BAB I. PENDAHULUAN
1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.7.3. Teori Struktur Upacara dan Isi Simbolik
dan isi simboliknya, dengan melakukan kajian yang berkenaan terhadap: (1) sistem
dualisme dan triadisme; (2) dasar fisiologi dari simbol; dan (3) liminalitas sebagai
suatu konsep yang bersifat akomodatif untuk transformasi. Turner memandang
simbol-simbol itu pada hakekatnya dualistik, tetapi “setiap bentuk dualisme diberi
sebuah model klasifikasi yang lebih luas lagi”.52 Kedudukan simbol dan konteksnya
dalam sebuah upacara sangat berperan dalam menentukan corak hubungannya secara
konseptual dengan sistem simbolik upacara itu sendiri secara menyeluruh. Turner
kemudian memberi ilustrasi dalam uraiannya kedalam tiga warna, yakni warna merah
sebagai warna penghubung antara warna hitam dan warna putih. Yang sebenarnya
51
Alan P.Merriam,Op.Cit.,1964.
52
merupakan suatu sistem dualisme dalam sistemnya sendiri. Nyatanya, warna putih
dan warna hitam sebagai dua puncak warna yang paling bertentangan, tetapi sebagai
suatu sistem binari dipertentangkan dengan warna merah sebagai dua satuan yang
berbeda atau bertentangan karena warna merah bersifat ambivalen, sehingga dapat
berfungsi sebagai penghubung karena sifatnya sebagai simbol yang berciri ganda.
Menurut Turner, sebuah sistem itu bersifat segitiga (triadik) dan bersifat
fleksibel menurut konteksnya. Secara konseptual simbol-simbol dilihat melalui
posisinya dalam struktur triadik, sehingga bisa dimanipulasi melalui
ketidakhadirannya serta melalui sifat ambivalen yang ada serta menjadi hakekatnya,
ke arah simbol-simbol lainnya yang berada di sekitarnya. Simbol-simbol dan
struktur-struktur upacara dengan demikian berfungsi sebagai jembatan untuk
mengantar satuan-satuan kenyataan-kenyataan yang ada dan berbeda-beda dari
pengalaman manusia. Hal ini dapat dan mungkin terjadi karena kedudukan manusia
sebagai makhluk Tuhan yang tertinggi, selain karena ke-universalan dari motif-motif
dan dasar-dasar kognitif yang dimiliki oleh manusia.
Victor Turner menyumbang pemahaman besar terhadap usaha memahami
ekspresi agama yang berupa konsep mengenai proses yang ada dalam upacara.
Konsep yang dibuat berhubungan dengan liminalitas sebagai suatu jembatan
penghubung, yaitu yang tidak memiliki struktur, bersifat transisi, dan merupakan
suatu tingkat atau fase tanpa klasifikasi bagi yang diinisiasi, merupakan pencerminan
dari pandangannya mengenai upacara dan agama sebagai suatu sistem yang bersifat
1. 7. 4. Music and Trance: atheory of the relations between music and possession
oleh Gilbert Rouget
Trance dalam upacara-upacara ritual selalu diasosiasikan identik dengan musik, mengapa dan bagaimana? Trance atau dalam Bahasa Indonesia trans menurut KBBI online adalah (1) keadaan seseorang terputus hubungannya dengan
sekelilingnya: setelah mengisap ganja mereka berada dalam keadaan trans; (2)
keadaan tidak sadar (karena kerasukan dan sebagainya) sehingga mampu berbuat
sesuatu yang tidak masuk akal; dalam keadaan—ia menari-nari di atas bara. Gilbert
Rouget memberi analisis keterkaitan antara musik dan trans, dengan menyimpulkan
bahwa tidak ada hukum universal yang dapat menjelaskan hubungan antara musik
dan trans. Keduanya sangat berbeda jauh dan tergantung kepada cara pemahaman kultural konteks masing-masing.
Untuk mengatur informasi yang sangat banyak ini, Rouget membuat teori
penting dalam area studi ini (1), Rouget mengembangkan beberapa tipe trance berdasarkan simbol dan tampilan luar. Ia menggaris bawahi perbedaan antara trance dan ecstasy, shamanism dan spirit possession, communal dan emotional trance.53 Musik dianalisis dalam hubungan dengan pemain, pelatihan, alat musik, dan
kaitannya dengan tari. Pada bab satu tulisannya, Rouget berusaha mengisolasi
perbedaan antara shamanism dengan possession dan menyimpulkannya melalui
53
Rouget sendiri sedikit kesulitan membedakan arti kata “trance” dan “ecstasy”. Hingga ia harus menekankan dengan melihat bentuk keduanya dalam sebuah artikel umum tentang possession
dalam Encyclopedia of Religions and Ethics of 1918. Dalam artikel tersebut tertulis beberapa referensi tentang “nervous crisis”, “ecstasy”. Dengan kata lain kedua topik berkaitan dengan possession yang terdapat dikalangan orang-orang Yunani, Muslim dan Kristen.
ekspresi dalam tiga perbedaan, yaitu: perjalanan kepada roh/dihadiri oleh roh;
dikuasai oleh roh/patuh terhadap roh; sengaja melakukan trans/tidak dengan sengaja
mengalami trans.54 (2), Rouget menyimpulkan baik secara ilmiah maupun secara
foklor bahwa terdapat hubungan sebab akibat antara beberapa jenis musik dengan—
misalnya pukulan drum yang keras dan cepat, kalimat melodi yang diulang-ulang—
dengan beberapa jenis trans. Setiap jenis trans menggambarkan kekuatan dari musik
melalui cara yang berbeda dalam ritual.
