• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stratifikasi sosial masyarakat Desa Meraran, jika dilihat dari segi sosial budayanya terdiri dari: 1) golongan atas yaitu imam masjid, kepala desa, sekdes, ketua BPD. 2) golongan menenggah terdiri dari: guru, bidan, ketua karang taruna, ketua remaja masjid, perawat, PNS dan 3) golongan bawah yaitu nelayan, petani, pedagang, tukang, dan masyarakat lainnya. Kelas sosial ini masih bisa dikatakan bersifat homogen atau masyarakatnya masih tergolong menengah ke bawah dan tidak ada perbedaan yang begitu mencolok. Meskipun ada pelapisan sosial seperti itu, namun rasa persaudaraan dan kekeluargaannya sangat tinggi. Rasa kekeluargaan masyarakat Desa Meraran bisa kita lihat dalam aktivitas-aktivitas sosial yang ada seperti gotongroyong membangun masjid, dalam upacara keagamaan, dalam upacara perkawinan, dan lain-lain. Mobilitas penduduk yang terjadi di Desa Meraran masih sangat minim meskipun fasilitas dan infrastruktur yang ada sudah sangat baik bila dibandingkan dengan daerah lain yang ada di Kecamatan Seteluk khususnya dan Kabupaten Sumbawa Barat umumnya. Infrastruktur jalan sudah cukup bagus baik jalan utama maupun jalan/gang yang terdapat dalam desa. Jalan utama merupakan jalan menuju ibu kota kabupaten. Kelembagaan Sosial

Kelembagaan yang ada di Desa Meraran terdiri dari kelembagaan formal dan non formal. Kelembagaan formal merupakan lembaga yang diinisiasi oleh pihak pemerintah baik desa maupun kecamatan, dan kelembagaan non formal yang diinisiasi oleh masyarakat sendiri. Kelembagaan formal yakni kelembagaan seperti BPD, Dusun, RT, RW, dan 2 Sekolah Dasar Negeri. Desa Meraran mempunyai 3 dusun, 6 RW dan 12 RT. Lembaga non formal yang ada di Desa Meraran yakni terdapat 1 kelompok tani, 3 koperasi simpan pinjam, 1 karang teruna, dan lembaga sosial keagamaan misalnya remaja masjid dan hukum masjid. Jejaring Sosial

Hubungan atau jaringan sosial yang terjalin antar lembaga yang ada di wilayah tersebut adalah sangat intens dan cukup baik. Hal ini tegambar dalam tingkat resistensi atau konflik yang terjadi antar lembaga yang ada di daerah tersebut sangat jarang bahkan tidak ada. Hubungan yang terjalin antar lembaga yang satu dengan lembaga yang lain, baik yang ada di dalam desa tersebut maupun yang berada di luar terjadi karena atas kesadaran dan inisiatif masyarakat sendiri juga karena masih tingginya rasa kekeluargaan masyarakat. Kesadaran masyarakat bahwa kemajuan dan kesejahteraan itu merupakan kebutuhan bersama yang harus dipenuhi. Untuk lebih maksimal maka kerjasama dengan pihak lain atau organisasi lain juga dilakukan. Di samping hal tersebut masih banyak juga terjadi kesalahpahaman antar organisasi khususnya organisasi ekonomi yang sampai saat ini belum bisa memperlihatkan hasil dinantikan oleh masyarakat misalnya masih banyak rentenir yang menyusahkan masyarakat dalam memberikan pinjaman.

37

Kelembagaan Ekonomi

Mata Pencaharian dan Status Pekerjaan

Masyarakat Desa Meraran memiliki mata pencaharian yang cukup beragam. Mata pencaharian pokok mereka adalah kurang lebih sama dengan desa-desa lainnya yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat yaitu petani, nelayan, pedagang, PNS, kariawan/buruh, jasa perorangan, peternak. Sebagaian besar masyarakat Desa Meraran memiliki mata pencaharian petani. Selain sebagai petani, juga bekerja sebagai nelayan maupun peternak. Begitu pula dengan PNS, jasa perorangan, pedagang maupun kariawan mereka juga melakukan kegiatan pertanian, peternakan, maupun nelayan. Jadi tidak ada masyarakat yang bertumpuh pada satu pekerjaan.

