• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha melihat secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia, hal yang dikejar oleh

Dalam dokumen Etika dan Profesi Kependidikan (Halaman 36-42)

BAB III Etika Profesi

B. Konsep Dasar Etika Profesi Keguruan ETIKA

1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha melihat secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia, hal yang dikejar oleh

manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk memutuskan keputusan tentang perilaku atau sikap yang akan diputuskan 2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai

sikap dan pola perilaku ideal yang seyogjanya dimiliki oleh manusia dalam hidup sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normative memberi penilaiaan sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

Berdasarkan beberapa istilah di atas Etika Profesi Pendidikan merupakan suatu norma yang harus diperhatikan dalam melaksanakan proses pendidikan baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Proses pendidikan yang berjalan harus berpegang kepada etika, moral dan etiket yang berkembang di masyarakat sehingga proses pendidikan dapat berjalan sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional. Guru sebagi figur bagi peserta didik yang sejak dini menanamkan nilai-nila etika, moral dan norma, sudah

menjadi suatu keharusan memegang teguh nilai, etika, moral dan norma dalam menjalankan tugasnya bahkan dalam setiap denyut kehidupannya, menjadi indikator dalam keberhasilannya mengajar dan mendidik. Pandangan masyarakat, guru selalu menjunjung tinggi etika dan moral, guru selalu benar, digugu dan ditiru, menjadi suri tauladan dan mereka selalu memposisikan guru sebagai pejuang nilai, etika dan moral di tengah-tengah masyarakat.

PROFESI

Istilah profesi sering disalah artikan, kebanyakan orang awam yang salah kaprah tentang definisi profesi yang sebenarnya, orang awam mengartikan bahwa semua pekerjakaan dikatakan suatu profesi, seperti halnya pekerjaan mencuci, mencuri, dan memasak. Apakah pekerjaan tersebut dapat dikatakan suatu profesi? Tentu tidak karena profesi memerlukan kajian yang mendalam.

Profesi dalam bahasa Inggris disebut istilah “profession” yang sama artinya dengan “vacation”, “occupation”, dan “job” yang berarti pekerjaan atau jabatan (Rugaiyah, 2011). Sementara dalam bahasa Latin adalah “profecus” yang berarti mengakui, pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan pekerjaan tertentu.

Menurut pendapat Prof Soetjipto (2009) mengungkapkan bahwa profesi mempunyai arti melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan), Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya) dan memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang. Sementara itu Grete G Morine Dershimer (dalam Yahya, 2013) menyatakan bahwa suatu profesi adalah pekerjaan tersebut bersifat spesialis dan diperoleh dari pengetahuan, keterampilan dan produktif.

Dedi Supriadi (1998 ; 95) mengemukakan “Profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap pekerjaan tersebut”. Pekerjaan dikatakan suatu profesi jika mempunyai kriteria-kriteria khusus yang harus

ditempuh oleh penyandang profesi tersebut. Menurut Sanusi et al.

(1991) menjelaskan beberapa ciri-ciri suatu profesi sebagai berikut:

1. Jabatan yang menuntut keahlian tertentu

2. Keterampilan atau keahlian yang dituntut jabatan tersebut diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

3. Jabatan berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistemik, eksplisit, dan bukan hanya sekedar pendapat.

4. Jabatan tersebut memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.

5. Pada pemberian layanan masyarakat anggota profesi berpegang teguh pada kode etik yang di sepakati oleh organisasi profesi dan bebas dari campur tangan orang luar.

6. Setiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam melakukan judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.

7. Jabatan tersebut mempunya nilai tinggi atau prestise yang tinggi dalam masyarakat dan biasanya memperoleh imbalan yang tinggi.

Berdasarkan pernyataan beberapa ahli yang telah diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jabatan pedagang, penyanyi, penari, pengamen, serta tukang koran jelas bukan profesi. Lain halnya dengan jabatan seorang guru, apakah guru termasuk dikategorikan sebagai suatu profesi? Khusus untuk jabatan guru, National Education Association (NEA) (1948) menyarankan kriteria berikut:

1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.

Jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual.

