• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Program Stimulus Ekonomi

Kebijakan pelaksanaan Program Stimulus Ekonomi (PSE) di KSB dilaksanakan berdasarkan Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Program Stimulus Ekonomi untuk Usaha Mikro Kecil, Menengah dan Koperasi Kerjasama Pemerintah Sumbawa Barat dengan Perbankan. Kemudian dilakukan Perjanjian Kerjasama Kemitraan Pola

Syari’ah Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dengan PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk Cabang Mataram Kantor Unit Pelayanan Syariah Taliwang Nomor: 180/066/MoU/IV/2010; Nomor: 054/BMI/C- MTR/IV/2010 Tentang Pengelolaan Dana Program Stimulus Ekonomi Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat. Peraturan Bupati dan perjanjian kerjasama tersebut, sebagai dasar pelaksanaan PSE di KSB.

Implementasi kegiatan dalam PSE didukung pula dengan adanya Keputusan Bupati Sumbawa Barat Nomor 216 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Stimulus Ekonomi untuk Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi Kerjasama Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dengan Bank Syariah. Kemudian diperkuat dengan Standart Operasi dan Prosedur (SOP) tentang Program Stimulus Ekonomi untuk Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKM) Kerjasama Pemerintah KSB dengan Perbankan. Kebijakan PSE bertujuan memperluas kesempatan kerja dan peluang berusaha, serta mengatasi pengangguran bagi masyarakat di KSB. Selain itu tujuan yang ingin dicapai adalah merangsang tumbuh dan berkembangnya koperasi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat.

Gambar 6. Jumlah KBRT yang terbentuk di KSB

Sasaran PSE untuk KBRT adalah semua RT yang ada di KSB. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa jumlah RT yang tersebar di delapan Kecamatan di KSB berjumlah 793 RT. Dari total jumlah RT tersebut, yang telah membentuk KBRT dan berbadan hukum berdasarkan data Disperindagkop dan UMKM dari tahun 2009 sampai dengan 2011

0 50 100 150 200 250 300 2009 2010 2011 5 273 3

sebanyak 281 KBRT atau baru 35.44% dari total RT yang ada di KSB. Berdasarkan data perbankan, dari 281 KBRT yang ada di KSB, 160 KBRT yang telah terealisasi anggaran dari Perbankan (Bappeda 2011).

KBRT yang terbentuk dan berbadan hukum di KSB hingga tahun 2012 berjumlah 281 KBRT dan baru 160 KBRT yang terealisasi anggaran dari perbankan.

Gambar 7. Jumlah KBRT yang terbentuk di tiap kecamatan di KSB

Dari gambar 6 dan 7, dapat diketahui bahwa KBRT yang paling banyak terbentuk adalah di Kecamatan Seteluk yaitu 67 KBRT (48.20%), sedangkan yang paling sedikit di Kecamatan Sekongkang yaitu 11 KBRT (17.46%). Berdasarkan data perbankan, dari 281 KBRT yang ada di KSB, 160 KBRT yang telah terealisasi anggaran dana stimulus dari perbankan. Secara keseluruhan, Kecamatan Taliwang merupakan kecamatan yang KBRT nya terbanyak terealisasi yaitu 65 KBRT, namun secara persentase yang tertinggi adalah Kecamatan Jereweh yaitu 84.62% (11 KBRT terealisasi dari 13 KBRT yang berbadan hukum). Pelaksanaan kebijakan PSE untuk KBRT dimulai pada tahun 2009 dan pada tahun 2012 dilakukan evaluasi akibat banyaknya KBRT yang sudah menerima dana stimulus namun belum melakukan pelunasan.

Kebijakan pembangunan KSB melalui pengembangan KBRT merupakan salah satu wujud implementasi inovasi pembangunan daerah KSB melalui kebijakan program PBRT di bidang ekonomi. Kebijakan PSE adalah upaya memberikan rangsangan kepada masyarakat untuk membuka usaha atau berwirausaha guna meningkatkan ketersediaan lapangan kerja. Dengan demikian masyarakat menjadi lebih berdaya dan meningkat partisipasinnya dalam pembangunan yang salah satunya melalui KBRT.

