• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Pengembangan Profesi Guru

Dalam dokumen Etika dan Profesi Kependidikan (Halaman 121-130)

BAB III Etika Profesi

PENGEMBANGAN PROFESI DAN KARIR GURU

D. Program Pengembangan Profesi Guru

Pengembangan profesi guru pada dasarnya merupakan peningkatan kualitas dimensi-dimensi kompetensi guru. Beberapa

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional mereka (Danim, 2012: 9).

Dengan demikian maka kenaikan jenjang jabatan fungsional guru terus mengalami peningkatan secara teratur. Semua dimensi kompetensi di atas yang harus dikembangkanhendaknya dimulai dari unsur-unsur dimensi yang dipandang paling krusial danharus ditangani dengan segera. Untuk menetukan unsur-unsur spesifik dalam masing-masing dimensi tersebut hendaknya didasarkan pada hasil penilaiankinerja guru.

Idealnya seluruh dimensi pengembangan profesi itu dilakukan secara holistik dan simultan. Namun realita senantiasa menunjukkan gejala adanya kendala-kendala untuk melakukan pengembangan profesi guru secara serempak. Oleh sebab itu maka program pengembangan profesi guru hendaknya dilakukan dengan menentukan prioritas-priositas yang lebih krusial. Pengembangan kreativitas guru merupakan salah satu unsur krusial yang harus dikembangkan.

Amabile mengemukakan bahwa dalam mengembangkan kreativitas, guru dapat melatih ketrampilan bidang, dengan pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam bidang khusus seperti bahasa, matematika atau seni;mengajarkan ketrampilan kreatif dalam batas tertentu, seperti cara berpikir menghadapi masalah secara kreatif, teknik memunculkan gagasan orisinal, yang diajarkan secara langsung dengan contoh; dan motivasi intrinsik, dengan guru menjadi model dengan mengungkapkan secara bebas minatnya, dan tantangan pribadi untuk memecahkan masalah atau melakukan tugas, dan memungkinkan siswa untuk bisa otonom sampai batas tertentu di kelas (Amabile dalamMunandar, 2002:156).

Menurut Supratno (2006:10), untuk lebih mendukung tercapainya peningkatan kemampuan profesionalisme guru, pemerintah dalam hal ini Depdiknas senantiasa secara priodik

memfasilitasi kegiatan melalui: pertama, peningkatan kualitas guru melalui penyelenggaraan penyetaraan disetiap jenjang pendidikan.

Kedua, peningkatan kemampuan profesionalisme guru melalui kegiatan penataran/pelatihan bekerja sama dengan lembaga-lembaga penalaran atau diklat. Ketiga, memotifasi pengembangan kelompok kerja guru melalui PKG, PSB SPKG,PPPG dan sebagainya.

Keempat, penyesuaian penataan/pemerataan jumlah guru dalam berbagai jumlah studi/mata pelajaran guna memenui kebutuhan kurikulum. Kelima, mensubsidi bantuan tenaga guru serta melakukan pembinaan mutu guru pada setiap sekolah khususnya sekolah swasta. Keenam, melakukan pembinaan karir guru sesuai jabatan fungsional guru. Ketujuh, secara periodik berusaha meningkatkan guru melalui berbagai cara atau terobosan.

Selain yang disebutkan di atas seorang guru dinyatakan layak apabila bersertifikat. Dikalangan guru dikenal dengan sertifikasi guru, yaitu proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi guru bertujuan untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, meningkatkan kesejahteraan guru, meningkatkan martabat guru dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.

Sertifikasi guru pun diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru.

Bentuk peningkatan kesejahteraan tersebut berupa pemberian tunjangan profesi bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik.

Sertifikasi merupakan proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi bagi guru prajabatan dilakukan melalui pendidikan profesi di LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah diakhiri dengan uji kompetensi. Sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dilakukan dalam bentuk portofolio.

Portofolio adalah kumpulan dokumen yang menggambarkan prestasi seseorang. Dengan demikian portofolio guru merupakan kumpulan dokumen yang menggambarkan pengalaman

dalam interval waktu tertentu. Penilaian Portofolio merupakan proses pengakuan atas pengalaman profesional guru melalui penilaian kumpulan dokumen. Portofolio ini merupakan bagian dari sertifikasi guru yang perlu dipersiapkan dan bagian dari proses pengembangan karir guru dan kesejahteraan guru.

