• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Sektor PDRB

IV. EVALUASI CAPAIAN SASARAN 4

Tabel 4.1

EVALUASI CAPAIAN SASARAN 4

“Meningkatkan Kualitas dan Derajat Kesehatan Masyarakat”

No INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN SATUAN TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA

1 Angka Kelangsungan Hidup

Bayi per / 1000 kelahiran hidup 2011 % 40,82 40,25 98,60 2012 % 40,39 40,31 99,80 2013 % 39,96 43,22 96,05 2014 % 39,53 44,50 98,89 2015 % 39 45,91 117,72

2 Angka Harapan Hidup 2011 Tahun 66,64 66,60 99,93

2012 Tahun 67,13 67,13 100,00 2013 Tahun 67,62 68,13 99,28 2014 Tahun 68,11 70,03 102,81 2015 Tahun 68,60 70,18 102,30

3 Prevalensi Gizi Buruk 2011 % 3,00 4,21 140,33

2012 % 2,75 2,52 91,63 2013 % 2,50 2,50 100,00 2014 % 2,25 2,25 100,00

2015 % 2 2 100,00

4 Cakupan Layanan Puskesmas 2011 % 1,5 1,4 93,33 2012 % 1,5 1,7 113,33 2013 % 1,5 1,7 113,33 2014 % 1,5 1,7 113,33 2015 % 1,5 1,8 120,00 5 Rasio Rumah Sakit 2011 RS 1:25.641 1:40.284 64,65

2012 RS 1:26.149 1:40.691 64,26 2013 RS 1:26.667 1:40.691 65,53 2014 RS 1:27.194 1:40.691 66,83 2015 RS 1:27.773 1:40.929 67,85

Rata-rata Capaian IKU 101,14

Untuk capaian sasaran meningkatnya kualitas dan derajad kesehatan masyarakat dengan IKU angka kelangsungan hidup bayi per/100 kelahiran hidup di tahun 2011 dengan capaian kinerja sebesar 98,60 persen dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 117,72 begitu juga dengan. Berkurangnya prevelensi gizi buruk disebabkan meningkatnya jumlah tenaga kesehatan di Kota Mataram sebanyak 168 tenaga medis pada tahun 2011 bertambah menjadi 184 tenaga medis pada tahun 2012 dan di tahun sebanyak 168 tenaga medis pada tahun 2013 bertambah menjadi 184 tenaga medis pada tahun 2014.

Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Mataram telah mencapai 67,13 tahun, artinya bahwa peluang bayi yang dilahirkan pada saat itu akan berpeluang hidup selama 67,13 tahun yang akan datang. Setiap tahunnya AHH Kota Mataram mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, AHH Kota Mataram pada posisi 66,15 tahun menjadi 67,13 di tahun 2012.

Muara dari kualitas kesehatan masyarakatakan tergambarkan dalam Angka Harapan Hidup (AHH) bagi bayi yang baru dilahirkan saat itu. Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Mataram telah mencapai 68,63 tahun di tahun 2014, artinya bahwa peluang bayi yang dilahirkan pada saat itu akan berpeluang hidup selama 68,70 tahun di tahun 2015. Setiap tahunnya AHH Kota Mataram mengalami peningkatan terlihat pada Grafik dibawah ini:

Grafik 4.1

Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH) Penduduk Kota Mataram Tahun 2011-2015

Peningkatan signifikan terjadi pada rasio layanan infrastruktur kesehatan, dengan bertambahnya jumlah Puskesmas menjadi 11 puskesmas pada tahun 2015. Beroperasinya unit Puskesmas Rawat Inap menjadikan rasio layanan Puskesmas dengan cakupan wilayah di tingkat Kecamatan capaiannya melampaui dari target sebesar 13,33 persen atau total menjadi sebesar 113,33 persen.

Pada kasus prevalensi gizi buruk terjadi pada anak usia Balita sebagai dampak

kekurangan asupan gizi. Langkah penurunan angka kejadian gizi buruk setiap

tahunnya dilakukan dengan mengefektifkan mekanisme pendataan, kontrol kejadian, dan intervensi penanganannya. Pada beberapa kasus gizi buruk yang tinggi disebabkan oleh ketidaktepatan data yang juga mendata masyarakat di luar wilayah Kota Mataram yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram.

67,13 67,62 68,12 68,63 66 66,5  67 67,5  68 68,7  2011 2012 2013 2014 2015    AHH  68,70

Ketersediaan infrastruktur kesehatan yang memadai menjadi salah satu penopang terselenggaranya pelayanan kesehatan yang baik. Peningkatan terjadi pada rasio layanan infrastruktur kesehatan, dengan bertambahnya jumlah Puskesmas dari 10 pada tahun 2011 menjadi 11 puskesmas pada tahun 2015. Penambahan 1 unit Puskesmas berada di wilayah Kelurahan Pejeruk. Meningkatnya jumlah Puskesmas mempengaruhi cakupan layanan Puskesmas dengan rasio 1,5 berbanding 1.000 penduduk menjadi 1,7 berbanding 1.000 penduduk.

