• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL EVALUASI

B. Evaluasi Input

2. a. Konteks Program Pengembangan keterampilan, minat dan bakat serta apresiasi seni dan budaya.

b. Analisis Konteks Program

Konteks program tersebut sudah terlaksana dengan baik namun masih perlu peningkatan khususnya untuk tenaga pengajar dan peralatan pendukung pada

pengembangan keterampilan seni tari, dan musik perkusi.

B. Evaluasi Input

Sesuai dengan teori yang telah dibahas pada bab dua halaman 31 bahwa dalam evaluasi input terdapat beberapa komponen yang meliputi sumber daya manusia, sarana dan peralatan pendukung, dana atau anggaran dan berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Untuk memudahkan pembahasan, peneliti

membaginya kedalam tiga variabel yaitu variabel klien, variabel staff dan variabel program. Variabel klien meliputi karakteristik demografi klien, seperti latar belakang keluarga, pendidikan terakhir dsb. Variabel staff meliputi aspek demografi dari staff seperti latar belakang pendidikan staff dan pengalaman staff. Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu terkait dengan pelayanan atau program yang diberikan. Dalam hal ini, peneliti akan memaparkan masing-masing tiga unsur tersebut.

a. Variabel Klien

Yayasan Keluarga Anaklangit memiliki klien atau penerima layanan yang biasa disebut dengan anak didik. Anak didik di Yayasan Keluarga Anaklangit ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda, namun pada dasarnya mereka semua adalah anak yang turun ke jalan maupun anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Biasanya anak-anak tersebut beraktivitas sehari-hari sebagai pengamen, pencari cacing, pemulung, pengemis dan sebagainya. Anak yang bergabung di Yayasan Keluarga Anaklangit adalah anak yang masih ingin sekolah dan masih memiliki semangat belajar. Yayasan ini tidak memberikan syarat ataupun kriteria khusus bagi anak-anak tersebut, yang terpenting anak tersebut memiliki semangat yang besar untuk belajar, rajin, serta sehat jasmani dan rohani. Hal ini dijelaskan oleh Ketua Divisi PKSA dan Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit tentang bagaimana latar belakang anak didik serta kriteria anak didik tersebut.

“Kalau latar belakang mereka ya macem-macem.. ada yang korban kekerasan dalam keluarga, ada yang dari mereka yang suka turun ke jalan.. ngamen, dagang, ngelem ah segala macem gitu kan.. atau dari

mereka yang ekonominya kurang, banyak sih. Tapi dari semuanya

rata-rata emang yang memiliki masalah ekonomi ya seperti itu..”

“…gak ada kriteria atau syarat tertentu sih, yang penting anaknya mau belajar dan gak males.. jadi semua anak-anak yang udah terdata di anaklangit boleh ikut program-program tersebut yang penting yaa sehat jasmani rohani gitu..”80

Selama anak didik bergabung di Yayasan Keluarga Anaklangit, mereka akan mendapatkan layanan program pendidikan formal dan non formal. Untuk pendidikan formal, anak didik diberikan beasiswa agar bisa bersekolah formal seperti pada umumnya. Sedangkan untuk pendidikan non formal, anak didik diajarkan berbagai keterampilan ataupun keahlian seperti bermusik, menari, teater, sablon, fotografi, daur ulang sampah sampai dengan pendalaman tentang agama. Jumlah anak didik yang mengikuti kegiatan pendidikan non formal khusunya seni tari dan perkusi adalah 29 orang. Berikut ini akan dipaparkan tiga orang anak didik yang menjadi informan peneliti:

Tabel 7

Latar Belakang Anak Didik/Informan

No. Nama Latar Belakang

Pekerjaan orangtua

Usia Pendidikan Kategori

1. Ellisa Melinia Buruh 16 tahun SMK Children on81

the street 2. Dita Agustina Pencari Ikan dan

Buruh

15 tahun SMP Children on

the street

3. Dela Ameliana Pencari Cacing 10 tahun SD Children on

the street

80

Wawancara pribadi dengan Kak Iman, Ketua Divisi Pendidikan Kesejahteraan Sosial Anak, pada tanggal 24 Januari 2016, pada pukul 15.00 WIB.

