• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUSIK DALAM IBADAH KONTEMPORER DI GBI MEDAN PLAZA 3.1. Pelayanan Musik

1. Pola Ending I-vi-ii-V-I

Pola ending seperti pada contoh 2 lagu di bawah merupakan pola ending yang paling sering digunakan untuk mengakhiri sebuah lagu penyembahan. Ketika worship leader memberi kode jari Ending 3 maka progresi akor ending lagu tersebut menggunakan progresi akor I-vi-ii-V-I di ulangi sebanyak tiga kali dan di akhiri

dengan tempo poco rit…(berangsur-angsur lambat) dan dimainkan secara tutti165

165

Tutti artinya semua; maksudnya semua anggota orkes dan/atau paduan suara ikut main (Latifah Kodijat, Op.Cit., hlm.76)

lalu di akhiri kadens—kadens akan saya bahas pada sub-bab berikutnya. Saya

menemukan bahwa progresi akor I-vi-ii-V-I ketika dimainkan oleh imam musik, jemaat secara spontan akan mengerti bait terakhir merupakan ending (walaupun ketika jemaat sedang memejamkan mata saat bernyanyi, dengan mendengar pola

ending I-vi-ii-V-I jemaat mengerti bahwa lagu akan berakhir, Contoh 2.

Namun yang penting menjadi perhatian penting adalah bahwa dalam setiap

pola ending akan selalu diakhiri dengan ritardando166, tutti serta dan dinamik yang keras ketika mencapai puncaknya yang diakhiri oleh kadens. Ketika memainkan tutti merupakan bagian penting dalam mengakhiri sebuah lagu apakah akan diakhiri

dengan baik atau justru terjadi miskomunikasi dengan worship leader ketika

166

Ritardando, Ritardare artinya melambat; tempo melambat secara berangsur-angsur (Latifah Kodijat, Op.Cit., hlm.63)

menyanyikan bagian-bagian melodi yang diberi tanda fermata.167 Agar tidak terjadi kesalahan misalnya worship leader menyanyikan sebuah melodi ending dengan not setengah bertitik dengan fermata. Seperti berikut:

Contoh 3.

Melodi di atas merupakan contoh motif terakhir yang dinyanyikan dengan poco rit (tempo melambat) dengan not setengah bertitik pada bar kedua dan ketiga, yang dapat

juga dinyanyikan dengan menggunakan not seperdelapan seperti contoh berikut:

Contoh 4.

Kedua contoh di atas memiliki perbedaan pada nilai not pada birama kedua dan

ketiga. Keduanya dapat digunakan dalam sebuah ibadah, tetapi tidak seorang imam musik pun tahu mana diantara kedua contoh di atas yang akan dimainkan dalam

167

Fermata adalah tanda memperpanjang nada atau istirahat, lamanya tidka tentu (Latifah Kodijat, Ibid.,hlm.27.)

ibadah, semuanya tergantung kepada worship leader yang menjadi pemimpin dalam ibadah tersebut. Sehingga penting bagi imam musik untuk memperhatikan setiap aba-aba melalui gerakan tangan worship leadertersebut.

Kontur harmoni (harmony contour) akan memberi gambaran akan progresi akor melalui garis (shape) atau garis geometrik desain (geometric design) dan penempatan secara fisik dari progresi akor. Dengan melihat pola progresi akor ending melalui garis harmoni (harmony shape) atau kontur harmoni maka pola ending I-vi-ii-V-I di atas akan tampak seperti pada garis geometrik desain merah di bawah ini:

Contoh 5.

2. Pola ending I-IV-iv/V#-I/V-I/III-IV-I/V-V-I

Berikut ini merupakan pola ending yang juga cenderung digunakan dalam ibadah, yang menggunakan progresi akor I-IV-iv/V#-I/V-I/III-IV-I/V-V-I. Saya

melihat terjadi perubahan “kecepatan” harmoni pada bagian ending yang

menimbulkan kesan “dinamisasi” menuju klimaks pada akhir lagu yang akan ditutup

dengan kadens. Dalam musik yang digunakan di GBI Medan Plaza, saya juga melihat

pujian dan penyembahan dan pola flowing, termasuk dalam pola ending yang kedua ini. Saya akan membahas tentang penggunaan slash chord168 pada musik Kristen kontemporer—dalam istilah teori musik Barat tradisional disebut dengan figured bass169—secara khusus pada sub-bab yang lain di tulisan ini. Berikut ini salah satu lagu penyembahan yang menggunakan pola ending I-IV-iv/V#-I/V-I/III-IV-I/V-V-I di akhir lagunya seperti di bawah ini, Contoh 6.

