• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Stimulus Ekonomi Untuk Koperasi Berbasis Rukun Tetangga (PSE-KBRT) Di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Stimulus Ekonomi Untuk Koperasi Berbasis Rukun Tetangga (PSE-KBRT) Di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB)."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PROGRAM STIMULUS EKONOMI UNTUK

KOPERASI BERBASIS RUKUN TETANGGA

DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

SUMARLIN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Program Stimulus Ekonomi untuk Koperasi Berbasis Rukun Tetangga di Kabupaten Sumbawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(4)
(5)

RINGKASAN

Sumarlin. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Program Stimulus Ekonomi untuk Koperasi Berbasis Rukun Tetangga (PSE-KBRT) di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Dibimbing oleh Dr Titik Sumarti dan Dr Sofyan Sjaf.

Partisipasi masyarakat berarti keterlibatan masyarakat atau mengambil bagian, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi program stimulus ekonomi untuk koperasi berbasis rukun tetangga. Program stimulus ekonomi untuk koperasi berbasis rukun tetangga merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat dalam bentuk memberikan pinjaman modal kerja dan investasi kepada koperasi yang sumber dananya berasal dari APBD Kabupaten Sumbawa Barat. Tujuan kajian adalah: Tujuan utama adalah untuk menyusun strategi peningkatan partisipasi masyarakat dalam program stimulus ekonomi untuk Koperasi Berbasis Rukun Tetangga di Kabupaten Sumbawa Barat. Tujuan spesifik sebagai berikut: 1) Menganalisis implementasi KBRT; 2) Menganalisis partisipasi masyarakat dalam PSE-KBRT; dan 3) Menganalisis bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam PSE-KBRT.

Metode penelitian adalah gabungan antara metode kualitatif dan metode kuantitatif. Ada 5 orang informan yang terdiri dari anggota, pengurus, tenaga pendamping KBRT, Pemerintah Desa Meraran dan Disperindagkop dan UMKM KSB. Sebanyak 65 responden diambil sebagai sampel secara simple random sampling. Data dianalisis menggunakan analisis kualitatif melalui tahapan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan verifikasi serta dianalisi smenggunakan tabulasi silang dan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program masih tidak sesuai dengan prosedur yang ada serta tidak bisa mencapai tujuan dari PSE-KBRT, tingkat partisipasi masyarakat dalam program berada pada tingkat partisipasi sedang. Faktor-faktor tumbuh kembangnya partisipasi masyarakat dalam PSE-KBRT berpengaruh sedang dengan tingkat 52,3%.

Strategi peningkatan partisipasi masyarakat dalam PSE-KBRT yaitu: Pertama, memberikan peluang yang sama kepada semua KBRT untuk mengakses dana PSE-KBRT. Kedua, menumbuhkan dan mengembangkan usaha produktif KBRT dalam mengelolah dana PSE-KBRT. Ketiga, penguatan kapasitas KBRT dan tenaga pendamping tentang PSE-KBRT dan pengelolaan KBRT. Keempat, peningkatan jumlah dana dan perpanjangan jangka waktu penyaluran dana PSE-KBRT yang sesuai dengan kebutuhan PSE-KBRT. Kelima, menumbuhkan kemauan partisipasi masyarakat yang tinggi terhadap PSE-KBRT. Terakhir, menumbuhkan sikap positif masyarakat terhadap PSE-KBRT.

(6)

SUMMARY

Sumarlin, Increasing Community Participationin Economic Stimulus Program for

Cooperative-Based Neighborhood (PSE-KBRT) in West Sumbawa Regency

(KSB). Supervised by Dr. Titik Sumarti and Dr. Sofyan Sjaf.

Community participation means the involvement of community in the planning, implementation and evaluation of the economic stimulus program for cooperative-based neighborhoods. This program is series of activities conductedin West Sumbawa Regency in the form of providing working capital loans to cooperatives and investment funds allocated from West Sumbaw abudget revenue and expenditure (APBD). The main purpose of this study is to build the improvement participation of community in the Economic stimulus program which took place in Meraran Village of West Sumbawa Regency. The specific objectives are to analyze the program implementation, public participation, and factors which affect the growth of the program.

Methods that used to set the strategies are FGD and LFA. Qualitative and quantitative approaches were used in this research. There were 5 informants involved consisting of members, administrators, assistants of KBRT, village government and Disperindagkop KSB. 65 respondents were randomly taken as samples. Data for this study was analyzed using qualitative analysis through the stages of data reduction, data presentation, draw conclusion, verification and analyzed using cross tabulations and regression analysis. The results showed that the implementation of the program was not in accordance with existing procedures and did not achieve its purpose. The level of community participation is moderate category. The factors that grow and develop community participation in PSE-KBRT has moderate influence about 52,3%.

There are some strategies to increase community participation in the PSE- KBRT: First, provide equal opportunities to access funding PSE-KBRT or provide equal opportunities to all KBRT for accessing the program. Second, foster and develop productive bisniss KBRT in managing funds PSE-KBRT. Third, strengthening the capacity of KBRT and assistants about the PSE-KBRT and the management of cooperatives. Fourth, increase in the number of funds and extension of time disbursement program that fits the needs KBRT. Fifth, foster community participation high willingness to PSE-KBRT. Finaly, foster a positive attitude of society towards PSE-KBRT.

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PROGRAM STIMULUS EKONOMI UNTUK

KOPERASI BERBASIS RUKUN TETANGGA

DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

SUMARLIN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

pada

Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul Kajian: Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Program Stimulus Ekonomi untuk Koperasi Berbasis Rukun Tetangga di Kabupaten Sumbawa Barat

Nama : Sumarlin NIM : I354120205

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Titik Sumarti MC, MS Dr Sofyan Sjaf, MSi Ketua Anggota

Diketahui oleh

Koordinator Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Pengembangan Masyarakat

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulisan tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam kajian yang dilaksanakan ini ialah Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Program Stimulus Ekonomi untuk Koperasi Berbasis Rukun Tetangga di Kabupaten Sumbawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Titik Sumarti MC, MS dan Bapak Dr Sofyan Sjaf, SPt MS selaku komisi pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Pengelola Program Studi MPM SPs IPB serta para staf PS MPM SPs IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga, atas segala do’a dan kasih sayangnya, dan tak lupa pula penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua rekan-rekan MPM IPB kelas KSB.

Semoga tesis yang peneliti selesaikan ini bermanfaat.

Taliwang, September 2015

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang 2

Rumusan Masalah Kajian 6

Tujuan Kajian 7

Kegunaan Kajian 7

Ruang Lingkup Kajian 7

2 PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka 9

Kerangka Pemikiran 21

Definisi Operasional 24

3 METODE KAJIAN

Lokasi dan Waktu Kajian 27

Pendekatan Kajian 27

Pendekatan Kualitatif 27

Pendekatan Kuatitatif 28

Perancangan Strategi 29

4 PROFIL KOMUNITAS

Letak Geografis 31

Iklim 32

Kependudukan 32

Struktur Sosial 36

Kelembagaan Ekonomi 37

Pola-pola Kebudayaan 38

Pola Adaptasi Ekologi 39

Masalah-masalah Sosial 40

5 EVALUASI PROGRAM DAN KEBIJAKAN PSE-KBRT

Evaluasi Kebijakan PSE-KBRT 43

Evaluasi PSE-KBRT 47

Analisis Kebijakan dan Program SE-KBRT 48

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Implementasi PSE-KBRT 51

Partisipasi Masyarakat dalam PSE-KBRT 58

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam

PSE-KBRT 64

7 PERANCANGAN STRATEGI (PROGRAM AKSI)

Kondisi Partisipasi Masyarakat dalam PSE-KBRT 77 Isu-isu Strategis Tentag Potensi Partisipasi Masyarakat dalam

(14)

Masalah Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam PSE-KBRT 79 Identifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Masyarakat dalam

PSE-KBT 81

Perancangan Strategi (Program Aksi) 86

8 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 93

Saran 93

DAFTAR PUSTAKA 95

(15)