81

Informan pertama bernama Ellisa Melinia yang biasa dipanggil Elli, saat ini Elli berada di kelas 10 Sekolah Menengah Kejuruan di Tangerang dengan mendapat beasiswa dari Yayasan Keluarga Anaklangit. Elli adalah anak biasa yang tinggal di sekitar kawasan anaklangit dan sering bermain atau beraktivitas di jalan. Ayahnya adalah seorang buruh disebuah Pool Bus, sedangkan ibunya sudah meninggal. Ayahnya harus menghidupi 4 orang anak termasuk Elli. Pada awalnya, Elli tidak sengaja mengetahui adanya Yayasan Keluarga Anaklangit saat ia sedang berkeliling untuk mencari daging qurban karena bertepatan saat hari raya idul Adha, saat itu kebetulan Anaklangit sedang mengadakan pemotongan hewan qurban dan membagi-bagikannya kepada masyarakat sekitar. Sejak itulah Elli mulai penasaran dan menyempatkan waktunya ke Yayasan Anaklangit untuk sekadar bermain atau menonton saja kegiatan yang ada disana, tapi lama-kelamaan Elli tertarik dengan sendirinya untuk bergabung menjadi anak didik dan belajar disana dari tahun 2010 hingga sekarang.

Informan penelitian yang kedua adalah Dita Agustina yang biasa dipanggil Dita. Awal mula dita mengetahui keberadaan Anaklangit adalah dari ibunya. Ibu Dita adalah seorang pekerja harian yang awalnya sering membantu di rumah salah seorang pendiri Yayasan Keluarga Anaklangit. Kemudian ibunya ditawari untuk membantu mengurus yayasan dibagian logistik dan konsumsi. Sedangkan pekerjaan Ayah Dita sehari-hari adalah mencari ikan sapu-sapu dan mengurusi ternak ayam yang dimiliki di rumah. Akhirnya keluarga memutuskan untuk tinggal di dekat Yayasan Keluarga Anaklangit dan Dita pun bergabung menjadi anak didik di sana. Awalnya Dita hanya ikut

belajar mengaji saja, namun lama-kelamaan Dita mengikuti kegiatan lainnya yaitu menari. Saat ini Dita merupakan salah satu anak didik yang berprestasi di sekolah maupun di Yayasan. Beasiswanya sudah ditanggung hingga tingkat universitas. Saat ini Dita juga menjadi pengajar tari di Yayasan Keluarga Anaklangit.

Informan penelitian yang ketiga adalah Dela Ameliana yang saat ini duduk di kelas 6 SDN 19 Tangerang. Dela adalah anak didik yang bergabung di Yayasan keluarga Anaklangit sejak usia 4 tahun. Ia masuk dan belajar di Paud Cikal dan TK Anaklangit. Ayahnya bekerja sebagai pencari cacing di sungai Cisadane dan ibunya mengurus pekerjaan rumah. Oleh karena itu, Yayasan Keluarga Anaklangit membantu memberikan beasiswa kepada Dela agar bisa melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.

Berdasarakan penjelasan tersebut, ketiga informan penelitian memiliki beberapa kesamaan latar belakang yaitu mereka berasal dari keluarga pra sejahtera dan ketiganya masih memiliki hubungan yang kuat dengan orangtua mereka. Peneliti meyimpulkan bahwa ketiga anak didik berasal dari keluarga pra sejahtera berdasarkan indikator kesejahteraan keluarga menurut BKKBN. Dimana keluarga tersebut tidak memenuhi salah satu dari enam indikator “kebutuhan dasar keluarga” (basic needs).82

Dari hasil penelitian di atas terkait dengan input program khususnya dalam hal ini adalah klien, peneliti melihat anak-anak yang menjadi sasaran program di Yayasan Keluarga Anaklangit sudah memenuhi kriteria dimana