Harmony contour akan memberi gambaran akan progresi akor melalui garis (shape) dan penempatan secara fisik dari progresi akor. Dengan melihat pola progresi akor

ending melalui garis harmoni atau kontur harmoni maka pola ending I-IV-iv/V#

168

Terminologi slash chord cenderung digunakan pada musik-musik bergenre populer.

169

Figured bass atau thorough bass atau disebut juga general bass merupakan prinsip dasar pada zaman Barok (dan selanjutnya), berhubungan erat dengan munculnya sistem harmoni tonal secara vertikal. Prinsip ini berdasarkan syarat, bahwa nada bas selalu merupakan nada utama (fundamen) segala kesan harmoni yang berbunyi. Oleh karena itu terdapat suatu cara notasi, yaitu suara bas saja dengan berbagai angka-angka di bawah masing-masing not bas sebagai tanda-tanda teratur untuk muatan akor-akor iringan (yang berdasarkan nada bas itu)

I/III-IV-I/V-V-I di atas akan tampak seperti pada garis geometrik desain merah di

bawah ini, Contoh 7.

Ending yang menggunakan progresi akor menuju tingkat IV lalu iv merupakan pola ending yang juga “populer” digunakan oleh imam musik dalam mengakhiri sebuah lagu penyembah. Jenis pola ending kedua yang progresi akornya IV lalu iv dan sedikit berbeda dengan pola di atas juga cenderung digunakan untuk mengakhiri

sebuah lagu, yaitu seperti pola 3 berikut ini.

3. Pola ending I-IV-iv/V#-I/V-vi-ii-V-I

Pola ending dengan progresi akor I-IV-iv/V#-I/V-vi-ii-V-I juga sangat sering digunakan untuk mengakhiri lagu-lagu penyembahan dalam ibadah. Tampak

kecenderungan pemakain slash chord tidak terlepas dalam musik-musik yang digunakan di GBI Medan Plaza. Harmony contour akan memberi gambaran akan progresi akor melalui garis (shape) dan penempatan secara fisik dari progresi akor.

Dengan melihat pola progresi akor ending melalui garis harmoni (harmony shape) maka pola ending I-IV-iv/V#-I/V-vi-ii-V-I di atas akan tampak seperti pada garis geometrik desain merah di bawah ini:

Contoh 9.

4. Pola ending I-IV-iii-vi-ii.V.-I

Pola ending dengan progresi akor I-IV-iii-ii-V-I juga sangat sering dijumpai dalam ibadah pujian dan penyembahan di GBI Medan Plaza. Sama dengan pola-pola ending yang lain, pada bagian akhir poco rit dan tutti selalu melihat instruksi yang diberikan oleh orang yang memimpin pujian dan penyembahan melalui aba-aba tangan atau

melalui feeling imam musik kearah mana dan bagaimana worship leader akan mengakhirinya. Harmony contour akan memberi gambaran akan progresi akor melalui garis (shape) dan penempatan secara fisik dari progresi akor. Dengan melihat pola progresi akor ending melalui garis harmoni (harmony shape) maka pola ending I-IV-iii-vi-ii-V-I di atas akan tampak seperti pada garis geometrik desain merah di

bawah ini:

Berbeda dengan lagu penyembahan, untuk lagu-lagu pujian ending yang digunakan biasanya mengikuti aransemen yang telah dibuat oleh musisi yang membawakan lagu

sesuai rekaman album tertentu, karena lagu-lagu pujian yang digunakan dalam ibadah

biasa memainkan versi dari musisi rohani yang mempopulerkan pertama sekali ke

masyarakat. Kecuali tim musik tersebut melakukan kreativitas sendiri dengan

melakukan aransemen yang mereka sukai, atau mungkin juga karena tidak mampu

memainkan aransemen musisi yang mempopulerkannya karena terlalu rumit, maka

disederhanakan dengan aransemen versi tim musik tersebut.

3. 9. Kadens(Cadence)

Istilah kadens memiliki banyak arti, pertama-tama istilah ini digunakan untuk

mengganti istilah klausula yang dipakai bagi musik modal. Maka istilah kadens

berhubungan erat dengan munculnya sistem tonalitas mayor dan minor. Istilah kadens

(Latin cadere = turun, terjun dalam hal urutan harmonis)170 yang dipakai untuk unsur utama dalam musik tonal, yaitu urutan harmoni V-I terlebih dahulu kemudian model

progresi akor tersebut menjadi I-IV-V-I sebagai pola dasar musik tonal.

