SIMULASI MODEL
E. Blok Outcome Ketahanan Pangan 26. Persamaan Jumlah Anak Gizi Buruk
6.2. Dugaan Parameter Persamaan Struktural
6.2.2. Pengeluaran Daerah
Pengeluaran daerah terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, pengeluaran pembangunan terdiri dari pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan pengeluaran sektor lain. Pengeluaran rutin secara signifikan dipengaruhi multiple belanja pegawai dan belanja barang, PAD, dana alokasi, dummy desentralisasi fiskal, dan lag pengeluaran rutin.
Dummy desentralisasi fiskal bernilai positif menunjukkan adanya intersep yang lebih besar, berarti nilai pengeluaran rutin pada masa desentralisasi fiskal relatif lebih besar.Tingginya pengeluaran rutin pada masa desentralisasi fiskal disebabkan banyaknya pegawai pusat yang didaerahkan pada masa desentralisasi fiskal. Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan yang didaerahkan juga membutuhkan pengeluaran rutin sebagai dana operasional yang relatif lebih besar pada masa desentralisasi fiskal. Rata-rata dana pengeluaran rutin pada masa sebelum desentralisasi fiskal berkisar 71 persen dari total pengeluaran daerah, sedang pada masa desentralisasi fiskal meningkat menjadi berkisar sebesar 78 persen dari total pengeluaran daerah. Peningkatan dalam belanja pegawai dan belanja barang akan diikuti oleh peningkatan dana pengeluaran rutin tetapi dalam proporsi yang jauh lebih kecil, hal ini wajar karena keterbatasan anggaran sehingga responsibilitas pengeluaran dana
terhadap belanja operasionalnya akan kecil dan pemerintah daerah diharapkan melakukan efisiensi dalam penggunaan anggaran rutinnya sebagai dana operasional.
Tabel 18. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengeluaran Daerah Kabupaten di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Persamaan Pengeluaran Rutin
Parameter T for H0: Prob > |T| Elastisitas Label Variabel Variable Estimate Parameter=0 J. Pendek
J.
Panjang INTERCEP 53437 6.889 0.0001 - - Intercep MJPGBB 0.015572 2.065 0.0408 0.0555 0.5393
Multiple belanja pegawai dan barang
PAD 265780 1.860 0.4260 - - Pendapatan asli daerah DALOK 564328 3.835 0.0620 0.1652 1.6055 Dana alokasi DMDF 252609 18.480 0.0001 - -
Dummy desentralisasi fiscal
LPRUTIN 0.897104 9..362 0.0001 - - Lag pengeluaran rutin F Value Prob>F R-Square Dh
212.556 0.0001 0.821 2..282 Persamaan Pengeluaran Sektor Pertanian
Parameter T for H0: Prob > |T| Elastisitas Label Variabel Variable Estimate Parameter=0 J. Pendek
J.
Panjang INTERCEP 369.026425 0.666 0.5066 - - Intercep AREAL 0.010038 2.556 0.0116 0.4632 1.0617 Luas areal tanaman padi PAD 3.6534 24 3.128 0.0026 0.0634 0.1453 Pendapatan asli daerah DALOK 0.003198 1..346 0.1806 0.3248 0.7445 Dana alokasi DMDF 2640.285718 7.640 0.0001 - -
Dummy desentralisasi fiscal
LPSEKP 0..563788 6..598 0.0001 - -
Lag pengeluaran sektor pertanian
F Value Prob>F R-Square Dh 38.763 0.0001 0.655 1..846
PAD berhubungan positif dengan pengeluaran rutin tetapi tidak signifikan, artinya apabila PAD meningkat maka akan meningkatkan penerimaan daerah sebagai sumber pengeluaran yang digunakan untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. PAD tidak signifikan terhadap pengeluaran rutin, karena kontribusi PAD yang relatif kecil dalam penerimaan daerah dan pengeluaran rutin merupakan pengeluaran yang kontribusinya relatif besar. Dana alokasi berhubungan
positif dan signifikan terhadap pengeluaran rutin, karena dana alokasi merupakan sumber penerimaan terbesar daerah yang bisa digunakan untuk membiayai pengeluaran operasional daerah sehingga signifikan terhadap pengeluaran rutin.
