• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modal Sosial Dan Program Stimulus Ekonomi Dalam Pengembangan Koperasi Berbasis Rukun Tetangga Di Kabupaten Sumbawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modal Sosial Dan Program Stimulus Ekonomi Dalam Pengembangan Koperasi Berbasis Rukun Tetangga Di Kabupaten Sumbawa Barat."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

MODAL SOSIAL DAN PROGRAM STIMULUS EKONOMI

DALAM PENGEMBANGAN KOPERASI BERBASIS RUKUN

TETANGGA DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Modal Sosial dan Program Stimulus Ekonomi dalam Pengembangan Koperasi Berbasis Rukun Tetangga di Kabupaten Sumbawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(4)
(5)

RINGKASAN

ANTON. Modal Sosial dan Program Stimulus Ekonomi dalam Pengembangan Koperasi Berbasis Rukun Tetangga di Kabupaten Sumbawa Barat. Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS dan RILUS A. KINSENG.

Pengembangan Koperasi Berbasis Rukun Tetangga (KBRT) melalui modal sosial yang mencakup kepercayaan, norma dan jaringan menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan. Hal tersebut menjadi penting untuk dilakukan karena keberadaan KBRT penerima dana Program Stimulus Ekonomi (PSE) sangat dibutuhkan sebagai proses pemberdayaan masyarakat, yang diharapkan dapat mendorong terciptanya kesejahteraan pada seluruh warga melalui peningkatan usaha produktif. Tujuan kajian ini adalah sebagai berikut: (1) menganalisis kondisi modal sosial pada KBRT; (2) menganalisis implementasi PSE dalam usaha produktif KBRT; 3) menganalisis keragaan KBRT; dan (4) merumuskan strategi pengembangan KBRT melalui modal sosial.

Kajian ini menggunakan data kualitatif dengan studi dokumen, observasi, wawancara mendalam, dan Focus Group Discusion (FGD) dan data kuantitatif dari kuesioner. Kajian dilaksanakan di Desa Manemeng, Kecamatan Brang Ene, Kabupaten Sumbawa Barat.

Hasil kajian ini menunjukkan bahwa modal sosial KBRT pada aspek kepercayaan cukup kuat, sedangkan pada aspek norma dan jaringan belum cukup kuat untuk mendukung keberhasilan dan pengembangan usaha KBRT. Implementasi PSE dalam usaha produktif KBRT masih sangat kurang dan belum berhasil dengan baik, hanya sebagian kecil anggota yang menggunakan dana stimulus KBRT untuk usaha produktif, sebagian besar anggota hanya terlibat dalam usaha simpan pinjam. KBRT memiliki keragaan dan belum optimal dalam mengembangkan usaha yang dilakukan. Dengan adanya keragaan tersebut masing-masing KBRT memiliki keunggulan dan kelemahan dalam proses pengembangan usaha dari dana stimulus yang diterima.

Penyusunan strategi pengembangan KBRT melalui modal sosial dilakukan secara partisipatif dengan memperhatikan potensi yang ada pada pengurus dan anggota. Adapun perancangan strategi (program aksi) yang dirumuskan adalah: (1) penguatan kepercayaan dalam KBRT; (2) penguatan norma dalam KBRT; dan (3) penguatan jaringan KBRT.

(6)

SUMMARY

ANTON. Social Capital and Economic Stimulus Program in the Development of Neighboorhod Association Cooperation of West Sumbawa Regency. Supervised by DJUARA P. LUBIS and RILUS A. KINSENG.

The development of Neighboorhod Association Cooperation through social capital that included of trust, norms, and networks it becomes important to do. It has become important because of the existence of Neighborhood Association Cooperation beneficiary of Economic Stimulus Program is very required as the empowerment process of society that can be encourage the creation of prosperity in the entire of residents through the enchancement of productive business. The purpose of this study is the following: (1) to analyze about social capital conditions of Neighboorhod Association Cooperation; (2) to analyze the implementation of Economic Stimulus Program in productive business of Neighboorhod Association Cooperation; (3) to analyze about the performance of Neighboorhod Association Cooperation; and (4) to formulize the strategy for development of Neighboorhod Association Cooperation through social capital.

This research used qualitatif data on document study, observation, deep interview, and focus group discusion and quantitative data of questionnaire. This study was implemented Desa Manemeng, Kecamatan Brang Ene, West Sumbawa Regency.

The result of this research showed that social capital of Neighboorhod Association Cooperation on trust aspect was strong, while norms and networks aspect was not strong enough to support the success and developing of effort on Neighboorhod Association Cooperation. The lacking in implementation of Economic Stimulus Program in the productive enterprises of Cooperation Neighborhood Association and hasn’t work well, only a small percentage of members using stimulus funds for Neighboorhod Association Cooperation productive enterprises. Neighboorhod Association Cooperation had performance and was not optimal in the developing the effort. By the performance of that organization, each Neighboorhod Association Cooperation has superiority and infirmity in the exertion development process from the stimulus fund received.

Formulation of development strategies Neighboorhod Association Cooperation through social capital done in a participatory manner with due regard to the potential that exists in the management and members. As for design of strategies (action programs) are formulated is: (1) strengthening trust in Neighboorhod Association Cooperation; (2) strengthening norms in Neighboorhod Association Cooperation; and (3) strengthening the Neighboorhod Association Cooperation networks.

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

MODAL SOSIAL DAN PROGRAM STIMULUS EKONOMI

DALAM PENGEMBANGAN KOPERASI BERBASIS RUKUN

TETANGGA DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

ANTON

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul Kajian : Modal Sosial dan Program Stimulus Ekonomi dalam Pengembangan Koperasi Berbasis Rukun Tetangga di Kabupaten Sumbawa Barat

Nama : Anton NRP : I354120045

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Djuara P. Lubis, MS Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA

Ketua Anggota

Diketahui oleh

Koordinator Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Pengembangan Masyarakat

Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulisan tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam tesis yang dilaksanakan ini ialah Modal Sosial dan Program Stimulus Ekonomi dalam Pengembangan Koperasi Berbasis Rukun Tetangga di Kabupaten Sumbawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Djuara P. Lubis, MS dan Bapak Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pengelola dan staf PS MPM SPs IPB. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya, serta tak lupa penulis sampaikan ungkapan terima kasih kepada teman-teman kelas dan semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian tesis ini.

Akhirnya, semoga segala ikhtiar diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan semoga tesis ini bermanfaat.

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3 Tujuan Kajian 4

Manfaat Kajian 4

Ruang Lingkup Kajian 4

2 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka 7 Kerangka Pemikiran 16

3 METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian 19

Pemilihan Informan dan Responden 19

Pengumpulan Data 20

Pengolahan dan Analisis Data 21

Perancangan Strategi (Program Aksi) ` 22

4 PROFIL DESA MANEMENG Lokasi Desa Manemeng 25

Kependudukan 26

Struktur Sosial 29

Kelembagaan Ekonomi 30

Pola-Pola Kebudayaan 32

Pola Adaptasi Ekologi 33

Masalah-Masalah Sosial 36

5 EVALUASI PROGRAM STIMULUS EKONOMI UNTUK KOPERASI BERBASIS RUKUN TETANGGA Deskripsi Program Stimulus Ekonomi 39

KBRT di Desa Manemeng 41

Evaluasi Pengembangan KBRT 42

Ikhtisar 45

6 ANALISIS KONDISI MODAL SOSIAL PADA KBRT Profil Umum Kelembagaan KBRT 47

Kepercayaan 50

Norma 53

(14)

7 ANALISIS IMPLEMENTASI PSE DALAM USAHA PRODUKTIF KBRT DAN KERAGAAN KBRT

Implementasi PSE dalam Usaha Produktif KBRT 67

Keragaan KBRT 69

Analisis Makro Implementasi PSE untuk KBRT di KSB 75

8 PROGRAM PENGEMBANGAN KBRT MELALUI MODAL SOSIAL Identifikasi Potensi Pengembangan KBRT Melalui Modal Sosial 82

Identifikasi Permasalahan Pengembangan KBRT Melalui Modal Sosial 83

Identifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Pengurus dan Anggota KBRT 83

Perancangan Strategi (Program Aksi) 85

9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan 97

Rekomendasi 98

DAFTAR PUSTAKA 101

(15)