DAFTAR TABEL

1 Data perkembangan keberhasilan koperasi di Indonesia dari Tahun

2010-2013 2

2 Konsep partisipasi masyarakat 15

3 Tujuan dan sasaran PSE-KBRT 19

4 Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Desa

Meraran 2012 33

5 Kepadatan penduduk Desa Meraran dari Tahun 2008-2012 35 6 Jumlah fertilitaas, mortalitas, pendatang dan penduduk pindah Desa

Meraran dari Tahun 2008-2012 35

7 Keterlibatan dan kewenangan masyarakat dalam PSE-KBRT 61 8 Tingkat partisipasi masyarakat dalam PSE-KBRT 62 9 Jumlah dan persentase responden dalam PSE-KBRT dan besaran

pengaruh faktor-faktor tumbuh kembangnya partisipasi masyarakat 64

10 Hasil analisis regresi 67

11 Hasil analisis statistik Uji F 69

12 Hasil analisis koefisien determinasi 70

13 Perancangan strategi (program aksi) meningkatkan patisipasi

(16)

DAFTAR GAMBAR

1 Laju persentase penduduk miskin Kabupaten Sumbawa Barat 2009-2013 3

2 Kerangka pemikiran 23

3 Sketsa wilayah administrasi Kecamatan Seteluk KSB 31

4 Piramida penduduk Desa Meraran Tahun 2012 33

5 Grafik laju perkembangan penduduk Desa Meraran dari Tahun 2008-2012 34 6 Jumlah KBRT yang terbentuk di masing-masing kecamatan di KSB 43

7 Jumlah KBRT yang terbentuk dari Tahun 2009-2011 48

DAFTAR LAMPIRAN

1 Permasalahan dan kebutuhan masyarakat dalam PSE-KBRT 97

(17)

1 PENDAHULUAN

Dewasa ini masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapai oleh bangsa Indonesia. Persentase penduduk miskin terhadap total penduduk Indonesia adalah sekitar 11,37%. Kemiskinan ini memiliki beberapa ciri sebagai berikut: ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar, tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya, ketiadaan jaminan masa depan, kerentanan terhadap goncangan, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat, ketiadaan akses terhadap lapangan kerja, ketidakmampuan untuk berusaha, dan ketidakmempuan dan ketidak beruntungan sosial. Berbagai program yang dilakukan dalam penanggulangan kemiskinan adalah perlindungan sosial yang mencakup: Bantuan sosial, asuransi sosial, kebijakan-kebijakan pasar kerja, dan mekanisme dan jaringan pengaman sosial (Suharto 2010).

Menurut Ellis (1984) sebagaimana yang dikutip oleh Suharto (2010) menyatakan bahwa masalah kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang tidak saja mencakup aspek ekonomi saja, akan tetapi juga dimensi sosial budaya, dimensi struktural atau politik, yang menyebabkan masalah kemiskinan itu menjadi kompleks dan rumit serta menjadi sulit untuk diselesaikan. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk mengatasi kemiskinan harus dengan menelusuri dimensi-dimensi kemiskinan melalui pendekatan yang komprehensif baik itu pendekatan ekonomi, struktural, sosial budaya dan politik.

Realitas kemiskinan kemudian timbul menjadi human problem yang telah mengusik dan menguras tenaga serta pikiran banyak orang. Kemisikinan telah membangkitkan solidaritas manusia untuk melihat sebagai masalah umat manusia sekaligus sebagai masalah bangsa. Terjadinya krisis moneter dan ekonomi pada tahun 1997 yang melanda Indonesia telah menimbulkan dampak yang sangat serius yang diikuti munculnya berbagai permasalahan. Krisis ini telah berkembang sedemikian parah, menjadi krisis politik dan terakhir menjadi krisis ekonomi yang dampaknya sangat dirasakan oleh bangsa Indonesia terutama golongan ekonomi lemah. Salah satu dampak langsung dari krisis yang dimaksud sampai saat ini adalah angka kemiskinan dan pengangguran yang masih tinggi maskipun sudah mengalami penurunan. Data BPS (2013) menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin pada priode 1998-2013 masih cukup tinggi meskipun mengalami penurunandari 49,50 juta jiwa menjadi 28,07 juta jiwa atau berkurang sebanyak 21,43 juta jiwa.

Kondisi krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia harus diselesaikan dengan cara menjalankan reformasi disegala bidang, termasuk paradigma maupun pola pikir bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan. Salah satunya adalah perubahan dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralistik menjadi desentralisasi, dari top down menjadi bottom up atau dari orientasi pertumbuhan ekonomi menuju paradigma baru pemberdayaan masyarakat.

(18)

undang-2

undang dan kebijakan-kebijakan tentang perkoperasian, salah satunya UU No. 17 tahun 2012 tentang perkoperasian. Demikian pula Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat (Pemda KSB) dalam bentuk Program Stimulus Ekonomi untuk Koperasi Berbasis Rukun Tetangga (PSE-KBRT). Data perkembangan koperasi di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Data perkembangan keberhasilan koperasi di Indonesia dari tahun 2010-2013

No. Indikator Satuan 2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013

1 Jumlah Koperasi Unit 170 411 177 482 188 181 194 295

2 Pertumbuhan Koperasi Persen 9.97 4.15 6.03 3.25

3 Jumlah Koperasi Aktif Unit 120 473 124 855 133 666 139 321

4 Prosentase Koperasi Aktif Persen 70.70 70.35 71.03 71.71

5 Pertum. Jumlah Koperasi Aktif Persen 10.60 3.64 7.06 4.23

6 Jumlah Anggota Koperasi Aktif Orang 29 240 271 30 461 121 30 849 913 33 869 439

7 Pertumbuhan Jumlah Anggota Persen 7.03 4.18 1.28 9.79

8 Permodalan Rp. Juta 59 852 609 64 788 727 75 484 237 102 826 158

9 Pertumbuhan Permodalan Persen 20.11 8.25 16.51 36.22

10 Volume Usaha/Omset Rp. Juta 82 098 587 76 822 082 95 062 402 119 182 690

11 Pertumbuhan Volume Usaha Persen 19.95 -6.43 23.74 25.37

12 Selisih Hasil Usaha (SHU) Rp. Juta 5 303 813 5 622 164 6 336 481 6 661 926

13 Pertumbuhan SHU Persen 33.77 6.00 12.71 5.14 Sumber: BPS 2013 (diolah)

Keunggulan koperasi dalam hal partisipasi terutama karena prinsip anggota sebagai pemilik yang sekaligus sebagai pelanggan. Di samping itu, untuk membangun koperasi dengan baik, anggota diwajibkan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan-keputusan penting. Keberhasilan koperasi tidak hanya cukup dengan partisipasi kontributif (kontribusi keuangan dan kontribusi dalam pengambilan keputusan), tetapi yang lebih penting adalah partisipasi insentif anggota yaitu pemanfaatan jasa pelayanan yang diberikan koperasinya (Hendra dan Kusnadi 2005).

(19)

3

Latar Belakang

Garis kemiskinan di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) Tahun 2013 sebesar Rp 310.586 perkapita. Adapun persentase penduduk miskin dibanding jumlah penduduk di KSB sebesar 21,71%. Persentase penduduk miskin di KSB mengalami penurunan sebesar 0,01% dibandingkan tahun 2012 (21,72%).

Gambar 1. Laju persentase penduduk miskin KSB 2009 – 2013

PDRB perkapita menunjukkan besaran PDRB dibagi jumlah penduduk. PDRB Perkapita KSB Tahun 2008 sebesar Rp.138.092.551,. PDRB perkapita ini tidak mutlak menunjukkan rata-rata pendapatan yang diterima penduduk KSB, mengingat tranfer out pendapatan yang dibawa keluar KSB tidak tersedia secara detail.

Pada Tahun 2008 PDRB yang dihasilkan sektor-sektor ekonomi di KSB dihitung atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 12.725 triliun. Dari total PDRB tersebut sekitar 12.163 triliun (95,59%) dihasilkan oleh sektor pertambangan dan penggalian. Sektor terbesar berikutnya adalah Pertanian yang memberikan andil sekitar 1,50% (190,99 milyar). Sektor lainnya memiliki sharing dibawah satu persen.

