• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN TEORI

A. Emosi

ditampilkan oleh Didi Kempot lewat lagu-lagu dan video klipnya, serta untuk mengetahui bagaimana dinamika antara kesedihan dan maskulinitas.

D. MANFAAT PENELITIAN

Secara umum, manfaat penelitian dapat dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini dapat menjadi sebuah wacana yang meninjau pengalaman dan cara mengekspresikan emosi, terutama emosi sedih, dari perspektif

sosial, budaya, dan psikologi. Penggunaan maskulinitas sebagai konsep terkait juga dapat memberikan sumbangan bagi teori-teori psikologi khususnya dalam hal emosi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan alternatif cara bersikap bagi laki-laki dimana laki-laki-laki-laki tidak perlu takut dan malu untuk dapat mengalami dan mengekspresikan kesedihannya.

Selain itu, dengan menggunakan analisis semiotik, yang tidak banyak dilakukan untuk penelitian psikologi, penelitian ini dapat menjadi alternatif penelitian psikologi dengan menggunakan metode semiotik.

BAB II TINJAUAN TEORI

A. EMOSI

1. Pengertian dan Konsep Emosi

Emosi merupakan aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, sering terdengar kata „emosi‟ diucapkan oleh hampir setiap orang pada berbagai kesempatan. Kata „emosi‟ memang akrab dengan kehidupan sehari-hari,namun penggunaannya cenderung diartikan secara negatif. Emosi dianggap sebagai hal yang berkonotasi dengan kemarahan atau hal-hal yang merugikan orang lain, padahal emosi sangat bermanfaat dan dapat memberi warna pada kehidupan manusia.

„Kesalahan‟ seperti di atas memang tidak bisa dihindari karena emosi merupakan sesuatu yang sangat kompleks, sehingga emosi tidak memiliki satu pengertian yang dapat dipahami dan diterima secara universal. Salah satu upaya menyelidiki definisi emosi adalah dengan memperhatikan asal katanya atau etimologi emosi. Kata „emosi‟ berasal dari bahasa Latin emovere, yang terdiri dari kata ‟e‟ berarti keluar dan ‟movere‟ berarti gerak. Dengan demikian secara sederhana emosi dapat dirumuskan sebagai gerak keluar atau gerak menjauh dari-. Namun upaya ini tidak cukup menjelaskan kompleksitas emosi, sehingga mendorong

para ahli dan peneliti untuk terus berupaya merumuskan definisi dan konsep emosi.

Pada awal sejarah psikologi, William James (dalam Dayakisni, 2004) merumuskan emosi sebagai hasil dari reaksi terhadap sebuah stimulus. Kemudian Buck (dalam Dayakisni, 2004) menyempurnakan definisi emosi sebagai perasaan mendalam yang diikuti adanya perubahan elemen kognitif maupun fisik dan mempengaruhi perilaku.

Konsep emosi lainnya juga dikemukakan oleh Sloman (t.t). Menurut Sloman, emosi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang melibatkan seluruh aktifitas kognitif lainnya seperti memori, presepsi, evaluasi, dan pemecahan masalah. Sedangkan Kleinginna dan Kleinginna (sebagaimana dikutip oleh Sloboda & Juslin, 2001) mencoba menemukan definisi emosi yang terdapat dalam 92 buah buku, artikel, kamus, dan sumber-sumber lain. Mereka menemukan bahwa emosi merupakan suatu interaksi yang kompleks antara faktor subyektif dan obyektif dan dihubungkan oleh sistem saraf dan hormonal, yang dapat (a) membangkitkan pengalaman afektif, (b) menimbulkan proses kognitif, (c) mengaktifkan penyesuaian fisiologis yang luas terhadap situasi yang menggerakkan, (d) membawa pada tingkah laku yang ekspresif, bertujuan, dan adaptif.