Dalam pelaksanaan sertifikasi pendidikan perlu memperhatikan prinsip sebagai berikut:

1. Dilaksanakan secara obyektif, transparan, dan akuntable

2. Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan mutu dan kesejahteraan guru

3. Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan 4. Dilaksanakan secara terencana dan sistematis

5. Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah

Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional. Oleh karena itu, dari pemahaman tersebut sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuaan pendidikan tersebut. Ketentuan mengenai sertifikasi secara normatif dimaksudkan untuk memberikan jaminan profesionalitas guru dan dosen. (Asrorun Ni’am Sholeh, ; 2006, ; 90). Dalam hal ini sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang caclon guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar. Ini diperlukan karena lulusan LPTK sangat bervariasi, baik di kalangan perguruan tinggi negeri maupun swasta.

Menurut E. Mulyasa, pada hakikatnya standar kompetensi dan sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi dalam melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat (E. Mulyasa; 2007; 17). Dalam upaya menjamin mutu guru agar memenuhi standar kompetensi, maka

sertifikasi merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi professional. Oleh karena itu, tujuan sertifikasi guru adalah:

1. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.

2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.

3. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrument untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten.

4. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan.

5. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan.

Program pengembangan profesi tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan kompetensi dan professional guru. Pada program ini calon guru diminta untuk mengikuti pendidikan profesi guru pada pendidikan tinggi setelah program pendidikan sarjana untuk mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus dalam menjadi guru. Pendidikan profesi guru harus ditempuh selama 1-2 tahun setelah seorang calon lulus dari program sarjana kependidikan maupun non sarjana kependidikan.

Persyaratan PLPG dan PPG, Pola Sertifikasi Guru 2016

Penetapan sertifikasi kepada guru professional, setelah calon guru melalui 2 proses, yakni guru prajabatan dilakukan melalui pendidikan profesi di LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah diakhiri dengan uji kompetensi dan Sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dilakukan dalam bentuk portofolio. Di bawah ini akan dijelaskan tahap-tahap sebagai berikut:

Sumber; http://www.aancom88.com/

Pola Sertifkasi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) PLPG merupakan pola sertifikasi yang menggantikan pola fortofolio dan sudah dilaksanakan sejak tahun 2011. PLPG sangat jauh berbeda dengan fortofilio begitu juga dengan PPG. PLPG merupakan pendidikan dan pelatihan singkat bagi guru yang belum bersertifikat.

Kurang lebih ditempuh ditempuh selama 10 hari berupa diklat ditambah ujian tulis lokal dan ujian tulis nasional. Biaya PLPG ditanggung oleh pemerintah. Jika dinyatakan lulus maka peserta sertifikasi guru pola PLPG mendapat sertifikat pendidik dan berstatus sebagai guru profesional. Guru yang mengikuti serifikasi dengan pola PLPG adalah mereka yang memiliki TMT minimal 1 Desember 2005.

Pola Sertifikasi Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan (PPGJ) PPG (Pendidikan Profesi Guru) juga merupakan pendidikan bagi guru yang belum bersertifikat. Namun waktunya akan lebih panjang dan menggunakan biaya sendiri. Tahapan yang harus dilalui guru peserta PPGJ adalah proses konversi dokumen RPL, workshop, PKM dan ujian tulis lokal serta ujian tulis nasional. Paling tidak waktu

yang dibutuhkan untuk mendapatkan sertifikat pendidik adalah satu semester atau kurang lebih 6 bulan (36 SKS).

Calon peserta PPGJ diambil berdasarkan ranking nilai UKA atau UKG, dan disesuaikan dengan kuota masing-masing provinsi.

Para guru yang merasa sudah memenuhi syarat masuk calon peserta PPGJ bisa cek secara berkala di http://sergur.kemdiknas.go.id/sg13/.

Anda bisa melakukan pengecekan dengan manafaatkan fitur pencarian berdasarkan NUPTK atau dapat juga menelusurinya berdasarkan kriteria.

Persyaratan PLPG Tahun 2016

Persyaratan PLPG sebagai berikut;

1. Memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dari program studi yang terakreditasi, kecuali Program Studi PGSD dan PGPAUD. Mengajar di satuan pendidikan di bawah binaan Kementerian Pendidikan Nasional.

