• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi konteks dilakukan untuk mengetahui apakah program yang disusun sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam evaluasi konteks mendefinisikan konteks program yang dilaksanakan, mengidentifikasi kebutuhan semua individu yang terlibat dalam program, mendiagnosis hal-hal yang mendasari kebutuhan dan mendesain tujuan program. Evaluasi konteks ini mencakup evaluasi terhadap

program kegiatan education expo (motif kegiatan, pengertian topik kegiatan, tujuan atau hasil yang diharapkan), identifikasi kebutuhan individu dan lingkungan, manajemen program serta personil yang terlibat dalam kegiatan dan peranannya masing- masing.

Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi terfokus dengan responden dapat disimpulkan bahwa program education expo di SMA Karangturi ini merupakan salah satu aplikasi dari program BK yang diselenggarakan tiap tahun sejak tahun 1997. Program

education expo dilaksanakan karena adanya kebutuhan siswa yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi baik dalam maupun luar negeri, disamping juga dikarenakan kebutuhan sekolah dalam meningkatkan prestasi sekolah. Jadi program ini dapat merupakan jembatan antara siswa dengan Perguruan Tinggi, dimana siswa dapat mencari referensi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Disamping itu dapat membantu orang tua mempersiapkan kebutuhan kuliah anaknya jika berkuliah di Perguruan Tinggi yang mereka inginkan, serta membantu perguruan tinggi mensosialisasikan diri tentang program-program unggulan mereka kepada calon mahasiswa.

Definisi kontek education expo dalam kontek topik kegiatan difahami oleh siswa, guru, ortu dan mitra. Pemahaman mereka bervariatif. Pemahaman guru BK, Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah memahami

jelas topik dari kegiatan education expo. Demikian juga urusan humas yang terlibat langsung dalam perumusan kegiatan ini. Tetapi pemahaman yang bervariatif muncul dari guru-guru dan siswa yang tidak terlibat langsung maupun mereka yang hanya menerima manfaat dari program kegiatan ini. Mereka memahami topik tetapi tidak bisa menyebutkan secara jelas apa topik kegiatan education expo tahun 2014 dan siapa penggagas munculnya topik tersebut.

Sementara dalam aspek identifikasi kebutuhan individu dan lingkungan adalah pertama Kebutuhan individu siswa untuk mengambil keputusan, tergambarkan tetapi belum di rumuskan dalam dokumen laporan assessment kebutuhan sekolah. Kebutuhan siswa ini didapatkan oleh guru melalui komunikasi tidak terstruktur, secara lesan dan dimatangkan dalam rapat terbatas antara guru BK dan pimpinan sekolah. Belum diselenggarakan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan gambaran utuh kebutuhan siswa/sekolah dalam kegiatan education expo. Termasuk kegiatan asssessment yang terstruktur sehingga hasilnya bisa dijadikan rujukan landasan kegiatan. Kedua, Kebutuhan lingkungan masyarakat dan orang tua, juga belum dikenali. Tetapi kebutuhan mitra (universitas) sudah diidentifikasi meskipun masih terbatas pada informasi umum.

Dalam aspek tujuan diselenggarakan education expo dirumuskan oleh panita yang dibentuk oleh sekolah. Meskipun demikian siswa, guru, ortu dan

mitra mengaku memahami tujuan dari education expo

ini. Pemahaman meraka adalah kegiatan edu expo

untuk memberikan informasi bagi siswa SMA Karangturi yang ingin melanjutkan jenjang pendidikan tinggi yaitu ke universitas. Pemahaman ini mereka dapatkan dari informasi mulut ke mulut bukan dari membaca brosur atau pamflet yang disediakan oleh panitia penyelenggara. Meski demikian, mereka rata- rata merasa cukup mendapatkan informasi atas kegiatan education expo ini. Sementara pihak luar (mitra sekolah), memahami tujuan edu expo dari proposal kegiatan yang dikirimkan oleh sekolah dalam bagian dari pengajuan kerjasama oleh sekolah SMA Karangturi.

Dilihat dari evaluasi tujuan program, telah sesuai dengan teori Badrujaman , yang menyatakan bahwa orientasi utama dari evaluasi tujuan program adalah untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan peserta didik dan juga untuk menyediaka. (Badrujaman, 2011). Karena obyek yang dituju adalah siswa maka tujuan dari program kegiatan education expo sendiri adalah: (1) Memberikan peluang kepada siswa Sekolah Menengah Atas agar mengetahui berbagai informasi tentang Perguruan Tinggi demi masa depan siswa, (2) Memberikan informasi perkembangan dunia Perguruan Tinggi dan dinamika dalam bentuk-bentuk pelayanan pembelajarannya, (3) Memberikan bimbingan kepada pelajar untuk menentukan pilihan fakultas, jurusan, dan Perguruan

Tinggi yang tepat demi pengembangan kompetensi dimasa depan.