Pola kehidupan sosial masyarakat KSB cukup baik, baik tingkat Rukun Tetangga (RT), tingkat desa/kelurahan, maupun tingkat kecamatan. Sebagai gambaran atau contoh kerukunan yang terjadi di tingkat RT adalah sebagaimana yang terjadi di Desa Meraran, kehidupan sosial masyarakatnya sangat kental dengan budaya gotongroyong dan rasa kekeluargaan. Kerjasama antara lembaga-lembaga yang ada di tingkat desa juga cukup baik, meskipun ada berbagai kelemahan-kelemahan yang sampai sekarang masih ada dan sangat dirasakan oleh masyarakat, misalnya ada sebagaian orang yang melakukan kecurangan-kecurangan dalam memanfaatkan dan menggunakan sumberdaya yang ada untuk kepentingan individu. Masalah-masalah sosial lainnya yang terjadi di masyarakat adalah masalah rendahnya pendidikan, dan masalah kemiskinan. Terkait masalah kemiskinan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki pekerjaan tetap dan tidak adanya kemandirian serta masih

20,5 21 21,5 22 22,5 23 23,5

(20)

4

tingginya tingkat ketergantungan masyarak terhadap pihak lain seperti pemerintah maupun swasta atau perusahaan tambang (PT NNT). Bentuk ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah misalnya pendidikan gratis, kesehatan gratis, dana stimulus untuk koperasi dan UMKM yang terus disalurkan oleh pemerintah namun tidak disertai dengan peningkatan produktifitas masyarakat yang lebih baik, dan ini disebabkan oleh tidak adanya pemberdayaan masyarakat.

Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) sebagai kabupaten baru, untuk pembangunan daerahnya serta terwujudnya perubahan yang lebih baik pada seluruh aspek kehidupan masyarakat yang berkelanjutan, berbagai cara ditempuh oleh Pemda KSB. Sebagai salah satu cara yang dilakukan pemerintah KSB, Pemerintah Derah KSB menerapkan program pembangunan barbasis rukun tetangga (PBRT) dan PSE untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi. Salah satu buah implementasi atau kegiatan dari PBRT adalah PSE-KBRT. Program tersebut merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan iklim wirausaha dan investasi masyarakat KSB. Untuk PBRT sendiri rohnya adalah rembug warga. Rembug warga ini sendiri dimulai pada tingkat RT atau diadakan oleh masing-masing RT, sehingga apa yang menjadi kebutuhan, keinginan dan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat RT tersebut bisa diatasi dan dipenuhi sendiri, yang tentunya ada kerjasama dengan pihak-pihak lainnya.

Semua desa yang ada di KSB, khususnya di Desa Meraran telah dibentuk KBRT sebagai wadah masyarakat setempat untuk menumbuh kambangkan iklim wirausaha dan investasinya. Dengan dibentuknya koperasi di masing-masing RT maka seluruh masyarakat di RT tersebut akan menjadi anggota koperasi. Pengertian koperasi secara umum menurut Hendar dan Kusnadi (2005) yakni:

“Koperasi adalah organisasi yang otonom yang berada di dalam lingkungan sosial ekonomi dan sistem ekonomi yang memungkinkan setiap individu dan setiap kelompok orang merumuskan tujuan-tujuannya secara otonom dan mewujudkan tujuan-tujuan itu melalui aktivitas-aktivitas ekonomi yang dilaksanakan secara bersama”.

Koperasi Berbasis Rukun Tetangga (KBRT) merupakan koperasi yang sama dengan koperasi lainnya, yaitu suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang bekerja sama atas dasar sukarela untuk kesejahteraan anggota, hanya saja di sini yang menjadi anggota, pengurus dan pengawas koperasi adalah warga dari RT yang mendirikan KBRT. Pada prinsipnya KBRT didirikan di setiap RT oleh masing-masing RT dan yang menjadi anggota KBRT adalah masyarakat RT tersebut atau ada perwakilan untuk masing-masing kepala keluarga (KK). Anggota KBRT minimal 20 orang yang secara sukarela menjadi anggota KBRT. Senada yang disampaikan oleh mantan Bupati KSB (Zulkifli Muhadli) bahwa dengan dibentuknya koperasi di masing-masing RT maka seluruh masyarakat di RT tersebut akan menjadi anggota koperasi, hidup dan matinya koperasi itu menjadi tanggungjawab masyarakat di setiap RT karena mereka sendiri yang menjadi pengurus.

(21)

5 Menengah (Disperindagkop dan UMKM) dari tahun 2009 sampai dengan 2011 sebanyak 281 KBRT atau baru 35,44% dari total RT yang ada di KSB.

Banyaknya koperasi yang terbentuk dan telah mendapatkan dana stimulus ternyata tidak berkembang dengan baik. Data Disperindagkop dan UMKM KSB menunjukkan bahwa dari seluruh KBRT yang telah mendapatkan dana stimulus, ada 51% yang melakukan pengembalian pinjaman artinya bahwa masih banyak KBRT yang tidak melunasi pinjamannya dan ini bisa disebabkan oleh kurangnya partisipasi anggota KBRT sehingga tidak bisa mengembalikan pinjaman dana stimulus.

Lebih khusus KBRT yang ada di Desa Meraran berjumlah 9 KBRT namun dari 9 KBRT tersebut hanya ada 3 yang masih aktif. KBRT yang masih aktif tersebut, sejak didirikan tidak mengalami perkembangan yang begitu berarti sama sekali meskipun kegiatan usaha dan kepengurusannya masih jalan. Sementara 6 KBRT lainnya mati surih atau kepengurusan dan kegiatannya tidak berjalan. KBRT yang telah mendapatkan pinjaman dana stimulus ada 7 KBRT, ada dua KBRT yang tidak melunasi pinjamannya. Hal tersebut berarti bahwa anggota KBRT tidak berpartisipasi dengan baik apalagi ada penembahan anggota.

Desa Meraran merupakan salah satu desa yang ada di KSB. Dari segi ekonomi, mata pencaharian masyarakatnya adalah beragam namun sebagian besar mata pencahariannya bertani dan sekaligus sebagai nelayan. Di Tahun 2012 yang bekerja di bidang petanian sebanyak 455 orang (79,96%), perikanan 12 orang (2,1%), perdagangan 6 orang (1,05%), angkutan dan komonikasi 6 orang (1,05%), jasa perorangan 11 orang (1,93%), jasa pemerintah 28 orang (4,92%), dan lainnya 51 orang (8,96%). Menurut data potensi Desa Meraran, terdapat 256 laki-laki dan 307 perempuan yang tidak memiliki pekerjaan yang tetap. Kondisi sosial pendidikan, penduduk Desa Meraran mayoritas tamatan SMP dan SMA/sederajat, berdasarkan data potensi desa yang ada bahwa Tahun 2012 yang tamatan SD/sederajat 179 laki dan 120 perempuan, tamatan SMP/sederajat 244 laki-laki dan 168 perempuan, tamatan SMA/sederajat 199 laki-laki-laki-laki dan 105 perempuan, diploma dan sarjana sebanyak 62 laki-laki dan 25 perempuan.

Pengembangkan ekonomi lokal atau menumbuhkan iklim wirausaha dan investasi masyarakat KSB, salah satunya dilakukan melalui PSE-KBRT yang tetap mengacu pada semangat PBRT. KBRT merupakan wadah penyaluran dana stimulus yang dialokasikan oleh Pemda KSB yang berasal dari Anggaran Pendapan Belanja Daerah (APBD) dan merupakan salah satu cara menumbuhkan iklim wirausaha dan investasi masyarakat KSB dalam hal ini pengembangan ekonomi lokal yang berangkat dari struktur pemerintah paling bawah yaitu RT. Dengan dibentuknya koperasi di masing-masing RT maka seluruh masyarakat di RT tersebut akan menjadi anggota koperasi. Program ini diharapkan bisa menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat dengan partisipasi aktif dari masyarakat itu sendiri dan berujung pada peningkatan kasejahteraan masyarakat KSB, namun dalam implementasinya masih jauh dari apa yang diharapkan tersebut.