DAFTAR TABEL

1 Rincian pengolahan dan analisis data 21 2 Penduduk Desa Manemeng menurut golongan umur dan jenis

kelaminTahun 2012 26

3 Luas lahan Desa Manemeng menurut jenis penggunaannya

Tahun 2012 28

4 Mata pencaharian penduduk Desa Manemeng Tahun 2012 34 5 Daftar nama KBRT, nomor badan hukum dan jumlah anggota

KBRT di Desa Manemeng 41

6 Susunan nama anggota dan pengurus KBRT Saling Raning RT

05 Dusun Buin Selamu Desa Manemeng Tahun 2014 48 7 Susunan nama anggota dan pengurus KBRT Mega Mendung

RT 02 Dusun Mura Baru Desa Manemeng Tahun 2014 49 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pernyataan yang

berkaitan dengan rasa saling percaya 51

9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pernyataan yang

berkaitan dengan kebersamaan 52

10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pernyataan yang

berkaitan dengan sistem nilai dan norma dalam KBRT 54 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pernyataan yang

berkaitan dengan tata perilaku dalam KBRT 56 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pernyataan yang

berkaitan dengan jalinan kerjasama antar anggota KBRT 59 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pernyataan yang

berkaitan dengan kerjasama antar KBRT 62

14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pernyataan yang berkaitan dengan jalinan kerja KBRT dengan pemerintah

daerah dan perbankan (Bank Mu'amalat) 64

15 Sistem pengelolaan dana stimulus KBRT di Desa Manemeng 70 16 Keunggulan dan kelemahan sistem pengelolaan dana stimulus

pada dua kelembagaan KBRT di Desa Manemeng 71 17 Sistem pelayanan penggunaan dana stimulus pada KBRT di

Desa Manemeng 73

18 Keunggulan dan kelemahan sistem pelayanan pada

kelembagaan KBRT di Desa Manemeng 74

19 Identifikasi permasalahan pada dua KBRT di Desa Manemeng 84 20 Matrik perancangan strategi (program aksi) penguatan modal

(16)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran kajian strategi pengembangan KBRT di

KSB melalui modal sosial 17

2 Peta wilayah Desa Manemeng 25

3 Piramida penduduk Desa Manemeng Tahun 2012 27 4 Persentase luas lahan Desa Manemeng menurut jenis

penggunaannya Tahun 2012 28

5 Grafik mata pencaharian penduduk Desa Manemeng Tahun

2012 35

6 Jumlah KBRT yang terbentuk di KSB 39

7 Jumlah KBRT yang terbentuk di tiap kecamatan di KSB 40 8 Pola hubungan anggota dengan KBRT di Desa Manemeng 61 9 Hubungan kerja KBRT di Desa Manemeng dengan Pemerintah

KSB dan Perbankan 65

10 Bagan alir dana stimulus PSE pada KBRT di Desa Manemeng 72

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah membawa perubahan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah. Dalam era otonomi, campur tangan pusat semakin berkurang dan daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan di daerahnya masing-masing. Sistem perencanaan pembangunan yang semula lebih bersifat sektoral berubah menjadi lebih bersifat regional. Dengan demikian perencanaan pembangunan daerah lebih banyak memperhatikan potensi dan karakteristik khusus daerah (Sjafrizal 2009). Penyelenggaraan otonomi daerah yang luas dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah, sehingga terjadi pemberdayaan dan peningkatan perekonomian daerah.

Pembangunan di suatu wilayah pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan serta mewujudkan distribusi pendapatan yang lebih merata dan berkelanjutan. Pembangunan tidak saja menekankan pada hasil akhirnya namun bagaimana proses pencapaian level pembangunan yang ingin dicapai dimana proses pencapaiannya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ketersediaan sumber daya fisik, sumber daya manusia serta sumber daya sosial. Keberlimpahan sumberdaya fisik saja seperti sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia tidak lagi menjadi prasyarat tunggal karena sumber daya alam yang berlimpah dalam jangka panjang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi bila tidak disertai oleh penguatan kapital lainnya (Vipriyanti 2011).

Tujuan otonomi daerah yang sesungguhnya adalah meningkatkan kesejahteraan warga atau masyarakat. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut caranya beragam, mulai dari peningkatan pelayanan publik, peningkatan anggaran untuk pembangunan, perluasan dan peningkatan program pemberdayaan, penguatan kelembagaan dan sebagainya. Salah satu cara yang dilakukan dan merupakan terobosan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) adalah melalui penataan dan penguatan Rukun Tetangga (RT). RT merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang keberadaannya sudah lama dan memiliki kedekatan dengan warga, posisi RT sebagai fondasi sekaligus ujung tombak dalam proses pembangunan (Mustofa 2008).

(18)

Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah KSB menerapkan berbagai kebijakan untuk melakukan pemerataan pembangunan bagi seluruh masyarakat. Salah satunya dilakukan melalui Program Stimulus Ekonomi (PSE) yang merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan iklim wirausaha dan investasi masyarakat KSB. PSE dilaksanakan berdasarkan Peraturan Bupati KSB Nomor 5 Tahun 2010 tentang Program Stimulus Ekonomi untuk Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah, yang kemudian disusul dengan adanya kerjasama kemitraan antara Pemerintah KSB dengan PT. Bank Mu’amalat Indonesia Tbk Cabang Mataram Kantor Unit Pelayanan Syariah Taliwang. Program tersebut diyakini akan memperluas partisipasi masyarakat dan semakin mendorong lahirnya solidaritas (kebersamaan) dan meningkatnya swadaya masyarakat dalam kehidupan ekonomi, sehingga kelembagaan ekonomi masyarakat menjadi kuat.

PSE merupakan kebijakan pemerintah KSB untuk merangsang tumbuh dan berkembangnya usaha ekonomi produktif di KSB yang salah satunya dilakukan melalui penyediaan dan pemberian dana stimulus pada Koperasi Berbasis Rukun Tetangga (KBRT). Dengan terbentuknya KBRT diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan usaha ekonomi lokal pada tingkat RT diseluruh wilayah KSB. PSE melalui pemberian bantuan dana stimulus kepada KBRT merupakan ikhtiar pemerintah KSB dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat ditingkat RT melalui upaya peningkatan akses modal dan kemandirian dalam masyarakat guna merangsang tumbuh dan berkembangnya usaha produktif.

Kelembagaan sosial yang ada di KSB menjadi bagian yang membentuk jaringan proses-proses hubungan antar masyarakat dan antar kelompok yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya sesuai dengan kepentingan masing-masing dan kelompoknya. Kelembagaan sosial terdiri dari kelembagaan formal dan informal. Kelembagaan formal merupakan lembaga yang diinisiasi oleh pihak pemerintah, sedangkan kelembagaan informal merupakan lembaga atau kelompok sosial yang diinisiasi oleh masyarakat. Kelembagaan informal memiliki pola-pola relasi/hubungan antar anggota dan antar kelompok sesuai pola-pola yang disepakati. Masyarakat desa di KSB merupakan masyarakat yang memiliki nilai solidaritas yang tinggi. Kerukunan, kebersamaan, sikap gotong royong, dan rasa saling percaya masih menjadi ciri khas setiap warga. Nilai-nilai dan pola bersikap tersebut menjadi modal sosial yang perlu dikuatkan untuk mendukung keberhasilan program pembangunan atau pemberdayaan bagi seluruh masyarakat.

(19)

mengalami perkembangan sesuai yang diharapkan. Secara umum implementasi PSE dalam mengembangkan KBRT belum berhasil dengan baik disebabkan antara lain kurangnya pengembangan jaringan, lemahnya pendampingan dan koordinasi antar-kelembagaan dalam implementasi program. Oleh karena itu, penguatan modal sosial yang mencakup kepercayaan, norma dan jaringan menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan dalam KBRT. Hal tersebut menjadi penting untuk dilakukan karena keberadaan KBRT sangat dibutuhkan sebagai proses pemberdayaan masyarakat yang dapat mendorong terciptanya kesejahteraan pada seluruh warga melalui peningkatan usaha produktif.

Pertanyaannya, bagaimana strategi pengembangan KBRT di KSB melalui modal sosial?