Pengeluaran pembangunan sektor pertanian secara signifikan dipengaruhi positif oleh areal tanaman padi, PAD, dana alokasi, dummy desentralisasi fiskal dan lag pengeluaran sektor pertanian. Areal tanaman padi signifikan mempengaruhi pengeluaran pembangunan sektor pertanian dengan elastisitas sebesar 0.4632, artinya apabila areal tanaman padi meningkat 10 persen maka dana pembangunan sektor pertanian akan naik 4.63 persen. Walaupun nilai kenaikan anggaran tidak proporsional dengan kenaikan areal tanaman padi, namun hal ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah kabupaten di Jawa Barat terhadap usahatani padi, yaitu dana pembangunan sektor pertanian masih dominan dan lebih diprioritaskan pada peningkatan produktivitas tanaman padi. Fenomena ini cukup beralasan karena sebagian besar wilayah kabupaten di Jawa Barat mempunyai potensi dan keunggulan pada produksi padi, sehingga mengantarkan wilayah Jawa Barat sebagai lumbung padi nasional terbesar.
PAD sebagai sumber penerimaan lokal daerah dan dana alokasi sebagai sumber penerimaan dari pusat merupakan sumber penerimaan daerah berhubungan positif dan signifikan terhadap pengeluaran pembangunan sektor pertanian. Peningkatan penerimaan dari PAD dan dana alokasi dari pemerinah pusat akan meningkatkan pengeluaran daerah untuk pembangunan di sektor pertanian.
6.2.3. PDRB Kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
PDRB dalam model penelitian ini dibedakan antara PDRB sektor pertanian dan PDRB non pertanian. Hasil estimasi PDRB pertanian dipengaruhi positif oleh
tenaga kerja sektor pertanian, pengeluaran pembangunan sektor pertanian, pendapatan penduduk sektor pertanian, dan lag pembagunan sektor pertanian. Sedang PDRB non pertanian dipengaruhi positif oleh tenaga kerja sektor non pertanian, pengeluaran pembangunan sektor lain dan pendapatan penduduk non pertanian, sedang PDRB Pertanian berhubungan positif dengan PDRB Non Pertanian tetapi tidak signifikan.
Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian berpengaruh positif dengan nilai elastisitas sebesar 0.7078 artinya apabila jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian meningkat sebesar 10 persen maka PDRB sektor pertanian meningkat sebesar 7 persen. Tenaga kerja merupakan input dalam proses produksi sektor pertanian, sehingga peningkatan jumlahnya akan memberi pengaruh pada peningkatan outputnya. Peningkatan PDRB sektor pertanian yang relatif lebih kecil dibanding peningkatan input tenaga kerja menunjukkan bahwa penambahan input tenaga kerja pada sektor pertanian tidak elastis. Kurang responsifnya penambahan tenaga kerja terhadap peningkatan PDRB sektor pertanian, menunjukkan bahwa pada sektor tersebut penggunaan tenaga kerja relatif berlebih sehingga penambahan jumlah tenaga kerja tidak memberi respon yang besar pada peningkatan outputnya. Peningkatan tenaga kerja walaupun berpengaruh pada peningkatan PDRB sebagai output, tetapi akan menurunkan output per tenaga kerja atau produktivitas tenaga kerja dalam menghasilkan output. Fenomena ini sesuai dengan kondisi yang ada di daerah penelitian, bahwa sektor pertanian merupakan sektor padat karya sehingga peningkatan tenaga kerja akan berpengaruh pada peningkatan PDRB dengan nilai yang lebih kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Ikhsan (2001) bahwa pada sektor pertanian terdapat tenaga kerja yang berlebih karena terjadinya perubahan struktural yang tidak seimbang. Namun demikian dari semua peubah yang ada
tenaga kerja mempunyai kontribusi paling besar dalam peningkatan PDRB sektor pertanian, untuk itu dalam upaya meningkatkan PDRB pada sektor pertanian memperbaiki produktivitas tenaga kerja dengan cara memperbaiki kualitas SDM merupakan pilihan yang perlu dilakukan.