(22)

6

Rumusan Masalah Kajian

Partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi. Melalui partisipasi segala aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan direalisasikan. Semua program yang harus dilaksanakan perlu memperoleh dukungan dari semua unsur atau komponen yang ada. Tanpak dukungan semua unsur atau komponen yang ada, pelaksanaan program-program tidak akan berhasil dengan baik (Hendar dan Kusnadi 2005).

PSE-KBRT merupakan program inovatif pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pemerintah KSB. Sebagai salah satu program inovatif yang digalakkan pemerintah KSB untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan tidak menggantungkan diri pada industri-industri lain khususnya pertambangan. Keterlibatan masyarakat dalam mengimplementasikan program harus lebih partisipatif sehingga apa yang menjadi harapan, maksud maupun tujuan dari program tersebut dapat tercapai.

Untuk mengetahui dan menganalisis pertanyaan utama yang telah dipaparkan maka dapat ditarik beberapa pertanyaan spesifik dalam penelitian ini. Pertama, bagaimanakah implementasi PSE-KBRT di KSB? Pada pertanyaan spesifik pertama ini akan mulai dikaji apakah implementasi PSE-KBRT sesuai dengan standar operasional yang telah dibuat, dan cukup mudah dijangkau atau dilalui oleh masyarakat sehingga mampu memberikan ruang partisipasi yang baik bagi masyarakat.

Ada 280 KBRT yang terbentuk di KSB untuk pengembangan masyarakatnya. Keberhasilan implementasi PSE-KBRT, telah didukung oleh partisipasi semua pihak yang terkait khususnya masyarakat. Selain itu, keberhasilan suatu lembaga atau organisasi juga sangat ditentukan oleh partisipasi masyarakat. Tingginya partisipasi masyarakat akan mempercepat pencapaian tujuan dari program tersebut.

Setelah mengkaji implementasi program stimulus ekonomi untuk Koperasi Berbasis Rukun Tetangga, maka pertanyaan spesifik kedua adalah bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam PSE-KBRT di KSB? Partisipasi masyarakat dalam PSE-KBRT, bisa memberikan gambaran bahwa masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam program serta bagaiman menentukan kegiatan atau usulan dalam menentukan yang terbaik.

Menurut Slamet (1985) sebagaimana yang dikutip oleh Totok dan Poerwoko (2012) menyatakan bahwa tumbuh kembangnya partisipasi masyarakat dalam program pembangunan dipengaruhi oleh beberapa unsur pokok atau faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pertama, adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat. Kedua, adanya kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Ketiga, kebutuhan akan program serta manfaat keberadaan program.

(23)

7

Tujuan Kajian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan diadakannya kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis implementasi PSE-KBRT di KSB;

2. Menganalisis partisipasi masyarakat dalam PSE-KBRT di KSB;

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam PSE-KBRT di KSB; dan

4. Merumuskan strategi peningkatan partisipasi masyarakat dalam PSE-KBRT di KSB.

Kegunaan Kajian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Pemerintah Daerah, sebagai reprensi dan sumbangan pemikiran dalam upaya untuk menemukan solusi dari permasalahan peningkatan ekonomi atau kesejahteraan masyarakat dan masalah peningkatan partisipasi masyarakat dalam PSE-KBRT di KSB.

2. Kalangan Akademisi, memperkaya keilmuan tentang pengembangan usaha koperasi dari perspektif pengembangan masyarakat, dan sebagai sumbangan bagi para peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian ilmiah dengan kajian mengenai PSE-KBRT.

3. Masyarakat, sebagai bahan informasi untuk meningkatkan partisipasinya dalam PSE-KBRT, baik dalam perencanaan program, pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi program, dan lebih-lebih dalam pemanfaatan hasil dari program tersebut.

Ruang Lingkup Kajian

(24)
(25)

9

2 PENDEKATAN TEORITIS

Bagian ini akan membahas tentang tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran. Tinjauan pustaka menjelaskan beberapa hal yaitu pemberdayaan masyarakat, program stimulus ekonomi (modal), koperasi, Rukun Tetangga (RT), KBRT, dan partisipasi (bentuk dan tingkat partisipasi). Kerangka pemikiran konseptual akan dibahas tentang kerangka (frame) yang menjadi alur piker dan prosedur serta alat analisis yang digunakan. Dari kerangka pemikiran konseptual akan dihasilkan suatu bagan alir dari penelitian.

Tinjauan Pustaka

Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat secara luas diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui pembangunan kemampuan masyarakat, perubahana prilaku masyarakat dan pengorganisasian masyarakat. menurut Tonny (2013) persoalan ketidakberdayaan masyarakat bawah biasanya bertalain erat dengan persoalan kemiskinan, keterbelakangan, kekurangan kapasitas pendidikan. Salah satu prinsip pembangunan yang dianggap penting dan bisa menjembatani proses pemberdayaan komunitas adalah grass root development (pembangunan dimulai dari rakyat).

Menurut Hacker (1999) yang dikutip oleh Totok dan Poerwoko (2012) mendefinisikan pemberdayaan sebagai;

Empowerment may be understood as a process of transformation. This includes the transformation of the unequal power relationship, unjust structures of society, and development policies. Empowerment also means transformation in the sense of changing and widening of individual’s opportunities.

Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah proses mengembangkan dan memandirikan serta upaya meningkatkan nilai jual masyarakat di setiap lapisan khususnya lapisan bawah untuk semua bidang kehidupan. Secara tersirat pemberdayaan memberikan tekanan pada otonomi pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat, yang dilandasi dengan penerapan aspek demokratis, partisipasi dengan titik fokusnya pada lokalitas, sebab masyarakat akan merasa siap diberdayakan melalui isu-isu lokal (Totok dan Poerwoko 2012), sebagaimana yang dinyatakan oleh Anthony (2000) yang dikutip oleh Toto dan Poerwoko (2012) yaitu:

“Empowerment is a process through which those excluded are able to participate more fully in decisions about forms of growth, strategies of development, and distribution of their product”.

(26)

10

memperkuat kekuasaan dan keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil yang dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau pengetahuan dan kemampuan dalam memahami kebutuhan hidupnya. Proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal yaitu Pertama, bahwa kekuasaan dapat berubah, jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun. Kedua, kekuasaan dapat diperluas, kekuasaan tidak statis melainkan dinamis.

Upaya memberdayaan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Pada sisi pertama ini, titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan, serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat (Totok dan Poerwoko 2012). Pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Walaupun masyarakat mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha penanganan masalah sosial secara mandiri dan itu perlu selalu ditingkatkan kapasitasnya melalui upaya pemberdayaan, hal itu tidak berarti menghilangkan tanggung jawab Negara dalam penanganan masalah sosial (Soetomo 2008). Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdaya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah Negara.

Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu strategi, sekarang telah banyak diterima bahkan telah berkembang dalam berbagai literatur, meskipun upaya mewujudkannya dalam praktik pembangunan tidak selalu berjalan mulus. Banyak pihak yang belum memahami dan mungkin tidak menyakini bahwa konsep pemberdayaan masyarakat merupakan alternatif pemecahan masalah-masalah pembangunan yang dihadapi.

Pemberdayaan pada hakekatnya adalah untuk menyiapkan masyarakat agar mereka mampu dan mau secara aktif berpartisipasi dalam setiap program dan kegiatan pembangunan. Meskipun partisipasi masyarakat merupakan suatu yang harus ditumbuh kembangkan namun pada realitanya tidak selalu diupayakan sungguh-sungguh. Untuk tumbuh dam berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan mengharuskan adanya kepercayaan dan kesempatan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat untuk terlibat secara aktif (Zulkarnain 2009).

(27)

11 lokal sebagai wahana masyarakat dalam menghadapi hidup dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi.

Partisipasi berasal dari kata participation yang artinya peran serta, dan secara luas diartikan peran atau ikut serta mengambil bagian dalam suatu kegiatan tertentu. Paul (1987) yang dikutip oleh Tonny (2013) mendefinisikan partisipasi sebagai berikut.

participation refers to an active process where by beneficiaries influence the direction and execution of development projects rather than merely receive a shere of project benefits”

Soetrisno (1995) membedakan definisi partisipasi menjadi 2 (dua) yaitu:

Pertama, partisipasi adalah kemauan rakyat untuk mendukung secara mutlak program-program pemerintah yang dirancang dan ditentukan oleh pemerintah.

