• Tidak ada hasil yang ditemukan

PSE-KBRT merupakan suatu program yang digalakkan oleh Pemda KSB dalam bentuk memberikan pinjaman modal kepada koperasi yang sumber dananya berasal dari APBD. Program tersebut bisa memperluas lapangan kerja, menumbuhkan dan mengembangkan usaha ekonomi produktif yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat KSB. PSE-KBRT hanya diberikan kepada KBRT-KBRT yang memenuhi syarat yang suda ditentukan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Kasi Koperasi Disperindagkop dan UMKM bahwa:

“…masyarakat yang bisa menerima atau mendapatkan dana stimulus harus mendirikan KBRT dengan syarat pendirian sebagaimana koperasi pada umunya…”

Senada dengan yang disampaikan oleh kasi koperasi Disperindagkop dan UMKM, salah satu pengurus KBRT yang bernama AR mengatakan bahwa:

“…Untuk mendapatkan dana stimulus, koperasi harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-syarat yang wajib dipenuhi tersebut adalah koperasi harus berbadan hukum atau memiliki akta pendirian, mengajukan surat permohonan kepada Disperindagkop dan UMKM…”

Pada saat pendirian KBRT pemerintah desa memfasilitasi masyarakat desanya untuk melaporkan kepada dinas terkait, sehingga dinas tesebut memfasilitasi kepengurusan ijin serta akte pendirian KBRT dengan ketentuan dan syarat-syarat yang sudah ditentukan. Banyaknya masyarakat terlibat dalam keanggotaan koperasi serta banyaknya koperasi yang berhasil dibentuk merupakan syarat untuk bisa mendapatkan bantuan stimulus ekonomi. Dari 12 RT yang ada, koperasi yang terbentuk ada 9 koperasi. Di sisi lain masyarakat kurang terlibat mengembangkan usaha KBRT, kurang terlibat dalam kontroling dan evaluasi atau Rapat Anggota Tahunan (RAT) serta kurang terlibat dalam pelunasan pinjaman yang harus dikembalikan kepada pemerintah. Ini semua karena kurangnya pemahaman dan kesadaran diri masyarakat.

Masyarakat sebelumnya kurang begitu paham mengenai cara-cara berkoperasi, karena pembentukan KBRT ini sifanya yang dadakan, adanya arahan dari pemerintah untuk membentuk KBRT. Warga Desa Meraran sepakat di masing-masing RT untuk membentuk KBRT dengan tujuan utama untuk meningkatkan usaha dan produktivitas masyarakat khususnya masing-masing RT yang tentunya dengan bantuan dana stimulus dari Pemda KSB.

Dalam mengembangkan kelembagaan KBRT sebagai wadah untuk penyaluran stimulus ekonomi, masyarakat kurang adanya jalinan kerjasama antara KBRT tersebut, dan kerjasama dengan KBRT yang ada di desa lainnya. Stimulus ekonomi yang disalurkan oleh pemerintah melalui Bank Muamalat kas pembantu cabang Taliwang merupakan upaya untuk menjalin kerjasama dengan masyarakat

52

untuk membangun motivasi wirausaha dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat KSB. Stimulus ekonomi ini kurang mendapatkan respon yang baik dari masyarakat untuk dikembalikan ke Pemda terutama sekali oleh anggota KBRT. Stimulus ekonomi yang disalurkan secara merata ke semua anggota tanpak melihat manfaat yang lebih besar dalam mengembangkan usaha koperasi.

Setelah mengajukan surat permohonan kepada Disperindagkop dan UMKM maka permohonan tersebut akan dinilai kelayakannya oleh dinas terkait untuk bisa diberikan rekomendasi menerima dana stimulus. Jadi setiap koperasi harus menuggu hasil seleksi untuk bisa memperoleh dana stimulus. Adapun dana stimulus tersebut dicairkan oleh Bank Muamalat Taliwang sebagai bank pelaksana bagi yang bisa mendapatkannya. Pihak bank secara langsung mentransfer ke nomor rekening masing-masing KBRT yang bisa menerimanya.