Perumusan Masalah

Konsep modal sosial (social capital) menjadi salah satu komponen penting untuk menunjang model pembangunan manusia karena dalam model ini, manusia ditempatkan sebagai subjek penting yang menentukan arah penyelenggaraan pembangunan. Partisipasi dan kapasitas mengorganisasikan diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model pembangunan manusia. Kedua kapasitas tersebut baru bisa berkembang bila ditunjang oleh modal sosial yang dimiliki masyarakat. Demikian pula pada KBRT, keberadaan modal sosial menjadi penting dalam implementasi program. Implementasi PSE tidak hanya semata-mata mementingkan penyediaan bantuan modal ekonomi dan dana stimulan bagi masyarakat melalui kelembagaan KBRT, namun juga menjaga kesinambungan implementasi program tersebut dan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Untuk mengetahui dan menganalisis pertanyaan utama yang telah dibahas di atas, maka dapat ditarik beberapa pertanyaan spesifik dalam kajian ini. Pertama, bagaimana kondisi modal sosial pada KBRT di KSB? Inovasi kelembagaan ekonomi masyarakat melalui KBRT didesain untuk dikembangkan pada seluruh RT yang ada di KSB. Artinya keberhasilan program tersebut harus dapat dikembangkan dan dilaksanakan secara merata oleh seluruh RT yang ada sesuai kondisi sosial dan nilai-nilai budaya lokal yang mendukung berbagai program pengembangan masyarakat di KSB.

(20)

KSB? Dalam implementasiPSE tidak cukup hanya keterlibatan pemerintah, ketua RT dan masyarakat saja. Oleh karena dalam implementasi PSE melalui bantuan dana stimulus kepada KBRT, perlu melibatkan stakeholder-stakeholder pembangunan yang lainnya untuk berperan dalam proses percepatan pembangunan daerah di KSB.

KBRT di KSB memiliki keragaan dalam proses pemberdayaan anggota beserta masyarakat pada umumnya. KBRT perlu dikembangkan untuk meningkatkan proses pemberdayaan masyarakat yang merupakan bagian dari ikhtiar mewujudkan keberhasilan pembangunan KSB. Sesungguhnya proses pembangunan yang dilaksanakan menyangkut pula proses interaksi dan pembelajaran dimana modal sosial dihasilkan dan digunakan secara terus menerus. Berdasarkan uraian tersebut, maka pertanyaan spesifik ketiga adalah dilihat dan dikaji bagaimana keragaan KBRT di KSB? Di sini akan mulai dikaji keragaan KBRT yang mencakup pengelolaan dan pelayanan dalam penggunaan dana stimulus.

Tujuan Kajian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan diadakan kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis kondisi modal sosial pada KBRT di KSB;

2. Menganalisis implementasi PSE dalam usaha produktif KBRT di KSB; 3. Menganalisis keragaan KBRT di KSB; dan

4. Merumuskan strategi pengembangan KBRT di KSB melalui modal sosial.

Manfaat Kajian

Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi berbagai pihak yang berminat maupun yang terkait dengan PSE dan pihak yang terlibat dalam kegiatan KBRT, khususnya kepada: 1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai modal sosial pada

KBRT.

2. Kalangan akademisi, dapat menambah literatur dalam mengkaji KBRT. 3. Kalangan non-akademisi, pemerintah dan swasta dapat bermanfaat

sebagai sebuah bahan pertimbangan dalam implementasi PSE dan pengembangan KBRT.

Ruang Lingkup Kajian

(21)
(22)
(23)

2

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka Modal Sosial

Fukuyama (1995) mendefinisikan modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka. Modal sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama. Modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong kemampuan dan kapabilitas untuk bekerjasama dan berkoordinasi untuk menghasilkan kontribusi besar terhadap keberlanjutan produktivitas.

Secara lebih komperehensif Burt (1992) mendefinisikan modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk melakukan asosiasi satu sama lain dan selanjutnya menjadi kekuatan yang sangat penting bukan hanya bagi kehidupan ekonomi akan tetapi juga setiap aspek eksistensi sosial yang lain. Sedangkan Putnam (2000) menyatakan bahwa modal sosial mengacu pada esensi dari organisasi sosial, seperti trust, norma dan jaringan sosial yang memungkinkan pelaksanaan kegiatan lebih terkoordinasi, dan anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan bekerjasama secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan bersama, dan mempengaruhi produktifitas secara individual maupun berkelompok.

Modal sosial mirip dengan bentuk-bentuk modal lainnya, dalam arti modal sosial juga bersifat produktif. Modal sosial dapat dijelaskan sebagai produk relasi manusia satu sama lain, khususnya relasi intim dan konsisten. Modal sosial menunjukkan pada jaringan, norma, dan kepercayaan yang berpotensi untuk produktivitas masyarakat. Namun demikian, modal sosial berbeda dengan modal finansial, karena modal sosial bersifat kumulatif dan bertambah dengan sendirinya (Putnam 2002). Karenanya, modal sosial tidak akan habis jika dipergunakan, melainkan semakin meningkat. Rusaknya modal sosial lebih sering disebabkan bukan karena dipakai, melainkan karena ia tidak dipergunakan. Berbeda dengan modal manusia, modal sosial juga menunjuk pada kemampuan orang untuk berasosiasi dengan orang lain. Bersandar pada norma-norma dan nilai bersama, asosiasi antar manusia tersebut menghasilkan kepercayaan yang pada gilirannya memiliki nilai ekonomi yang besar dan terukur. Terkait ini ada tiga parameter modal sosial, yaitu rasa percaya (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks).

(24)

sosial ini akan menguntungkan bagi kehidupan masyarakat termasuk dalam memperbaiki kondisi ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan. Kemudian lebih lanjut menjadi potensi dalam mengatasi ketidaktahanan pangan yang muncul sebagai dampak dari kemiskinan.

Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007) mendefinisikan modal sosial (social capital), merujuk pada aspek struktural sosial yang memudahkan anggotanya memperoleh barang kebutuhannya. Secara tegas, operasionalisasi konsep modal sosial adalah konsep pembangunan yang digerakkan oleh masyarakat. Lebih lanjut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto menjelaskan bahwa menurut fungsi dasarnya, modal sosial dapat menjadi sumber kontrol sosial. Secara khusus, di tingkat rumah tangga modal sosial dapat menjadi pendukung efisiensi rumah tangga yang tinggi. Lebih jauh lagi, modal sosial dapat digunakan anggota rumah tangga untuk memperoleh tambahan pendapatan.

Woolcock (1998) mengajukan tiga dimensi dari modal sosial, yaitu: bonding, bridging dan linking:

1. Modal sosial yang bersifat mengikat (bonding social capital) merujuk pada hubungan antarindividu yang berada dalam kelompok primer atau lingkungan ketetanggaan yang saling berdekatan. Komunitas-komunitas yang menunjukkan kohesi internal yang kuat akan lebih mudah dan lancar dalam berbagi pengetahuan;

2. Modal sosial yang bersifat menjembatani (bridging social capital) adalah hubungan yang terjalin di antara orang-orang yang berbeda, termasuk pula orang-orang dari komunitas, budaya, atau latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Individu-individu dalam komunitas yang mencerminkan dimensi modal sosial yang bersifat menjembatani akan mudah mengumpulkan informasi dan pengetahuan dari lingkungan luar komunitasnya dan tetap memperoleh informasi yang aktual dari luar kelompoknya. Tipe modal sosial ini menunjuk pada hubungan antarindividu yang memiliki kekuasaan atau akses pada bisnis dan hubungan sosial melalui kelompok-kelompok sekunder;

3. Modal sosial yang bersifat mengaitkan (linking social capital) memungkinkan individu-individu untuk menggali dan mengelola sumber-sumberdaya, ide, informasi, dan pengetahuan dalam suatu komunitas atau kelompok pada level pembentukan dan partisipasi dalam organisasi formal.

(25)

menunjuk pada kekuatan-kekuatan yang meningkatkan potensi untuk perkembangan ekonomi dalam suatu masyarakat dengan menciptakan dan mempertahankan hubungan sosial dan pola organisasi sosial.