Kedua, partisipasi adalah kerjasama antara rakyat dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan. Dalam definisi partisipasi yang pertama; yang lazim dipahami oleh kalangan aparat perencana dan pelaksana pembangunan, masyarakat adalah suatu bagian pasif, dimana masyarakat dituntut untuk mendukung proyek pembangunan yang telah ditentukan, sedangkan usulan dari masyarakat dianggap sebagai keinginan. Pada konsep partisipasi yang kedua masyarakat diasumsikan mempunyai aspirasi yang perlu diakomodasikan dalam suatu program pembangunan.

Pengembangan masyarakat harus selalu berupaya untuk memaksimalkan partisipasi, dengan tujuan membuat setiap orang dalam masyarakat terlibat secara aktif dalam proses-proses dan kegiatan masyarakat serta untuk menciptakan kembali masa depan masyarakat dan individu (Ife dan Tesoriero, 2008). Partisipasi masyarakat daerah dalam pembangunan diperlukan untuk menunjang pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini sesuai dengan prinsip good governance, bahwa pelaksanaan pembangunan tidak hanya merupakan tugas pemerintah

(state), tetapi juga menjadi tanggung jawab swasta (private) dan masyarakat madani (civil society) seperti yang dikemukan. Partisipasi masyarakat diperlukan untuk menciptakan good governance yang memiliki unsur-unsur akuntabilitas, partisipasi, predictability dan transparansi. Oleh karena itu, salah satu prinsip

good governance (kepemerintahan yang baik) yang sering diturunkan menjadi

good local governance (kepemerintahan daerah yang baik) adalah tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat (Pertiwi 2003). Terkait dengan upaya mendorong keterbukaan pemerintah untuk menerima partisipasi stakeholder lain dalam pengambilan keputusan, pionir-pionir pendorong partisipasi muncul di berbagai institusi pemerintah. Stakeholder adalah pihak-pihak atau individu maupun kelompok yang memiliki kepentingan, terlibat atau dipengaruhi oleh suatu kegiatan atau program pembangunan. Salah satu stakeholder dalam perencanaan pembangnunan adalah masyarakat atau warga. Masyarakat atau warga dituntut untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Selanjutnya Sumarto (2004) menjelaskan bahwa tanpa partisipasi warga akan ditemui hal-hal sebagai berikut:

(28)

12

2. Investasi yang ditanamkan di daerah tidak mengungkapkan prioritas kebutuhan warga;

3. Sumber-sumber daya publik yang langka tidak digunakan secara optimal; 4. Sumber-sumber daya masyarakat yang potensial untuk memperbaiki

kualitas hidup masyarakat daerah tidak tertangkap;

5. Standar-standar dalam merancang pelayanan dan prasarana yang tidak tepat; dan

6. Fasilitas-fasilitas yang ada digunakan di bawah kemampuan dan ditempatkan pada tempat-tempat yang salah.

Pada umumnya kelemahan perencanaan pembangunan di Indonesia adalah kurangnya koordinasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaannya, kurangnya sarana dan prasarana komunikasi, yang berakibat pada minimnya arus informasi dan menghambat pelaksanaan pembangunan yang telah dirancang semula (Kunarjo 2002). Selanjutnya dijelaskan Kunarjo (2002) bahwa koordinasi dan sinkronisasi sangat diperlukan untuk mengurangi inkonsistensi dalam pelaksanaan pembangunan. Untuk menanggulangi masalah ini tidak ada pilihan lain kecuali harus melaksanakan desentralisasi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

Bila suatu perencanaan lokal dibuat oleh wakil-wakil badan perencanaan tersebut akan diintegrasikan ke dalam proses perencanaan lokal, nampaknya akan lebih relevan terhadap kebutuhan setempat serta bisa terimplementasikan dengan sumber-sumber daya dan dana yang ada di daerah. Perencanaan tingkat lokal akan menjadi lebih efektif bila ada proses desentralisasi implementasi rencana tersebut. Pelibatan masyarakat setempat secara benar-benar dalam implementasi perencanaan, khususnya jika memiliki semacam kontrol langsung terhadap alokasi keuangan dan sumber daya lainnya yang ada. Kemungkinan besar masyarakat akan lebih merasa memiliki dan mempunyai relevansi yang kuat serta merasa terpakai.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan juga dapat memperkuat proses demokrasi, karena dengan partisipasi masyarakat berarti:

1. Memberi kesempatan yang nyata kepada mereka untuk mempengaruhi pembuatan keputusan tentang masalah kehidupan yang mereka hadapi sehari-hari dan mempersempit jurang pemisah antara pemerintah dan rakyat;

2. Memperluas peluang pendidikan politik bagi masyarakat sebagai landasan bagi pendidikan demokrasi, sehingga rakyat menjadi terlatih dalam menyusun prioritas-prioritas kebutuhan dan kepentingan yang berbeda; dan

3. Dengan adanya partisipasi masyarakat lokal dalam menangani urusan-urusan publik akan memperkuat solidaritas komunitas masyarakat lokal (Islamy 2004).

Untuk itu setiap penggerak pembangunan perlu memahami dengan baik faktor karakteristik masyarakat, potensinya, lingkungan sekitarnya kepentingan dan kebutuhannya agar penumbuhan partisipasi tidak salah arah dan ditolak oleh masyarakat. Pendekatan persuasif, pemberdayaan, keswadayaan dan kemandirian perlu dikaji dan dipilih untuk meningkatkan keberhasilan pembangunan masyarakat partisipatif.

(29)

13 partisipasi antara sesama warga atau anggota suatu perkumpulan yang dinamakan partisipasi horisontal, dan partisipasi yang dilakukan oleh bawahan dengan atasan, atau antara masyarakat dengan pemerintah yang diberi nama partisipasi vertikal. Bryant dan White (1982) dalam Ndraha (1990) membagi partisipasi menurut prosesnya ke dalam dua jenis; 1) partisipasi dalam proses politik yaitu keterlibatan dalam berbagai kegiatan politik seperti pemberian suara dalam pemilihan, kampanye dan sebagainya. 2) partisipasi dalam proses administratif yaitu keterlibatan dalam kegiatan seperti perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Menurut Yasa (2008) yang dikutip oleh Tety (2008) mengatakan bahwa pembangunan partisipatif dapat dipenuhi dengan adanya visi, misi, strategi dan aksi pembangunan untuk rakyat, sasaran pembangunan sesuai kebutuhan dan potensi masyarakat, mekanisme perencanaan yang sesuai.

Partisipasi masyarakat yang dimaksud dalam tulisan ini adalah partisipasi vertikal dan partisipasi horisontal. Disebut partisipasi vertikal karena masyarakat terlibat atau mengambil bagian suatu program dalam hubungan masyarakat berada pada posisi sebagai bawahan. Disebut partisipasi horisontal karena pada suatu saat masyarakat mempunyai kemampuan untuk berprakarsa dimana setiap anggota masyarakat berpartisipasi satu dengan yang lain dalam melakukan kegiatan. Partisipasi tersebut merupakan tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.

Menurut Sopanah dan Mardiasmo (2003) yang dikutip oleh Liza (2010) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat merupakan kunci sukses pelaksanaan otonomi daerah, terutama menyangkut aspek pengawasan dan aspirasi kepada pihak eksekutif. Partisipasi masyarakat dapat lebih ditingkatkan apabila rencana pembangunan itu sendiri berorientasi kepada kepentingan masyarakat terutama perhatian terhadap aspek keadilan dan pemerataan pembangunan.

Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat menurut Forum Inovasi (2002) dapat berupa: 1) mendiskusikan program atau rancangan kebijakan antara mpemerintah dan masyarakat melalui public hearing, dialog interaktif; 2) menyampaikan usulan/keluhan dalam berbagai kegiatan; 3) menolak kebijakan dengan mendatangi kantor DPRD dan Pemerintah Daerah secara bersama-sama; 4) merencanakan dan melaksanakan proyek pembangunan oleh masyarakat. Bentuk inovasi pelembagaan partisipasi warga adalah Dewan Pembangunan Daerah bisa dalam berbagai bentuk seperti lembaga swadaya masyarakat atau dalam bentuk lainnya. Lembaga-lembaga tersebut dapat menjadi wahana dalam penyampaian usulan atau pendapat-pendapat sesuai dengan bidangnya. Dalam perencanaan pembangunan lembaga-lembaga inilah yang wajib diikutsertakan dalam menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Ada empat macam kegiatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sebagaimana yang dikemukakan oleh Yadav (1980) yang dikutip oleh Totok dan Poerwoko (2012) yaitu:

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang program-program pembangunan di wilayah setempat atau di tingkat lokal.

(30)

14

sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang-tunai, dan atau beragam bentuk korban lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima.

3. Partisipsi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan, kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembangunan sangat diperlukan. Kegiatan ini dilakukan untuk bisa memperoleh umpan balik tentang masalah-masalah dan kendala yang dihadapi dan bukan hanya untuk mencapai tujuan seperti yang diharapkan.

4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Di samping itu, pemanfaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang.

Keempat macam kegiatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang dikemukakan Yadav (1980) tersebut di atas, partisipasi masyarakat dalam perencanaan atau pengambilan keputusan pembangunan (termasuk penetapan rencana) adalah merupakan salah satu lingkup atau tahapan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Jelaslah bahwa partisipasi masyarakat dalam era desentralisasi ini menjadi salah satu keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah.

Tahapan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sebagai berikut: 1. Tahap partisipasi dalam perencanaan kegiatan. Slamet (1993)

membedakan ada tingkatan partisipasi yaitu: partisipasi dalam tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap pelaksanaan, partisipasi dalam tahap pemanfaatan. Partisipasi dalam tahap perencanaan merupakan tahapan yang paling tinggi tingkatannya diukur dari derajat keterlibatannya. Dalam tahap perencanaan, orang sekaligus diajak turut membuat keputusan yang mencakup merumusan tujuan, maksud dan target. Pengetahuan para perencana teknis yang berasal dari atas umumnya amat mendalam. Oleh karena keadaan ini, peranan masyarakat sendirilah akhirnya yang mau membuat pilihan akhir sebab mereka yang akan menanggung kehidupan mereka. Oleh sebab itu, sistem perencanaan harus didesain sesuai dengan respon masyarakat, bukan hanya karena keterlibatan mereka yang begitu esensial dalam meraih komitmen, tetapi karena masyarakatlah yang mempunyai informasi yang relevan yang tidak dapat dijangkau perencanaan teknis atasan.

(31)

15 (Mardikanto, 2001).

3. Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan. Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembangunan sangat diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapat dicapai seperti yang diharapkan, tetapi juga diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang masalah-masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan sangat diperlukan (Mardikanto, 2001). 4. Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan. Partisipasi dalam

[image:31.595.100.518.240.812.2]

pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama (Mardikanto, 2001).

Tabel 2. Kosep partisipasi masyarakat

No Referensi Konsep partisipasi

1 Paul (1978) participation refers to an active process where by beneficiaries influence the direction and execution of development projects rather than merely receive a shere of project benefits.

2 Soetrisno (1995) - Kemuan masyarakat untuk mendukung program pemerintah secara mutlak

- Kerjasama antar masyarakat dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan.

3 Islami (2004) - Memberi kesempatan yang nyata kepada masyarakat - Memperluas peluang pendidikan politik masyarakat - Memperkuat solidaritas masyarakat

4 Nelson - Partisipasi antar warga (horizontal)

- Partisipasi masyarakat dengan pemerintah (vertikal) 5 Bryant dan White

(1982) -- Partisipasi dalam proses politik Partisipasi dalam proses administrative 6 Sopanah dan

Mardiamo (2003) Partisipasi merupakan Kunci sukses pelaksanaan otonomi daerah 7 Forum Inovasi

(2002) - Mendiskusikan program atau rancangan kebijakan antara mpemerintah dan masyarakat melalui public hearing, dialog interaktif;

- Menyampaikan usulan/keluhan dalam berbagai kegiatan; - Menolak kebijakan dengan mendatangi kantor DPRD dan

Pemerintah Daerah secara bersama-sama; dan

- Merencanakan dan melaksanakan proyek pembangunan oleh masyarakat

8 Yadav (1980) - Partisipasi dalam pengambilan keputusan; - Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan;

- Partisipsi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan - Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan 9 Slamet (1993) dan

Mardikanto (2001)

(32)

16

Dari berbagai konsep partisipasi masyarakat yang telah dipaparkan, maka menurut penulis partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan seperti hadir dalam perencanaan kebijakan bersama dengan pemerintah, memberikan masukan dalam berbagai kegiatan, menetapkan rencana dan memiliki kekuasaan untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi rencana serta memberikan persetujuan terhadap rencana pembangunan sehingga bisa memperkuat solidaritas dan memperbaiki mutu hidup masyarakat. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Patisipasi Masyarakat

Menurut Slamet (1985) sebagaimana yang dikutip oleh Totok dan Poerwoko (2012) menyatakan bahwa tumbuh kembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, ditentukan oleh tiga unsur pokok, yaitu: 1) adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat, 2) adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi, 3) adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Di samping itu, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai berikut: 1) kebutuhan/kepentingan, 2) sikap, dan 3) manfaat atau reward (Totok dan Poerwoko (2012).

Partisipasi masyarakat dapat meningkat atau dapat digerakkan apabila kondisi hidup masyarakat mengalami perbaikan. Ndraha (1990) menjelaskan untuk dapat menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangungan diperlukan usaha-usaha:

1. Perbaikan kondisi hidup masyarakat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata;

2. Perbaikan kondisi hidup masyarakat dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban (response) yang dikehendaki;

3. Perbaikan kondisi hidup masyarakat dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah laku yang dikehendaki secara berlanjut;

4. Proyek pembangunan desa yang dirancang secara sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat;

5. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan

6. Peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan.

Ife (1995) yang dikutip oleh Zulkarnaen (2009) menerangkan bahwa faktor pendorong partisipasi masyarakat meliputi: 1) apabila kegiatan dianggap penting, 2) kegiatan tersebut membuat mereka menjadi lebih baik, 3) kegiatan itu mempunyai nilai dan ada penghargaan bagi mereka, 4) dapat dilakukan dan termotivasi untuk melakukan kegiatan tersebut, dan 5) struktur dan proses kegiatan tidak membuat mereka tereliminasi.

(33)

17 masyarakat tersebut, yaitu kesempatan, dan manfaat/reward.

Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembangnya partisipasi masyarakat dalam program lebih jelas yaitu:

1. Faktor sikap

Keterlibatan masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan bukan timbul begitu saja akan tetapi karena ada yang mendorongnya untuk berpartisipasi. Salah satu di antaranya adalah faktor sikap masyarakat itu sendiri.

Faktor sikap menurut Edward (1991) yang dikutip Achmadi (2011) merupakan faktor penting untuk suksesnya implementasi suatu kebijakan atau program. Jika pelaksanaan berpandangan positif terhadap suatau kebijakan, maka kemungkinan mereka akan melaksanakan apa yang dikehendaki oleh pembuat kenijakan. Tetapi bila sikap atau perspektifnya berbeda maka proses impelementasi menjadi terancam kesuksesannya. Alport (1999) yang dikutip Achmadi (2011) berpendapat bahwa terdapat tiga komponen dalam sikap yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif atau kecenderungan berperilaku. Komponen kognitif berkaitan dengan kepercayaan tentang suatu obyek, komponen afektif berhubungan dengan perasaan emosional, dan komponen konatif atau kecenderungan bertingkah laku mengacu pada kesiapan untuk bertindak. Penjelasan lebih lanjut tentang komponen kognitif, afektif dan kecenderungan tingkah laku (komponen konatif) dijelaskans ebagai berikut: a) Komponen kognitif adalah komponen yang terdiri dari persepsi, kepercayaan dan stereotif yang dimiliki individu tentang sesuatu. b) Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap obyek sikap dan perasaan yang menyangkut masalah emosional seseorang terhadap suatu obyek. c) Komponen konatif meliputi bentuk prilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung, tetapi juga meliputi bentuk-bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang. Selain faktor diatas, terdapat juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi pembentukan sikap, di antaranya adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang berpengaruh, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu.