Dana pinjaman yang diberikan rata-rata sebesar Rp 10 juta perkoperasi. Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak JU adalah:

“…KBRT yang ada di Desa Meraran masing-masing memperoleh dana pinjaman atau dana stimulus dari pemerintah sebesar Rp 10 juta, misalnya seperti kasus KBRT Karang Jontal, KBRT Batu Nuri dan yang lainnya sama-sama mendapatkan dana sebesar Rp 10 juta. Namun nilai sepuluh juta rupih tersebut masih sangat rendah nilainya bagi masyarakat dan dengan waktu pengembalian yang sangat cepat yaitu 6 samapi 8 bulan. Sehingga KBRT tidak bisa mengelolahnya secara baik, bahkan ada KBRT yang setelah menerima pinjaman langsung membagikannya ke masing-masing anggota secara merata…”

Pengembalian dana pinjaman yang harus dilakukan oleh KBRT hanya sebesar pokok pinjamannya saja dan tidak ada tambahan bunga atau bagi hasil yang harus ditanggung. Meskipun demikian, banyak KBRT yang mengembalikan dana pinjamannya tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan bahkan sampai saat ini masih ada KBRT yang belum/tidak bisa mengembalikan pinjaman yang diperolehnya sejak 3 atau 4 tahun yang lalu. Selain itu tidak jarang anggota KBRT beranggapan bahwa dana PSE-KBRT tersebut tidak harus dikembalikan dan merupakan pemberian secara cuma-cuma oleh Pemda KSB. Seperti yang diutarakan oleh salah satu ketua KBRT yang ada di Desa Meraran:

“…semua dana stimulus yang diterima oleh setiap KBRT harus dikembalikan sebesar dana yang diperoleh namun itu sulit untuk dilakukan mengingat banyak anggota KBRT yang dengan sengaja tidak mau mengembalikan dana pinjamannya tanpak alasan yang jelas…”

Pengembalian pinjaman yang tidak tepat waktu oleh KBRT juga disebabkan lemah dan kurangnya pengetahuan anggota maupun pengurus KBRT dalam mengelolah dana yang ada serta kurangnya pengalaman. Adapun pelatihan- pelatihan yang diadakan oleh dinas terkait untuk meningkatkan kemampuan pengurus KBRT tidak memberikan dampak yang bagitu baik. Begitu juga dengan pendampingan yang dilakukan oleh tenaga pendamping KBRT yang ditugaskan oleh Disperindagkop dan UMKM. MD menyampaikan bahwa:

53

“…Kelemahan pemahaman masyarakat tentang pengelolaan dana PSE- KBRT bisa dilihat dari tingkat pengembalian dana pinjaman. Tenaga pendamping yang ditugaskan untuk mendampingi KBRT dalam mengelola dana stimulus masih tidak begitu paham dengan apa yang seharus dia lakukan dan dia ketahui. Selama adanya PSE-KBRT Disperindagkop dan UMKM telah memberikan pelatihan kepada pengurus KBRT yang telah menerima pinjaman dana stimulus sebanyak dua sampai tiga kali, baik yang diadakan di KSB sendiri maupun di luar KSB. Pelatihan ini dilakukan secara bergiliran antara pengurus KBRT yang satu dengan KBRT yang lainnya…”

Dari apa yang disampaikan oleh MD cukup senada dengan apa yang disampaikan oleh AR bahwa:

“…Keberadaan tenaga pendamping yang memiliki pengetahuan yang baik tentang koperasi dan pengelolaannya sangat dibutuhkan oleh KBRT-KBRT yang ada dalam meningkatkan dan mengembangkan dirinya sehingga mampu menjadi lebih baik. Pada tahun pertama dan kedua, PSE-KBRT di Desa Meraran memiliki 3 tenaga pendamping dan mulai pada tahun ketiga tenaga pendamping berjumlah satu orang…”

Masyarakat Desa Meraran merupakan masyarakat yang sangat antusias dalam pelaksanaan PKBRT. Dari 12 RT yang ada di Desa Meraran ada sebanyak 9 KBRT yang terbentuk dan ada 3 RT yang tidak membentuk KBRT. Dari 9 KBRT yang terbentuk hanya ada 3 yang masih berjalan, itupun tidak terlihat dengan jelas perkembangannya apa lagi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Meraran. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh NJ salah seorang tokoh pemerintah Desa Meraran sebagai berikut:

“…Keberadaan PSE-KBRT belum bisa memberikan perubahan yang berarti bagi masyarakat Desa Meraran bahkan banyak KBRT yang telah terbentuk sudah tidak jelas kegiatan yang dilakukan…”

Dari 9 KBRT yang terbentuk ada 4 KBRT yang mendapatkan dana stimulus namun dari semua dana yang terealisasi tersebut hanya ada 2 KBRT yang sudah melakukan pelunasan dana stimulus. Singkatnya waktu pengembalian sangat memberatkan masyarakat yakni 8 bulan bahkan ada sampai 6 bulan dan karena mengikuti tahun anggaran pemerintah daerah.

