• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGRIBISNIS DALAM PRESPEKTIF SYARIAH

F. Zakat Pertanian

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh orang-orang yang telah memenuhi syarat. Kewajiban untuk berzakat bagi kaum muslimin bukan hanya sekedar zakat fitrah dan zakat maal saja, namun juga zakat pertanian. Setiap tanaman yang merupakan makanan pokok dan dapat disimpan menurut Syafi’iyah wajib dizakati.

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.” (QS. Al Baqarah: 267).

Dan dalam ayat lain menyebutkan jika manusia diharapkan bisa menunaikan haknya di hari memetik hasil:

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin).” (QS. Al An’am: 141).

Lalu, berapa besaran ukuran zakat tanaman itu? Nabi SAW bersabda: “Tidak ada zakat bagi tanaman di bawah 5 wasaq.”

Dari beberapa dalil yang menunjukkan wajibnya zakat hasil pertanian jika tak semua tanaman terkena kewajiban berzakat ini, hanya jenis tertentu dan kadar tertentu.

Para Ulama, bersepakat jika ada empat macam yang wajib di zakati, dan ini tergantung dari hasil bumi yang ada dimasing-masing negaraa dan benua yang tentu amat berbeda. Namun jika di tanah Arab, sebagai berikut:

1. Gandum kasar (Sya’ir) 2. Gandum halus (Hinthoh) 3. Kurma

4. Kismis

Dari Abu Burdah, bahwa Abu Musa Al-Asy’ari dan Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhuma pernah diutus ke Yaman untuk mengajarkan perkara agama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan mereka agar tidak mengambil zakat pertanian kecuali dari empat jenis tanaman: hinthah (gandum halus), sya’ir (gandum kasar), kurma, dan zabib (kismis).

Jumhur ulama meluaskan zakat hasil pertanian ini pada tanaman lain yang memiliki ‘illah (sebab hukum), namun hal inipun masih juga menjadi perselisihan ulama, Imam Abu Hanifah mengatakan jika zakat hasil pertanian itu berupa biji-bijian, buah-buahan dan sayur-sayuran.

Sedang Imam Malik dan Imam Syafi’I berpendapat jika zakat ini pada tanamanan yang berupa bahan pokok yang bisa disimpan, lalu Imam Ahmad berpendapat jika yang wajib dizakati adalah tanaman yang bisa disimpan dan ditakar, dan Ibnu Taimiyah berpendapat jika zakat hasil pertanian yang dapat disimpan.

Jika terdapat beberapa hadist nabi yang menyatakan jika sayur mayur tidaklah dikenai zakat, namun terjadi pemikiran jika hal tersebut terjadi pada masa lalu disaat perkebunan belum menjadi komoditi dan agribisnis, hingga hasilnya sedikit dan mudah rusak atau busuk, maka apabila sekarang sayur-mayur dan buah-buahan sudah menjadi target

wajib dizakati karena sudah memenuhi syarat takaran dan kadarnya. Sedang makanan pokok bisa pula diqiyaskan pada padi, singkong, jagung dan lain sebagainya.

1. Jenis Zakat dan Nisab Zakat a. Zakat Tanaman

Ukuran 1 wasaq adalah 60 sho’, sedang 1 sho’ adalah 4 mud. Hingga bisa dihitung nishob zakat pertanian =5 wasaqx60 sho’=300 sho’x 4 mud=1200 mud. Sedang mud adalah ukuran dua telapak tangan penuh dari pria sedang. Sebagaian ulama menghitungnya 2,4 kg, sedang Syaikh Ibnu Baz menyatakan jika satu sho’ kira-kira 3 Kg. namun sebenarnya ini bukan ukuran baku untuk semua benda yang ditimbang, sebaiknya memang ditakar terlebih daahulu baru ditimbang kedalam kiloan.

Maka jika 1 sho’ dianggap 2,4 Kg maka nishab zakat tanaman adalah, 5 wasaqx60 sho’/wasaqx2,4kg/sho’=720 Kg. maka jika hasil pertanian telah melampoi 1 ton maka sudah wajib dizakati.

Lalu bagaimana nishab zakat?