Ortony, dkk (dalam Guerrero dan Andersen, 1997) mendefinisikan emosi sebagai keadaan mental spesifik yang berfokus pada afek. Dengan kata lain, emosi lebih merupakan suatu afek daripada keadaan kognitif dan

behavioral. Meski demikian, menurut Scherer (dalam Guerrero dan Andersen, 1997) komponen kognitif dan behavioral termasuk dalam komponen yang membentuk emosi selain komponen fisiologis dan faktor kesiapan aksi.

Selain definisi di atas, masih terdapat banyak sekali definisi emosi yang berbeda. Hal ini menjelaskan bahwa emosi merupakan fenomena yang sangat kompleks. Namun, semua definisi di atas memiliki kesamaan bahwa emosi merupakan keadaan internal yang melibatkan unsur afektif, kognitf, behavioral, dan perubahan fisiologis yang kesemuanya membawa pada tingkah laku yang ekspresif, bertujuan, dan adaptif.

2. Pendekatan dalam Memahami Emosi

Cara-cara individu dalam mengalami dan mengekspresikan emosi sangat membantu untuk merumuskan konsep emosi dan membedakannya. Menurut Sloboda & Juslin (2001), ada beberapa pendekatan untuk memahami emosi yaitu pendekatan kategorial, pendekatan dimensional, dan pendekatan prototip.

a. Pendekatan Kategorial

Menurut pendekatan kategorial, emosi dibagi menjadi beberapa kategori yang berbeda satu sama lain, yang disebut basic emotions

(emosi-emosi dasar). Basic emotions adalah suatu konsep yang mengasumsikan bahwa terdapat beberapa emosi yang bersifat asli dan universal dan merupakan sumber atau asal dari semua emosi lainnya.

Emosi-emosi dasar tersebut adalah gembira, marah, sedih, takut, dan jijik.

b. Pendekatan Dimensional

Jika pendekatan kategorial menitikberatkan pada karakteristik yang membedakan emosi satu dengan yang lain, maka pendekatan dimensional mengidentifikasi emosi berdasarkan dimensi-dimensi yang dimiliki seperti aktivitas, potensi, dan valensi.

Russell (1980) dalam penelitiannya mengemukakan circumplex model

yang membagi emosi ke dalam dua dimensi, yaitu valensi dan aktifasi. Model semacam ini dianggap sebagai cara yang sederhana dan kuat untuk mengkategorikan emosi berdasarkan penilaian afeknya (menyenangkan atau tidak menyenangkan) dan reaksi fisiologisnya (tinggi atau rendah).

Di sisi lain, pendekatan semacam ini dianggap mengaburkan perbedaan psikologis emosi berikut aspek-aspeknya. Meski demikian, kedua pendekatan di atas, kategorial dan dimensional, cenderung bersifat saling melengkapi.

c. Pendekatan Prototip

Asumsi dasar dari pendekatan ini terletak pada bahasa yang membentuk konsepsi dan kategorisasi informasi. Keanggotaan emosi pada suatu kategori didasarkan pada kemiripan dengan prototip lain. Sebagai contoh emosi riang dan senang lebih cocok menjadi prototip dari emosi gembira daripada emosi lega.

3. Fungsi Emosi

Emosi memiliki fungsi yang sangat penting bagi individu dan kehidupannya. Menurut Mandatu (2007) terdapat tujuh fungsi emosi, yaitu:

a. Menimbulkan respon otomatis sebagai persiapan menghadapi krisis Secara fisiologis, individu memiliki syaraf simpatetik yang merupakan bagian dari sistem syaraf otonom. Syaraf simpatetik berfungsi menggerakkan respon otomatis dalam keadaan krisis. Misalnya, jika bertemu dengan anjing yang terlihat marah, maka reaksi emosi (takut) akan mengaktifkan fungsi syaraf simpatetik yang menimbulkan respon menjauh atau lari untuk menghindari anjing tersebut.

b. Menyesuaikan tindakan dengan peristiwa tertentu

Emosi membantu individu untuk menggunakan respon yang tepat pada situasi tertentu. Misalnya, dalam keadaan duka individu akan menyesuaikan tindakan dengan situasi tersebut dengan memakai pakaian hitam atau tidak bercanda tawa.