Dari tujuan tersebut, diharapkan siswa dapat memilih Perguruan Tinggi yang diinginkan sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan masing- masing siswa. Tujuan edu expo ini juga sejalan dengan pernyataan Graha Pena Menado pos (2013) dan dalam proposal De Britto Education Fair (2010), yang intinya adalah memberikan informasi seluas-luasnya perguruan tinggi yang diminati siswa

Sementara sasaran peserta education expo

sejak awal ditetapkan adalah pertama, peserta SMA Karangturi meliputi siswa di semua kelas, orang tua dan guru/staf sekolah. Mereka ini yang dalam perencanaan konteks dijadikan penerima manfaat secara langsung. Kedua, masyarakat luas, adalah mereka adalah siswa dan orang tua siswa dari berbagai sekolah tingkat atas yang hadir atau diundang berpartisipasi dalam kegiatan education expo

ini. Pemilihan dua sasaran ini karena merekalah yang paling membutuhkan diselenggarakannya kegiatan

education expo.

Kompetensi yang ingin dicapai pada pelaksanaan education expo adalah pemenuhan informasi perguruan tinggi yang dibutuhkan oleh siswa di dua kelompok sasaran tersebut diatas. Pemenuhan kebutuhan tersebut oleh SMA Karangturi menjadi bagian dari tugas sekolah khususnya bidang BK untuk melayani siswa mendapatkan informasi

yang lengkap tentang perguruan tinggi dan ruang lingkupnya. Pemenuhan kebutuhan ini akan membantu siswa mengambil keputusan yang tepat dalam meneruskan jenjang pendidikan perguruan tinggi.

Dalam evaluasi konteks program education expo, yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan siswa dan lingkungan agar sesuai dengan tujuan program yang ditetapkan. Berdasarkan identifikasi pengalaman kegiatan tahun lalu, maka identifikasi kebutuhan sekolah didapatkan melalui hasil wawancara responden disimpulkan bahwa identifikasi kebutuhan siswa dan lingkungan melihat dari ketidakhadiran siswa (siswa yang ijin sekolah untuk melihat perguruan tinggi yang diminati), kemudian pemberian angket untuk mengetahui perguruan tinggi mana saja yang diminati siswa, namun sayangnya angket itu hanya untuk kelas XII. Kelas X dan XI tidak diberikan angket dikarenakan sasaran utamanya adalah kelas XII. Angket itupun tidak rutin tiap tahun diberikan, padahal setiap tahun siswa tidak sama/berbeda kalaupun sasarannya hanya kelas XII. Selain itu identifikasi kebutuhan siswa dilihat dari alumni yang telah masuk di Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, ada stan perguruan tinggi yang sepi pengunjung atau dilewati, karena memang tidak diminati oleh siswa.

Sebenarnya pihak sekolah berusaha selektif dalam mengundang perguruan tinggi, tetapi

memang ada beberapa perguruan tinggi yang memaksa ikut dalam stan education expo tersebut dikarenakan merasa tidak enak dengan perguruan tinggi itu, resikonya sepi pengunjung.

Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa dalam pemilihan perguruan tinggi yang ikut stan dalam education expo belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan siswa SMA Karangturi ataupun lingkungan (pihak sekolah, orang tua, dan siswa SMA lain). Secara otomatis identifikasi kebutuhan siswa dan lingkungan belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria keberhasilan (antara tujuan program dan kebutuhan siswa), seperti yang dinyatakan oleh Badrujaman(2011) ataupun Gysbers dan Henderson

(2006) bahwa “sebuah program dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan”.

Menurut Trotter et al, (dalam Badrujaman, 2011), menyatakan bahwa identifikasi kebutuhan siswa melalui diskusi dengan siswa, guru dan orang tua, merancancang item survei, melakukan survei kebutuhan, serta membandingkan kebutuhan siswa berdasarkan evaluasi dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam program education expo

dibutuhkan keterlibatan dari berbagai pihak, baik dari masyarakat di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Seperti yang dikemukakan Gysbers dan Henderson (2006) bahwa personil merupakan salah satu sumber yang ada dalam sebuah program. Dari hasil

wawancara dan diskusi kelompok dapat disimpulkan bahwa personil yang terlibat dalam pelaksanaan

education expo secara umum jelas semua terlibat baik dari seluruh siswa SMA Karangturi, pihak sekolah (semua guru dan karyawan), termasuk juga orang tua siswa. Secara khusus adalah guru BK, humas dan siswa. Karena kegiatan education expo ini adalah salah satu aplikasi dari program BK, secara otomatis guru BK terlibat penuh, disamping itu humas, yayasan, dan semua guru juga terlibat karena terhitung besar acaranya. Sebelum pelaksanaan, dibentuk panitia agar bekerja sesuai dengan tugas masing-masing dari mulai ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi (baik seksi perlengkapan, seksi dekorasi, seksi konsumsi, seksi dokumentasi dan lainnya). Adanya kepanitiaan menunjukkan keseriusan sebuah program. Karena kepanitiaan nantinya yang akan terlibat langsung dalam proses penyelenggaraan program education expo, mengidentifikasi kekurangan dan kekuatan yang dimiliki, memperbaiki kekurangan, mendiagnosis masalah sehingga dapat ditemukan solusi perbaikan, serta memberi gambaran setting program (Stufflebeam dalam Badrujaman 2011). Semua guru terlibat dalam kepanitiaan. Humas berperan penting dalam mengelola kegiatan, baik persiapan maupun pengelolaannya. Guru BK selain mengkoordinir, juga memiliki kewenangan untuk menangani presentasi dari perguruan tinggi, mengurusi penempatan dan penyaluran siswa selepas lulus. Orang tua

mendampingi dan menentukan pilihan perguruan tinggi bagi anaknya. Siswa berperan aktif dalam mencari informasi perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri.

Dokumen terkait