• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTANIAN DAN PERADABAN MANUSIA DALAM ISLAM

C. Perkembangan di bidang Pertanian

2. Etika Bioteknologi dalam Islam

2. Etika Bioteknologi dalam Islam

Setiap kegiatan apapun dalam Islam selalu mengedepankan etika. Apalagi semua kegiatan manusia itu saling berkait satu sama lain. Seperti bioteknologi pertanian ini meski dalam bidang pangan, namun akhirnya bisa terkait dampak social, ekonomi dan lingkungan. Menurut Soehadji (1995) memberikan suatu dasar untuk memberikan pedoman aplikasi dalam beretika bioteknologi:

a. Penelitian yang berkaitan dengan hewan maupun tumbuhan baik secara langsung atau tidak dapat membentuk species baru pada species yang telah ada tercipta oleh Allah, akan ditentang karena memang berlawanan dengan hukum alam atau kaidah-kaidah agama. Hal ini dijelaskan didalam Al Qur’an dalam surat al Hajj ayat 73 yang mempunyai intisari jika manusia sebenarnya tidak bisa meneciptakan satu spesies barupun meski mereka semua bersatu, karna hak itu adalah merupak hak Allah.

b. Tidak mengadakan atau merencanakan kegiatan penelitian yang berkaitan dengan hewan yangbertujuan untuk membentuk anomali-anomali (kelainan fisik/ diluar bentuk abnormal) yang sebenarnya merugikan makahluk hidup dan tidak layak ditinjau dari segi estetika. Seperti yang diisyaratkan dalam Islam:

c. Tidak diperkenankan mengadakan atau merencanakan kegiatan penelitian menyangkut mikroorganisme (hewan, manusia, atau makhluk hidup lainnya), langsung maupun tidak langsung , yang dapat merusak kehidupan manusia, hewan, tumbuhan atau lingkungan alam sekitar. Misalnya membuat abom mikroorganisme serta membentuk mutan mikroorganiasme yang ganas dan resisten terhadaop cara pengendalian dan pemusnahannya. Hal ini dijelaskan dalam suarat A’raf ayat 56 yang memang dengan tegas melarang membuat kerusakan dimuka bumi, dengan sengaja ataupun tidak.

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah memperbaikinya dan berdoalah kepaadaNya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

d. Tidak mengadakan atau merencanakan penelitian bioteknologi yang menggabungkan sifat fisik antara hewan dan manusia. Misalnya menanam embrio manusia dan hewan atau rekombinan gen (DNA) hewan dan manusia. Hal ini tertera pada surat an Nahl ayat 53:

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa kemudharatan, maka hanya kepadaNya kamu meminta pertolongan.

e. Tidak bertujuan untuk menyakiti hewan baik bersifat permanen (laten) maupun sementara (intermiten) saat mengadakan penelitiaan mengenai bioteknologi.

f. Tidak mengadakan pengkajian dan mengaplikasikan hasil bioteknologi dari luar negeri yang bertentangan dengan kaidah-kaidah agama serta membahayakan kehidupan makhluk hidup dan lingkungan yang belum, atau tidak jelas stsatus dan dampak yang akan ditimbulkannya.

g. Jika penelitian itu merendahkan derajat hewan atau hanya untuk kepuasan manusia semata, maka hal itu tidak diperbolehkan.

h. Sebelum hasil penelitian, pengkajian dan implikasi hasil bioteknologi dilaksanakan harus mendapatkan pengkajian lebih dahulu sebelum di aplikasikan pada obyek maka harus ditinjau dulu dari aspek keagamaan, estetika, budaya dan aspek teknis.

Perpindahan atau perubahan pola hidup berpindah-pindah atau nomad menjadi menetap, menimbulkan pergeseran pada hampir semua sector. Dalama sector pertanian demikian pula adanya, peralatan untuk pertanian, system pertanian, inovasi dan lain sebagainya mengala. mi pergeseran yang cukup signifikan. Misalnya alat-alat pertanian yang dulunya hanya kecil, sederhana dan ringan bisa berubah secara perlahan dengan kebebasan menciptakan alat-alat sesuai dengan kebutuhan. Kebebasan ini yang kemu yang memungkinkan terjadinya spesialisasi atau keahlian khusus yang dimiliki oleh individu atau kelompok masyarakat tertentu.

