• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengeluaran Daerah: -Rutin -Pembangunan -.Pertanian - Infrastruktur - Pendidikan - Kesehatan - Lainnya Produksi Pangan Harga Pangan Konsumsi Pangan

Ketahanan Pangan Kemiskinan

UU No.22Thn 1999 UU No.25Thn 1999 dan UU No 32Th 2004 UU No 33 Th 2004 PDRB : -Pertanian -NonPertanian TENAGA KERJA -Pertanian -NonPertanian PDRB/KAPIT A PENDAPATAN PERTANIAN

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

3.3. Hipotesis

Hipotesis mayor dalam penelitian ini adalah desentralisasi fiskal berpengaruh pada kemiskinan dan ketahanan pangan di Wilayah Provinsi Jawa Barat. Dalam membangun model keterkaitan antar blok di dalam satu sistem persamaan simultan harus didasarkan pada hubungan sebab akibat yang didasarkan pada pemikiran logika dari fenomena yang terjadi dan teori ekonomi. Hipotesis minor yang menghubungkan keterkaitan antar blok dalam sistem persamaan penelitian adalah :

1. Pajak daerah dipengaruhi oleh kinerja perekonomian daerah dan kondisi kemiskinan daerah, akan berpengaruh pada kinerja fiskal daerah melalui PAD dan penerimaan daerah

2. Kinerja fiskal daerah berpengaruh pada kinerja perekonomian daerah melalui pembiayaan pada pengeluaran pembangunan. Pengeluaran pembangunan ke sektor pertanian berpengaruh pada PDRB sektor pertanian, produksi pangan (beras) dan pendapatan sektor pertanian

3. Kinerja perekonomian daerah berpengaruh pada ketahanan pangan dan kondisi kemiskinan daerah melalui penyerapan tenaga kerja, peningkatan PDRB, produksi pangan (beras)

4. Kemiskinan daerah berpengaruh pada ketahanan pangan melalui daya beli, penduduk miskin adalah penduduk yang mempunyai daya beli rendah sehingga merupakan penduduk mempunyai resiko rawan pangan tinggi.

5. Kondisi kemiskinan dan ketahanan pangan daerah berpengaruh pada kinerja fiskal daerah melalui penerimaan pajak daerah

Hipotesis secara keseluruhan dari model sistem persamaan dalam penelitian tercermin dari tanda parameter pada setiap persamaan struktural pada model penelitian.

4.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Wilayah Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilaksanakan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan sentra produksi beras terbesar di Indonesia. Dimana beras sampai sekarang masih merupakan makanan pokok sebagian besar bangsa Indonesia. Dan usahatani padi juga masih merupakan tempat dimana masyarakat Indonesia khususnya pada wilayah Jawa Barat menggantungkan hidupnya sebagai mata pencarian.Daerah kajian sebagai unit analisis adalah semua kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Barat yang tidak mengalami perubahan / pemekaran pada periode waktu analisis. Pengambilan data dilaksanakan mulai bulan Maret 2006 sampai dengan bulan Desember 2006.

4.2. Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS Pusat Jakarta, Provinsi dan Kabupaten di Wilayah Jawa Barat, Departemen Keuangan, Departemen Pertanian, Departemen Kesehatan, Bulog, Dewan Ketahanan Pangan,Bapeda Jawa Barat, Pemda Kabupaten/ Kota dan instansi terkait lainnya.

4.3. Metode Analisis

Untuk menjawab tujuan pertama dilakukan analisis deskriptif baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan melakukan kajian secara makro regional terhadap kinerja fiskal, kemiskinan dan ketahanan pangan di Jawa Barat.

persamaan sistem simultan dengan melakukan analisis struktural, evaluasi kebijakan dan non kebijakan yang dilakukan dengan analisis simulasi historis periode sebelum desentralisasi ( tahun 1995 – 2000) dan periode desentralisasi fiskal (tahun 2001 – 2005).

4.4.Konstruksi Model Ekonometrika

Model ekonomi daerah dibangun dengan sistem persamaan simultan dinamis yang dikontruksi menjadi empat blok yaitu blok fiskal daerah, blok perekonomian daerah, blok kemiskinan dan blok ketahanan pangan. Blok fiskal menggambarkan perilaku fiskal daerah yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran daerah, perilaku fiskal akan menghasilkan kinerja fiskal daerah yang selanjutkan akan mempempengaruhi kinerja perekomian daerah berupa penyerapan tenaga kerja, PDRB dan PDRB per kapita. Kinerja perekonomian akan mempengaruhi kondisi kemiskinan daerah dan kondisi kemiskinan akan mempengaruhi kinerja ketahanan pangan. Selanjutnya kondisi kemiskinan dan kinerja ketahanan pangan daerah akan mempengaruhi kinerja fiskal, karena kapasitas fiskal daerah akan dipengaruhi oleh kondisi masyarakatnya. Masyarakat dengan daya beli rendah yang dicerminkan tingginya tingkat kemiskinan dan rendahnya kinerja ketahanan pangan akan menghasilkan potensi pajak daerah yang rendah sehingga akan menghasilkan kinerja fiskal yang rendah.

Dalam implementasi desentralisasi fiskal akan dikaji bagaimana pemerintah daerah mengoptimalkan peran sebagai pelaksana fungsi inisiator, fasilitator dan regulator di daerah sehingga menciptakan kondisi yang bisa meningkatkan ketahanan pangan dan menurunkan kemiskinan di daerahnya. Optimalisasi peran pemerintah dilakukan melalui analisis simulasi kebijakan dan faktor eksternal, diharapkan dari analisis ini akan

menurunkan kemiskinan di daerah. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa pool data yaitu data cross section pada seluruh kabupaten yang tidak mengalami perubahan wilayah di Wilayah Provinsi Jawa Barat dan time series tahun 1995 sampai dengan tahun 2005. Tahapan membangun model analisis ekonometrika tersaji pada Gambar 7.

4.5. Spesifikasi Model Ekonometrika

Ketahanan pangan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tercapainya kondisi ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga dan individu yang tercermin pada status gizi masyarakat yang diukur dengan angka prevalensi gizi buruk, angka kematian bayi dan umur harapan hidup. Untuk mencapai kondisi ketahanan pangan di tingkat mikro / individu, maka kondisi ketahanan pangan makro merupakan syarat keharusan yaitu berupa produksi pangan khususnya gabah dan beras sampai pada rata-rata tingkat konsumsi beras, energi dan protein serta tingkat pendapatan per kapita dan pendapatan petani yang menggambarkan daya beli masyarakat.

Model hipotesis secara keseluruhan dijelaskan dalam persamaan-persamaan: A. Blok Fiskal

1. Persamaan Penerimaan Pemerintah Daerah

RevDae = PAD + DBgHsl + DAlok + RevDaeL ………...(1) 2. Persamaan PAD

PAD = PjkDae + Rtrbs + BUMD + PADL ………...(2) 3. Persamaan Pajak Daerah

PjkDae = a0 + a1 PDRB + a2 JmlTmis + a3 JmlMis + a4 DMDF +

a5 LpjkDae + e1...(3) Tanda koefisien yang diharapkan adalah : a1, a2, a4, a5 > 0; a3 <0

TEORI

Peran Pemerintah

Kebijakan Fikal Desentralisasi Fiskal

PDRB & Prtumbuhan Ekonomi Distribusi Pendapatan Kemiskinan

Ketahanan Pangan Produksi dan Penawaran Konsumsi TUJUAN