Secara konsep, melalui rangsangan dana stimulus ekonomi berbagai usaha ekonomi masyarakat tumbuh dan berkembang. Tumbuh motivasi untuk membangun usaha bersama melalui wadah koperasi yang dibentuk melalui musyawarah secara partisipatif yang dapat menciptakan aksi-aksi

0 50 100 150 200 250 300 255 54 106 40 53 63 139 83 103 15 24 13 23 11 67 25 65 7 15 11 14 2 38 8 Jumlah RT KBRT Yang Berbadan Hukum

bersama antar warga. Namun, hal ini belum dapat diwujudkan secara maksimal pada implementasi KBRT.

KBRT di Desa Manemeng

Dengan kebijakan PSE diupayakan meningkatnya efisiensi, efektifitas dan produktivitas pengelolaan koperasi agar memberikan manfaat dan keuntungan yang optimal bagi seluruh warga. Dengan kebijakan PSE, setiap RT dapat membentuk dan mengembangkan KBRT. Disamping itu, pada setiap desa ditugaskan tenaga pendamping yang bertugas membina, mengarahkan dan memfasilitasi berbagai kegiatan dan upaya yang dilakukan untuk pengembangan masing-masing KBRT.

Berdasarkan data KBRT yang terbentuk di Desa Manemeng, terdapat 5 KBRT yang berbadan hukum serta menerima dana stimulus. Anggota KBRT terdiri dari orang-orang yang berada dalam satu wilayah RT, sehingga dalam kegiatan sehari-hari anggota tersebut sudah saling mengenal dan selalu berinteraksi baik dalam kegiatan usahatani maupun kegiatan sosial. Di samping itu biasanya warga setempat juga masih terikat hubungan kekerabatan. Nama KBRT, nomor badan hukum, dan jumlah anggota KBRT di Desa Manemeng dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Daftar nama KBRT, nomor badan hukum dan jumlah anggota KBRT di Desa Manemeng

No. Nama KBRT Nomor Badan Hukum Jumlah

Anggota (Orang)

1 KBRT Mega Mendung

RT 02 Dusun Mura Baru

192/BH/XXVIII.9/III/2010 20

2 KBRT Maras Bae RT 03

Dusun Mura Baru

320/BH/XXVIII.9/V/2010 20 3 KBRT Balong Rencana RT 04 Dusun Buin Selamu 314/BH/XXVIII.9/V/2010 20 4 KBRT Saling Raning RT

05 Dusun Buin Selamu

332/BH/XXVIII.9/VI/2010 20

5 KBRT Batu Bull RT 06

Dusun Buin Selamu

289/BH/XXVIII.9/IV/2010 20

Sumber: Diolah dari hasil survey KBRT

Hal-hal yang menyebabkan KBRT di Desa Manemeng tidak semua berjalan dan berkembang dapat dilihat dari berbagai aspek yang mempengaruhinya. Keberhasilan implementasi PSE yang merupakan pemberdayaan masyarakat melalui pemberian bantuan modal usaha ekonomi tidak terlepas dari aspek yang lainnya, diantaranya modal sosial.

Evaluasi Pengembangan KBRT

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberlangsungan dan keberhasilan implementasi kebijakan dan pengembangan program adalah kepercayaan. Kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam suatu masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya prilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan aturan-aturan atau norma yang dianut bersama. Demikian pula dalam implementasi PSE untuk KBRT, rasa saling percaya antara pemerintah dengan masyarakat tingkat RT sebagai sasaran program menjadi salah satu modal dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan program.

Kebijakan pengembangan KBRT secara konsep sangat baik dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat KSB dan diyakini akan membangkitkan ekonomi masyarakat di tingkat RT. Dengan demikian diharapkan tumbuh ekonomi lokal melalui tumbuh dan berkembangnya usaha produktif bagi warga KSB. Namun dalam implementasinya diperlukan berbagai perbaikan dan pembinaan dalam pengembangannya. Berdasarkan data perkembangan KBRT bahwa tahun 2011 terjadi penurunan jumlah KBRT yang terbentuk. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya KBRT yang terbentuk pada tahun 2010 yang tidak dapat dicairkan dana stimulusnya, sehingga kepercayaan untuk membentuk KBRT baru dari masyarakat dengan harapan akan memperoleh dana stimuluspun berkurang.