Dalam possession trance, musik mengundang roh melalui orang yang sedang trans untuk memperkenalkan dirinya dengan yang ia sembah dan mengijinkan yang
disembah itu untuk memberi tanda atas kehadirannya melalui sebuah tarian. (3),
Rouget menyimpulkan, bahwa musik baik vokal maupun instrumental mempengaruhi
secara psikologis dan efek emosional. Tidak terpisahkan dari pola kebersamaan dan
tingkah laku, dan bahwa musik dan trans adalah saling berhubungan dalam berbagai
cara sebagai struktur kebudayaan, dengan berbagai jenis musik dan dapat sering
dikaitkan dengan keadaan trans.
1. 7. 5. Perspective in music theory oleh Paul Cooper
Dalam satu tingkatan, teori musik adalah studi sistematis bagaimana musik
tersebut dapat berfungsi. Teori musik dasar memeriksa bagian-bagian yang berbeda,
atau elemen, dari sebuah karya musik dan bagaimana cara setiap masing-masing
elemen dikombinasikan dan dihubungkan untuk menghasilkan sebuah karya
54
Gilbert Rouget, Music and Trance: a theory of relations between music and possession,The University of Chicago Press,Chicago,1985.hlm.132.
komposisi.55 Apa pentingnya teori musik? Duckworth mengatakan teori musik
memberikan informasi faktual tentang musik yang akan membuat kita menjadi musisi
yang lebih baik.56
Untuk melihat bagaiman ritem yang digunakan ketika sorak-sorai dilakukan
saya akan menggunakan klasifikasi ritem oleh Paul Cooper untuk menjelaskan
gerakan ritem yang konstan dan menyebutnya sebagai “Motor” rhythm.
Untuk menganalisis struktur garis harmoni (harmony shape) atau kontur harmoni (harmonic contour) yang saya lakukan dengan menarik garis desain geometrik (geometric design) beberapa sampel lagu yang cenderung ditemukan memiliki kesamaan sehingga dapat terlihat jelas karakter harmoni lagu yang
digunakan dalam ibadah yang digunakan di GBI Medan Plaza. Sehingga akan tampak
harmonic construction musik beberapa lagu yang kemudian menjadi karakteritik lagu-lagu pujian dan penyembahan. Geometrik desain dari kontur harmoni tersebut
saya beri warna merah pada progresi harmoni suara bas di kunci F melalui transkrip
piano.
1. 8. Rumusan Masalah
Permasalahan pokok yang dibahas dalam tesis ini ialah bagaimana musik
Kristen kontemporer digunakan dalam ibadah kontemporer, sehingga ibadah dalam
gereja Kharismatik sangat berbede dengan ibadah liturgikal yang ada dalam gereja-
55
William Duckworth, Music Fundamentals 4th Edition, Wadsworth Publishing, Bucknell University,1992,hlm.2.
56
gereja tradisional. Kajian mengenai gereja ini akan difokuskan terhadap
permasalahannya di bidang peranan musik dalam ibadah dan menganalisis pola-pola
flowing yang sangat penting dan menentukan terhadap kualitas ibadah saat ibadah berlangsung tersebut. Untuk itu pelacakan atas peristiwa-peristiwa serta penjabaran
permasalahan tersebut, akan dipandu melalui pertanyaan-pertanyaan utama sebagai
berikut:
1. Bagaimana ibadah tersebut berlangsung dan disajikan dengan menggunakan musik Kristen kontemporer yang gaya dan struktur ibadahnya fleksibel, spontan dan tidak liturgikal.
2. Bagaimana musik tersebut digunakan untuk “membangun” atmosfir ibadah yang penuh dengan hadirat Tuhan dan efeknya terhadap perilaku musik dalam konteks perilaku sosial yang kompleks dan universal
3. Bagaimana porsi musik yang tepat dan seperti pandangan Wilfred tidak overdose dalam sebuah ibadah kontemporer di GBI Medan Plaza
4. Melihat pola-pola gereja Kharismatik saat ini dan kaitannya dengan visi GBI Medan Plaza
5. Menganalisis pola garis (shape) harmoni dari lagu pujian dan penyembahan 6. Bagaimana pola-pola flowing yang digunakan dalam pujian dan penyembahan 7. Bagaimana musik yang digunakan dalam ibadah, seperti kadens, pola ending,
modulasi, open chord.