Menurut kamus musik Pono Banoe, kadens adalah pengakhiran, cara yang

170

Dieter Mack, Ilmu Melodi Ditinjau dari Segi Budaya Musik Barat, Pusat Musik Liturgi, Yogyakarta, 1996

ditempuh untuk mengakhiri komposisi musik dengan berbagai kemungkinan

kombinasi ragam akor, sehingga terasa efek berakhirnya sebuah lagu atau sebuah

frase lagu. Konteks “mengakhiri” atau “menyelesaikan” menjadi titik berat dalam

kadens. Sementara itu Ensiklopedia bebas Wikipedia menuliskan, kadens (cadence) berasal dari bahasa Latin (cadentia) yang artinya”jatuh”. Kadens adalah sebuah bentuk melodi atau harmoni yang menciptakan perasaan “selesai” atau “ketegasan”

(sebuah akhir atau istirahat).

Kadens merupakan bagian yang akan menutup sebuah lagu penyembahan

setelah bagian coda dilakukan. Kadens dalam teori musik Barat terdiri dari beberapa jenis. Dalam ibadah penggunaanya dilakukan berbeda-beda kepada setiap lagu

penyembahan. Menurut pengakuan Pdp. Obed Sembiring ia sendiri belum

mengetahui kadens apa yang akan ia gunakan diakhir lagu, karena menurutnya bukan

ia sebagai pemimpin tim musik—pemain piano sebagai team leader—yang menentukan akan menggunakan salah satu kadens tersebut dan menyampaikan

melalui kode-kode penjarian kepada imam musik, seperti drum, bas dan synthesizer, melainkan Roh Kudus yang menuntun di saat-saat akhir lagu kemana arah kadens dan

bentuk flowing yang akan digunakan. Dengan alasan teologis hal ini bisa saja terjadi sebagai imam musik yang sangat diurapi Tuhan, sehingga imam musik tersebut sebagai media yang dipakai Roh Kudus untuk menaikkan pujian kepada Allah.

Namun diluar pandangan teologis, saya menanyakan kepada beberapa imam musik dan mereka mengaku menggunakan pikiran, menggunakan kemampuan musikal mereka, kira-kira kadens apa dan flowing apa yang akan digunakan dalam

penyembahan. Mereka mengaku telah mengetahui dan mendengar sebelumnya bahwa

lagu dengan judul ‘A’ pada bagian akhirnya akan biasanya menggunakan kadens ‘B’.

Mereka sama sekali tidak dituntun Roh Kudus, melainkan menurut imam musik tersebut pola apa yang terlintas, maka itu yang akan ia gunakan. Walaupun secara

iman Kristen hal tersebut tidak berkenan untuk dilakukan untuk Tuhan, namun

kenyataannya orang lain tidak mengetahui secara pasti apa yang dilakukan imam musik ketika menggunakan kadens, apakah melalui pikiran atau ia telah dipimpin

oleh Roh Kudus.

Tetapi imam musik tersebut dapat merasakan dan membedakan pelayanan yang dituntun oleh Roh Kudus dan pelayanan yang mengandalkan “pikiran logis”.

Perbedaan akan tampak melalui hasil dan dampak (influence) terhadap jemaat. Jemaat akan dapat merasakan hadirat Tuhan melalui musik yang dimainkan jika dipimpin

oleh Roh Kudus. Seperti penuturan Bapak Obed Sembiring bahwa ia tidak akan

mampu bermain musik sepanjang ibadah doa malam yang dilakukan mulai pukul

20:00-23.00 WIB setelah melakukan aktivitas yang melelahkan sepanjang hari.

Tetapi beliau berkata “Saya berdoa meminta kekuatan dari Tuhan dan tuntunan Roh

Kudus, agar saya dimampukan sepanjang pelayanan. Lalu saya mulai memainkan

piano saya, mulai menyembah Tuhan dengan piano dan kemudian saya tidak tahu

kenapa tiba-tiba ada orang yang trance di bangku jemaat, ada yang menangis, ada yang histeris, dan sebagainya. Bapak Obed berkata, “Bukan karena saya

mengandalkan pikiran saya saat memainkan piano tersebut sehingga berbagai

Dalam teori musik Barat terdapat banyak pola kadens yang digunakan dalam

berbagai era musik yang ada. Karena itu dalam tulisan ini saya hanya fokus kepada

bentuk kadens yang selalu digunakan dalam ibadah di GBI Medan Plaza saja.

