• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kebijakan Program Stimulus Ekonomi Untuk KBRT Kebijakan PSE-KBRT merupakan kebijakan yang bersifat top down yang

langsung dari pemda KSB, yang mengharuskan masyarakat khususnya di tingkat RT untuk mendapatkan stimulus ekonomi maka harus membentuk KBRT sebagai wadah untuk mendapatkan dana stimulus tersebut. Kebijakan PSE-KBRT di KSB merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program PBRT. Program stimulus ekonomi untuk KBRT dilaksanakan berdasarkan kepada Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Program Stimulus Ekonomi untuk UMKM dan Koperasi kerjasama pemerintah Sumbawa Barat dengan perbankan. Kemudian dilakukan Perjanjian Kerjasama Kemitraan Pola Syari’ah Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dengan PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk Cabang Mataram Kantor Unit Pelayanan Syariah Taliwang Nomor: 180/066/MoU/IV/2010; Nomor: 054/BMI/C-MTR/IV/2010 Tentang Pengelolaan Dana Program Stimulus Ekonomi Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat. Perda KSB dan Peraturan Bupati dengan perjanjian kerjasama tersebut, sebagai dasar pelaksanaan program stimulus ekonomi untuk KBRT di KSB.

KBRT yang terbentuk di KSB dari 2009 sampai dengan tahun 2012 berjumlah 281 KBRT dan baru 160 KBRT yang terealisasi anggaran dari perbankan.

Gambar 6. Jumlah KBRT yang terbentuk di masing-masing kecamatan di KSB Gambar 6 menunjukkan bahwa delapan kecamatan yang ada di KSB sudah ada beberapa KBRT yang terbentuk. KBRT yang paling banyak terbentuk berada di Kecamatan Seteluk yakni 67 KBRT atau 48,20%. Sedangkan jumlah KBRT

255 54 106 40 53 63 139 83 103 15 24 13 23 11 67 25 65 7 15 11 14 2 38 8 Ju lah RT KBRT Ya g Berbada Huku KBRT Ya g Sudah Realisasi

44

yang paling rendah terbentuk adalah di kecamatan Sekongkang yaitu 11 KBRT atau 17,46%.

Dari KBRT yang terbentuk ada 160 KBRT yang mendapatkan stimulus ekonomi atau sebesar Rp 1,6 M, dan pengembaliannya baru sekitar 51% atau ada 81 KBRT yang sudah melakukan pengembalian. Pelaksanaan kebijakan PSE ini dimulai pada tahun 2009 sampai sekarang. Di Tahun 2012 sampai sekarang kebijakan dan PSE-KBRT ini di hentikan karena adanya perbaikan/evaluasi kebijakan dan program yang di akibatkan oleh banyaknya KBRT yang sudah mendapatkan stimulus namun belum melakukan pelunasan.

Implementasi Kebijakan PSE-KBRT di KSB

Kebijakan program stimulus ekonomi untuk KBRT merupakan salah suatu kebijakan yang dijalankan berdasarkan pada roh PBRT. Kebijakan PSE-KBRT merupakan suatu kebijakan PSE untuk UMKM dan koperasi kerjasama pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dengan perbankan.

1. Tahapan partisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan stimulus ekonomi untuk KBRT

Keterlibatan masyarakat hanya terbatas pada tahapan pelaksanaan. Adapun keterlibatan masyarakat pada tahapan-tahapan lainnya tidak seperti halnya pada tahapan pelaksanaan, misanya pada tahapan perencanaan masyarakat baru terlibat pada saat sosialissi. Sebagaimana yang disampaikan oleh sekdes Desa Meraran bahwa:

“…Pada dasarnya masyarakat tidak terlibat sama sekali dalam perencanaan atau penyusunan kebijakan program stimulus ekonomi untuk KBRT, bahkan masyarakat baru mengetahui ketika sosialisasi program yang dilakukan oleh Disperindakop dan UMKM…”

Kebijakan stimulus ekonomi untuk KBRT masih belum bisa mengatasi masalah perekonomian masyarakat KSB, artinya bahwa kebijakan stimulus ekonomi untuk KBRT ini belum mampu mengerakan masyarakat untuk bisa terlibat lebih baik lagi sehingga dalam proses perencanaan, pelaksanaa, dan menitoring atau evaluasi kebijakan PSE-KBRT itu sendiri adalah benar-benar kebutuhan dan keinginan dari semua stakeholders khususnya masyarakat. Kurangnya keterlibatan masyarakat dalam penentuan kebijakan PSE-KBRT membuat masyarakat sangat tergantung kepada pemerintah dan tujuan untuk mengatasi masalah perekonomian masyarakatpun tidak bisa dicapai.