Berbagai kendala yang dihadapi dalam implementasi PSE-KBRT di Desa Meraran. Berbagai kendala dalam program tersebut adalah sebagai berikut:

1. Partisipasi masyarakat dalam tahapan PSE-KBRT

Partisipasi masyarakat dalam PKBRT adalah pada tahap awal yakni sosialisasi program tingkat kehadiran masyarakat dalam proses sosialisasi di tingkat desa sangat tinggi. Sosialisasi pembentukan KBRT sebagai salah satu wadah untuk bisa mendapatkan stimulus ekonomi di masing-masing RT. Di tingkat desa proses sosialisasi pembentukan KBRT dengan mengundang BPD, kepala dusun, ketua RT/RW dan tokoh pemuda ataupun tokoh masyarakat lainnya.

54

Di masing-masing RT merencanakan pembentunkan KBRT dan ini terlihat dengan adanya sembilan KBRT yang terbantuk. Dalam pendirian KBRT ini masyarakat harus memenuhi syarat-syarat sesuai dengan syarat pendirian koperasi pada umumnya dan dalam hal ini pemerintah desa memfasilitasi masyarakat desanya untuk melaporkan kepada dinas terkait sehingga dinas tesebut memfasilitasi kepengurusan ijin serta akta pendirian KBRT dengan ketentuan dan syarat-syarat yang sudah ditentukan. Banyaknya masyarakat yang terlibat dalam keanggotaan koperasi serta banyaknya koperasi yang berhasil dibentuk merupakan syarat untuk bisa mendapatkan bantuan stimulus ekonomi. Dari 12 RT yang ada, koperasi yang terbentuk ada 9 koperasi. Di sisi lain masyarakat kurang terlibat mengembangkan usaha KBRT, kurang terlibat dalam kontroling dan evaluasi atau RAT serta kurang terlibat dalam pelunasan pinjaman yang harus dikembalikan kepada Pemda. Ini semua karena kurangnya pemahaman dan kesadaran diri masyarakat.

Masyarakat sebelumnya kurang begitu paham mengenai cara-cara berkoperasi, karena pembentukan KBRT ini sifanya yang dadakan, adanya arahan dari pemerintah untuk membentuk KBRT. Warga Desa Meraran sepakat di masing-masing RT untuk membentuk KBRT dengan tujuan utama untuk meningkatkan usaha dan produktivitas masyarakat khususnya masing-masing RT yang tentunya dengan bantuan dana stimulus dari Pemda KSB.

Proses pengembangan kelembagaan KBRT sebagai wadah untuk penyaluran stimulus ekonomi, masyarakat kurang adanya jalinan kerjasama antara KBRT tersebut, dan kerjasama dengan KBRT yang ada di desa lainnya. Stimulus ekonomi yang disalurkan oleh pemerintah melalui Bank Muamalat kas pembantu cabang Taliwang merupakan upaya untuk menjalin kerjasama dengan masyarakat untuk membangun motivasi wirausaha dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat KSB. Stimulus ekonomi ini kurang mendapatkan respon yang baik dari masyarakat untuk dikembalikan ke Pemda terutama sekali oleh anggota KBRT. Stimulus ekonomi yang disalurkan secara merata ke semua anggota tanpak melihat manfaat yang lebih besar dalam mengembangkan usaha koperasi.

2. Bentuk partisipasi masyarakat

Bukti partisipasi seseorang terhadap suatu organisasi harus juga ditunjukkan dengan dukungan mereka dengan cara memberikan kontribusinya terhadap kemajuan dan tercapainya tujuan kelompok atau organisasi. Bentuk kontribusi ini dapat berupa pikiran berupa ide-ide, inisiatif maupun saran-saran, tenaga, harta (uang) serta materi dalam bentuk lainnya.