3. 9. 1. Authentic cadence

Kadens autentik juga dikenal sebagai closed atau standard cadence, yaitu kadens dengan urutan akor V- I atau (IV-V-I). Kadens ini juga disebut sebagai perfect authentic cadence, nama lain untuk perfect cadence. Akor V7 bisa menggantikan akor dominan pada bentuk kadens autentik. Dalam ibadah, sebuah lagu penyembahan

yang idealnya diakhiri terlebih dahulu oleh coda yang diulang dua sampai tiga kali

(gunakan kode jari tiga, dua, dan satu—lihat sub-bab ending) lalu diakhiri dengan kadens dan dilanjutkan dengan “sorak-sorai”,171 lalu imam musik akan memainkan pola flowing. Berikut ini merupakan contoh lagu yang diakhiri dengan menggunakan authentic cadence:

Contoh 12.

171

Sorak-sorai merupakan suasana dimana worship leader akan membawa jemaat kepada suasana sukacita, bersorak riang seperti: “Halleluya!”, “Yesus!”. Dalam suasana sorak-sorai imam musik tetap memainkan musik pada tingkat tonik dengan teknik—saya menggunakan istilah Paul Cooper—motoric rhythm. Peranan drum sangat penting dalam menciptakan suasana sorak-sorai, dimana suara cymbal sangat dominan.

3. 9. 2. Plagal cadence

Kadens plagal yakni kadens dengan urutan akor IV-I. Kadens ini juga dikenal

dengan “kadens amin” karena sering ditempatkan dengan teks “Amin” dalam musik

himne. Kadens ini terasa lebih lemah dibanding dengan kadens V-I, biasanya

dipergunakan untuk mengakhiri kalimat lagu yang mengandung rasa sedih.172

Contoh 13.

172

3. 9. 3. Accidental cadence V#-VI#-I

Kadens seperti ini merupakan kadens yang tidak begitu populer di gunakan

dalam musik-musik pop di dunia sekuler. Kadens aksidental ini akan memberi

suasana yang berkesan “gagah” dan agung karena dari tingkat tonik langsung

diarahkan menuju tingkat V# dan VI# yang memiliki langkah satu (whole step). Kadens ini memberi sebuah atmosfir yang megah dan biasa digunakan untuk

menciptakan efek gagah, ada kesan patriotik didalamnya. Ketika hal ini saya

sampaikan kepada Bapak Obed Sembiring, ia sendiri menyukai istilah gagah tersebut,

karena secara teologi aksidental kadens ini tujuannya untuk menciptakan suasana

pengagungan kepada Allah.

Sebuah lagu penyembahan yang telah diakhiri dengan coda yang diulang dua hingga tiga kali, jika hendak diakhiri dengan kadens aksidental maka pemimpin imam musik (pada piano) akan memberi aba-aba kepada imam musik yang lain dengan menggunakan jari jempol kearah atas. (lihat gambar 11) Untuk membangun suasana

yang agung maka imam musik pada filler173 (yang memainkan synthesizer) akan memilih menggunakan warna-warna suara yang berkarakter megah, seperti timpani,

French horn, brass, dan string.

Contoh 14.

3. 10. Tempo dan Dinamik174

Tempo berasal dari bahasa Latin (tempus artinya waktu) mengacu kepada rata-rata durasi yang diberikan: = 60, atau = 144. Biasanya, komponis secara umum memberi tempo kepada karya musik dengan menggunakan penandaan dari

bahasa Latin seperti adagio (slowly, softly artinya lambat dan dengan lembut), allegro (cheerful, moderately slow, atau very fast artinya dengan gembira dan cepat).

Dinamik secara spesifik mengindikasikan kepada suara volume. Singkatan

dalam kata Itali seperti pianissimo (pp) artinya dengan agak lembut, fortissimo (ff),

173

Filler adalah imam musik yang bertugas sebagai ‘pengisi’ (accompaniment) dalam sebuah tim musik melalui synthesizer dengan pemilihan jenis suara-suara yang tepat untuk suasana yang berbeda. (Manual Book Training Departemen Musik GBI Medan Plaza)

174

Paul Cooper, Perspective in Music Theory an Historical-Analytical Approach, Harper & Row Publisher, New York,1981,hlm.15

artinya dengan agak keras sforzato (sf atau sfz), forte-piano (fp), begitu juga simbolcressendo) artinya berangsur-angsur keras dan > (decressendo) artinya

berangsur-angsur lembut.