Perumusan dan penetapan kebijakan hanya oleh pihak pemerintah sendiri tanpak melibatkan masyarakat maupun pihak lainnya. Kebijakan PSE-KBRT ini bersifat top down yaitu semata-mata datang dari pemerintah. Peran pemerintah dalam merumuskan kebijakan stimulus ekonomi untuk KBRT sangat kental. Keterlibatan masyarakat hanya pada tahapan sosialisasi dan pelaksanaan kebijakan program, bukan pada perumusan kebijakan. KBRT sendiri tidak memiliki aturan dan kebijakan yang jelas dalam pelaksanaannya akan tetapi masyarakat dituntut untuk mendirikannya. Kebijakan tersebut tidak dituangkan secara tersendiri akan tetapi masih melekat pada kebijakan program stimulus ekonomi. Sebagaimana yang dikatakan oleh SL salah seorang pegawai Disperindagkop bidang koperasi bahwa:

45

“…kebijakan PSE-KBRT sebenarnya tidak ada atau merupakan bagian dari kebijakan program pembangunan berbasis rukun tetangga (PBRT) dan kebijakan PSE untuk UMKM dan Koperasi...”

Pihak-pihak lain yang terlibat juga hanya sebatas pelaksanaan kebijakan program misalnya pihak perbankan, perbankan hanya dilibatkan dalam hal penyaluran dana stimulus ekonomi yang diberikan oleh pemerintah untuk membangun dan mengembangkan KBRT yang ada. Bantuan dana stimulus ekonomi yang disalurkan untuk setiap KBRT tahap pertama berjumlah 10 juta rupiah.

Pemerintah lebih mengarahkan masyarakat di masing-masing desa atau RT untuk mendirikan KBRT tanpak melihat apakah hal tersebut sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Masyarakat hanya mengikuti begitu saja apa yang diinginkan oleh pemerintah dan karena adanya stimulus ekonomi masyarakat semakin bergairah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Dalam pelaksanaanya masyarakat tidak paham dengan kebijakan yang ada sehingga usaha-usaha yang dijalankan tidak cukup untuk mencapai hasil yang diinginkan dan ini bisa terlihat dengan banyaknya KBRT yang terbentuk namun banyak pula KBRT yang tidak jelas perkembangannya sampai saat ini. Senada dengan apa yang disampaikan oleh pemerintah kabupaten yakni:

“…Banyak RT yang membentuk KBRT karena adanya rangsangan dana stimulus, sedikit yang membentuk KBRT karena ingin melakukan pengembangan usaha…”

Masyarakat dan pelaku ekonomi secara umum tidak memperoleh manfaat atau kepuasan yang lebih dari kebijakan KBRT tersebut. Hasil yang dicapai dari kebijakan KBRT belum tepat untuk mengatasi lambatnya pembangunan ekonomi masyarakat KSB. Ini terjadi karena keterlibatan masyarakat terbatas pada pelaksanaan kebijakan dan kurangnya penguatan kapasitas masyarakat dalam melaksanakan kebijakan tersebut.

2. Bentuk partisipasi masyarakat dalam kebijakan PSE-KBRT

Pada perumusan kebijakan PSE-KBRT, bentuk partisipasi yang ditawarkan oleh masyarakat sangat banyak akan tetapi tidak diberikan kesempatan untuk berpartisipasi. Masyarakat hanya diberikan peluang untuk berpartisipasi dalam proses pelaksanaan kebijakan. Masyarakat telah diberikan ruang untuk terus meningkatkan masing-masing usaha yang dijalaninya, tetapi tidak memperhatikan aturan yang sudah dibuat oleh pemerintah, misalnya aturan tentang pengelolaan bantuan stimulus ekonomi bagi KBRT masyarakat diharuskan untuk mengembalikannya sesuai dengan tahun anggaran tetapi sampai saat ini masih banyak KBRT yang belum mengembalikannya.

Partisipasi dalam bentuk pekiran, tenaga dan lainnya dari masyarakat yang merupakan suatu hal yang sangat potensial untuk bisa menyeragamkan harapan pemerintah dan kebutuhan atau keinginan masyarakat tidak ditampung oleh pemerintah dalam merumuskan kebijakan PSE-KBRT. Partisipasi masyarakat bisa memberikan pemahaman yang lebih baik bagi masyarakat dalam mengimplementasikan kebijakan. Misalnya terkait masalah persyaratan untuk

46

memperoleh dana stimulus ekonomi, karena masyarakat tidak dilibatkan dalam penentuannya jadi masyarakat merasa kesulitan untuk memenuhinya. Bahkan partisipasinya dalam mendirikan KBRT tidak sedikit KBRT yang anggotanya tidak memberikan kontribusi apa-apa atau yang sangat berperan adalah pengurusnya.

