• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Sektor PDRB

VI. EVALUASI CAPAIAN SASARAN 6

Tabel 6.1

EVALUASI CAPAIAN SASARAN 6 “Meningkatnya Kesetaraan Gender”

No INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN SATUAN TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA

1 Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) 2011 % NA NA NA 2012 % 50 55,77 111,54 2013 % 50 56,69 113,38 2014 % 50 57,77 115,54 2015 % 39 57,77 115,54

2 Angka Melek Huruf

Perempuan 2011 % 100 91,02 90,02 2012 % 100 90,67 90,67 2013 % 100 90,58 90,58 2014 % 100 90,03 90,03 2015 % 100 90,13 * 90,13

Rata-rata Capaian IKU 102,83

Kinerja Capaian Sasaran 102,83

Sumber : BPPKB Kota Mataram 2015 *) Data Sementara

Evaluasi capaian sasaran meningkatnya kesetaraan gender dengan IKU Indeks Pemberdayaan gender ditahun 2012 capaian kinerja mencapai 111,54 dan di tahun 2015 naik menjadi 115,54. Populasi penduduk perempuan Kota Mataram lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari nilai sex ratio sebesar 98 (kurang dari 100) yang berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Angka Melek Huruf (AMH) Perempuan di Kota Mataram tahun 2015 mencapai 90,13 persen sehingga masih ada 9,84% angka buta huruf perempuan. Di tahun 2015 naik menjadi 0,10 populasi penduduk perempuan Kota Mataram lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki. Besaran angka ini didominasi oleh penduduk usia lanjut yang berjenis kelamin perempuan.

Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) sebagai salah satu ukuran untuk melihat peran aktif perempuan dalam pembangunan. Angka IPG sebesar 57,77 jika dibandingkan dengan target RPJMD sebesar 50% maka IPG Kota Mataram telah melampui target. Besaran IPG dipengaruhi oleh implementasi kebijakan gender. Ada beberapa klasifikasi kebijakan gender yang dapat membantu pengambil keputusan untuk

menentukan sejauhmana relasi gender dilakukan. Kebijakan yang ditetapkan adalah Kebijakan yang Sadar Gender, dengan mengakui perempuan adalah aktor pembangunan yang sama dengan laki-laki, keterlibatan perempuan pada dasarnya ditentukan oleh relasi gendernya sehingga keterlibatannya berbeda dan seringkali tidak setara; hal ini untuk menjamin bahwa target dan manfaat dari program sama-sama dinikmati oleh perempuan dan laki-laki dalam menjawab kebutuhan praktis gender mereka, sehingga kedepan tercipta suatu relasi yang lebih setara antara perempuan dan laki-laki dan menyentuh kebutuhan strategis gender.

Disamping itu, dalam mewujudkan kesetaraan gender telah dilakukan upaya-upaya, antara lain dengan meningkatkan keterlibatan perempuan dalam pembangunan, terutama dalam aspek perencanaan pembangunan dengan menargetkan proporsi peserta Musrenbang/MPBM sebesar 30 persen adalah peserta dari unsur perempuan, membuka seluas-luasnya informasi yang dapat diakses oleh Ibu, maupun Calon Ibu terhadap kesehatan reproduksi, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, meningkatkan pengetahuan dan pengembangan diri perempuan dengan membuka kesempatan pembentukan lembaga-lembaga non formal pemerhati perempuan, ibu dan anak, serta meningkatkan ruang expresi perempuan melalui peningkatan frekuensi acara berbasis gender bernilai kebangsaan seperti Peringatan Hari Ibu, Hari Kartini, dan lain-lain.