Penelitian tentang gereja Bethel umumnya dan GBI Medan Plaza khususnya
telah dilakukan oleh para sarjana di Medan khususnya di Fakultas Sastra, Jurusan
Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara. Salah satu skripsi para sarjana yang
menulis tentang GBI lebih menitikberatkan kajiannya terhadap sistem organisasi
manajemen dan pelatihan musik di GBI Medan Plaza yang dilakukan oleh saudara
Gugun Sihombing. Adapun pembahasan yang dikaji oleh Gugun ialah sebuah proses
awal dimana seseorang yang ingin menjadi imam musik harus melalui program pelatihan musik yang dilaksanakan di GBI Medan Plaza, sehingga proses tersebut
terangkum dalam sebuah tulisan ilmiah manajemen program pelatihan musik itu
sendiri.Gugun Sihombing juga melakukan kajian analisis terhadap dua buah lagu
yang berjudul Penuhiku dan Allahku Dahsyat menggunakan teori weighted scale.57 Gugun dalam skripsinya menulis bahwa skripsinya dilakukan dengan pendekatan
etnomusikologi. Sementara itu menurut Joseph Kerman analisis erat kaitannya
dengan teori musik dan sering digolongkan kedalamnya, analisis hanyalah sebagai
teori pelengkap yang bebas. Sehingga sesungguhnya masih banyak pendekatan
disiplin lain yang cukup menarik dapat dilakukan untuk menganalisis musik dan
ibadah dalam gereja Kharismatik seperti GBI Medan Plaza yang akan saya lakukan
dalam tesis ini.
Tulisan lain yang membahas tentang GBI Medan Plaza adalah skripsi yang
57
Weigthed Scale adalah sebuah teori yang mengkaji keberadaan melodi berdasarkan kepada delapan unsurnya, kedelapan unsur melodi itu menurut Malm (1977:15), adalah (1) tangga nada, (2) nada pusat atau nada dasar, (3) wilayah nada, (4) jumlah nada, (5) penggunaan interval, (6) pola
ditulis oleh saudara Daud Satria. Dalam skripsinya Daud membahas tentang guna dan
fungsi serta peranan musik pengiring dalam ibadah terhadap jemaat di GBI Medan
Plaza. Sementara itu tulisan lain yang penulis temukan tentang Gereja Bethel adalah
skripsi saudara Hans Marpaung yang berjudul “Deskripsi Tari Tamborin dan Musik
Pengiring Pada Ibadah Raya Gereja Bethel Indonesia (GBI) Tanjung Sari Medan”.
Tulisan ini mendeskripsikan bagaimana tari tamborin dan musik menjadi peranan
yang penting dalam setiap ibadah GBI Tanjung Sari.
Dari ketiga tulisan tersebut penulis merasa belum dilakukan kajian yang
mendalam tentang analisis terhadap peran musik dalam ibadah yang memberikan
ikhtisar tentang relevansi musik terhadap persoalan psikologis, sosiologis dan
teologis di GBI Medan Plaza, sehingga bisa mempengaruhi jemaat secara Roh dan
spiritual, kemudian melihatnya dalam konteks dan fungsi sosial.
1. 10. Metodologi Penelitian
1. 10. 1. Pendekatan Penelitian
Untuk mengkaji musik dalam ibadah kontemporer di GBI Medan Plaza dalam
tesis ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif. Menurut Nelson
metode kualitatif adalah sebagai berikut:
“Qualitative research is an interdisiplinary, transdisiplinary, and sometimes counterdisiplinary field. It crosscuts the humanities and the social and physical sciences. Qualitative research is many things at the same time. It is multiparadigmatic in focus. Its practitioners are sensitive to the value of the multimethod approach. They are
commited to the naturalistic perspective, and to the interpretive understanding of human experience. At the same time, the field is inherently political and shaped by multiple ethical and political positions”.58
Penelitian kualitatif cenderung digunakan dalam mempelajari terhadap kehidupan
sekelompok manusia. Namun bukan berarti penelitan dalam seni tidak dapat
dilakukan menggunakan metode kuantitatif, karena penelitian yang menggunakan
metode kualitatif juga membutuhkan data-data yang bersifat kuantitatif.
Untuk mencapai tujuan dalam tulisan ini, penulis menggunakan tiga metode
yaitu : metode literatur dan metode wawancara. Metode literatur adalah metode yang
menggali thesis ini melalui buku-buku, majalah, surat kabar, kamus, dan artikel-
artikel lainnya. Metode wawancara dengan tanya jawab penulis dengan orang-orang
yang mengetahui sedikit banyaknya mengenai musik dalam ibadah kontemporer di
GBI Medan Plaza, dan mengikuti perkuliahan umum di STT Misi Internasional Pelita
Kebenaran untuk mata kuliah pujian dan penyembahan, hal ini dilakukan penulis
guna menambah pengetahuan dan melengkapi atau membantu metode literatur.
1. 11. Sistematika Penulisan
Tulisan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut
a. Bab I : Pendahuluan. Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan dan metodologi penelitian yang penulis pakai.
58
Treichler, P.A., C. Nelson dan L. Grossberg, 1992. “Cultural Studies.” Cultural Studies. L. Grossberg, C. Nelson dan P.A. Treichler (eds.). New York: Routledge
b. Bab II: Melihat Sejarah Kharismatik dan Transformasi Musik di Dalamnya,