Selain Puskesmas, tingkat pelayanan kesehatan juga dipengaruhi oleh ketersediaan Rumah Sakit. Jika jumlah rumah sakit sebanyak 17 RS yang tersedia dibandingkan dengan populasi jumlah penduduk sebanyak 419.641 jiwa, maka cakupan layanan RS menjadi sebesar 24.684 jiwa per 1 RS. Cakupan ini dapat mempengaruhi tingkat layanan 1 RS terhadap satuan penduduk. Semakin kecil jumlah satuan penduduk yang dilayani karena meningkatnya jumlah RS, maka cakupan layanan kesehatan bisa dikatakan semakin lebih baik. Capaian ini sebagai akibat bertambahnya infrastruktur Rumah Sakit baik milik Pemerintah Daerah serta terbangunnya beberapa Rumah Sakit Swasta. Sampai dengan tahun 2015, ketersediaan fasilitas kesehatan di Kota Mataram, sebagai berikut:

Tabel 4.2

Jumlah Sarana Kesehatan di Wilayah Kota Mataram

No Sarana Kesehatan Jumlah Keterangan

1 RSUD Pemerintah 2 RSUD Pemprov NTB dan RSUD Kota Mataram 2 RSU TNI/Polri 2 RSU TNI dan RSU Polri

3 RSU Swasta 5 RS Islam Siti Hajar, RS Saint Antonius, RS Risa, RS Biomedika, RS Harapan Keluarga 4 Rumah Sakit Jiwa 1 Pemprov NTB

5 Rumah Bersalin 7 Swasta

6 Balai Kesehatan Mata 1 Pemprov NTB

7 Klinik 5 Swasta

8 Puskesmas Perawatan 4 Pemerintah Kota Mataram 9 Puskesmas Non Perawatan 7 Pemerintah Kota Mataram 10 Puskesmas Pembantu 17 Pemerintah Kota Mataram

11 UP2F 1 Swasta

12 Poskesdes 20 Pemerintah Kota Mataram

13 Posyandu 344 Pemerintah Kota Mataram

14 Poskestren 12 Swasta

15 Praktek Dokter Perorangan 523 Swasta

Sumber: Mataram Dalam Angka, 2015.

Untuk meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram sejak beroperasi pada tanggal 3 Maret 2010 dan mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1225 Menkes/SK/VII/2010 Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas C. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.02.03/I/1128/2013 dan Perda Nomor

10 Tahun 2013 tentang Susunan Organisasi Rumah Sakit Kelas B Kota Mataram, status RSUD telah ditingkatkan statusnya dari RSUD Type C menjadi RSUD Type B. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai salah satu alat pemerintah untuk pelayanan kesehatan difungsikan sebagai sebuh lembaga not-for-profit setelah berubah menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), maka orientasi sosialnya masih sangat dominan. Sebagai sebuah lembaga yang berorientasi sosial, RSUD memiliki tiga preferensi utama, yaitu perbaikan mutu pelayanan, peningkatan efisiensi, dan meningkatkan pendapatan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan.

Dalam memberikan kepastian pelayanan terbaik kepada masyarakat Kota Mataram, pada tahun 2012 ditetapkan Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pembebasan Retribusi Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas dan Jaringannya bagi Penduduk Kota Mataram berdampak pada meningkatnya kunjungan masyarakat di Puskesmas ataupun Puskesmas Pembantu, termasuk adanya kebijakan Kepala Daerah untuk pelayanan perawatan gratis kelas III di RSUD Kota Mataram.

Pelayanan kesehatan bagi masyarakat terkait dengan adanya kebijakan nasional dalam sistem layanan kesehatan dengan ditetapkannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS kesehatan dan sudah diterapkan sejak Januari 2014. Kebijakan BPJS secara nasional, bahwa seluruh penduduk Indonesia dijamin layanan kesehatannya. Dalam operasionalnya, Pemerintah Provinsi NTB hanya menanggung sejumlah 3.764 jiwa (5,6%) dari 67.272 jiwa seluruh peserta Jamkesmas NTB. Hal ini disebabkan oleh jumlah premi BPJS (Rp. 19.225/bulan/orang) yang lebih besar dari premi Jamkesmas NTB (Rp. 6.000/bulan/orang). Penentuan Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN untuk penduduk Kota Mataram sejumlah 2.500 jiwa, berdasarkan analisis teknis dari tim teknis terkait, bahwa angka kesakitan di Kota Mataram hanya sebesar +10 % dari seluruh penduduk Kota Mataram.

Permasalahan dan Solusi

Permasalahan yang dihadapi dalam evaluasi capaian sasaran meningkatkan kualitas dan derajat kesehatan masyarakat selama tahun 2011-2015 adalah:

1. Dengan semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi

masyarakat telah menjadikan adanya perubahan orientasi masyarakat dalam menilai pelayanan kesehatan, masyarakat cenderung menuntut pelayanan yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu. Dengan demikian maka tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan harus diatasi secara bertahap yang perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efisien serta memberikan kepuasan terhadap pasien, keluarga dan masyarakat.

2. Tuntutan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang berkaitan dengan orientasi masyarakat yang masih cenderung menggunakan paradigma sakit dengan menekankan pada upaya-upaya pengobatan (kuratif) secara langsung harus diimbangi dengan ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya promotif (pemberdayaan), dan upaya preventif (pencegahan), dilakukan melalui penguatan peran promosi kesehatan (Promkes) melalui organisasi PKK, Posyandu, Penyuluh KB di tingkat masyarakat. Disamping itu, tenaga kesehatan harus mampu mengajak,

memotivasi Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan

memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerja sama lintas sektoral, mampu mengelola sistem pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan hidup sehat. Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri.

3. Adanya keterbatasan tenaga Bidan mempengaruhi layanan persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah Kelurahan. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan melalui optimalisasi pelayanan kebidanan dengan memberdayakan Bidan di Puskesmas sebagai Bidan Bina Wilayah.

Dokumen terkait