Hingga ada spesialisasi ahli membuat pakaian, peralatan rumahtangga, alat-alat pertanian, perumahan dan lain sebagainya. Keahlian yang memproduksi barang beserta kepemilikannya yang pada akhirnya mengenalkan pada istilah kekayaan (property) dalam hidup mereka.

Semua perubahan tersebut memungkinkan manusia menciptakan inovasi teknologi dalam segala bidang termasuk dalam bidang pertanian, dan memang hal ini terjadi tidak secara revulosioner seperti yang diduga oleh para peneliti. Bahkan mereka masih menggunakan alat-alat yang digunakan saat mereka masih menjadi masyarakat pengumpul dan berburu. Terbukti masih juga menggunakan kapak batu untuk mengolah tanah dan penggali dari kayu untuk mengolah tanah saat memanen hasil. Bahkan cara menggiling tepung dengan menggunakan batu datar yang diputar satu diatas lainnya masih digunakan hingga ribuan tahun kemudian.

Cukup mengherankan kenyataan ini. Ternyata pada pola kehidupan menetap pergantian alat-alat pertanian dari zaman pengumpul pada masa manusia menetap amatlah sangat lambat. Mereka merasa alat-alat yang ada masih bisa dipergunakan dengan baik, dan tidak merasa terganggu pekerjaan pertanian mereka. Masyarakat kala itu lebih mementingkan pergeseran nilai kultur atau budaya. Namun setelah merasa mapan, inovasi pertanian itu akhirnya menjadi hal yang penting, dan pada satu titik tertentu keduanya saling bertemu.

Contoh sapi menarik bajak, menggantikan fungsi manusia ternyata sudah dilakukan pada zaman Mesopotamia sekitar 6000 tahun yang lalu. Hal ini cukup mengaagumkan karena manusia sudah pada pemikiran level baru dalam menggunakan energy lain selain manusia, yakni penggunaan binatang.

Sisi kehidupan masyarakat menetap yakni teknik pembuatan gerabah dari tanah liat untuk kehidupan sehari-hari yang ini tidak dijumpai pada masyarakat pengumpul yang akan susah jika harus membawa gerabah dalam penggembaraannya yang mudah pecah. Dan sisa-sia gerabah ini ditemukan pada situs manusia masa lalu diseluruh belahan dunia. Hingga munculkan dugaan jika

munculnya roda untuk pembuatan gerabah pada mulanya dimulai dari pada roda yang dipakai untuk kendaraan.

Negara China diangap paling banyak menyumbangkan banyak kemajuan dalam bidang pertanian, seperti cara tanam bertarik, bajak dari besi, dan mesin penanam biji. Masyarakat China sudah mengenal cara bertani secara teratur seperti laraik, sekitar abad ke 6 M. Teknik ini sepintas terlihat sederhana, namun menghasilkan sesuatu yang luarbiasa karena tanaman akan lebih cepat dan kuat. Cara ini juga memberikan peluang untuk efesiensi dalam penanaman , pembersihan gulma juga pemberian pupuk dan penyiraman, tentu juga saat panen. Bahkan yang cukup mengagumkan cara ini juga disinyalir mampu mengurangi kerusakan tanaman akibat hembusan angin.

Ternyata cara penamanam larik ini baru diketahui oleh negara barat sekitar 2.200 tahun kemudian. Lalu alat untuk menanam biji dengan kedalaman tertentu yang sama dan sekaligus menutupnya dengan tanah mulai diterapkan pada sekitar tahun 202-220 M. Tanpa mesin ini biji hanya dilempar ditanah, sehingga banyak diantara tidak tumbuh , jika tumbuh hasilnya kecepatan tumbuhnya tidak sama. Di China hal ini meski dengan menggunakan alat yang lebih sederhana sudah digunakan masyarakat sana pada abad 2 M.

Secara lebih modern mesin tersebut dipatenkan oleh Camillo Torello pada tahun 1566, namun anehnya belum digunakan oleh masyarakat Eropa sampai tahun 1880-an. Pada tahun 202-220 M bajak yang dibuat dari besi mulai digunakan. Alat bajak non besi sendiri sudah digunakan pada abad 4 SM. Bajak dari besi bahkan baru masuk ke wilayah Eropa (Inggris dan Belanda) pada abad 17 M.

BAB IV