Pesan fasial

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menunjukkan sepuluh kelompok makna, yaitu kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad.

Rangkuman berbagai penelitan tentang wajah menungkapkan bahwa wajah dapat mengkomunikasikan hal-hal sebagai berikut: (1) penilaian dengan ekspresi senang dan tidak senang, (2) minat terhadap orang lain atau lingkungan, (3) intensitas keterlibatan dalam suatu situasi, (4) tingkat pengendalian individu terhadap pernyataannya sendiri, dan (5) ada atau tidaknya pengertian.

Pesan gestural

Menurut Galloway (dalam Rakhmat, 2003) pesan gestural dapat digunakan untuk: (1) mendorong/ membatasi, (2) menyesuaikan/mempertentangkan, (3) responsif/tidak

responsif, (4) mengungkapkan perasaan negatif/positif, (5) memperhatikan/tidak memperhatikan, (6) melancarkan/ tidak reseptif, dan (7) menyetujui/menolak.

Pesan postural

Mehrabian (dalam Rakhmat, 2003) menyebutkan tiga makna yang dapat disampaikan oleh postur tubuh, yaitu

immediacy, power, dan responsiveness.

Immediacy adalah ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap individu lain. Ketika berkomunikasi, postur yang condong ke arah lawan bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif.

Power mengungkapkan tinggi rendahnya status pada diri komunikator. Sedangkan responsiveness dikomunikasikan apabila secara emosional individu bereaksi positif maupun negatif terhadap lingkungan. Bila postur tubuh tidak berubah, berarti individu menunjukkan sikap yang kurang responsif.

2) Pesan proksemik

Dalam pesan proksemik, informasi atau makna tertentu disampaikan dengan menggunakan pengaturan jarak dan ruang. Pengaturan jarak dalam komunikasi dapat mengungkapkan status sosial-ekonomi, keterbukaan, dan tingkat keakraban antara si pemberi dan penerima pesan.

Selain itu, pesan proksemik juga dapat diungkapkan dengan mengatur ruangan obyek dan rancangan interior.

3) Pesan artifaktual

Pesan artifaktual diungkapkan melalui keseluruhan penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik yang digunakan. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, seseorang sering berperilaku dan berhubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsi yang dimiliki tentang tubuhnya (body image).

Pakaian dan kosmetik erat kaitannya dengan pembentukan citra diri. Pakaian yang dikenakan seseorang dapat digunakan untuk menyampaikan identitas diri. Menyampaikan identitas diri berarti menunjukkan bagaimana perilaku orang tersebut dan bagaimana seharusnya perlakuan orang lain terhadap dirinya. Selain itu, pakaian dapat dipakai untuk menyampaikan perasaan, status dan peranan, serta fornalitas. Sedangkan penggunaan kosmetik pada wajah dapat mengungkapkan kesehatan, sikap yang ekspresif dan komunikatif, serta kehangatan.

b. Tipe Auditif (Paralinguistik)

Secara keseluruhan, pesan paralinguistik merupakan alat yang paling cermat untuk menyampaikan perasaan kepada orang

lain. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara pengucapan pesan verbal. Satu pesan verbal dapat memiliki arti yang berbeda-beda jika diucapkan dengan cara yang berbeda. Pesan paralinguistik antara lain terdiri atas nada, kualitas suara, volume, kecepatan, dan ritme.

c. Tipe Nonvisual – Nonauditif

Pesan yang termasuk dalam tipe nonvisual-nonauditif adalah pesan sentuhan dan bau-bauan (tacticle and olfactory messages). Pesan tersebut adalah pesan yang tidak berupa kata-kata, tidak terlihat, dan tidak terdengar.

C. KESEDIHAN

1. Pengertian dan Konsep Kesedihan

Menurut sejarah evolusi, kesedihan adalah perasaan milik mamalia yang berakar pada dua hal, yaitu duka mendalam akibat terpisahnya hubungan induk dengan bayi (maternal-infant separation) dan pada saat mengalami kekalahan dalam perkelahian. Kesedihan adalah emosi yang dirasakan ketika kehilangan sesuatu, baik obyek maupun orang lain, yang sangat penting atau sangat berarti dalam hidup.

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan kesedihan. Penyebab utamanya adalah kehilangan dan keterpisahan, perubahan suasana atau lingkungan fisik, dan konflik dalam suatu hubungan. Sementara hal-hal

yang dapat memicu munculnya perasaan sedih apabila mendengarkan musik dengan tempo yang lambat, berada di dekat orang yang mengalami kesedihan, atau mengingat peristiwa masa lalu yang menyedihkan.

Secara biologis, kesedihan dikarenakan kurangnya produksi seratonin dalam otak. Seratonin adalah senyawa dalam otak yang berperan sebagai transmiter atau pemancar neural dan memainkan peran dalam jadwal tidur dan emosi (Chaplin, 2004). Orang yang merasa sedih memiliki lebih sedikit kadar seratonin dalam tubuh dibandingkan dengan orang yang sedang gembira.

Dokumen terkait