2. Faktor kemauan

Faktor kemauan merupakan kemauan masyarakat untuk ikut dalam kegiatan-kegaitan yang dilaksanakan. Faktor ini sangat berpengaruh bagi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi serta untuk memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk partisipasi yang ada.

Secara psikologis kemauan berpartisipasi muncul oleh adanya motif intrinsik (dari dalam sendiri) maupun ekstrinsik (karena rangsangan, dorongan atau tekanan dari pihak luar). Kemauan berpartisipasi dipengaruhi oleh kejelasan manfaat pembangunan serta kondisi setempat yang mendorong atau menghambat masyarakat untuk berpartisipasi

3. Faktor Kemampuan

(34)

18

partisipasi masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki kemauan untuk membangun. secara sukarela, terpaksa, ataukah karena kebiasaan.

4. Faktor kebutuhan

Faktor kebutuhan merupakan kebutuhan atau harapan masyarakat terhadap program. Program yang bisa memberikan hasil yang lebih baik, muncul dari kebutuhan masyarakat terhadap program tersebut. Jika program tersebut merupakan program yang dibutuhkan oleh masyarakat maka tingkat partisipasi masyarakat akan lebih baik atau lebih tinggi dan tanggungjawab masyarakat terhadap keberhasilan programpun sangat tinggi. Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam suatu program bisa disebabkan oleh kurang pentingnya program bagi diri masyarakat dan program bukan merupakan solusi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

5. Faktor peluang atau kesempatan

Faktor peluang merupakan peluang masyarakat untuk ikut dalam kegiatan-kegiatan pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat sering tidak nampak karena mereka merasa tidak diberi peluang atau kesempatan untuk berpartisipasi atau tidak dibenarkan berpartisipasi, khususnya yang menyangkut: pengambilan keputusan dalam perencanaan pembangunan, pemantauan dan evaluasi serta pemanfaatan hasil pembangunan yang akan dicapai. Serta, sering juga dirasakan kurangnya informasi yang disampaikan kepada msayarakat mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat atau dituntut berpartisipasi.

Adanya peluang atau kesempatan yang disediakan atau ditumbuhkan untuk menggerakkan masyarakat akan tidak banyak berarti, jika masyarakatnya tidak memiliki kemampuan untuk berpartisipasi. Kemampuan di sini mencakup: kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan untuk membangun, kemampuan melaksanakan pembangunan, serta kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumberdaya dan peluang atau kesempatan secara optimal.

6. Faktor Manfaat

(35)

19 Program Stimulus Ekonomi untuk Koperasi Berbasis Rukun Tetangga (PSE-KBRT)

Program Stimulus Ekonomi (PSE) adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan Pemda KSB dalam bentuk pemberian pinjaman modal kerja dan investasi kepada koperasi yang sumber dananya berasal dari APBD KSB (Bapeda KSB 2011).

Dasar hukum dan kebijakan program stimulus ekonomi untuk KBRT adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian;

2. Peratuan pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan simpan pinjam oleh koperasi;

3. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang pedoman pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi;

4. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 9 Tahun 2009 tentang anggaran dan pendapatan dan belanja daerah tahun anggaran 2010; 5. Peraturan Bupati Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Program Stimulus Ekonomi untuk Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah; dan

6. Perjanjian Kerjasama Kemitraan Pola Syariah Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dengan PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk Cabang Mataram Kantor Unit Pelayanan Syariah Taliwang Nomor: 180/066/MoU/IV/2010; Nomor: 054/BMI/C-MTR/IV/2010 tentang pengelolaan dana program stimulus ekonomi Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat.

[image:35.595.96.515.74.805.2]

Tujuan dan Sasaran Program Stimulus Ekonomi Untuk Koperasi. Berdasarkan standar operasional dan prosedur PSE-KBRT memiliki tujuan dan sasaran seperti yang tertera pada tabel 3.

Tabel 3. Tujuan dan sasaran PSE-KBRT

No. Tujuan No. Sasaran

1 Memperluas kesempatan kerja dan/atau peluang berusaha serta mengatasi pengangguran bagi masyarakat KSB;

1 Tersalurnya dana stimulus kepada koperasi yang memenuhi persyaratan; dan

2 Merangsang tumbuh dan

berkembangnya koperasi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat;

2 Tersalurnya dana stimulus kepada anggota koperasi atau kelompok yang mempunyai usaha pruduktif.

3 Meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas pengelolaan koperasi agar memberikan manfaat dan/atau keuntungan yang optimal; dan

(36)

20 Koperasi

Hendar dan Kusnadi (2009) menyatakan bahwa koperasi adalah organisasi yang otonom yang berada di dalam lingkungan sosial ekonomi dan sistem ekonomi yang memungkinkan setiap individu dan setiap kelompok arang merumuskan tujuan-tujuannya secara otonomi dan mewujudkan tujuan-tujuan itu melalui aktivitas-aktivitas ekonomi yang dilaksanakan secara bersama.

Pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, dimana koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Menurut Calvert (1959) yang dikutip oleh Hendar dan Kusnadi (2009), koperasi didefinisikan sebagai organisasi orang-orang yang hasratnya dilakukan secara sukarela sebagai manusia atas dasar kemampuan untuk mencapai tujuan ekonomi masing-masing. Ideologi yang terkandung dalam definisi ini adalah: a) menolong diri sendiri atau swadaya, b) kerjasama orang-orang dalam anggota yang terhimpun dianggap sebagai manusia, bukan semata-mata sebagai pemegang saham, c) persamaan hak bagi anggota, d) perhimpunan atau perkumpulan sukarela, dan e) mengutamakan kepentingan anggota.

Landasan dan asas koperasi merupakan seperangkat nilai luhur yang terus melekat dalam perkembangan koperasi dan diperlukan sebagai tempat berpijak yang kuat dalam menopang pertumbuhannya. Landasan dan asas koperasi berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian pasal 2 yaitu koperasi berdasarkan pancasila dan Undang-Undang 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan.

Prisip koperasi telah tercantum dalam UU No. 25 Tahun 1992, prinsip koperasi dinyatakan sebagai berikut: a) keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela, b) pengelolaan dilakukan secara demokratis, c) pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, d) pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, e) kemandirian, f) pendidikan perkoperasian, g) kerjasama antar koperasi.

Tujuan koperasi adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Rukun Tetangga (RT)

Rukun tetangga merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang keberadaannya sudah lama dan memiliki kedekatan dengan warga, posisi RT sebagai pondasi sekaligus ujung tombak dalam proses pembangunan. Secara administratif RT merupakan pondasi bagi terbentuknya sebuah pemerintahan desa/kelurahan yang ada sekarang ini (Mustofa 2008). RT dibentuk atas dasar musyawarah dan kesepakatan warga bukan dari kehendak atau inisiatif dari atas atau pihak luar yang tidak berkepentingan langsung dengan warga tersebut. Untuk dapat membentuk RT sekurang-kurangnya ada 25 Kepala Keluarga (KK).

(37)

21 kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dilingkungan tersebut. Bukan dilandasi karena adanya kecemburuan sosial maupun yang lainnya. Kedudukan organisasi RT merupakan lembaga sosial kemasyarakatan yang bersifat otonom dan merupakan mitra pemerintah desa/kelurahan dalam pemberdayaan masyarakat. RT bukan merupakan perangkat desa/kelurahan atau bawahan pemerintah desa/kelurahan, melainkan mitra, karena hubungan RT dan pemerintah desa bersifat kemitraan, maka RT dan pemerintah desa/kelurah harus saling bekerjasama, khusunya dalam pemberdayaan bukan saling menjatuhkan atau saling menyalahkan. Kerjasama dalam membangun desa yang berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat dalam setiap proses pembangunan yang ada di desa sehingga masyarakat merasa memiliki tanggungjawab yang sama dengan pemerintah dalam menjada pembangunan tersebut.