Begitu pula hasil wawancara dengan informan dari pemerintah KSB, banyak KBRT yang terbentuk karena adanya rangsangan dana stimulus, sebagian besar anggotanya tidak memiliki usaha produktif, sehingga atas penilaian dan verifikasi yang dilakukan oleh tim teknis Disperindagkop dan UMKM dan Perbankan sebagian besar dari KBRT tersebut tidak dapat dicairkan dana stimulusnya. Hasil wawancara dengan SB (Seksi Koperasi Disperindagkop dan UMKM KSB) menyatakan;

“Banyak anggota KBRT yang sebenarnya kurang niatnya berusaha,

jiwa usahanya kurang, banyak yang hanya ingin mendapatkan bagian dari dana stimulus”.

Dari hasil wawancara tersebut dan berdasarkan hasil peninjauan lapangan serta verifikasi yang dilakukan bahwa sebagian besar anggota yang tergabung dalam KBRT tidak memiliki usaha produktif sehingga dana stimulus yang diterima dikhawatirkan digunakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif.

Selain itu, bagi KBRT yang menerima pencairan dana stimulus tahap satu banyak yang tidak melakukan penyetoran atau pengembalian dana. Berdasarkan hal tersebut komitmen dan motivasi sebagian anggota KBRT masih sangat kurang dalam hal pengembangan usaha produktif KBRT dan upaya memenuhi kewajiban-kewajibannya sebagai anggota.

Dilihat dari proses pembentukannya, dalam kelembagaan KBRT memiliki kelemahan dalam hal komitmen dan inisiatif masyarakat untuk mengembangkan usaha produktif sekaligus mensukseskan program

pemerintah daerah. Hal ini dipengaruhi pula oleh proses perencanaan program, kelompok yang menjadi sasaran tidak ikut terlibat di dalamnya. Terkait dengan hal itu maka program tidak mampu menampung aspirasi yang menjadi harapan dan kebutuhan sasaran pokok kelompok masyarakat, termasuk kelompok masyarakat di Desa Manemeng yang menjadi fokus dalam kajian ini. Namun, pemerintah memberikan rangsangan melalui dana stimulus ekonomi dalam implementasi program. Banyak anggota KBRT yang tergabung ke dalam kelembagaan KBRT karena termotivasi untuk menikmati kesempatan memperoleh pinjaman dana bantuan dari pemerintah daerah.

Banyak RT yang membentuk KBRT karena dirangsang adanya dana stimulus, sehingga pembentukan KBRT tidak sepenuhnya dilandasi semangat pengembangan usaha yang telah ada. Hasil wawancara dengan AR (Bappeda KSB), menyatakan;

“Banyak RT yang membentuk KBRT karena adanya rangsangan

dana stimulus, sedikit yang membentuk KBRT karena ingin

melakukan pengembangan usaha”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, banyak RT yang membentuk KBRT karena ingin memperoleh dana stimulus. Banyak RT yang melakukan proses pembentukan KBRT begitu memperoleh informasi terkait adanya dana stimulus dari pemerintah daerah. Hal inilah yang menyebabkan sedikitnya RT yang memperoleh pencairan dana stimulus KBRT yang disebabkan tidak memenuhi kriteria dan kelayakan yang ditetapkan.

Dalam pengembangan KBRT, pemerintah KSB membentuk tim teknis yang bertugas melakukan verifikasi dan pembinaan terhadap calon penerima dana stimulus. Dalam pelaksanaan tugasnya tim teknis dinilai kurang melakukan pembinaan terhadap KBRT. Tim teknis lebih banyak menunggu Kepala Desa atau ketua RT yang ingin melakukan konsultasi. Tim teknis tidak memiliki jadwal yang tetap dan sistematis untuk melaksanakan sosialisasi dan pembinaan yang menyeluruh bagi desa atau RT diseluruh wilayah KSB. Tim teknis yang ada kurang dibekali dengan penguatan kapasitas dalam melakukan pengembangan dan pembinaan pada implementasi program.