Pengeluaran pembangunan sektor pertanian signifikan berpengaruh positif pada PDRB sektor pertanian. Peningkatan dana pembangunan pada sektor pertanian akan meningkatkan investasi pemerintah pada pelayanan publik di sektor pertanian sehingga akan memberi eksternalitas pada peningkatan PDRB sektor pertanian. Nilai elastisitas yang kecil sebesar 0.0773 menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan dana pembangunan sektor pertanian sebesar 10 persen maka akan terjadi peningkatan PDRB sektor pertanian hanya sebesar 0.7 persen. Kecilnya nilai elastisitas ini ada berbagai kemungkinan yang bisa menjadi penyebab diantaranya adalah : (1) karena dana yang dialokasikan pada sektor pertanian jumlahnya relatif kecil sehingga dampak yang ditimbulkan terhadap PDRB juga kecil pengaruhnya; (2) kemungkinan adanya faktor time-lag yang berperan yaitu pengeluaran pembangunan sektor pertanian tidak langsung pengaruhnya tetapi baru memiliki pengaruh terhadap PDRB sektor pertanian setelah beberapa tahun kemudian melalui mekanisme transmisi; (3) kurang tepatnya pemerintah daerah melakukan stimulus belanja terhadap kebutuhan dalam sektor pertanian sehingga pengeluaran dana yang ada kurang memberikan pengaruh yang berarti terhadap PDRB sektor pertanian. Hasil kajian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nanga (2006) dengan wilayah kajian di Indonesia dan Pakasi (2005) dengan wilayah kajian di Sulawesi Utara yang memberikan hasil bahwa pengeluaran pembangunan sektor pertanian tidak signifikan mempengaruhi PDRB.
Tabel 19. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PDRB Kabupaten di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Persamaan PDRB Sektor Pertanian
Parameter T for H0: Elastisitas Variable Estimate Parameter=0 Prob > |T| J. Pendek J. Panjang Label Variabel INTERCEP -90.156349 -3.110 0.0023 - - Intercep
TKP 1.399257 15.461 0.0001 0.7078 1.5585 Jumlah tenaga kerja pertanian PSEKP 0.014812 4.452 0.0001 0.0773 0.1702 Pengeluaran sektor pertanian INCPPI 0.569273 5..580 0.0001 0.3781 0.8325 Pendapatan per kapita petani AREAL 3.145720 1.013 0.3976 - - Areal tanaman padi LPDRBP 0.545846 6..324 0.0001 - - Lag PDRB sektor pertanian
F Value Prob>F R-Square Dh 221.056 0.0001 0.865 1..994 Persamaan PDRB Non Pertanian
Parameter T for H0: Elastisitas Variable Estimate Parameter=0 Prob > |T| J. Pendek J. Panjang Label Variabel INTERCEP -1918.283489 -13.090 0.0001 - - Intercep TKNP 5.158899 13.320 0.0001 0.7758 1.4788
Jumlah tenaga kerja non
pertanian PSEKLN 0.003415 3.697 0.0003 0.1043 0.1988 Pengeluaran sektor lainnya
INCNP 338.119562 74.180 0.0001 0.9185 1.7509
Pendapatan / kapita non pertanian
PDRBP 0.436852 1.020 0.4102 - - PDRB sector pertanian LPDRBNP 0.4754332 5.250 0.0001 - - Lag PDRB non pertanian
F Value Prob>F R-Square Dh 1963.726 0.0001 0.976 3.096
Pendapatan per kapita sektor pertanian signifikan mempengaruhi PDRB pertanian, pendapatan yang tinggi pada masyarakat di sektor pertanian akan menjadi insentif bagi masyarakat di sektor pertanian untuk meningkatkan aktivitas ekonomi pada sektor tersebut sehingga memberikan peningkatan PDRB di sektor pertanian.
Penyerapan tenaga kerja pada sektor non pertanian berpengeruh positif dengan nilai elastisitas sebesar 0.7758, hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja sebagai faktor produksi mempengaruhi PDRB non pertanian tetapi kurang responsif.
Pengeluaran pembangunan sektor non pertanian berpengruh secara nyata terhadap PDRB sektor non pertanian dengan elastisitas sebesar 0.1043, artinya apabila pengeluaran pembangunan sektor non pertanian dinaikkan sebesar 10 persen
maka PDRB sektor non pertanian akan meningkat sebesar 1.04 persen. Secara umum baik pada sektor pertanian maupun sektor non pertanian tenaga kerja mempunyai pengaruh yang dominan dalam pembentukan PDRB, sehingga penyerapan tenaga kerja dengan dibarengi peningkatan kualitasnya akan memberi pengaruh yang baik pada peningkatan PDRB.