• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Profesi dan Karir Guru

Dalam dokumen Etika dan Profesi Kependidikan (Halaman 118-121)

BAB III Etika Profesi

PENGEMBANGAN PROFESI DAN KARIR GURU

C. Pengembangan Profesi dan Karir Guru

Guru merupakan profesi yang dapat menentukan sikap, sifat, karakter dan intelektual dari seorang peserta didik di sekolah. Guru perlu memiliki jiwa yang halus dalam menyentuh hati peserta didik, disamping memiliki jiwa yang profesional. Guru dalam menjalankan tugas harus totalitas, khususnya dalam proses pembelajaran dan menjadi role model bagi anak didiknya. Guru yang berprofesional diharapkan dapat membentuk sikap, sifat dan intelektual anak didik menjadi lebih baik. Untuk mewujudkan hal

tersebut tidaklah mudah, ada empat tahap yang sekiranya dapat membentuk guru yang profesional sebagai berikut; pertama, guru harus berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi, seperti yang telah dijelaskan dalam UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 tentang guru bahwa penyediaan guru menjadi kewenangan lembaga pendidikan berlatar belakang pendidikan yang disini adalah perguruan tinggi.

Kedepannya guru yang berkualifikasi S1 atau D-IV dan memiliki sertifikat pendidik melalui program pendidikan profesi saja yang dapat menjadi guru yang diakui oleh negara sebagai guru yang profesional. Di perguruan tinggi mahasiswa calon guru terbiasa dengan membuat sebuah karya ilmiah yang tujuan dari karya ilmiah itu adalah membuat mahasiswa calon guru lebih peka dalam mengkritisi suatu masalah dan menemukan solusinya. Dengan kata lain guru yang berlatar belakang perguruan tinggi mampu untuk mengkritisi suatu masalah dan mengatasinya dengan benar. Khusus untuk pendidikan profesi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebabagai berikut;

1. Calon peserta pendidikan profesi berkualifikasi S1/D-IV.

2. Sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah.

3. Sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel.

4. Jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh Menteri.

5. Program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik.

6. Uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai dengan standar kompetensi.

7. Ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup

pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya; dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang secara konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya. Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan secara holistik dalam bentuk ujian praktik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan.

Kedua, perlunya induksi untuk guru pemula. Induksi yaitu didampinginya guru pemula yang terjun ke sekolah oleh mentor yang telah di pilihkan dalam kurun waktu satu tahun. Induksi ini bertujuan agar guru pemula benar-benar mampu dalam melakukan tugasnya di saat nanti apabila telah di lepas langsung dari induksi ini. Induksi ini sangat diperlukan karena keadaan di dalam teori sangat berbeda di dalam prakteknya. Teori bisa saja di dapatkan dengan cara belajar dari sumber-sumber ilmu, namun praktek tidak dapat didapatkan kecuali dengan terjun langsung di lapangan. Program induksi ini merupakan masa transisi bagi guru pemula terhitung mulai dia pertama kali menginjakkan kaki di sekolah atau satuan pendidikan hingga benar-benar layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan pembelajaran secara mandiri (Danim, 2012 :7).

Ketiga Profesionalisasi guru yang di prakarsai oleh institusi, Ketika seorang guru telah melalui tahap induksi dan di lepas untuk menjalankan tugas profesinya, maka kegiatan untuk penumbuhan dan pengembangan profesionalitas tidak berhenti di situ saja. Guru harus mampu untuk lebih mengasah kemampuannya dan menjadi terampil sesuai dengan kurikulum dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan-kegiatan untuk melakukan hal itu dapat dilaksanakan atas prakarsa dari institusi seperti workshop, pelatihan, pendidikan dan lain-lain. Prakarsa ini sangat penting

karena guru pemula memiliki keterbatasan finansial, waktu, jaringan, akses dan sebagainya.

keempat profesionalisasi guru berbasis individu atau menjadi guru madani. Ketika guru telah terjun langsung dan telah memngikuti kegiatan yang di prakarsai oleh institusi baik pelatihan, pendidikan maupun workshop sang guru bisa mengembangkan apa yang telah dia pelajari dari kegiatan-kegiatan itu dan menerapkannya dengan pola dan gaya mengajarnya sendiri sehingga akan membuat guru menjadi semakin maju dan tidak tertinggal dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru juga dapat melaksanakan kegiatan karya tulis ilmiah di bidang pendidikan yang bertujuan membuat guru menjadi peka tentang permasalahan yang terjadi di bidang pendidikan dan bagaimana cara mengatasi permasalahan itu. Selain itu guru dapat memadukan teknologi untuk kegiatan yang bertujuan untuk pendidikan seperti penggunaan gadget dan teknologi lainnya dalam proses belajar mengajar.

Selanjutnya dengan perkembangan teknologi yang berkembang pesat guru juga dituntut untuk kreatif dalam membuat alat peraga/alat pelajaran atau alat bimbingan. Tujuan dari pembuatan alat peraga ini adalah mempermudah anak didik dalam menerima pelajaran sehingga akan menjadi skema bagi mereka. Dan yang paling penting yang tidak dapat diabaikan oleh guru yaitu guru harus mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Dengan demikian pengembangan profesi guru dapat dilaksanakan dengan memperhatikan berbagai aspek yang sangat bermanfaat bagi pengembangan diri guru yang bersangkutan dan juga tentunya bagi peningkatan kualitas system pendidikan yang memiliki tantangan luas dan hebat dari berbagai aspek yang perlu selalu dibenahi dan dikembangkan kea rah yang lebih baik.

Dalam dokumen Etika dan Profesi Kependidikan (Halaman 118-121)