Dalam memberikan peluang pemberdayaan perempuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dibentuk beberapa organisasi perempuan, antara lain: (1) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), (2) Gerakan Organisasi Wanita (GOW), (3) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), (4) Forum Peduli Air Susu Ibu (FPASI). Keberadaan organisasi tersebut telah memberikan perkembangan positif bagi meningkatnya peran perempuan dalam mensukseskan program pembangunan daerah. Salah satunya adalah telah ditorehkannya beberapa prestasi yang diraih oleh Tim Penggerak PKK Kota Mataram pada tahun 2014, antara lain dengan terpilihnya Ketua Tim Penggerak PKK Kota Mataram (ibu Suryani Ahyar Abduh) sebagai penerima PENGHARGAAN CITRA KARTINI INDONESIA sebagai salah seorang tokoh penggerak emansipasi wanita di Kota Mataram. Sebelumnya pada tahun 2013, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Mataram telah memperoleh penghargaan ANUGERAH WANITA UTAMA INDONESIA dari Lembaga Anugerah Prestasi Insani Indonesia sebagai salah satu perempuan yang berkomitmen dan memiliki kepedulian dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Kota Mataram.

Disamping penguatan peran perempuan, upaya perlindungan terhadap anak terus menerus dilakukan dengan memberikan akses dan ruang ekpresi anak. Keberadaan Taman-taman Kota yang juga menjadi Kawasan Hijau Kota Mataram, dijadikan

sebagai salah satu ruang apresiasi dan media ekpresi anak. Penguatan karakter anak yang beriman, bertaqwa dan berbudi pekerti luhur sebagai salah satu basis pendidikan anak usia dini menjadi fokus pembelajaran pada lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) atau Taman Kanak-Kanak (TK) di wilayah Kota Mataram. Berkembangnya jumlah PAUD dan TK serta meningkatnya jumlah siswa PAUD dan TK setiap tahunnya memberikan gambaran bahwa masyarakat telah memberikan perhatian serius terhadap pendidikan anak.

Dari sisi kebijakan, Pemerintah telah menjadikan perlindungan anak menjadi urusan wajib di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sebagaimana diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota. Sejalan dengan hal tersebut, pada tahun 2013 telah dicanangkan Kota Mataram menuju Kota Layak Anak. Langkah utama dalam Pengembangan Kebijakan Kota Layak Anak adalah menyusun Rencana Aksi Daerah Kota Layak Anak (RAD-KLA) yang memuat 31 indikator yang merujuk pada 5 klaster Konvensi Hak Anak untuk mendorong setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Mataram menjadikan kepentingan terbaik bagi anak sebagai dasar dalam penyusunan program, kegiatan dan anggaran.

Permasalahan dan Solusi

Permasalahan yang dihadapi dalam evaluasi capaian sasaran meningkatnya kesetaraan gender selama tahun 2011- 2015 adalah sebagai berikut:

1. Kota Mataram yang plural dan didiami masyarakat dari berbagai suku, mempunyai permasalahan sosial yang sangat kompleks, termasuk masalah anak, antara lain masih adanya anak jalanan, anak telantar dan anak yang putus sekolah. Upaya yang dilakukan melalui optimalisasi penanganan dan pembinaan dengan pembentukan satuan tugas sosial.

2. Permasalahan perempuan yang berkaitan dengan isu Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Kota Mataram sebagai sebuah kota yang mempunyai daya tarik tersendiri dan memiliki karakteristik urban dengan dinamika permasalahan perempuan dan anak yang makin beragam. Upaya yang dilakukan dengan membuka seluas-luasnya informasi yang dapat diakses oleh Ibu, maupun Calon Ibu terhadap kesehatan reproduksi, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, Meningkatkan pengetahuan dan pengembangan diri perempuan dengan membuka kesempatan pembentukan lembaga-lembaga non formal pemerhati perempuan, ibu dan anak

3. Meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya membutuhkan ketersediaan Ruang Ekspresi dan Ruang Publik yang memadai dan proporsional, dimana

saat ini masih terbatas dimiliki oleh Kota Mataram. Ketersediaan sarana ruang publik yang memadai tersebut dalam rangka pemenuhan akses dan ruang ekspresi bagi kebutuhan anak. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut dengan meningkatkan ruang expresi perempuan dan anak, serta peningkatan frekuensi event/acara berbasis gender bernilai kebangsaan, seperti Peringatan Hari Ibu, Hari Kartini, Hari Anak Nasional (HAN), dan lain-lain.

Dokumen terkait