Vipriyanti (2011) mengembangkan konsep modal sosial dengan memberikan penekanan khusus pada hubungan kausal antara modal sosial dan kesejahteraan ekonomi masyarakat serta kinerja ekonomi wilayah. Modal sosial adalah rasa percaya dan kemampuan seseorang dalam membangun jaringan kerja serta kepatuhannya terhadap norma yang berlaku dalam kelompok maupun masyarakat di sekitarnya yang mana modal tersebut memberi keuntungan untuk mengakses modal lainnya serta memfasilitasi kerjasama inter dan antar kelompok masyarakat. Lebih lanjut Vipriyanti menjelaskan bahwa modal sosial merupakan komplemen penting dari konsep modal alamiah, fisik dan manusia. Berbeda dengan modal fisik, modal sosial memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh modal lainnya yakni (1) tidak habis karena digunakan, sebaliknya akan habis karena tidak digunakan; (2) tidak mudah untuk diamati dan diukur; (3) sulit dibangun melalui intervensi luar; (4) level dan tipe modal sosial yang tersedia untuk individu sangat dipengaruhi oleh pemerintahan nasional maupun pemerintahan daerah. Modal sosial terbangun dari adanya rasa saling percaya, jaringan kerja dan norma yang kondusif. Rasa saling percaya akan mengurangi biaya kontak, kontrak dan kontrol sehingga dapat meniadakan biaya transaksi yang tinggi. Rasa saling percaya juga akan memudahkan adanya jaringan kerja yang efisien dimana jaringan kerja sosial memberi manfaat pada proses produktif dalam pembangunan ekonomi wilayah.

Hasil penelitian Suandi (2007) yang menyoroti hubungan modal sosial dan kesejahteraan ekonomi keluarga di daerah pedesaan, modal sosial baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh positif terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. Semakin tinggi tingkat modal sosial yang dimiliki oleh keluarga maka tingkat kesejahteraannya semakin baik. Modal sosial berperan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga baik dilihat dari aspek peningkatan kesejahteraan dalam penyediaan akan produksi pangan, non pangan maupun aspek investasi sumberdaya manusia melalui jaringan kelompok sosial dan kelompok ekonomi. Besarnya peran modal sosial ini dilihat dari tingkat keterlibatan anggota keluarga dalam kelompok produktif, sosial dan kelompok lainnya yang berkembang di masyarakat. Sedangkan hasil penelitian Pranadji (2006) yang menyoroti penguatan modal sosial untuk pemberdayaan masyarakat pedesaan dalam pengelolaan agroekosistem lahan kering, paling tidak ada tiga aspek yang menunjukkan penguatan modal sosial, yaitu: terbentuknya kerjasama dan solidaritas (kehesivitas), perluasan jaringan kerja (bermakna peningkatan skala kerja atau jaringan ekonomi), dan peningkatan daya saing kolektif secara berkelanjutan.

(26)

berkaitan. Dalam hal jaringan kerja, dengan adanya jalinan kerjasama dengan pihak lain pemupukan modal koperasi RT dapat meningkat sehingga kepuasaan pelayanan yang dirasakan oleh anggota juga menjadi lebih meningkat dan memungkinkan anggota dapat menggunakan modal tersebut untuk modal usaha ekonomi produktif yang layak.

Modal sosial memiliki keterkaitan dengan suatu kinerja pemerintahan karena ditunjukkan oleh keadaan sosial ekonomi masyarakat di wilayah tersebut. Woolcock dan Narayan (2000) yang dikutip Vipriyanti (2011) mengemukakan bahwa kinerja pemerintahan yang baik dan modal sosial yang terbangun dengan kuat, tidak saja mewujudkan kesejahteraan ekonomi namun juga kesejahteraan sosial. Kinerja pemerintahan yang baik jika tidak disertai dengan modal sosial yang kuat akan berpeluang untuk terjadinya konflik-konflik dalam masyarakat yang bersifat laten (Exlution) apalagi bila kinerja pemerintahan buruk maka konflik tersebut akan muncul ke permukaan. Terbangunnya modal sosial yang kuat namun tidak disertai dengan kinerja pemerintahan yang baik akan mendorong terjadinya coping sewaktu-waktu.

Masyarakat yang memiliki stok modal sosial tinggi dicirikan oleh adanya rasa percaya, kerjasama, ikatan masyarakat, pertukaran informasi yang kuat serta norma yang mengikat terhadap seluruh anggotanya untuk mewujudkan harapan bersama dan menghindari sifat oportunistik individu. Selain itu, adanya stok modal sosial juga akan terlihat dari tingginya partisipasi masyarakat terhadap setiap kegiatan yang bertujuan untuk kebaikan bersama. Kondisi tersebut mendorong terjadinya suatu proses pembangunan yang beretika dan bermoral yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan melalui distribusi hasil-hasil pembangunan yang merata dan berkelanjutan (Vipriyanti 2011).

Konsep dan Kebijakan Program Stimulus Ekonomi

Konsep Program Stimulus Ekonomi (PSE) yang termuat dalam Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor 5 Tahun 2010 menyebutkan bahwa PSE adalah kebijakan pemerintah KSB untuk merangsang tumbuh dan berkembangnya usaha ekonomi produktif di KSB yang dilaksanakan dalam bentuk memberikan pinjaman modal kerja investasi kepada koperasi dan kelompok UMKM yang sumber dananya berasal dari APBD Kabupaten Sumbawa Barat.

Dasar hukum dan kebijakan implementasi PSE di KSB, yaitu sebagai berikut (Bappeda 2011):

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian;

2. Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan simpan pinjam oleh koperasi;

3. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang pedoman pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi; 4. Peraturan Bupati Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 5 Tahun 2010

(27)

5. Perjanjian Kerjasama Kemitraan Pola Syariah Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dengan PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk Cabang Mataram Kantor Unit Pelayanan Syariah Taliwang Nomor: 180/066/MoU/IV/2010; Nomor: 054/BMI/C-MTR/IV/2010 tentang pengelolaan dana Program Stimulus Ekonomi Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat.

Tujuan PSE Kerjasama Pemerintah KSB dengan Perbankan (Bappeda 2011) yaitu: (1) memperluas kesempatan kerja dan/atau peluang berusaha, serta mengatasi pengangguran bagi masyarakat KSB; (2) merangsang tumbuh dan berkembangnya koperai dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat; (3) meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas pengelolaan koperasi agar memberikan manfaat dan/atau keuntungan yang optimal; dan (4) memperkuat peran dan posisi koperasi dalam mendukung upaya perluasan kesempatan kerja penumbuhan wirausaha baru dan pengentasan kemiskinan.

Manfaat PSE Kerjasama Pemerintah KSB dengan Perbankan (Bappeda 2011) yaitu: (1) meningkatkan motivasi, sikap mental wirausaha, kemampuan dan/atau keterampilan berusaha pelaku koperasi melalui pemberdayaan oleh Pemerintah KSB; (2) tersedianya dana bagi perbankan untuk koperasi yang difasilitasi dan/atau ditanggung resiko pelaksanaan usaha ekonomi produktif oleh Pemerintah KSB; dan (3) tumbuh dan berkembangnya usaha ekonomi produktif dalam bentuk koperasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat di wilayah KSB.

Sasaran PSE sebagaimana yang termuat dalam Standar Operasi dan Prosedur (SOP) tentang PSE Kerjasama Pemerintah KSB dengan Perbankan (Disperindagkop dan UMKM 2010) yaitu: (1) tersalurnya dana stimulus kepada koperasi atau kelompok yang memenuhi persyaratan; (2) tersalurnya dana stimulus kepada anggota koperasi atau kelompok yang mempunyai usaha produktif; (3) terwujudnya peningkatan modal kerja bagi usaha mikro, kecil dan menengah yang bergerak di bidang pertanian, peternakan, perikanan, industri, kerajinan / industri rumah tangga, pedagang kaki lima, warung-warung kecil yang disalurkan oleh koperasi dalam bentuk pinjaman; dan (4) terlaksananya program dan stimulus yang menjamin suksesnya penyaluran, pemanfaatan, pengembalian serta terwujudnya peningkatan dan pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat.

Koperasi Berbasis Rukun Tetangga

(28)

dalam bentuk lainnya seperti sumbangan materi serta pemanfaatan jasa koperasi oleh anggota.

KBRT pada prinsipnya sama dengan koperasi lainnya yaitu berlandaskan pada pancasila dan UUD 1945 yang dijalankan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Dalam pelaksanaannya, KBRT memiliki perangkat koperasi yang terdiri dari:

1. Rapat Anggota Koperasi yang merupakan kolektibilitas suara anggota sebagai pemilik organisasi dan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi.