PSE-KBRT merupakan suatu hal yang baru bagi masyarakat khususnya masyarakat Desa Meraran, artinya masyarakat tidak memiliki pengetahuan yang luas tentang bagaimana mengelolah dana untuk KBRT tersebut. Dukungan yang sangat diharapkan di sini adalah ada dua hal yaitu dukungan yang bersifat materi dan yang bersifat non materi. Dukungan yang bersifat materi adalah bagaimana supaya pemerintah tetap memberikan dana stimulus kepada KBRT, khusunya bagi KBRT yang sudah melunasi peminjaman pertama tanpak harus melihat KBRT yang belum lunas tanpa melihat dan menyimpulkan bahwa adanya kegagalan pelunasan pinjaman dari KBRT yang sudah mendapatkan dana stimulus. Masalah kegagalan pengembalian pinjaman tersebut tergantung pada masing-masing KBRT dan hasil analisa dari pemberi bantuan serta bukan hanya sekedar

55 memberikan bantuan tanpa melihat karakter, kapasitas dan lainnya yang berhubungan dengan syarat mengajukan pinjaman.

Dukungan yang tidak kalah pentingnya adalah soft skill/penguatan kapasitas bagi masyarakat dalam mengelolah dan mengurus sebuah koperasi agar bisa berkembang. Keberlanjutan pengembangan kapasitas tentang KBRT sangat penting bagi masyarakat agar lebih paham dan mampu untuk berinovasi. Begitu juga pendampingan-pendampingan yang harus lebih intens dalam mendampingi pengelolaan dana stimulus ekonomi untuk KBRT yang ada karena selama ini proses pendampingan masih dirasakan sangat kurang.

Pada PSE-KBRT beberapa bentuk partisipasi yang dirasakan gagal dilakukan oleh masyarakat dalam mencapai tujuan dan pengembangan KBRT adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga masyarakat dalam mencapai tujuan PSE-KBRT misalnya dalam memberikan ide dalam rapat anggota paling tidak dalam rapat anggota tahunan (RAT)

b. Partisipasi berupa dana yang kurang dari masyarakat untuk menambah dan mendukung aset dari koperasi, anggota masing-masing KBRT hanya mengeluarkan iuran pokok pada saat pembentukan KBRT dan iuran wajib bulanan yang tidak begitu besar.

c. Kurangnya partisipasi dalam membangun jaringan, pengurus maupun anggota koperasi tidak memiliki jaringan kerjasama antar koperasi yang ada di desa tersebut maupun kerjasama dengan KBRT di desa lainnya. d. Kurangnya inovasi dalam mengembangkan produk koperasi, produk

KBRT yang ditawarkan atau dipasarkan hanya terbatas pada simpan pinjam anggota dan tidak ada bentuk lainnya.

e. Kurangnya partisipasi terhadap barang yang menjadi pendukung administrasi, banyak KBRT yang tidak memiliki papan nama dan semua KBRT yang ada di Desa Meraran belum memiliki bangunan yang permanen dan milik sendiri.

3. Tanggungjawab masyarakat

Masyarakat kurang bertanggungjawab terhadap pengembangan dan keberhasilan dari stimulus ekonomi untuk koperasi yakni bisa terlihat dari rendahnya pengembalian pinjaman dana stimulus ekonomi ke pemerintah. Tidak adanya laporan pertanggungjawaban koperasi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. Dengan adanya partisipasi ini, orang-orang yang terlibat di dalamnya akan memiliki tanggungjawab terhadap keberhasilan suatu program atau dengan kata lain akan timbul rasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap keberhasilan program tersebut seperti: a) kurangnya sense of belonging terhadap keputusan yang telah mereka terima; b) kurangnya sense of participation; dan c) kurang memiliki rasa ikut bertanggungjawab (sense of accountability) atas keberhasilan pelaksanaan program tersebut.

Pada PSE-KBRT, pemerintah daerah KSB telah mendapatkan respon yang baik dari masyarakat namun dalam pengelolaannya masyarakat tidak mampu mengelolanya dengan baik karena keterbatasan SDM yang dimiliki. Masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa dana stimulus tersebut diberikan secara percuma-cuma dan tidak dikembalikan, sehingga banyak masyarakat yang tidak mengembalikan pinjaman bahkan dibeberapa KBRT tidak mendapatkan pinjaman

56

karena kegagalan pengembalian pinjaman oleh KBRT yang sudah lebih dahulu mendapatkan pinjaman.