Musik dalam lagu-lagu penyembahan memiliki tempo yang relatif lambat175

(adagio) dan sedang (moderato) dengan metronome176 yang lebih spesifik M.M. = 50 hingga 70 untuk tempo lambat dan = 71-90 untuk tempo yang sedang. Tempo tersebut juga akan mengikuti ketika flowing digunakan dalam membangun atmosfir penyembahan. Sedangkan untuk lagu-lagu pujian tempo memiliki kecenderungan

lebih cepat dan cheerful dengan metronome yang lebih spesifik M.M. = 91-120

untuk tempo yang cepat.

Perubahan dinamik dalam lagu penyembahan sangat memainkan peranan

penting untuk membangun sebuah atmosfir penyembahan. Ketika sebuah lagu

penyembahan mulai dinyanyikan, worship leader akan diiringi oleh instrumen solo piano yang dimainkan dengan lembut menyanyikan bait pertama lagu penyembahan.

Kemudian diulang kembali dengan dinamik yang sedikit lebih keras setelah drum,

bas, synthesizer dan gitar mengikuti. Demikian terus menerus ketika dilakukan

pengulangan maka dinamik juga semakin bertambah secara berangsur-angsur keras

(cresscendo).

175

Secara teologis lagu penyembahan tidak berbicara tentang cepat atau lambatnya sebuah lagu. (Lihat pada bab IV)

176

Metronome adalah sebuah instrumen yang menghitung rata-rata ketukan perbirama dalam satu menit, yang ditemukan oleh Maelzel diawal abad ke-19.

Gambar 17. Dramatic gesture berupa grafik perubahan dinamik dalam lagu penyembahan dan flowing

saat ibadah kontemporer di GBI Medan Plaza

Dengan menggunakan dramatic shape terhadap dinamik dalam membangun atmosfir penyembahan. Kontur ini saya aplikasikan terhadap perubahan dinamik

dengan menggunakan dramatic shape dari Paul Cooper terhadap resultan kontur yang sering disebut dramatic shape of music, maka akan didapati secara grafik seperti pada gambar 17 di atas.

3. 11. Sorak-Sorai

Sorak sorai merupakan salah satu bagian dalam ibadah setelah coda yang ditutup oleh kadens lalu disambut dengan sorak-sorai sebelum masuk kedalam penyembahan (musik memainkan flowing). Suasana sorak-sorai yaitu dimana worship leader memimpin dan mengajak jemaat untuk bersuka cita, bersorak riang dan bertepuk tangan, mengangkat tangan, mengepalkan tangan dan melakukan

teriakan-teriakan sukacita, seperti “Halleluya!”, “Yesus!”, “B’ri kemuliaan bagi Dia!” “Wooooooo…!”, “Yeaaaaa…” , “B’ri sorak-sorai bagi Allah…”, “Terpujilah

nama-Mu Tuhan...”, dan sebagainya.

Untuk lebih menciptakan suasana suka cita tersebut imam musik mendukung worship leader dengan menciptakan suara yang terdengar—saya ibaratkan seperti bunyi “gemuruh”—ramai. Imam musik akan memainkan tingkat harmoni tonik sesuai nada dasar lagu yang dinyanyikan sebelumnya. Tingkat tonik tersebut

dimainkan dengan ritem yang cepat berulang-ulang yang menurut Paul Cooper ritem

tersebut sebagai “motor” rhythm karena kedinamisannya. Istilah “motor” rhythm untuk menggambarkan gerakan konstan dalam satu atau beberapa bagian musik.177

Seluruh imam musik memainkan alat musiknya dengan volume yang keras (forte) dan beberapa imam musik kadang melakukan improvisasi namun tidak secara berlebihan. Pemain drum memiliki tempat yang luas untuk melakukan improvisasi di

sini, biasanya ia akan memanfaatkan seluruh bagian drum, seperti: kick drum, tom-tom, hi-hat, cymbal untuk di pukul. Terutama bagian cymbal akan dipukul tanpa henti sehingga terdengar suara gemerincing yang dinamiknya berubah-ubah dari

lembut, keras dan lembut. Sedangkan pemain filler akan memilih warna-warna suara seperti string, string pad, brass, French horn dan sesekali timpani. Filler akan menjaga dalam suasana sorak-sorak tetap terdengar suara yang kontinu dengan

tangan kiri menekan string pada oktaf yang rendah (8va bassa) untuk menimpali suara gitar bas yang juga rendah. Sedangkan tangan kanan akan memainkan

improvisasi dengan memberi warna-warna suara seperti brass dan French horn. Hal

ini dapat dimainkan secara bersamaan pada satu alat musik, karena synthesizer

177

tersebut memiliki fasilitas splitpoint yang memungkinkan imam musik memainkan warna suara yang berbeda secara bersamaan pada satu synthesizer saja.