82

anak-anak tersebut berasal dari keluarga yang kurang mampu (pra sejahtera), memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan di Anaklangit, dan memiliki semangat untuk menempuh pendidikan umum.

b. Variabel Staff

Para staff atau pengurus di Yayasan Keluarga Anaklangit memiliki latar belakang pendidikan yang bermacam-macam seperti sarjana strata satu ilmu sosial, ilmu agama, broadcasting, administrasi niaga, teknik perminyakan dsb. Para pendiri Yayasan Anaklangit yang saat ini menjadi dewan Pembina awalnya adalah sebuah komunitas yang tergabung dalam lembaga sosial yang menangani masalah bencana dan rescue, yaitu TAGANA (Tanggap Siaga Bencana). Mereka sering terlibat dalam penyelamatan dan penyembuhan trauma (trauma healing) bagi para korban bencana alam. Sampai saat ini ada sekitar 10 orang pengurus yang masih aktif mendampingi anak-anak didik. Selebihnya adalah relawan dari berbagai universitas yang ikut menjadi tenaga pengajar di Yayasan Keluarga Anaklangit.

Selain kompeten pada bidangnya masing-masing, para pengurus dan relawan yang terlibat dalam pelaksanaan program di Yayasan Keluarga Anaklangit haruslah aktif dalam berkontribusi serta sering bertukar pikiran selama proses pelaksanaan program. Para pengurus dan relawan juga telah mendapatkan pengembangan wahana belajar bersama dan sama-sama belajar untuk pembentukan relawan rumah belajar keluarga anaklangit yang mandiri,

cerdas, kreatif dan berbudi mulia. Seperti yang diungkapkan oleh Kak Sulthan selaku Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit berikut ini.

“…kalau pengurus itu jumlahnya sekitar 15 orang, tapikan dari 15 itu kadang aktif, kadang jarang.. jadi ya 10 oranglah yang masih aktif, terus kalau untuk latar belakang pendidikan disini sih banyak pengurusnya tuh yg berpendidikan.. dari sarjana sampai yang lulus SMA.. yang penting telah lulus sekolah dan telah mampu mengajarkan andik-andik disini sih.. terus bisa kita jadikan pengurus yaitu ketika koordinasi atau kontribusinya terhadap anaklangit lumayan bisa dibilang aktif.. aktif hadirnya, aktif ikut kegiatan, aktif bertukar pikiran. Tapi dari situ juga gak bisa langsung ujuk-ujuk jadi pengurus.. banyak lagi lah pilihannya. Kalau kata saya sendiri sih di anaklangit seleksinya seleksi alam, jadi gak ada kaya di kantor-kantor psikotest gak ada, tes tulis atau wawancara gak ada, jadi di anaklangit itu seleksi alam aja.. ketika dia tidak mampu menyatu dengan alam ya mereka mental sendiri.. paling gitu sih yang bisa saya ceritakan tentang tenaga pengajar serta pengurus..”83

Adapun pengalaman dari masing-masing pengurus/fasilitator di rumah belajar Yayasan Keluarga anaklangit ini berbeda-beda sesuai dengan bidang yang ditekuninya masing-masing. Penanggungjawab/koordinator program juga dipilih berdasarkan latar belakang pengalaman yang dimiliki. Misalnya seperti koordinator program pendidikan nonformal khususnya pada bidang seni dijabat oleh Kak Rudy yang memang sudah lama berkecimpung di dunia seni dan berlatarbelakang sebagai pengurus sebuah organisasi seni yaitu DKT (Dewan Kesenian Tangerang). Senada dengan yang diungkapkan oleh bendahara di Yayasan Keluarga anaklangit berikut ini.

“jadi kalau untuk penanggungjawab suatu program itu dipilih dari latar belakang pendidikan atau pengalamannya Kak.. contohnya kayak kak

83

Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan, Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit, pada tanggal 18 Mei 2016, pada pukul 14.30 WIB.

wulan yang megang kesehatan dia alumni akper, terus kalau untuk keterampilan dan seni itu Kak Rudy (Kak Bewok) karena dia memang orang seni gitu, dia ikut ngurus DKT (Dewan Kesenian Tangerang) itu

kayak perkumpulan anak-anak seni gitu..”