Kurangnya partisipasi masyarakat dalam implementasi PSE-KBRT ini sangat dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan dan pemehaman masyarakat tentang koperasi. Selain itu kurangnya kesadaran dari masyarakat itu sendiri dalam mengembangkan koperasinya. Pendampingan yang kurang intensif dari pemerintah khususnya melalui dinas terkait mengakibatkan rendahnya partisipasi masyarakat, dan penyaluran dana PSE-KBRT yang tidak adil dan menimbulkan kecemburuan sosial masyarakat.

Suatu program harus memiliki acuan baku yang menjadi dasar untuk bisa maju dan berhasil. Hal serupa sudah ada pada PSE-KBRT. Adanya standar tersebut harus bisa memicu dan mempermudah dalam proses menjalankan program tersebut. Begitu juga halnya dengan keberhasilan PSE-KBRT sangat tergantung dari sejauh mana standar tersebut bisa diterapkan, apalagi dengan pemehaman masyarakat tentang PSE-KBRT sangat kurang bahkan tidak ada. Syarat-syarat untuk mendapatkan dana PSE-KBRT

Pada tahapan awal ketika masyarakat ingin mendapatkann dana PSE-KBRT maka masyarakat harus mendirikan KBRT. Pendirian KBRT ini sebagimana data yang didapatkan bahwa syarat mendirikan KBRT sama halnya dengan mendirikan koperasi pada umumnya artinya harus ada profil KBRT-nya. Pada kasus KBRT, tidak ada satupun KBRT yang memiliki profil. Selanjutnya KBRT tesebut telah berjalan sekurang-kurangnya 3 bulan, KBRT yang mendapatkan dana stumulus tidak ada yang memberikan laporan perjalanannya selama tiga bulan artinya bahwa apa yang sudah ditentukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan dana tersebut tidak terlaksana tetapi bisa mendapat dana pinjaman.

Mengajukan surat permohonan dana stimulus ke dinas terkait dengan melampirkan akte pendirian, susunan pengurus, buku bukti simpanan pokok anggota, dan KTP anggota. Akan tetapi dalam implementasinya KBRT yang mendapatkan dana stimulus, dalam pengajuannya permohonan dana stimulus tidak memiliki akta pendirian, namun akte tersebut dibuat oleh Disperidagkop dan UMKM. Ada kasus yang tidak kala menariknya adalah semua KBRT yang telah diberikan dana stimulus tidak memiliki Aturan Dasar Rumah Tangga (ADRT) dan Aturan Dasar Anggaran Rumah Tangga (ADART). Padahal ADRT dan ADART tersebut sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan KBRT karena memuat aturan main bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya serta menjadi pedoman untuk bisa mencapai tujuan yang diharapkan.

Seleksi dan penetapan KBRT penerima stimulus

Penentuan dan penetapan KBRT penerima stimulus dilakukan oleh tim khusus Disperindagkop dan UMKM. Pada tahapan ini koperasi hanya menyerahkan beberapa syarat yaitu surat permohonan dana, daftar pengurus, buku bukti simpanan pokok, dan KTP anggota. Bagi KBRT yang sudah ditetapkan untuk bisa mendapatkan stimulus maka akan dibuat rekomendasi kepada bank pelaksana pencairan (Bank Muamalat cp. Taliwang). Tahapan penetapan penerima stimulus ini tidak ada proses peninjauan atau studi lapangan yang dilakukan. Studi lapangan ini penting dilakukan untuk bisa melihat lebih jelas dan menjadi pembanding dokumen yang sudah diajukan oleh KBRT.

57 Besar pinjaman

Pinjaman dana stimulus yang diberikan tidak semua KBRT mendapatkannya sekalipun telah mengajukan surat permohonan dan dengan persyaratan yang sama dengan KBRT yang mendapatkannya. Ini artinya bahwa tidak semua KBRT memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh atau mendapatkan pinjaman stimulus dari Pemda. Besarnya pinjaman yang diberikan kepada KBRT adalah sebesar Rp 10 juta. Selain dana Rp 10 juta tersebut ada juga KBRT yang mendapatkan dana pada tahapan ke dua sebesar Rp 20 juta.