Partisipasi masyarakat dalam monitoring kebijakan yang masih sangat minim dan ini bisa dilihat dari tidak adanya upaya dari anggota KBRT untuk berpartisipasi dalam rapat anggota tahunan. Mayoritas KBRT yang ada tidak melakukan rapat anggota tahunan (RAT) bahkan rapat pengurus yang juga begitu jarang terjadi. Seperti yang dikemukakan oleh SL pegawai Disperindagkop dan Koperasi bahwa:

“…Dari hasil monitoring Disperindagkop dan Koperasi menunjukkan bahwa banyak koperasi yang tidak pernah melakukan RAT bahkan jarang sekali melakukan rapat pengurus. Padahal dengan adanya rapat anggota maupun rapat pengurus ini masyarakat atau anggota koperasi bisa memberikan masukan atau kritikan terkait masalah perkembangan KBRT-nya dan mereka bukan hanya menerima begitu saja apa yang ada…”

Kontribusi yang sangat jelas dari masyarakat adalah terbentuknya KBRT itu sendiri meskipun tidak semua RT membentuk KBRT. Keberadaan KBRT ini mencerminkan bahwa masyarakat telah berpartisipasi dalam kebijakan PSE- KBRT itu sendiri meskipun terbatas pada pelaksanaan kebijakan.

3. Tanggungjawab masyarakat dalam kebijakan PSE-KBRT a. Kesungguhan para anggota KBRT

Masyarakat membentuk KBRT lebih banyak termotivasi oleh karena adanya dana stimulus ekonomi yang diberikan kepada masing-masing KBRT dan bukan karena untuk mengembangkan usaha. Banyak KBRT yang ketika mendapatkan dana stimulus dari pemerintah langsung dibagikan secara merata kepada anggota tanpak melihat usaha apa yang lebih prioritas untuk dilakukan agar KBRT bisa berkembang dengan baik.

b. Pemahaman tentang PSE-KBRT

Salah satu kendala utama dalam pengelolaan KBRT adalah pemahaman masyarakat tentang KBRT masih sangat rendah. Kurangnya sosialisasi pemerintah tentang kebijakan KBRT membuat masyarakat tidak mampu mengembangkan usahanya dan cenderung tidak mengikuti aturan atau kebijakan yang sudah dibuat. Karena kurangnya pemahaman tersebut pula masyarakat lebih mengantungkan diri kepada pemerintah dan kurang mandiri.Selain itu juga mengakibatkan keberlanjutan iuran wajib bulanan tidak ada.

c. Pemahaman tentang dana stimulus ekonomi

Dana stimulus yang diberikan oleh pemerintah untuk mengembangkan KBRT tidak bisa dikelolah dengan baik oleh masyarakat. Hal ini bisa terjadi lagi- lagi karena kurangnya pemehaman masyarakat tentang dana stimulus tersebut. Dana stimulus yang diberikan lebih banyak digunakan untuk konsumtif, tidak digunakan untuk hal yang lebih produktif sehingga mengakibatkan dana tersebut sulit untuk dikembalikan. Bahkan ada sebagian masyarakat yang mengatakan

47 bahwa dana tersebut tidak dikembalikan kepada pemda dan dana tersebut diberikan cuma-cuma tanpak ada pelaporan dan lain sebagainya.

Untuk mendapatkan dana stimulus tersebut banyak koperasi mengalami kesulitan karena mereka beranggapan bahwa syarat tersebut angat sulit dipenuhi dan ini menjadi kesulitan tersendiri bagi KBRT. Proses yang begitu rumit dalam memperoleh dana stimulus membuat banyak masyarakat patah semangat untuk mendirikan dan mengembangkan usahanya.

d. Pelaksanaan pengawasan

Mulai dari terbentunya pengawas di masing-masing KBRT banyak pengawas KBRT yang hanya formalitas artinya tidak menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya. Di samping itu anggota KBRT setiap tahun seharusnya melakukan rapat anggota sebagai puncak pengawasan dan evaluasi dari usaha yang dijalankan tidak dilakukan. Bentuk pengawasan masyarakat terhadap kebijakan KBRT tidak dilakukan sehingga menjadi suatu yang tidak mengalami kemajuan dan perkembangan yang signifikan dari tahun ke tahun.

e. Sikap terhadap penyimpangan

Berangkat dari kekurangan pemahaman masyarakat terhadap koperasi membuat hiruk pikuk kebijakan KBRT tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi baik di tingkat pemerintah maupun di masyarakat sendiri. Di tingkat pemerintah, seharusnya untuk bisa merumuskan suatu kebijakan yang benar-benar untuk mengembangkan kehidupan masyarakat maka masyarakat tersebut harus dilibatkan dalam semua tahapan kebijakan tersebut.

Di masyarakat, ada unsur ketidakpedulian dan kurangnya motivasi untuk bisa mengembangkan diri dan usahanya. Banyak penyimpangan yang dilakukan seperti tidak mengembalikan dana stimulus kepada pemerintah, tidak melakukan rapat anggota tahunan, kurangnya koordinasi antar anggota dan lainnya.

Evaluasi PSE-KBRT