Dengan demikian apabila variabel staff ini dikaitkan dengan indikator relevansi, maka peneliti melihat bahwa pemilihan pengurus maupun penanggungjawab suatu program di Yayasan Keluarga anaklangit ini sudah sesuai/relevan dengan kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki oleh orang tersebut, sehingga program bisa dikelola dan berkembang dengan baik.Namun apabila ditinjau dari segi kuantitas, pengurus dan pengajar tetap di Yayasan Keluarga Anaklangit masih kurang, sehingga terkadang menyebabkan satu pengurus harus menangani lebih dari satu tugas. Dan peneliti melihat bahwa Yayasan Keluarga Anaklangit belum memiliki pengurus atau pengajar yang berlatarbelakang sebagai pekerja sosial. Peran pekerja sosial ini cukup penting dalam hal pendampingan sosial terhadap anak jalanan. Anak jalanan seringkali merupakan kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Pendamping sosial berperan sebagai agen perubahan yang turut terlibat dalam membantu memecahkan persoalan yang dihadapi. Pendampingan sosial sangat menentukan keberhasilan program penanganan anak jalanan. Pekerja sosial sebagai pendamping biasanya mencakup tiga peran utama yaitu sebagai fasilitator, pendidik, dan perwakilan masyarakat. Fasilitator merupakan peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan dan dukungan bagi

anak jalanan tersebut. Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini antara lain melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, serta melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber. Pendidik (educator) berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan, pengetahuan dan pengalaman dengan anak jalanan yang didampinginya. Perwakilan masyarakat dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan klien dampingannya. Pekerja sosial dapat bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan (advokasi sosial), meningkatkan hubungan masyarakat dan membangun jaringan kerja.

c. Variabel Program

Pada variabel program, peneliti memfokuskan ke dalam aspek layanan program yang diberikan, donatur atau jaringan kemitraan, keterjangkauan lokasi belajar, dan sarana fasilitas yang tersedia. Pada aspek layanan dan tujuan program yang diberikan dalam hal ini peneliti akan fokus pada program pendidikan non formal yaitu seni tari tradisional dan seni musik perkusi yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit. Pada aspek donatur atau jaringan kemitraan, menjelaskan siapa saja yang terlibat dalam pembiayaan program tersebut. Pada aspek keterjangkauan lokasi belajar, menjelaskan apakah lokasi belajar mudah dijangkau oleh seluruh anak didik atau belum. Pada aspek sarana

fasilitas, peneliti akan mengevaluasi sarana yang sudah tersedia atau yang belum tersedia di Yayasan Keluarga Anaklangit.

Layanan yang diberikan Yayasan Keluarga Anaklangit dalam hal pendidikan non formal diantaranya adalah seni tari tradisional serta seni musik perkusi. Seni tari tradisional yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit ini telah berjalan selama tiga tahun sejak tahun 2013. Pada mulanya ada tenaga dua orang pengajar tetap yang berasal dari sanggar tari yang mengajarkan beberapa tarian tradisional seperti tari Lenggang Cisadane, tari Cublak-cublak Suweng dan tari Mbok Jamu. Namun saat ini kedua pengajar tersebut sudah tidak lagi dapat mengajarkan tari karena alasan tertentu. Akhirnya saat ini pengajar tari tradisional tersebut adalah Dita yang juga merupakan anak didik sekaligus anak yang mengikuti program seni tari tersebut. Dita dipilih untuk menggantikan pengajar sebelumnya dengan pertimbangan karena Dita adalah anak yang paling memahami seni tari dan lebih unggul dari teman-temannya yang lain. Saat ini ada sekitar delapan anak usia remaja dan delapan anak usia dini yang mengikuti program seni tari tradisional di Yayasan Keluarga Anaklangit.