Pada kasus dana tahap kedua ini banyak juga KBRT yang sudah mendapatkan stimulus tahap pertama serta melunasinya dan telah mengajukan permohonan lagi untuk bisa mendapatkan stimulus tahap kedua akan tetapi hanya janji yang bisa diberikan oleh Pemda yang sampai saat ini masyarakat masih menunggu realisasinya. Janji pencairan untuk tahap kedu yang tidak kunjung direlisasikan membuat KBRT mengalami kesulitan untuk bisa bertahan dan berkembang. Pemberian janji yang tidak pasti seperti ini tidak seharunya dilakukan apalagi oleh pemerintah baik disebabkan oleh masih banyaknya pinjaman KBRT yang belum melinasi pinjamannya maupun karena sebab lainnya. Tata cara dan Persyaratan pencairan

Pencairan dana stimulus untuk KBRT dilakukan oleh pemerintah (Disperindagkop dan UMKM) melalui bank pelaksana (BMI taliwang). BMI Taliwang akan mencairkan sejumlah dana stimulus untuk KBRT jika ada rekomendasi dari pihak pemerintah dan tanpak ada persyaratan lainnya. Selain itu yang bisa pencairan hanya bisa dilakukan kepada ketua dan bendahara KBRT. Hal ini sesuai dengan standar yang ada dan lebih aman dalam proses pencairan penyaluran dana.

Jangka waktu pinjaman

Waktu yang diberikan untuk mengelolah dana stimulus yang sudah diberikan sangat singkat dan perlu penambahan waktu. Penambahan wakti ini dilakukan karena rata-rata masyarakat anggota KBRT yang melakukan peminjaman dana masih lemah dalam pengelolaan dana serta adanya kesulitan bagi pengurus KBRT untuk mengumpulkan kembali dana yang telah dipinjamkan.

Kecepatan dalam pemberian pinjaman atau pencairan sangat menentukan panjangnya waktu pengembalian pinjaman. Jikan pencairannya dilakukan dibulan ke empat maka waktu pinjaman bisa delapan bulan akan tetapi jikan waaktu pencairannya bulan ke lima maka waktu pengembaliannya akan berkurang. Jangka waktu seperti ini membuat masyarakat kesulitan dalam pengembaliannya serta bisa menambah pinjaman dari tempat lain untuk menutupi pelunasan dana stimulus.

Tata cara pengembalian pinjaman (dana stimulus)

Dana stimulus yang telah diperoleh oleh KBRT dapat dikembalikan secara tunai dan secara cicilan tergantung dari masing-masing KBRT. Hal tersebut sangat baik untuk masyarakat atau anggota KBRT karena tidak mengharuskan masyarakat mengembalikannya secara tunai saja. Pengembalian pinjaman hanya dilakukan sebesar nominal pokok pinjaman tanpak adanya tanggungan lain yang harus dilakukan oleh KBRT dan ini sangat meringankan KBRT serta sangat baik

58

bagi masyarakat apalagi masyarakat yang kurang mampu. Tata cara pengembalian pinjaman kepada pemerintah dilakukan secara langsung oleh pihak KBRT kepada bank pelaksana tanpak ada kekahawatiran dari KBRT jika dana yang telah dikembalikan tidak sampai pada tujuan.

Tenaga pendamping

Setiap desa memiliki tenaga pendamping baik KBRT.pada awal pelaksanaan program, tenaga pendamping KBRT disetiap desa bisa dua atau tiga orang. Namun di tahun ketiga ada perubahan jumlah tenaga pendamping KBRT setiap desa menjadi satu orang. Berdasarkan apa yang dirasakan oleh KBRT bahwa satu tenaga pendamping untuk satu desa itu tidak bisa mengakomodir kebutuhan KBRT yang ada baik dalam hal konsultasi, pengarahan, maupun dalam bentuk lainnya. Tenaga pendamping yang ada tidak cukup paham dengan apa yang menjadi tugasnya. Bagimana sesuatu yang kita ajarkan kepada orang lain sementara kita tidak paham dengan hal tersebut. Lalu hasil apa yang bisa didapatkan dari hal tersebut. Tenaga pendamping belum mampu memberikan pemahaman yang baik bagi KBRT untuk bisa maju dan berkembang.