Contoh 15.

Dalam improvisasi drum tersebut, biasanya imam musik akan melakukan responsori dengan apa yang diteriakkan oleh worship leader. Dengan mengikuti tiap suku kata yang diteriakkan lalu mengimitasi melalui ritem drum. Misalnya worship leader meneriakkan “Halleluya!”, maka imam musik yang memainkan drum akan merespon dengan drum yang memainkan imitasi dari setiap suku kata dengan kombinasi

cymbal dan kick drum. Setiap satu suku kata Hal-le-lu-ya bernilai seperdelapan ketuk, seperti transkrip berikut:

Tetapi dalam Ibadah Raya pada hari minggu, kita akan menemukan

sorak-sorai hanya dilakukan dalam durasi waktu yang tidak lama. Hal ini saya indikasikan,

karena ada banyak keterbatasan waktu, mengingat banyaknya jadwal ibadah

sepanjang hari minggu di GBI Medan Plaza.

Sorak-sorai dapat dilakukan dengan durasi waktu yang lama 5-10 menit pada ibadah Doa Malam dan Doa Puasa, dimana ibadah ini mayoritas dihadiri para

pengerja dan jemaat. Sorak-sorai akan dipenuhi dengan bahasa roh yang dilakukan secara komunal, peniupan shofar,178 tepuk tangan yang lama, teriakan Pendeta yang “membakar” antusiasme jemaat—semacam orasi yang berapi-api. Ketika mencapai

kepada titik tertentu, sorak-sorai dapat secara tiba-tiba berhenti, dan jemaat diam. Namun filler akan tetap memainkan chord tonik menggunakan suara string pad dengan nada yang tetap rendah di tangan kiri, yang menimbulkan sebuah atmosfir

kontras dari pukulan drum yang keras tiba-tiba hanya terdengar bunyi string pad yang lembut, bahkan suara musik hening sama sekali, yang terdengar hanya bahasa

Roh secara komunal.

3. 12. Open Chord

178

Shofar atau sangkakala dibuat dari tanduk domba jantan, dipakai dalam persiapan perang dalam ibadah.

Terminologi Open chord sebenarnya untuk menggambarkan intro musik yang akan mengantar worship leader ketika akan memulai sebuah lagu. Sama halnya dengan ending penyembahan, open chord digunakan karena dalam ibadah kontemporer seperti di GBI Medan Plaza biasanya menggunakan lagu-lagu yang

dipopulerkan melalui industri musik rohani yang telah direkam dalam banyak versi

aransemen dan genre yang berbeda. Tidak seperti dalam gereja tradisional yang

dalam ibadahnya menggunakan lagu-lagu yang berasal dari buku lagu yang telah

ditetapkan ataupun ditulis ulang dalam kertas acara ibadah. Sehingga lagu tersebut

telah memiliki aturan-aturan bagaimana menyanyikannya sesuai dengan notasi yang

ditulis (fixed music).

Berbeda dengan ibadah kontemporer, dimana segala sesuatunya itu tidak

dilakukan secara liturgikal, melainkan memiliki kebebasan dan spontanitas dalam

pola ibadah. Demikian juga dengan musik yang akan dibawakan, tidak berasal dari

salah satu buku lagu yang dikeluarkan oleh gereja untuk kepentingan ibadah.

Melainkan musik digunakan berasal dari lagu-lagu rohani yang telah lama populer

atau lagu rohani yang baru dirilis oleh perusahaan rekaman. Sehingga departemen

musik di gereja ini harus senantiasa mengikuti perkembangan album-album rohani

yang di keluarkan oleh perusahaan rekaman agar tidak ketinggalan dalam

mempelajari lagu-lagu yang baru dirilis.179

Karena itu sulit bagi seorang imam musik untuk mengacu kepada salah satu

179

Departemen musik selalu mengadakan jadwal khusus untuk melatih lagu-lagu baru atau lagu lama yang belum pernah dibawakan sebelumnya untuk kemudian menjadi repertoar dalam ibadah.