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang peneliti telaah dalam program seni tari tradisional ini. Kelebihannya adalah jika dinilai dari indikator dampak (indicators of impact) seni tari tradisional ini telah memberikan dampak positif bagi anak-anak lingkungan sekitar Rumah Belajar, anak-anak tersebut dapat menghabiskan waktunya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat. Seperti yang dinyatakan oleh pengajar seni tari tradisional di Yayasan Keluarga Anaklangit berikut.

“Hmm ada aja sih ya.. kayak misalkan kebanyakan kan nih anak-anak di sekitar lingkungan sini sering main-main yang gak jelas kan.. jadi tuh kita omongin ke mereka, ayolah kesini.. kita latihan nari sebentar aja.. kaya gitu sih daripada mereka ngabisin waktu main ps atau warnet, jadi kita ajak kesini latihan nari sebentar.. jadi orangtuanya juga tau dan jelas gitu anaknya lagi ngapain.. dan mereka juga kayak seneng.. oiyaya anak saya jadi lebih rajin, gak main terus kerjaannya.. paling kayak gitu sih”84

Gambar 2

Latihan kegiatan Seni Tari Tradisional oleh anak Paud Cikal Klangit

Selain itu peneliti juga melihat adanya relevansi antara program seni tari tradisional ini dengan sasaran program yaitu anak-anak didik yang berasal dari keluarga kurang mampu yang tidak memungkinkan untuk bisa mendapatkan keterampilan khusus seperti menari di lembaga-lembaga kursus pada umumnya. Dan apabila ditinjau dari indikator keterjangkauan (indicators of accessibility), seni tari tradisional yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit ini masih dalam jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan, dimana dalam hal ini yaitu masyarakat kurang mampu yang berada disekitar Yayasan.

84

Wawancara pribadi dengan Dita Agustina, Pengajar Seni Tari Tradisional, pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 12.35 WIB.

“Menurut Dita sih bener-bener dibutuhin sih ya.. karna anak-anak disekitaran sini kan asalnya dari anak kurang mampu, dan mereka butuh sesuatu hal atau kegiatan yang positif yang dikasih cuma-cuma gitu. Nah yaudah kita kasih keterampilan menari khususnya tari tradisional. Karna orang tuh kebanyakan pada kurang tau tentang seni tari tradisional.. karna sekarang kan kebanyakan tarian modern ya.. terus buat apa nih kita punya tarian tradisional kalo gak di jaga lama-lama bakalan ilang kan.. jadi seni tari disini emang dibutuhin karna buat melestarikan tari tradisional juga.”

Disamping itu seni tari tradisional ini juga memberikan manfaat pada tiap-tiap individu yang mengikuti program tersebut. Dari sisi psikologis, menari dapat menghilangkan stress dan mengubah suasana hati menjadi lebih baik sehingga hal tersebut dapat memperpanjang usia. Selain itu, anak-anak tersebut dapat memiliki keterampilan menari yang dapat mereka gunakan dikemudian hari. Dengan kegiatan menari anak-anak diajarkan untuk memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk tampil di depan umum.

“Kalau buat yang baru belajar nih ya.. gak usah jauh-jauh ke perform deh, dia bisa untuk belajar gimana sih cara maju kedepan.. terus gimana caranya berani tampil di depan orang.. percaya diri.. jadi tujuannya sih buat mengajarkan keterampilan, keberanian sama kepercayaan diri buat

anak-anak disini aja gitu.”

Sedangkan kebutuhan yang belum terpenuhi pada program seni tari tradisional ini adalah dari aspek tenaga pengajar serta sarana penunjang seperti kostum tari dan peralatan rias. Pada awalnya terdapat dua pengajar tari yang berasal dari sanggar untuk mengajarkan seni tari kepada anak-anak didik secara sukarela, namun karena adanya beberapa kendala akhirnya saat ini hanya ada seorang pengajar. Pengajar tersebut merupakan anak didik yang juga mengikuti

program seni tari ini. Hal ini diungkapkan langsung oleh Dita, anak didik sekaligus pengajar seni tari tradisional Yayasan Keluarga Anaklangit.