Data BPS tahun 2012 menunjukkan bahwa dari sebelumnya sampai sekarang ini mata pencharian utama sebagian besar warga masyarakat Desa Meraran adalah petani. Masyarakat yang mata pencharian utamanya bertani adalah sebanyak 79,96% dan di bidang lainnya seperti perikanan 2,1%, pedagang 1,05%, angkutan dan komunikasi 1,05%, jasa perorangan 1,93%, jasa pemerintah 54,92%, dan lainnya (listrik, bank, dan lain-lain) sebesar 8,96%. Jadi tidak ada perubahan yang begitu mendasar mengenai matapencharian utama warga masyarakat dari sebulumnya.

Kelompok Usaha Produktif

Salah satu ciri berkembang dan majunya suatu daerah adalah terdapatnya aktivitas-aktivitas atau usaha masyarakat baik perorangan maupun kelompok yang bersifat produktif, apakah usaha tersebut beskala mikro, kecil, menenggah maupun besar. Di Desa Meraran terdapat kelompok-kelompok usaha produktif seperti: 1 kelompok industri mebel (meja, lemari, kursi, dan prabot rumah tangga lainnya yang bahan dasar kayu), 1 kelompok industry rumah tanggan (industry Abon Ikan Gabus), 1 Industri anyaman bambu (dinding), 3 koperasi simpan pinjam (KBRT), kelompok usaha perorangan seperti usaha jual beli hasil pertanian dan 1 CV yang menawarkan jasa konstruksi (bangunan dan Jalan). Jaringan Bisnis

Kelompok-kelompok usaha yang ada di desa tersebut, mayoritas masih belum ada jaringan bisnis yang lebih baik dan lebih menguntungkan, bahkan antara kelompok-kelompok usaha tersebut masih kurang kerjasama dalam mencari atau membangun usahanya agar lebih maju dan masih secara sendiri- sendi. Ada beberapa kelompok usaha yang sudah mampu membuat jaringan bisnisnya sampai tingkat kabupaten, seperti industry Abon Ikan Gabus pasarnya sudah sampai wilayah Kecamatan Maluk bahkan Kecamatan Sekongkang. Selain itu, CV konstruksi juga pada tingkat kabupaten. Jaringan bisnis untuk kelompok usaha lainnya masih pada tingkat Kecamatan Seteluk bahkan ada yang masih di tingkat desa seperti Koperasi Simpan Pinjam yang Berbasis Rukun Tetangga (KBRT).

Aksessibilitas

Akses kelompok ekonomi terhadap sumberdaya lokal sangat mudah terjangkau misalnya industri mebel, untuk mendapatkan bahan bakunya sangat

38

mudah bahkan bisa mendapatkannya dengan harga yang jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan di kota kabupaten. Industri lain seperti industri kerajinan anyam, memperoleh bambu sebagai bahan dasar kerajinan tersebut, cukup dengan izin kepala desa dan lokasinyapun sangat dekat. Di samping itu, dalam mengembangkan usahanya maka perlu suntikan dana serta kerjasama semua pihak baik pemerintah maupun lembaga-lembaga keuangan lainnya. Keberadaan KBRT masih belum begitu berperan dalam menopang permodalan kelompok usaha yang ada karena KBRT sendiri masih keterbatasan sumberdaya manusia yang ada sehingga mengalami kesulitas dalam mengelola usahanya sendiri.

Tokoh Bisnis

Masyarakat lokal yang mampu menggerakan usaha-usaha produktif dan membangun jejaring bisnis dengan pihak luar komunitas yakni H. Maldi, M. Alwi dan H. Hasan Karim dengan usaha jual beli hasil pertanian, H. Suef dengan usaha CV Konstruksi, dan Mansyur AP dengan usaha jasa TKI. Tokoh bisnis ini belum ada kerjasama yang baik atara yang satu dengan yang lainnya

Pola-Pola Kebudayaan