2. Pengurus Koperasi yaitu ketua, sekretaris, dan bendahara. Pengurus memperoleh wewenang dan kekuasaan dari rapat anggota guna memberikan manfaat kepada anggota koperasi. Tugas-tugas pengurus sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian pasal 30 sebagai berikut: (1) mengelola koperasi dan usahanya; (2) mengajukan rancangan program kerja serta rencana pendapatan dan belanja koperasi; (3) menyelenggarakan rapat anggota; (4) mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas; (5) menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib; dan (6) memelihara daftar buku anggota. Selain itu pengurus juga memiliki wewenang yaitu mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan, memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai ketentuan dalam anggaran dasar, melakukan tindakan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggungjawabnya dan keputusan rapat anggota. 3. Pengawas Koperasi yang dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam

rapat anggota. Pengawas bertanggungjawab kepada rapat anggota. Adapun yang menjadi tugas dan tanggung jawab pengawas yaitu: (1) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi; (2) membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan; (3) meneliti catatan yang ada pada koperasi; dan (4) mendapatkan segala keterangan yang diperlukan dan pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.

Bagi koperasi yang masih baru tumbuh dan memiliki skala usaha kecil seperti KBRT, maka perspektif ekonomi kelembagaan perlu mendapatkan perhatian. Penekanan khusus diberikan pada hubungan kausal antara modal sosial dan kesejahteraan ekonomi masyarakat serta kinerja ekonomi wilayah dalam suatu aktivitas pembangunan daerah. Hanafiah (1990) dikutip Santosa (2006) mengemukakan bahwa struktur sosial komunitas, nilai-nilai dan norma komunitas yang terintegrasi dengan pengembangan dan fungsionalisasi koperasi akan menciptakan: (1) kegiatan sosial ekonomi komunitas yang melembaga; (2) peningkatan peran serta komunitas; dan (3) peningkatan kemampuan dan kapasitas komunitas.

(29)

mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat; (3) alat untuk memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional; dan (4) alat untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Swasono (2005) mendefinisikan koperasi adalah suatu lembaga sosial ekonomi untuk menolong diri sendiri secara bersama-sama. Upaya ini dapat tumbuh dari dalam masyarakat sendiri berkat munculnya kesadaran bersama untuk pemberdayaan diri (self empowering), namun dapat pula ditumbuhkan dari luar masyarakat sebagai pemberdayaan oleh agents of development, baik oleh pemerintah, elit masyarakat maupun oleh organisasi-organisasi kemasyarakatan, LSM dan lain-lain. Subandi (2011) mendefinisikan koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi anggotanya.

Namun demikian wujud eksistensi dan tujuan pembentukan koperasi pada dasarnya adalah sebagai lembaga usaha atau lembaga ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota berdasarkan nilai-nilai seperti kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan perhatian pada sesama. Adapun nilai-nilai koperasi yang tertuang dalam prinsip-prinsip koperasi yang dianut oleh koperasi di Indonesia, berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian adalah: (1) keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; (2) pengelolaan dilakukan secara demokratis; (3) pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya usaha masing-masing anggota; (4) pemberian balas jasa yang terbatas pada modal; (5) kemandirian; (6) pendidikan koperasi; dan (7) kerjasama antar koperasi.

Sebagai sokoguru dan bagian integral dari tata perekonomian nasional, koperasi mempunyai kedudukan dan peran yang sangat strategis dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Oleh karena itu, koperasi secara bersama dan berdampingan dengan usaha negara dan swasta harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan dan dapat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, melalui pemerataan kegiatan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta memperluas kesempatan kerja dan lapangan kerja. Koperasi harus tumbuh menjadi badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang sehat, tangguh, kuat, dan mandiri, dan berfungsi sebagai wadah untuk menggalang ekonomi rakyat (Soedjono et al. 1997).

Lebih lanjut Soedjono et al. (2003) menjelaskan bahwa landasan sosial dan budaya koperasi di Indonesia adalah kekeluargaan dan kegotong-royongan sebagai modal sosial, yang memungkinkan masyarakat bekerjasama. Nilai-nilai dan norma-norma kekeluargaan dan kegotong-royongan itu sebagai akar budaya Indonesia adalah bersesuaian dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam jati diri koperasi, yakni untuk mengungkapkan solidaritas dan kesadaran berpribadi mengungkapkan secara berimbang dan berkesinambungan.

(30)

adalah nilai-nilai yang dianut koperasi dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jati dirinya. Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam prinsip-prinsip koperasi yang digunakan sebagai pedoman dan pemandu kegiatan koperasi sebagai perkumpulan maupun perusahaan. Dengan cara seperti itu nilai-nilai akhirnya berkembang tidak hanya sebagai bagian dari sistem koperasi itu sendiri, tetapi juga bagi orang-orang dalam koperasi. Karena pengendali tersebut bersifat moral, koperasi (dan orang-orangnya) akan kehilangan kepercayaan (trust) bilamana melakukan pelanggaran terhadap nilai-nilai tersebut (Soedjono et al. 2003).

Krisnamurthi (1998) menyatakan setidaknya ada lima alasan mengapa kegiatan usaha dilakukan dengan badan hukum berbentuk koperasi. Pertama, karena koperasi merupakan perusahaan komunitas (community enterprises). Koperasi mempertahankan manfaat ekonomi dalam masyarakat yang bersangkutan. Keuntungan tidak dibawa keluar oleh kepentingan luar karena anggota koperasi adalah pemilik, dan keberadaan koperasi adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi oleh bentuk usaha atau perusahaan lainnya. Kedua, koperasi mendorong demokrasi (promote democracy). Setiap anggota dalam koperasi mengembangkan modal bersama-sama, mengangkat pengurus, dan menerima manfaat dari koperasi dengan prinsip persamaan dan pemerataan. Pemecahan masalah dan kebijakan usaha juga diputuskan secara demokratis melalui suatu mekanisme tertentu. Ketiga, koperasi mengembangkan pasar yang terbuka. Keberadaan koperasi dengan melibatkan banyak anggota mencegah pemusatan kekuatan ekonomi pada beberapa swasta tertentu. Keempat, koperasi meningkatkan harkat hidup dan harga diri kemanusiaan. Kelima, koperasi merupakan sistem untuk melakukan pembangunan, terutama jika kegiatan komunitas dikembangkan dalam jaringan regional dan nasional.

Pengembangan KBRT dilaksanakan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat di KSB. Sumodiningrat (1999) pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai suatu proses meningkatkan kemampuan atau kemandirian masyarakat. Dalam kerangka pembangunan nasional, upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sudut pandang (1) penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan masyarakat berkembang; (2) peningkatan kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai bantuan dana, pelatihan, pembangunan prasarana dan sarana baik fisik maupun sosial, serta pengembangan kelembagaan di daerah; dan (3) perlindungan melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.

(31)

karena sebagai pihak yang paling mengetahui mengenai kondisi, potensi, dan kebutuhan masyarakatnya.

Pengembangan Usaha Produktif

Sebagaimana yang termuat dalam Peraturan Bupati Sumbawa Barat No. 5 Tahun 2010 usaha produktif adalah kegiatan ekonomi yang berbasiskan usaha mikro kecil menengah yang merupakan milik orang perorangan atau kelompok atau badan usaha yang berdiri sendiri yang memenuhi kriteria usaha sebagaimana diatur dalam undang-undang. Dalam hal ini usaha produktif yang dimaksud adalah usaha produktif yang dikembangkan melalui dana stimulus ekonomi untuk KBRT.

Swasono (2005) menjelaskan bahwa kekuatan modal finansial dan modal sosial harus dapat dikembangkan secara bersama sehingga dapat berperan dalam menunjang pengembangan ekonomi rakyat termasuk Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional. Lebih lanjut dikemukakan bahwa apabila kita bertekad untuk memacu pembukaan lapangan kerja bagi rakyat, dengan cepat dan sekaligus menghindari kelangkaan-kelangkaan modal dan sumber-sumber lain yang membatasi kemampuan kita, maka pilihan kita haruslah mengembangkan usaha-usaha kecil, terutama koperasi-koperasi dan usaha-usaha pengolahan hasil-hasil pertanian (agroindustri dan agribisnis) sebagai upaya pengembangan usaha ekonomi produktif di daerah. Usaha-usaha kecil tersebut diusahakan untuk dapat melakukan proses pemberdayaan melalui jaringan usaha, bantuan teknis dalam produksi, manajemen, finansial, pemasaran dan entrepreneurship.

