• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah proses dalam pelaksanaan program education expo sudah sesuai dengan strategi yang telah direncanakan. Di dalam evaluasi proses ini yang perlu dilakukan yaitu mengidentifikasi atau memprediksi proses-proses yang menghambat desain prosedur atau implementasinya, merekam dan menilai keterlaksanaan prosedur kegiatan dan menyediakan bahan-bahan informasi untuk penyusunan program di masa depan. Evaluasi proses ini mencakup tiga hal yaitu pertama, evaluasi proses pelaksanaan yang meliputi: kesiapan panitia dan mitra yang diundang, strategi yang digunakan, metode pelaksanaan, media pelaksanaan, penyampaian materi. Kedua, evaluasi keterlaksanaan program, meliputi penggunaan media, metode, ketepatan waktu pelaksanaan, penggunaan tempat, keaktifan peserta, penilaian hasil kegiatan.

Ketiga, evaluasi perbaikan program, meliputi: hambatan, perbaikan dan pengembangan.

Menurut hasil wawancara dan diskusi kelompok disimpulkan bahwa proses pelaksanaan kegiatan

education expo yang meliputi kepanitiaan, undangan kepada mitra perguruan tinggi, orang tua dan SMA

lain, strategi, metode, media ataupun materi telah dipersiapkan semaksimal mungkin walau masih ada hambatan. Menurut Badrujaman (2011) bahwa adanya evaluasi proses pelaksanaan diharapkan program dapat terlaksana dengan efektif.

Dari hasil diskusi dan wawancara bahwa pelaksanaan education expo di dalam area sekolah (di aula sekolah) dengan di luar sekolah (di mall Paragon) berbeda dalam hal kepanitiaan yang terlibat mengurus kelengkapan sarana prasarana, strategi penyampaian materi/ceramah, metode termasuk media juga berbeda, disamping biaya juga berbeda. Pada tahun 2013, education expo SMA Karangturi dilaksanakan di

mall Paragon, tahun sebelumnya di sekolah. Alasan diadakan di mall Paragon karena mall Paragon

merupakan pusat perbelanjaan paling ramai di Semarang dan pada saat itu ada open house, sehingga bisa dimanfaatkan untuk promosi sekolah Karangturi sekaligus. Di mall Paragon karena acaranya besar melibatkan berbagai segmen seperti humas, yayasan dan guru SMA sendiri, juga biayanya yang mahal untuk membayar ruangan, sarana prasarana sebagian besar dari pihak mall; stannya lebih sedikit; pengunjung kebanyakan masyarakat umum membuat siswa tidak fokus mencari informasi perguruan tinggi, waktu cukup lama dari pagi jam 10.00 hingga jam 21.00an; guru juga harus berjaga bergilir dari pagi hingga malam. Berbeda dengan penyelenggaraan di aula sekolah. Di aula melibatkan guru SMA dari

humas sampai guru BK; stannya lebih banyak; pengunjung dari siswa SMA Karangturi dan siswa SMA lain yang diundang serta orang tua mereka yang diundang; siswa bisa lebih fokus mencari informasi pendidikan tinggi karena digilir saat mengunjunginya; waktu dari jam 08.00 hingga pulang sekolah; guru berjaga sesuai jam sekolah dan langsung bisa melihat situasi kegiatan education expo.

Dari uraian pelaksanaan education expo

tersebut dapat disimpulkan bahwa secara fisik pelaksanaan program education expo terlaksana. Namun belum sepenuhnya dapat membuat siswa puas dengan tempat, materi, media, dan strateginya, yang berarti belum sesuai antara program pelaksanaan, keterlaksanaan program serta hambatan-hambatan yang dijumpai di lapangan (Badrujaman, 2011).

Dari hasil wawancara diketahui bahwa acara

education expo sebelumnya (sebelum tahun 2014) dilaksanakan tiap tahun pada bulan September, selama 2 hari dan diusahakan tidak mengganggu jam belajar siswa, dari hari Jumat-Sabtu. Jadi waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana program. Peserta aktif dalam mencari informasi, mengunjungi stan perguruan tinggi, dalam hal ini adalah siswa dan orang tua, walaupun ada stan yang sepi pengunjung karena kurang diminati siswa. Dalam pelaksanaan

education expo pihak sekolah berusaha untuk menyesuaikan kebutuhan siswa, namun tetap masih ada kekurangannya, karena segala sesuatu memang

tidak semulus yang dikehendaki. Disamping adanya pameran perguruan tinggi baik dari universitas negeri, universitas swasta nasional, dan universitas internasional, dalam education expo terdapat berbagai kegiatan lain yaitu: adanya presentasi perguruan tinggi, ada bazar dan lomba-lomba akademik, serta simulasi TOEFL-IELTS.