Demikian pula dengan pendampingan, pemerintah KSB melalui Disperindagkop dan UMKM menugaskan satu orang tenaga pendamping pada setiap desa diseluruh wilayah KSB. Tenaga pendamping bertugas melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap KBRT yang ada di wilayah tugasnya. Fakta di lapangan, sebagian besar tenaga pendamping tidak mampu melaksanakan tugasnya sesuai petunjuk dan arahan. Hal itu disebabkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman teknis pendampingan. Disperindagkop dan UMKM kurang melakukan berbagai kegiatan sebagai upaya meningkatkan kapasitas tenaga pendamping KBRT. Hasil wawancara dengan AR (Bappeda KSB), menyatakan;

“Ada ditugaskan tenaga pendamping pada setiap desa oleh

Disperindagkop dan UMKM, namun tenaga pendamping tersebut

Berdasarkan hasil wawancara di atas, tenaga pendamping yang ditugaskan kurang dibarengi dengan peningkatan kapasitas pengetahun dan pemahaman yang utuh mengenai konsep dan teknis pelaksanaan pendampingan dalam rangka pengembangan KBRT. Yang ditugaskan sebagai tenaga pendamping adalah pegawai sukarela/tenaga kontrak yang ada dilingkup pemerintah KSB dengan pendidikan yang sebagian besar tamat SMA.

Dengan demikian tenaga pendamping memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dan cenderung kurang kreatif. Disperindagkop dan UMKM belum melakukan upaya-upaya untuk menyediakan pelayanan konsultasi dengan menunjuk tim ahli dan kurang melakukan monitoring yang intensif terhadap kinerja tenaga pendamping. Begitu pula dengan koordinasi terhadap tenaga pendamping masih dilakukan secara langsung pada tingkat kabupaten. Pada tingkat kecamatan tingkat koordinasi masih sangat lemah karena tidak ada yang ditugaskan secara khusus untuk mengkoordinir di tingkat kecamatan.

Sasaran pengembangan KBRT mencakup seluruh wilayah RT di KSB. Mengingat jumlah RT yang ada cukup banyak, sosialisasi dan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah KSB menjadi sulit dilakukan. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan tenaga pendamping yang masih belum efektif dalam membina KBRT disetiap desa wilayah kerjanya. Selain itu kemampuan pemerintah dalam melakukan pembinaan dan pengontrolan terhadap tenaga pendamping juga masih terbatas.

Kegiatan sosialisasi dan informasi program belum dilaksanakan secara intensif. Sehingga, menyebabkan sebagian ketua RT dan masyarakat tidak memperoleh informasi secara jelas terkait dengan kebijakan PSE. Berdasarkan hasil wawancara dengan tim teknis di Disperindagkop dan UMKM, sebenarnya sosialisasi dan informasi tersebut dilakukan juga oleh tim pendamping yang ditugaskan pada setiap desa. Tim teknis di Disperindagkop dan UMKM mengakui bahwa mekanisme kontrol dan evaluasi bagi tim pendamping yang bertugas dilapangan masih lemah dan belum terprogram dengan baik.

Pelaksana kebijakan PSE dan pengembangan KBRT merupakan koordinasi bersama antara beberapa SKPD terkait, antara lain BAPPEDA, Disperindagkop dan UMKM, BPM PD (Pemerintah Desa), dan pihak perbankan. Dalam pelaksanaannya, koordinasi antar SKPD terkait dinilai lemah dalam melaksanakan fungsi dan perannya masing-masing. Hubungan koordinasi antara tim teknis yang dibentuk oleh Disperindagkop dan UMKM dengan Pemerintah Desa tidak berjalan dengan baik. Akibat lemahnya koordinasi, para Kepala Desa dan ketua RT menghadapi kesulitan dalam proses pengembangan KBRT dan pengajuan kelengkapan administrasi pencairan dana stimulus. Dari hasil wawancara dengan para informan, bahwa pembinaan yang dilakukan oleh Disperindagkop dan UMKM melalui tim teknis yang dibentuk belum dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah KSB. Hal ini berdampak pada keberlangsungan KBRT yang telah terbentuk dalam mengembangkan koperasi beserta usaha yang dimiliki para anggotanya. Hasil wawancara dengan AR (Bappeda KSB), menyatakan bahwa;

“Pemerintah melalui dinas teknis, belum maksimal melakukan

pembinaan terkait dengan efektifitas penggunaan modal”.