Pengembangan usaha-usaha produktif yang berbasiskan kepada komunitas diharapkan dapat melibatkan berbagai stakeholders yang lain (kelembagaan kolaboratif). Terdapat beragam institusi dalam suatu komunitas, meskipun sangat sedikit jumlahnya, yang bergerak dalam usaha-usaha produktif berbasis pada komunitas dan telah melembaga baik di sektor pertanian maupun nonpertanian. Jejaring kelembagaan kolaboratif yang dikembangkan harus mampu menjalin hubungan berdasarkan prinsip kesetaraan dengan institusi-institusi tersebut. Dalam hal pendanaan kegiatan produktif, peranan pemerintah lokal lebih bersifat sebagai fasilitator bukan hanya sebagai donatur. Pemerintah lokal perlu mengalokasikan dana untuk masyarakat lapisan bawah atau pengusaha kecil di kawasan ini. Dalam hal ini penguatan kelembagaan merupakan hal penting dalam pemberdayaan masyarakat. Untuk itu harus ada kesepakatan bahwa harus dimulai dengan penguatan kelembagaan dan alokasi dana (Nasdian 2014).

(32)

dan mengembangkan jejaring antara kelembagaan usaha-usaha ekonomi produktif dengan kelembagaan pelayanan dan pendanaan publik sebagai suatu capital sosial yang menjalin hubungan kelembagaan antara kelembagaan di tingkat komunitas dan kelembagaan di tingkat kabupaten dan provinsi.

Peranan dan fungsi dari kelembagaan kooperatif di tingkat komunitas-komunitas tersebut adalah: (1) sebagai lembaga keuangan komunitas-komunitas yang

membantu pengadaan sumberdaya keuangan (finansial) atau “kapital’ bagi

warga komunitas dalam melaksanakan dan mengembangkan usaha-usaha produktif (bonding strategy); (2) sebagai lembaga usaha-usaha produktif dan ekonomi komunitas yang mampu menciptakan lapangan kerja dan usaha di tingkat komunitas-komunitas (bonding strategy); dan (3) sebagai unit usaha (enterprise) kelembagaan koperasi primer di tingkat kawasan (bridging strategy). Untuk memelihara dan mengembangkan gagasan kemitraan atar-kelembagaan tersebut, maka secara vertical perlu dibangun dan dikembangkan (networking) yang berbasis komunitas perkomunitasan (creating strategy).

Kerangka Pemikiran

PSE merupakan salah satu kebijakan pembangunan daerah sebagai langkah pemberdayaan dalam mewujudkan kemandirian masyarakat KSB. PSE dimaksudkan untuk melaksanakan pemberdayaan di bidang ekonomi bagi seluruh masyarakat. PSE adalah kebijakan pemerintah KSB untuk merangsang tumbuh dan berkembangnya usaha ekonomi produktif di KSB yang dilaksanakan dalam bentuk memberikan pinjaman modal kerja investasi kepada KBRT yang sumber dananya berasal dari APBD Kabupaten Sumbawa Barat. Dalam pelaksanaan PSE, terdapat kenyataan bahwa masih belum meratanya keberhasilan setiap RT dalam mengembangkan KBRT. Berdasarkan kenyataan tersebut, penguatan modal sosial pada KBRT menjadi suatu hal yang penting dilakukan untuk terwujudnya keberhasilan pelaksanaan program.

Konsep modal sosial dalam kajian ini mencakup tiga unsur yaitu kepercayaan (trust), norma (norms), dan jaringan (networks) yang memungkinkan KBRT lebih terkoordinasi, dan anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan bekerjasama secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan bersama, serta mempengaruhi produktifitas secara individual maupun berkelompok yang berdampak pada tumbuh dan berkembangnya usaha produktif dikalangan masyarakat. Kepercayaan (trust) terdiri dari; rasa saling percaya dan kebersamaan. Norma (norms) terdiri dari; sistem nilai dan norma dalam kelompok dan tata perilaku dalam kelompok. Jaringan (networks) terdiri dari; antar anggota KBRT, antar KBRT, dan KBRT dengan Pemerintah Daerah dan Perbankan.

(33)

program strategi pengembangan KBRT melalui modal sosial diantaranya adalah meningkatnya usaha mikro/home industry anggota KBRT dan usaha simpan pinjam KBRT yang merupakan dua hal yang dapat digunakan untuk mengetahui implementasi PSE dalam usaha produktif KBRT.

Kinerja KBRT perlu terus dikembangkan dalam rangka meningkatkan keberhasilan proses pemberdayaan masyarakat di KSB. Pengelolaan dan pelayanan program merupakan dua hal yang dapat digunakan untuk mengetahui kinerja KBRT. Melalui pengelolaan dan pelayanan program itulah dapat diketahui bagaimana keragaan KBRT, sehingga dapat dirumuskan strategi pengembangan KBRT melalui modal sosial.

Dalam kajian ini dilakukan kajian dengan menganalisis kondisi modal sosial pada KBRT yang mencakup kepercayaan (trust), norma (norms) dan jaringan (networks), menganalisis implementasi PSE dalam usaha produktif KBRT, dan keragaan KBRT yang mencakup pengelolaan dan pelayanan dana stimulus. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir sebagaimana telah dijelaskan tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kajian Strategi Pengembangan KBRT di KSB Melalui Modal Sosial

Modal Sosial

Kepercayaan (trust)

1. Rasa saling percaya 2. Kebersamaan

Norma (norms)

1. Sistem nilai dan norma dalam kelompok 2. Tata perilaku dalam

kelompok

Jaringan (networks) 1. Antar anggota KBRT 2. Antar KBRT

3. KBRT dengan

Pemerintah Daerah dan Perbankan

Implementasi PSE dalam Usaha

Produktif KBRT

1. Usaha mikro (home industry) 2. Usaha simpan

pinjam

Keragaan KBRT

1. Pengelolaan dana stimulus

2. Pelayanan dalam penggunaan dana stimulus

(34)
(35)

3 METODE KAJIAN

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Dalam kajian ini dilakukan analisis kondisi modal sosial pada KBRT, implementasi PSE dalam usaha produktif KBRT dan keragaan KBRT.

Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian dilaksanakan di Desa Manemeng, Kecamatan Brang Ene, Kabupaten Sumbawa Barat. Alasan pemilihan lokasi kajian dilakukan di Desa Manemeng karena pertimbangan terhadap hal-hal sebagai berikut: (1) merupakan salah satu desa di KSB yang menjadi sasaran dan wilayah kerja PSE; (2) terdapat KBRT yang masih aktif dan berkembang; dan (3) memiliki potensi untuk dapat dikembangkan kearah yang lebih baik, sehingga memungkinkan untuk dilakukan program pengembangan masyarakat. Waktu kajian dilaksanakan bulan Mei 2014 sampai Februari 2015.

Pemilihan Informan dan Responden

Dalam kajian ini dipilih dua KBRT yang ada di Desa Manemeng untuk menjadi fokus kajian yaitu KBRT Saling Raning RT 05 Dusun Buin Selamu dan KBRT Mega Mendung RT 02 Dusun Mura Baru. Kedua KBRT tersebut dipilih karena memiliki tingkat perkembangan yang berbeda. Perbedaan perkembangan dari kedua KBRT tersebut terletak pada usaha yang dimiliki, keaktifan anggota, tingkat pengembalian/penyetoran pinjaman, dan pengelolaan KBRT. Untuk menjawab permasalahan kajian, ditentukan informan dan responden yang dipilih berdasarkan tujuan (purposive) artinya ditujukan pada orang-orang yang berkenaan dengan masalah kajian. Penentuan informan dan jumlah responden disesuaikan dengan kepentingan dan kelengkapan data dilapangan.

(36)

Pengumpulan Data

Dalam kajian ini ada dua jenis data yang digunakan, yaitu data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang langsung didapatkan dari sumber informasi yang merupakan informan dalam kajian ini, sehingga diperoleh informasi yang asli, akurat, dan terpercaya untuk menjawab permasalahan kajian. Data-data tersebut antara lain berupa data naratif, deskriptif, dalam kata-kata informan, dokumen pribadi dan catatan lapangan. Untuk data kuantitatif diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh responden. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber lain selain informan, yang sangat terkait dengan kajian. Dalam kajian ini data sekunder yang diperlukan antara lain: (1) profil Desa Manemeng; (2) data anggota dan pengurus KBRT; (3) data KBRT yang terbentuk dan yang menerima pencairan dana stimulus; (4) laporan perkembangan implementasi PSE; dan (5) dokumen-dokumen pendukung lainnya yang diperlukan.

Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan studi dokumen, observasi, wawancara mendalam, dan Focus Group Discusion (FGD). Berikut diuraikan secara rinci beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam kajian ini:

1. Studi dokumen, yaitu untuk melakukan penelusuran terhadap data potensi wilayah dan kependudukan, dokumen-dokumen/data yang terkait dengan pemetaan sosial dan kegiatan evaluasi pelaksanaan PSE yang berkaitan dengan dana stimulus KBRT. Dokumen-dokumen/data dapat berasal dari arsip pengurus KBRT, pemerintahan desa, tenaga pendamping, Disperindagkop dan UMKM, dan Bappeda.

2. Observasi, yaitu teknik yang digunakan untuk mendukung informasi tentang: aspek lingkungan fisik maupun sosial, pranata-pranata sosial yang ada, bentuk dan aspek modal sosial dalam masyarakat, pemanfaatan sumberdaya lokal, pengorganisasian serta pengelolaan KBRT, serta kondisi usaha-usaha produktif anggota KBRT.

3. Wawancara mendalam, yaitu untuk mengumpulkan data primer dengan mengajukan pertanyaan lisan kepada informan yang telah ditentukan, yaitu: anggota dan pengurus KBRT, ketua RT, Pemerintah Desa Manemeng, tenaga pendamping KBRT, unsur Disperindagkop dan UMKM, dan unsur Bappeda KSB. Proses wawancara dilakukan secara informal dalam suasana kesetaraan, keakraban untuk memahami pandangan-pandangan, pemikiran, ide, gagasan, pengalaman-pengalaman, termasuk permasalahan yang berkaitan dengan PSE. Selain itu, wawancara mendalam dilakukan untuk menggali informasi mengenai modal sosial dari aspek modal sosial (kepercayaan, norma, jaringan) pada KBRT, implementasi PSE dalam usaha produktif KBRT, dan keragaan kinerja KBRT.

(37)

potensi, permasalahan dan alternatif pemecahan sebagai strategi penguatan modal sosial pada KBRT.

Pengolahan dan Analisis Data

Miles and Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus. Pengolahan dan analisis data yang digunakan untuk menjawab setiap masalah dari kajian diuraikan dengan merinci data yang diperlukan. Rincian data meliputi; tujuan analisis data, jenis data yang diperlukan, sumber diperolehnya data dan teknik pengumpulan data serta metode analisis. Rincian data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rincian pengolahan dan analisis data

No. Tujuan Data Yang

Diperlukan

(38)

Perancangan Strategi (Program Aksi)

Strategi perancangan program yang digunakan yaitu perancangan partisipatif untuk menyusun strategi pengembangan KBRT melalui modal sosial.

Metode Perancangan

Penyusunan strategi dan rencana program dilaksanakan secara partisipatif dengan metode Focus Group Discussion (FGD).

Partisipan Perancangan

Partisipan perancangan dalam kajian ini, yaitu: (1) masyarakat; (2) anggota dan pengurus KBRT; (3) aparat Pemerintah Desa Manemeng; dan (4) tenaga pendamping KBRT dari Disperindagkop dan UMKM.

Proses Perancangan

Proses perancangan dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat dan pihak terkait yang telah ditentukan sebagai partisipan perancangan. Unsur-unsur tersebut dilibatkan baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan maupun evaluasi agar program strategis dalam bentuk aksi program sesuai dengan kondisi dan kemampuan masyarakat lokal dan pihak-pihak terkait.

Penyusunan program strategi pengembangan KBRT dalam kajian ini, dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan bahan perencanaan dan penyampaian seluruh hasil informasi Sebelum program dibangun, pengkaji terlebih dahulu mempersiapkan informasi hasil kajian yang meliputi potensi pengembangan KBRT melalui modal sosial, permasalahan dalam pengembangan KBRT melalui modal sosial, dan permasalahan dan kebutuhan pengurus dan anggota KBRT.

2. Pengorganisasian masalah

Seluruh permasalahan yang disampaikan oleh informan dan peserta pertemuan diskusi kelompok terfokus dikelompokkan dan dirumuskan fokus permasalahannya.

3. Penyusunan hubungan sebab akibat

Setelah dilakukan pengelompokkan masalah, dilakukan kajian secara bersama terhadap masalah mana yang menjadi penyebab masalah tersebut atau dari masalah lain sehingga dapat dilihat rangkaian logis hubungan sebab akibat sumber masalah dan dampak yang diakibatkannya dari masalah tersebut.

4. Pembahasan alternatif kegiatan sesuai prioritas masalah

Dalam penyusunan program disepakati beberapa masalah yang paling utama adalah yang meliputi kebutuhan mendesak, kepentingan bersama, adanya sumber potensi lokal yang dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah. Oleh karena itu, alternatif kegiatan dipilih secara bersama. 5. Menyusun rencana program

(39)
(40)
(41)

4 PROFIL DESA MANEMENG

Lokasi Desa Manemeng

Desa Manemeng merupakan salah satu desa yang berada di wilayah administratif Kecamatan Brang Ene dan merupakan ibu kota kecamatan dengan luas keseluruhan wilayah 134.5 hektar berada di ketinggian 19 m di atas permukaan laut. Desa Manemeng di sebelah utara berbatasan dengan Desa Sermong, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lalar Liang, sebelah timur berbatasan dengan Desa Mura, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kuang.

Gambar 2. Peta wilayah Desa Manemeng

Desa Manemeng terdiri dari tiga dusun yaitu: Dusun Mura Baru; Dusun Buin Selamu; dan Mekar Sari. Masing-masing dusun terdiri dari 3 RT. Dusun Mura Baru (RT 1, 2, dan 3), Dusun Buin Selamu (RT 4, 5, dan 6), dan Dusun Mekar Sari (RT 7, 8, dan 9). Wilayah Desa Manemeng memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan usaha di bidang pertanian dan jasa. Jarak tempuh dari Desa Manemeng ke ibu kota kabupaten 5 km, dengan lama tempuh kendaraan bermotor delapan menit.

(42)

Kependudukan Jumlah dan Komposisi Penduduk

Berdasarkan data potensi desa, jumlah penduduk Desa Manemeng tahun 2012 berjumlah 1.152 jiwa, yang terdiri dari 589 jiwa (51,13%) laki-laki dan 563 jiwa (48,87%) perempuan dengan jumlah kepala keluarga 300 KK.

Tabel 2. Penduduk Desa Manemeng menurut golongan umur dan jenis kelamin Tahun 2012

No. Golongan Umur

(Tahun)

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0-4 37 35 72

2 5-9 55 55 110

3 10-14 40 37 77

4 15-19 42 40 82

5 20-24 37 35 72

6 25-29 47 44 91

7 30-34 44 35 79

8 35-39 52 51 103

9 40-44 40 44 84

10 45-49 41 36 77

11 50-54 40 42 82

12 55-59 34 40 74

13 60-64 30 27 57

14 65-69 35 28 63

15 70-74 9 9 18

16 75+ 6 5 11

Total 589 563 1.152

Sumber: Profil Desa Manemeng, 2012

(43)

Komposisi penduduk Desa Manemeng tahun 2012 dapat pula disajikan dalam gambar piramida berikut.

Gambar 3. Piramida penduduk Desa Manemeng Tahun 2012

Berdasarkan piramida penduduk sebagaimana terlihat pada Gambar 3, golongan umur 5-9 tahun merupakan yang terbanyak, yaitu 110 orang. Sedangan urutan kedua dan ketiga berturut-turut adalah untuk golongan umur 35-39 dan 25-29 tahun, yang masing-masing berjumlah 103 orang dan 91 orang.