Pernyataan hasil wawancara tersebut sesuai dengan proposal education expo SMA Karangturi. Presentasi perguruan tinggi hanya diperuntukkan kelas XII, sedang kelas X dan XI hanya mengikuti pameran di stan dan jika ingin menghendaki informasi bertanya kepada stan yang dikunjungi. Alasannya tidak cukup waktu untuk meladeni semua siswa dan mereka (mitra perguruan tinggi) itu targetnya kelas XII. Padahal jikalau untuk semua siswa (kelas X dan XI) dapat bertanya langsung dan lebih dini mengenal perguruan tinggi dan penjurusannya, sehingga siswa X dan XI bisa mempersiapkan belajarnya untuk menuju perguruan tinggi yang diinginkan. Dalam hal ini ternyata diperlukan peran dari guru BK.

Jadi dalam pelaksanaan education expo, peran dari guru BK yaitu (1) membantu menjadi penghubung pihak perguruan tinggi dengan sekolah, (2) mengatur jadwal presentasi, (3) membimbing para murid untuk bertanya jurusan apa yang paling diminati pada masing-masing universitas, apa yang seharusnya mereka lakukan agar memperoleh informasi dengan sebaik-baiknya. Guru BK banyak terlibat karena

kegiatan ini adalah program guru BK. Namun, panitia dari seluruh pihak sekolah. Disamping itu sangat diharapkan dukungan orang tua karena orang tua memegang peranan penting dalam studi siswa. Pihak yayasan juga sangat mendukung hal ini karena kegiatan dianggap dapat meringankan beban siswa dan orang tua.

Bagi sebagian siswa, narasumber dan informasi dari kegiatan ini tidak semua sesuai dengan kebutuhan mereka karena kurang lengkapnya stan universitas yang ada di education expo namun bagi siswa yang lain ini sangat membantu karena mereka tidak hanya mendapat informasi secara lisan namun juga secara tertulis dengan mendapatkan buku, brosur, dll. Acara ini bersifat bebas artinya mereka diberi kebebasan untuk bertanya sebanyak-banyaknya sesuai kebutuhan mereka, tidak ada nilai keaktifan yang menjadi kriteria dalam acara tersebut, tidak ada tanda bukti bahwa kita sudah mengunjungi stan mana saja. Publikasi untuk suatu acara itu sangat diperlukan dan penting dalam education expo pihak sekolah menggunakan media sosial (BBM, Twitter, Fb), banner, spanduk, dan media elektronik lainnya.

Menurut hasil wawancara dan diskusi kelompok disimpulkan bahwa hambatan program pada sisi pelaksanaan education expo. Pelaksanaan di aula sekolah, karena lokasi yang dekat jalan besar, maka suara dari bis-bis kerap menganggu. Aula yang bolong-bolong menyebabkan AC tidak terasa, sehingga

panas dan gerah. Tempat seringkali tidak mendukung, tetapi warga sekolah mendukung secara positif. Dari siswa juga bertisipasi aktif, digilir. Dalam pelaksanaan

education expo di mall Paragon mendapatkan keluhan dari perguruan tinggi peserta expo karena dianggap suasana mall kurang mendukung dalam mempromosikan perguruan tinggi tersebut, namun di sisi lain pengunjung dari expo tersebut bervariasi tidak hanya siswa dari Karangturi tetapi ada juga siswa dari sekolah lain. Disamping itu education expo di mall

Paragon lebih sedikit stannya. Jika di sekolah, stan banyak, pengunjung juga ramai dari siswa dan ortu siswa, serta siswa SMA lain, namun ada kendala juga yaitu bising karena dekat jalan raya. Disamping itu, sekolah harus mencari waktu yang tepat dalam penyelenggaraan karena kompleks sekolah yang satu lokasi dengan SMP sehingga rancangan waktu penyelenggaraan harus tepat dan tidak menggangu jam belajar-mengajar SMP. Dalam penentuan waktu penyelenggaraan juga harus mendapat ijin dari berbagai jenjang sekolah yang ada dalam kompleks sekolah Karangturi. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa pelaksanaan education expo baik di aula sekolah ataupun di mall Paragon terdapat kelemahan dan kekurangannya, akan tetapi kedepannya lebih disukai pelaksanaannya di aula sekolah, dengan mempertimbangkan hambatan / kekurangannya sehingga kegiatan education expo sesuai dengan tujuan dan sasarannya. Jadi jika diketahui kelemahan

dan hambatannya, maka usaha perbaikan dapat dilakukan. Pernyataan ini sesuai dengan Badrujaman (2011) yaitu usaha perbaikan tentunya dapat dilakukan jika guru BK memiliki cukup informasi data berkenaan dengan kelebihan dan kelemahan program yang dilakukan.

Dokumen terkait