2. Guru PNS yang mengajar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) atau guru yang dipekerjakan (DPK) pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

3. Guru bukan PNS yang berstatus guru tetap yayasan (GTY) atau guru yang mengajar pada satuan pendidikan negeri yang memiliki Surat Keputusan dari Pemda.

4. Memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK).

5. Memiliki TMT paling akhir 30 Desember 2015 6. Memiliki surat keterangan berbadan sehat dari dokter.

7. Memiliki surat keterangan bebas napza narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya) dari instansi yang berwenang.

Persyaratan PPGJ Tahun 2016

1. Memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dari program studi yang terakreditasi, kecuali Program Studi PGSD dan PGPAUD.

2. Mengajar di satuan pendidikan di bawah binaan Kementerian Pendidikan Nasional.

3. Guru PNS yang mengajar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) atau guru yang dipekerjakan (DPK) pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

4. Guru bukan PNS yang berstatus guru tetap yayasan (GTY) atau guru yang mengajar pada satuan pendidikan negeri yang memiliki Surat Keputusan dari Pemda.

5. Memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK).

6. Memiliki masa kerja sebagai guru minimal 5 tahun.

7. Bersedia mengikuti pendidikan sesuai dengan peraturan yang ada dan mendapatkan ijin belajar dari Kepala sekolah dan Pemda.

8. Memiliki surat keterangan berbadan sehat dari dokter.

9. Memiliki surat keterangan bebas napza (narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya) dari instansi yang berwenang.

10. Nilai UKG minimal 55

Berkas Persyaratan PPGJ Yang Harus Dikumpulkan 1. Formulir pendaftaran peserta PPG (Format P1).

2. Foto kopi ijazah S-1/D-IV yang sudah dilegalisasi oleh perguruan tinggi asal atau Kopertis untuk lulusan PTS yang sudah tidak beroperasi.

3. Foto kopi SK pengangkatan sebagai PNS bagi guru PNS, SK GTY atau SK dari Pemda bagi guru bukan PNS.

4. Foto kopi SK pengangkatan sebagai guru bukan PNS (guru tetap pada satuan pendidikan tempat yang bersangkutan mengajar) dari KS dan/atau yayasan.

5. Surat pernyataan kesediaan mengikuti pendidikan dan meninggalkan tugas mengajar yang ditandatangani oleh yang bersangkutan dan KS

6. Surat persetujuan/ijin dari KS dan diketahui Disdik.

7. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter.

8. Surat keterangan bebas napza dari instansi yang berwenang.

9. Waktu dan Biaya PPGJ

10. Pendidikan Profesi Guru (PPG) ini diselesaikan dalam waktu 2 semester. Kurikulum PPG berisi program workshop pengemasan materi bidang studi untuk pembelajaran yang mendidik (Subject Specific Pedagogy) dan disertai pemantapan kompetensi akademik kependidikan dan kompetensi akademik bidang studi, serta PPL kependidikan. Proporsi beban belajar (SKS) untuk workshop SSP:

PPL = 60 : 40.

BAB X

Perlindungan Dan Penghargaan Terhadap Guru

A. Pendahuluan

Pada bab ini penulis akan menyajikan perlindungan dan penghargaan bagi guru. Pembahasan ditujukan kepada konsep yang disajikan untuk menunjang wawasan dan pengetahuan pembaca buku ini. Pembahasan diarahkan kepada perlindungan dan penghargaan apa saja yang diberikan atas jasa-jasa guru.

Setelah mengikuti dan memahami uraian pembahasan materi diharapkan dosen maupun mahasiswa memahami tugas dan kewajiban serta hak-hak guru dalam memeproleh penghargaan.

Capaian dan indikator hasil belajar sebagai berikut;

1. Capaian Kompetensi

Mahasiswa memahami perlindungan dan penghargaan terhadap guru

2. Indikator Kompetensi

Kognitif: Menjelaskan dan mendeskripsikan Perlindungan dan penghargaan terhadap guru

Afektif: Menunjukkan sikap sopan santun.

Dalam dokumen Etika dan Profesi Kependidikan (Halaman 121-130)