“Jadi Yang ngajarin pertama kali itu Kak Syifa dia ngajarinnya tari lenggang.. terus kalau cublak-cublak suweng itu ada bu Ulfa, kalau bu Ulfa ini sekarang juga udah gak ngajar disini tapi ngajar di sanggar lain.. Kak Syifa juga karna udah sibuk kuliah jadi jarang kesini lagi. Terus kalo untuk kebutuhan yang belum terpenuhi itu kostum sih.. kemaren kan kita udah sempet bikin kostum tapi ya masih kurang banyak gitu. Make up juga. Kalau kita tampil terus kita dapet uang ya kita sisihin buat beli apa yang kurang.. kalau dulu sebelum kita bikin kostum tuh kita cuma pakai kain dan kainnya sendiri kita suruh bawa dari rumah

masing-masing..”

“…sebenernya Dita sebagai pengajar juga masih kesusahan karna Dita handle semuanya kan sendiri ya skarang.. kadang ada aja kan nih gerakan yang susah banget.. gimana caranya Dita biar ngasih ke anak kecil itu tuh gak susah gitu loh.. padahal kan kalau ngeliat youtube kayaknya ribet banget.. tapi Dita rubah lagi jadi yang lebih mudah.. jadi biar anak-anak lebih ngerti gitu. Dan kalau untuk ngajarin anak kecil sih susah ya.. jadi Dita ngikutin maunya anak itu aja, kalo lagi pada mood nari ya ayo Dita langsung ajarin.. tapi kalo engga yaudah ikutin aja.”85

Tidak jauh berbeda dengan seni tari tradisional, seni musik perkusi di Yayasan Keluarga Anaklangit pun memiliki kelebihan dan kekurangan. Perkusi yang sudah ada sejak lama di anaklangit ini diberi nama perkusi bangun pagi. Saat ini jumlah anak didik yang mengikuti kegiatan musik perkusi ini ada sekitar 13 orang, dan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah untuk remaja, dan kelompok kedua untuk anak-anak. Alat musik perkusi yang digunakan adalah barang-barang bekas yang bisa menghasilkan bunyi dan nada seperti botol, jerigen, drum, galon dsb.

85

Wawancara pribadi dengan Dita Agustina, Pengajar Seni Tari Tradisional, pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 12.35 WIB.

Gambar 3

Rangkaian barang bekas yang dijadikan alat musik Perkusi

Gambar 4

Rangkaian Paralon, Drum, Panci dsb yang dijadikan alat musik perkusi

Perkusi anaklangit pertama kali diajarkan oleh pengajar yang memiliki keahlian dibidang musik, kemudian keterampilan memainkan musik perkusi tersebut diajarkan pada andik dan terus dikembangkan hingga sekarang. Perkusi

bangun pagi milik anaklangit ini sudah sering tampil di acara-acara pentas seni, perkusi ini juga pernah diundang untuk mengisi acara dibeberapa stasiun televisi swasta.

Gambar 5

Perkusi “Bangun Pagi” saat tampil di acara Hari Bumi di salah satu Mall di Tangerang

Namun dibalik prestasi yang sudah banyak dicapai oleh perkusi ini, masih ada kekurangan yang dimiliki dari segi tenaga pelatih serta fasilitasnya. Berdasarkan hasil observasi peneliti, belum ada ruangan khusus untuk latihan perkusi itu sendiri, padahal seharusnya untuk latihan musik baik itu perkusi atau bukan perkusi sebaiknya dilakukan di dalam ruangan (indoor) agar bunyi musik yang dihasilkan lebih terdengar jelas. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Elli, anak didik yang mengikuti seni musik perkusi di anaklangit.

“…banyak sih ka.. jadi kita dibagi jadi dua ring gitu. Ring pertama itu buat yang gede-gedenya, kalau ring kedua buat yang kecil-kecilnya.. kalau gak salah yang udah gede tuh ada 6, dan yang kecil-kecilnya 7,

Dokumen terkait