Kepadatan Geografis dan Agraris

(44)

Tabel 3. Luas lahan Desa Manemeng menurut jenis penggunaannya Tahun 2012

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Lahan Sawah Irigasi Teknis 100.4 74.65

2 Lahan Bukan

Sawah

Bangunan dan Pekarangan

21.5 15.99

Perkebunan 12 8.92

Lainnya 0.6 0.45

Jumlah 134.5 100.00

Sumber : Profil Desa Manemeng, 2012

Gambar 4. Persentase luas lahan Desa Manemeng menurut jenis penggunaannya Tahun 2012

Dari Gambar 4, dapat dilihat bahwa penggunaan lahan untuk persawahan memiliki jumlah yang paling luas yaitu sebesar 100.4 ha (74.65%). Keseluruhan lahan sawah di Desa Manemeng merupakan lahan dengan irigasi teknis. Selain itu lahan yang tersedia berpotensi untuk mengembangkan usaha di bidang peternakan. Sehingga lahan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Manemeng dapat diolah secara produktif untuk meningkatkan kesejahteraan petani atau warga secara keseluruhan. Dengan tersediannya sarana pengairan atau jaringan irigasi yang baik, usahatani padi di Desa Manemeng dapat dilakukan oleh para petani hingga tiga kali dalam setahun. Namun, bila pada musim tanam ketiga peluang untuk usahatani padi kurang baik, biasanya petani di Desa Manemeng sebagian besar menanam kacang kedelai. Sebagian kecil dari petani kadang-kadang menanam jagung atau palawija yang lainnya.

Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk suatu daerah pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor demografi yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi (migrasi masuk dan migrasi keluar). Demikian pula di Desa Manemeng, pertumbuhan penduduk desa dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Faktor

74.65% 15.99%

8.92% 0.45%

Lahan Sawah Bangunan dan Pekarangan

(45)

yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan penduduk Desa Manemeng adalah faktor fertilitas sedangkan migrasi masuk atau keluar disebabkan oleh faktor perkawinan antara penduduk Desa Manemeng dengan penduduk dari luar dan sebaliknya.

Struktur Sosial Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial merupakan pelapisan sosial penduduk/masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat. Pelapisan sosial masyarakat di Desa Manemeng terjadi dengan sendirinya berbarengan dengan perkembangan masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan dan kepandaian, senioritas, sifat keaslian keanggotaan pemimpin masyarakat, dan kepimilikan harta benda atas tanah. Selain itu, pelapisan masyarakat di Desa Manemeng terjadi karena faktor kekuasaan dan wewenang dalam pemerintahan. Sehingga kepala desa, kepala sekolah/guru, anggota DPRD dan seseorang yang memiliki peran penting dalam pemerintahan sangat dihormati oleh sebagian besar warga. Hal ini terlihat ketika ada acara sosial, tokoh-tokoh tadi seringkali diberikan tempat duduk terdepan.

Pelapisan sosial masyarakat di Desa Manemeng berdasarkan tingkat pendidikan dan kepandaian, menempatkan tokoh agama, imam masjid, guru ngaji, dan seseorang yang bergelar sarjana pada tingkat yang lebih tinggi dari yang lainnya. Berdasarkan kepemilikan asset (kekayaan) tidak terlihat begitu menonjol disebabkan tingkat pendapatan masyarakat yang relatif merata dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang cukup merata dan relatif baik.

Kelembagaan Sosial

Kelembagaan sosial di Desa Manemeng terdiri dari kelembagaan formal dan informal. Kelembagaan formal merupakan lembaga yang diinisiasi oleh pihak pemerintah. Lembaga-lembaga tersebut, yaitu; Pemerintah Desa Manemeng, BPD, dusun, RT, sekolah formal, Koperasi Unit Desa (KUD), posyandu, PKK, dan kelompok tani. Kelembagaan informal merupakan lembaga atau kelompok sosial yang diinisiasi oleh masyarakat seperti kelompok pengajian, kelompok arisan, pengurus masjid, karang taruna dan remaja masjid.

Kelembagaan formal memiliki relasi atau hubungan kerja yang diatur dalam peraturan formal, sehingga memiliki ketentuan dan keteraturan dalam pola-pola kerja masing-masing kelompok. Berbeda dengan kelembagaan formal, kelembagaan informal memiliki pola-pola relasi/hubungan antar anggota dan antar kelompok sesuai pola yang disepakati. Berikut pola-pola relasi antar anggota dan antar kelompok serta aktivitas kelompok sosial yang ada di Desa Manemeng sebagai berikut:

(46)

remaja dilaksanakan setelah sholat Magrib, pengajian untuk ibu-ibu dilaksanakan sore hari dan pengajian untuk bapak-bapak dilaksanakan setelah sholat subuh dan di malam hari;

2. Kelompok arisan yang dijadikan sebagai salah satu media silaturrahmi dan peningkatan pengetahuan dalam bidang agama, di Desa Manemeng terdapat kelompok arisan sebagai wadah berkumpulnya masyarakat. Kelompok arisan yang ada adalah kelompok arisan ibu-ibu yang ditujukan sebagai media untuk menabung dalam jangka pendek, ajang silaturrahmi diantara sesama warga dan wadah dimana para anggotanya dapat memanfaatkan dana sosial apabila terkena musibah atau hendak akan melaksanakan acara perkawinan keluarga;

3. Pengurus masjid yang dipegang oleh warga yang aktif dalam kegiatan peribadatan dengan tugas dan fungsi melaksanakan dakwah, majelis

ta’lim (pengajian), lembaga amal, zakat, infaq dan shadaqoh (LAZIS),

mengurus kematian dan kegiatan ibadah lainnya;

4. Kelompok karang taruna dan remaja masjid yang merupakan pengembangan kelompok pemuda dan remaja yang didalamnya mencakup berbagai kegiatan di bidang olahraga seperti bola volley dan sepak bola serta kegiatan di bidang keagamaan. Kegiatan kepemudaan dan remaja masjid di Desa Manemeng biasanya dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu seperti kegiatan 17 Agustus-an dan kegiatan di Bulan Ramadhan.

Jejaring Sosial

Jejaring sosial yang terjalin antar lembaga yang ada di Desa Manemeng maupun dengan luar Desa Manemeng dijalin melalui kerjasama yang difasilitasi oleh pemerintah, tokoh politik, dan pengusaha sukses yang ada di Desa manemeng. Melalui jejaring tersebut membawa nuansa perubahan pada pola pikir masyarakat untuk terus meningkatkan taraf hidupnya melalui peluang dan kesempatan yang ada untuk dikembangkan. Hubungan yang terjalin dengan lembaga lain yang ada di luar cukup baik yang terjadi karena meningkatnya kesadaran dan inisiatif masyarakat untuk membangun jaringan keluar. Masyarakat Desa Manemeng menyadari bahwa kemajuan dan kesejahteraan itu merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi.

Kelembagaan Ekonomi Kelompok Usaha Produktif

Salah satu ciri berkembang dan majunya suatu daerah adalah adanya aktifitas-aktifitas usaha produktif yang dimiliki oleh masyarakat. Di Desa Manemeng terdapat kelompok usaha produktif seperti kelompok usaha penjualan mebel, warung bakso, jual beli gabah, jual pupuk dan benih, jual beli ternak, KUD, KBRT, koperasi simpan pinjam, dan usaha warung sembako.

Gambar

Gambar 1.   Kerangka Pemikiran Kajian Strategi Pengembangan KBRT di
Tabel 1. Rincian pengolahan dan analisis data
Gambar 2.  Peta wilayah Desa Manemeng
Tabel 2. Penduduk Desa Manemeng menurut golongan umur dan jenis  kelamin  Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) kesadaran politik masyarakat dalam pemilihan kepala desa di Desa Kalipucang Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes, 2) pelaksanaan

dengan kendaraan bermotor menuju tempat event bersepeda, tidak menutup kemungkinan pengendara mengalami kesulitan membawa sepeda dan dapat mengakibatkan kecelakaan pada saat

Uji coba daya anti moluska dari daun jayanti terhadap keong mas hama tanaman padi dilakukan dalam 10 unit ulangan percobaan oleh kelompok tani di Desa Bunut Baok Lombok

Perpustakan Proklamator Bung Hatta Bukittinggi menggunakan program ILMS (Integrated Library Menagemen System).Program yang digunakan oleh UPT.Perpustakaan

Kelompok Bahan Makanan mengalami kenaikan indeks sebesar 0,65 persen, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau mengalami kenaikan indeks sebesar 0,28 persen,

Hasil observasi terhadap siswa menunjukkan hal-hal sebagai berikut: (1) sudah semua siswa memperhatikan guru dalam penyampaian materi, dan tidak ada lagi siswa melakukan

Sikap ini tidak lain merupakan cikal bakal dari apa yang disebut sebagai pluralisme agama, dengan ide utamanya doktrin bahwa semua agama merupakan seperti

Angket Penilaian Kualitas Lembar Kerja Siswa (LKS) Interaktif Materi Jamur (Fungi) Berbasis Website Untuk Siswa SMA/MA Kelas X Semester I (Ahli Media). Nama