c. Memotivasi tindakan yang ditujukan untuk pencapaian tujuan tertentu Setiap tindakan yang dilakukan individu pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini emosi dapat membuat individu melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk mencapai tujuan. Misalnya, ketika individu mengalami emosi cinta, maka individu akan terdorong melakukan bermacam-macam tindakan untuk mendapatkan

perhatian orang yang dicintai, misalnya menemani mendaki gunung padahal takut akan ketinggian.

d. Mengkomunikasikan pesan kepada orang lain

Pada saat mengalami suatu emosi, orang lain akan menangkap pesan di balik emosi tersebut. Misalnya, jika sedang marah maka pesan yang ingin disampaikan adalah agar orang lain lebih bersikap hormat, atau ingin memukul orang yang membuat marah. Orang lain akan mengerti meski pesan itu terkadang tidak diucapkan atau ditunjukkan secara langsung.

e. Mempererat ikatan sosial

Hubungan sosial yang terjalin tanpa melibatkan emosi membuat hubungan tersebut menjadi hambar dan kurang bermakna. Adanya emosi positif seperti kebahagian penerimaan, kegembiraan, dan kedamaian akan membuat hubungan sosial yang terjalin semkain erat. Emosi juga membantu dalam interaksi antarindividu khususnya tentang bagaimana sikap atau perilaku yang seharusnya ditampilakan. f. Mempengaruhi memori dan evaluasi terhadap suatu kejadian

Emosi dapat mempengaruhi memori terhadap suatu kejadian untuk kemudian mempengaruhi juga evaluasi yang diberikan terhadap kejadian tersebut. Misalnya, respon emosional ketika dikejar anjing (detak jantung meningkat, keringat dingin, dan gemetar karena takut) memberi tahu individu untuk menghindari tempat dan situasi yang sama di masa yang akan datang. Demikian juga emosi yang

menyenangkan dapat bertindak sebagai penguat (reinforcer) yang mengajarkan individu untuk mencari situasi yang serupa dengan emosi menyenangkan tersebut.

g. Meningkatkan daya ingat terhadap memori tertentu

Individu akan lebih mengingat kembali kenangan-kenangan yang diliputi oleh emosi kuat, dan sebaliknya. Misalnya ketika kehilangan orang yang dicintai, peristiwa ini akan teringat dengan kuat karena pada saat itu individu mengalami kesedihan yang amat sangat.

4. Pengalaman Emosi

Guerrero (1998) mendeskripsikan pengalaman emosi sebagai suatu keadaan mental yang spesifik dan merupakan sesuatu yang dialami di dalam diri seseorang atau dengan kata lain bersifat intrapersonal. Pengalaman emosi timbul karena adanya reaksi internal dalam diri seseorang terhadap suatu stimulus yang membangkitkan emosi ( emotion-eliciting stimulus).

Valensi afektif adalah komponen utama dari pengalaman emosi. Yang dimaksud dengan valensi afektif adalah arah penilaian kognitif dari suatu situasi tertentu, apakah situasi tersebut dinilai baik atau buruk, positif atau negatif, sehingga respon terhadap situasi tersebut bisa dikatakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.

Selain valensi afektif, komponen lain yang menyusun pengalaman emosi adalah: (a) kesadaran akan struktur makna situasional dan penilaian

kognitif terhadap suatu situasi, (b) kesiapan aksi, yaitu tendensi untuk melakukan atau mencegah timbulnya perilaku, dan (c) perubahan faali, termasuk di dalamnya perubahan detak jantung, perubahan tingkah laku, dan perubahan ekspresi fasial.

Pengalaman emosi juga merupakan pengalaman yang kaya akan makna. Emosi yang dialami seseorang merupakan perpaduan dari afek, persepsi, dan pengetahuan konseptual tentang emosi yang tergabung dalam suatu waktu tertentu dan menciptakan suatu keadaan dimana emosi dipahami sebagai disebabkan oleh obyek atau situasi tertentu (Barrett dkk, 2007).

Dokumen terkait