Akibat dari kurang maksimalnya pembinaan yang dilakukan, efektifitas penggunaan modal pada beberapa KBRT menjadi kurang terarah. Hasil dari penggunaan modal dana stimulan menjadi tidak terlihat jelas karena banyaknya anggota yang tidak memanfaatkan untuk kegiatan ekonomi produktif. Idealnya pembinaan dan pengawasan penggunaan modal dapat menjaga kelangsungan usaha produktif yang dimiliki anggota KBRT.

Kebijakan PSE diyakini sangat efektif dipandang dari segi konsep pengembangan program dan sangat bermanfaat bagi pengembangan ekonomi warga di tingkat RT. Berdasarkan jumlah KBRT yang terbentuk, masih sangat banyak RT yang belum melaksanakan proses pembentukan KBRT. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya aksi kolektif dan kerja sama antar RT dalam proses pembentukan dan pengembangan KBRT. Berdasarkan data yang diperoleh, dalam satu desa terdapat RT yang berhasil dan tidak berhasil membentuk KBRT. Padahal masyarakat disetiap RT di KSB memiliki tingkat partisipasi yang cukup tinggi dalam berbagai kegiatan musyawarah dan rapat RT yang didasari oleh semangat dan ruh program PBRT. Tidak terjalin hubungan kerjasama antara RT yang berhasil dan yang tidak berhasil untuk melakukan proses tukar pengalaman dan cara sukses mengembangkan KBRT.

Demikian pula dengan di Desa Manemeng, hubungan kerjasama antar anggota dalam hal memperkuat usaha KBRT melalui upaya saling mengingatkan dalam penyelesaiaan kewajiban atau setoran masih sangat lemah. Pengurus sudah cukup berupaya dan berinisiatif terus mendatangi para anggota dalam rangka saling mengingatkan dan membangun budaya bersilaturrahim yang dapat mendatangkan manfaat dan kemajuan atas usaha KBRT yang dikembangkan. Selain itu, antar RT atau antar KBRT di Desa Manemeng tidak memiliki jalinan kerjasama sebagai bentuk tukar informasi dan cara sukses kembangkan KBRT bagi yang mengalami perkembangan dan kemajuan. Demikian pula kerjasama dengan kelembagaan lain, pengurus KBRT belum mampu membangun jaringan kerjasama yang dapat meningkatkan usaha KBRT.

Ikhtisar

Kebijakan pelaksanaan PSE di KSB dilaksanakan berdasarkan Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Program Stimulus Ekonomi untuk Usaha Mikro Kecil, Menengah dan Koperasi Kerjasama Pemerintah Sumbawa Barat dengan Perbankan. Kebijakan PSE bertujuan memperluas kesempatan kerja dan peluang berusaha, serta mengatasi pengangguran bagi masyarakat di KSB dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh warga.

Hasil evaluasi program yang dilakukan, banyak KBRT yang terbentuk hanya karena rangsangan dana stimulus, bukan sepenuhnya karena pengembangan usaha produktif yang dimiliki anggota. Selain itu, bagi KBRT yang menerima pencairan dana stimulus tahap satu banyak yang

tidak melakukan penyetoran atau pengembalian dana. Berdasarkan hal tersebut terdapat indikasi bahwa komitmen dan motivasi sebagian anggota KBRT masih sangat kurang dalam hal pengembangan usaha produktif KBRT dan upaya memenuhi kewajiban-kewajibannya sebagai anggota.

Implementasi kebijakan pengembangan KBRT belum berhasil dengan baik disebabkan antara lain: (1) permodalan melalui pemberian dana stimulus tidak diikuti dengan pembinaan yang baik; (2) kurangnya efektifitas kinerja tim teknis yang dibentuk Disperindagkop dan UMKM; dan (3) kurangnya pendampingan. Kemudian dalam hal pengembangan dan perluasan jaringan kerja KBRT belum berhasil dengan baik, disebabkan antara lain: (1) kurangnya sosialisasi dan informasi program yang fokus dalam pengembangan KBRT; (2) rendahnya koordinasi antar SKPD dan perbankan; dan (3) kurang adanya pengembangan aksi kolektif dan kerjasama antar RT dalam aktivitas ekonomi, antar KBRT, serta antara KBRT dengan kelembagaan lain.

6 ANALISIS KONDISI MODAL SOSIAL

Dokumen terkait