Jika tanaman itu dialiri air dengan air hujan atau tanpa dengan air sungai tanpa ada biaya yang dikeluarkan ataun bahkan tanaman tersebut tidak membutuh air, dikenai zakat 10%

Jika tanaman diairi dengan aira yang memerlukan biaya pengairan misalnya

membutuhkan pompa untuk menarik air dari sumbernya, hal ini dikenai zakat 5%. Tanaman yang diairi dengan air hujan atau dengan mata air atau dengan air tadah hujan, maka dikenai zakat 1/10 (10%). Sedangkan tanaman yang diairi dengan mengeluarkan biaya, maka dikenai zakat 1/20 (5%)”.

Tapi bagaimana jika sawah sebagian dialiri air dengan biaya? Maka zakatnya adalah 7.5%, namun jika taka diketahui kadarnya lebih banyak menggunakan air dengan biaya atau tidak, maka untuk kehati-hatian dan ambil yang besar manfaatnya lebih baik zakatnya 10 %. Hitungan ini adalah hasil panen dan tidak dikurangi dengan biaya menggarap lahan dan biaya operasional lainnya.

sudah pantas dipettik. Sebelum waktu tersebut tentu tak ada kewajiban zakat, namun sebagian ada yang sudah matang dan sudah dipetik, maka seluruh tanaman sudah dianggap matang.

Syarat zakat Pertanian adalah: Islam, Merdeka, Sempurna milik, cukup nishab, tanaman tersebut adalah makanan asasi yang tahan disimpan lama, dan tanaman terrsebut adalah hasil usaha manusia dan bukannya tumbuh sendiri seperti tumbuhan liar, dihanyutkan air dan sebagainya.

b. Zakat Ternak

Tidak semua binatang ternak bisa dizakati, hanya beberapa binatang yang potensial sajalah yang wajib dizakati, seperti Unta dengan nisab 40-59 ekor, zakat 1 ekor, kambing nisab 30-40 ekor, zakat 1 ekor, sapi nisab 40-59 ekor, zakat 1 ekor, domba nisab 40-120 ekor, zakatnya 1 ekor dan kuda nisab 1 ekor, zakatnya 1 dinar.

2. Zakat sebagai motivator maksimalkan produksi

Dalam sector agribisnis, zakat pertanian dan peternakan yang dikeluarkan setiap kali panen merupakan motivasi untuk memaksimalkan produktivitas sector tersebut. Besaran zakat dikeluarkan tentu berbanding lurus dengan tingkat produktivitas sector agribisnis itu, yakni semakin tinggi produktivitasnya maka semakin banyak pula zakat yang dikeluarkan. Dan ini merupakan dampak yang baik dan tentu positif bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan umat.

Ada beberapa manfaat dari pengeluaran zakat tersebut bagi umat Islam, menurut Butarbutar (2001) yakni:

- Memberikan kontribusi yang cukup besar dalam rangka mengangkat harkat martabat sesama umat

- Memperoleh kehidupan tenang di akherat

- Memajukan organisasi secara mikro dan pertumbuhan ekonomi secara makro

- Juga bisa memperlias investasi dan produksi sehingga bisa dimungkinkan membuka lapangan pekerjaan dan sejahterakan umat

Sector agribisnis ini dianggap salah satu penggerak perekonomian dalam masyarakat yang dianggap cukup istimewa karena selain dapat menyejahterakan orang-orang yang bergerak dibidang agribisnis juga sejahterakan masyarakat lain saat sector ini maju dan bisa dizakati dengan baik.

“Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan apa-apa yang kamu kerjakandari kebaikan untuk dirimu, pasti kamu akan mendapat pahala disisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan” (al-Baqarah ayat 110).

Ajang pembersihan harta dari yang haram dan subhat hingga memperoleh keberkahan dari Allah adalah hal yang terbaik, apalagi dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak, dan hal ini sangat mententramkan. Zakat juga menjadi rezeki yang dapat digunakan sebagai upaya mengangkat harkat martabat berikut kesejahteraan usaha disektor agribisnis hingga bisa mandiri, semisal dahulu ia sebagai penerima zakat, pada akhirnya ia mampu berdikari dan mampu membayar zakat untuk orang-orang yang membutuhkan.

Selain zakat, kaum muslimin dianjurkan untuk bersedekah. Jika sector usaha dalam bidang agribisnis ini sudah mampu meraup keuntungan yang cukup signifikan dan yang ikut dan tertarik untuk mengembangkan sector ini semakin banyak, hingga produktivitas agribisnis dapat meningkat tajam, maka tidaklah mengherankan jika sector ini mampu sebagai motivator untuk memaksimalkan produksi. Dengan demikian zakat memang mampu mengangkat sector ini lebih maju dengan penuh keberkahan dari Allah SWT.