Koperasi Berbasis Rukun Tetangga (KBRT)

KBRT merupakan koperasi yang berbadan hukum koperasi dan didirikan di tingkat RT dengan minimal keanggotaannya 20 orang serta pihak yang terlibat di dalamnnya adalah masyarakat RT. Pada dasarnya KBRT sama dengan koperasi lainnya yang merupakan suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang bekerja sama atas dasar sukarela untuk kesejahteraan anggota, hanya saja di sini yang menjadi anggota, pengurus dan pengawas koperasi adalah warga dari RT tersebut. Keberhasilan dan perkembangannya juga sama dengan koperasi pada umumnya yaitu tergantung pada partisipasi anggota baik berupa sumbang saran dalam pengambilan keputusan, maupun dalam bentuk lainnya seperti sumbangan materi serta yang tidak kalah pentingnnya adalah pemanfaatan jasa koperasi oleh anggota. Senada dengan yang disampaikan oleh Bupati KSB (Zulkifli Muhadli) bahwa dengan dibentuknya koperasi di masing-masing RT maka seluruh masyarakat di RT tersebut akan menjadi anggota koperasi, hidup dan matinya koperasi itu menjadi tanggungjawab masyarakat di setiap RT karena mereka sendiri yang menjadi pengurus.

KBRT pada prinsipnya sama dengan koperasi lainnya yaitu berlandaskan pada pancasila dan UUD 1945 yang dijalankan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dimana dalam pelaksanaannya terdapat perangkat koperasi yang terdiri dari:

1. Rapat anggota koperasi

Rapat anggota merupakan kolektibilitas suara anggota sebagai pemilik organisasi dan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi.

2. Pengurus koperasi

(38)

22

Selain itu pengurus juga memiliki wewenang yaitu mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan, memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai ketentuan dalam anggaran dasar, melakukan tindakan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggungjawabnya dan keputusan rapat anggota.

3. Pengawas koperasi

Pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota. Pengawas bertanggungjawab kepada rapat anggota. Adapun yang menjadi tugas dan tanggungjawa pengawas yaitu:

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi;

b. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan; c. Meneliti catatan yang ada pada koperasi; dan

d. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan dan pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.

Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan pembangunan daerah yang secara tepat, efektif, dan efisien dibutuhkan kredibilitas sumberdaya manusia masyarakat itu sendiri, dan kualitas aparatur pemerintahan. Selain itu dibutuhkan adanya kebijakan-kebijakan dari pemerintah daerah yang mampu merespon persoalan masyarakat setempat. Dalam pembangunan daerah, partisipasi masyarakat menjadi sangat penting, terutama partisipasi baik dalam pengertian kuantitas maupun kualitas. Partisipasi masyarakat merupakan kata kunci untuk menentukan keberhasilan pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan suatu pendekatan dalam penyelenggaraan proses dan keberhasilan dalam setiap aspek program pembangunan, serta bisa mendorong pemerintah baik di tingkat lokal maupun di tingkat nasional untuk bisa mengakui keberadaan masyarakat itu sendiri dan mendorong keterlibatannya dalam proses pembangunan. Partisipasi masyarakat merupakan suatu yang tidak terpisahkan dari pembangunan itu sendiri, sehingga seluruh lapisan masyarakat akan mendapatkan bagian yang adil dari manfaat pembanggunan (Zulkarnain, 2009).

Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) merupakan salah satu kabupaten yang ada di Nusa Tenggara Barat. Dibandingkan dengan kabupaten lain, KSB merupakan kabupaten yang telah mencoba menjalankan program pembangunannya berbasis masyarakat atau yang dikenal dengan Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT). Hal ini disebabkan pentingnya pembangunan yang lebih menyentuh masyarakat dan masalah-masalah pembangunan yang ada, masyarakat lebih mengetahui dan masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup baik untuk mengatasi masalah tersebut. Program-program pembangunan yang dilakukan oleh KSB tidak serta merta membuat masyarakat sejahtera, masih banyak masyarakat atau komunitas yang hidup dalam kemiskinan. Hal ini disebabkan karena tidak semua masyarakat bisa dan memiliki ruang berpartisipasi dengan baik.

(39)

23 Masyarakat lebih megetahui potensi apa yang mereka miliki untuk meningkatkan kesejahteraannya, namun perlu diberikan ruang partisipasi atau berkereasi dan berinovasi. Partisipasi masyarakat tidak boleh dibatasi hanya pada konteks fisik saja namun harus ada juga dalam bentuk non fisik misalnya sumbangsih pemikiran atau ide-ide yang sifatnya membangun. Di sisi lain, bukan berarti pemerintah melepaskan begitu saja meskipun masyarakat bisa melakukannya karena keberhasilan dari pembangunan itu sendiri menjadi tanggungjawab semua pihak.

[image:39.595.106.515.197.822.2]

Partisipasi masyarakat yang hanya berbentuk fisik dalam pembangunan akan memberikan dampak yang kurang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan daerah khusunya masyarakat itu sendiri. Masyarakat akan cenderung apatis dan kurang tanggungjawab terhadap keberhasilan dan keberlangsungan pembangunan atau keberhasilan program pembangunan. Krisis kepercayaan terhadap pemerintah akan mudah terjadi karena masyarakat tidak dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi program pembangunan atau karena pemerintah kurang transparansi dalam pembangunan. Program-program pembangunan cenderung tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat sehingga hasil yang diperoleh tidak tepat sasaran atau hanya dinikmati oleh pihak-pihak tertentu dan kesejahteraan masyarakatpun akan sulin diraih. Untuk itu perlu partisipasi masyarakat yang lebih baik lagi dalam menjalankan roda pembangunan, baik partisipasi dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk lainnya seperti partisipasi sumbangsih pemikiran atau ide-ide dalam perencanaan program pembangunan.

Gambar 2. Kerangka pemikiran kajian Keterangan:

: Mempengaruhi : Saling berhubungan

Tingkat partisipasi masyarakat dalam PSE-KBRT sangat ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut: faktor sikap, faktor kemauan, faktor kemampuan,

Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Sikap

Kemauan Kemampuan Kebutuhan Peluang Manfaat

Implementasi

PSE-KBRT

Strategi Peningkatan

Partisipasi Tingkat

(40)

24

faktor kebutuhan, faktor peluang, dan faktor manfaat. Selain itu tingkat partisipasi masyarakat juga bisa ditentukan oleh implementasi dari program tersebut. Menyusun strategi peningkatan partisipasi masyarakat sendiri yang paling penting untuk diketahui juga adalah tingkat partisipisi masyarakat, pada posisi apa jika menggunakan konsep tipologi Arstain yang dikenal dengan nama Delapan Tingkat Partisipasi Masyarakat maupun menggunakan konsep lainnya seperti menggunakan tabulasi silang. Tingkat partisipasi masyarakat dalam proram sangat berhubungan dengan implementasi dari program tersebt.

Partisipasi masyarakat bisa berbeda-beda, sehingga menyebabkan kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan yang ada di KSB. Sesuai dengan data sebelumnya bahwa tingkat kemiskinan yang ada di KSB masih sangat tinggi meskipun dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Kajian yang telah dilakukan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat KSB.

Sehubungan dengan hal itu, maka diperlukan strategi peningkatan partisipasi masyarakat sehingga lebih lanjut bisa meningkatkan pendapatan yang berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Mengikuti alur tersebut, maka kerangka pemikiran dari kajian peningkatan partisipasi mesyarakat dalam PSE-KBRT adalah seperti terlihat pada gambar 2.

Definisi Operasional

Merujuk pada kerangka pemikiran maka penulis mendefinisi secara operasional mulai dari

Gambar

Grafik laju perkembangan penduduk Desa Meraran dari Tahun 2008-2012
Tabel 1. Data perkembangan keberhasilan koperasi di Indonesia dari tahun 2010-
Gambar 1. Laju persentase penduduk miskin KSB 2009 – 2013
Tabel 2. Kosep partisipasi masyarakat
+7

Referensi

Dokumen terkait