Lebih lanjut dapat diamati, bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota profesi ini adalah dasar bagi persiapan dari semua kegiatan profesional lainnya. Oleh sebab itu, mengajar seringkali disebut sebagai ibu dari segala profesi (Stinnett dan Huggett, 1963)

2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus

Suatu profesi yang mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan anggota mereka dari orang awam, dan memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang jabatannya. Anggota-anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran yang tidak terdidik, dan kelompok tertentu yang ingin mencari keuntungan (misalnya orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang membuka praktek dokter). Namun, belum adanya kesepakatan tentang bidang ilmu khusus yang melatari pendidikan (education) atau keguruan (teaching) (Ornstein and Levine, 1984).

3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (bandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).

Jabatan profesional dengan non-profesional dapat dibedakan berdasarkan penyelesaian pendidikan melalui kurikulum, yaitu ada yang diatur universitas/institut atau melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah. Pertama, yakni pendidikan melalui perguruan tinggi disediakan untuk jabatan profesional, sedangkan yang kedua, yakni pendidikan melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah diperuntukan bagi jabatan non-profesional (Ornstein dan Levine, 1984).

4. Jabatan yang memerlukan ‘latihan dalam jabatan’ yang bersinambungan.

Jabatan guru cenderung menunjukkan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional, sebab hampir tiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan profesional, baik yang mendapatkan penghargaan kredit maupun tanpa kredit.

5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.

Di luar negri syarat jabatan guru sebagai karier permanen merukapakan titik yang paling lemah dalam menuntut bahwa

bertahan selama satu atau dua tahun saja pada profesi mengajar setelah itu mereka pindah kerja kebidang lain, yang lebih banyak menjanjikan bayaran yang lebih tinggi. Untunglah di Indonesia kelihatannya tidak begitu banyak guru yang pindah kebidang lain walaupun bukan berarti pula bahwa jabatan guru di Indonesia mempunyai pendapatan yang tinggi. Alasannya mungkin karena lapangan kerja dan sistem pindah jabatan yang agak sulit. Dengan demikian kriteria ini dapat dipenuhi oleh jabatan guru di Indonesia.

6. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.

Jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk jabatan guru ini sering tidak diciptakan oleh anggota profesi sendiri, terutama di negara kita. Baku jabatan guru masih sangat banyak diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayasan pendidikan swasta

7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.

Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai sosial yang tinggi. Guru yang baik akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari warga negara masa depan. Jabatan guru telah terkenal secara universal sebagai suatu jabatan yang anggotanya termotifasi oleh keinginan untuk membantu orang lain, bukan disebabkan oleh keuntungan ekonomi atau keuangan.

8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi profesional yang kuat untuk dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal, jabatan guru telah memenuhi kriteria ini dan dalam hal lain belum dapat dicapai. Di Indonesia telah ada persatuan guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan atas, dan ada pula ikatan sarjana pendidikan indonesia (ISPI) yang mewadahi seluruh sarjana pendidikan.

Berdasarkan analisis di atas jabatan guru nampaknya belum sepenuhnya dikategorikan sebagai profesi yang utuh, bahkan guru dikatakan sebagai semi profesi atau profesi yang baru muncul oleh masyarakat pada umumnya, hal tersut dikarenakan jabatan guru belum memenuhi kriteria-kriteria tersebut.

Robert B. Howsam et. Al. (1976) menyatakan bahwa guru merupakan suatu profesi yang baru muncul, sehingga guru mempunyai status yang lebih tinggi dari jabatan semi profesional dan mendekati status jabatan profesi penuh. Keberadaan Undang-Undang Guru dan Dosen no. 14 tahun 2005, menjawab bagaimana dan seperti apa posisi guru. Pada Bab I, berbunyi bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya guru professional tersebut harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi, seperti pada bab IV bagian kesatu perihal Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi harus dimiliki oleh guru professional.

Kualifikasi akademik Diperoleh melalui pendidikan tinggi program S1 atau D4, sesuai dengan keahliannya. Kompetensi yang harus dimiliki guru adalah pertama; kompetensi pedagogik yakni Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kedua; kompetensi Kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Ketiga; kompetensi Profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi dan keempat; kompetensi Sosial yakni kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,

memiliki sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi yang ditunjuk oleh Pemerintah. Pemerintah dan Pemda wajib menyediakan anggaran utk peningkatan kualifikasi akademik dan sertfikasi pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemda, dan masyarakat

Dalam dokumen Etika dan Profesi Kependidikan (Halaman 36-42)