• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Hasil Analisis PLS

5.4.2 Evaluasi Model Struktural

Menilai inner model adalah mengevaluasi hubungan antar variabel laten sebagai pengujian hipotesis. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan

R-square untuk variabel endogen dan membandingkan thitung dengan tTabel (tTabel

pada tingkat kepercayaan 95% adalah 1.96). Hipotesis akan diterima jika thitung

lebih besar dari tTabel. Analisis path Coefficients dapat dilihat pada Lampiran 10.

Penelitian ini memiliki 2 (dua) konstruk laten eksogen yaitu konstruk kepemimpinan transformasional dan kualitas kehidupan kerja. Sedangkan konstruk laten endogen pada penelitian ini adalah perilaku ekstra peran. Pengujian kelayakan inner model menurut Ghozaly (2006) berdasarkan dua kriteria yaitu berdasarkan R-square pada konstruk second order untuk mengidentifikasi kategori model dan path coefisien untuk pengujian hipotesis.

Konstruk laten yang digunakan dalam penelitian merupakan konstruk dengan multidimensi. Konstruk laten terdiri dari dua jenjang konstruk yaitu konstruk first order dan konstruk second order. Pengujian inner model dilakukan

dengan dua tahap yaitu evaluasi model antara konstruk first order dengan konstruk second order dan evaluasi model antar konstruk second order. Evaluasi

inner model antar konstruk second order adalah untuk mengevaluasi pengaruh antar konstruk laten dan pengujian hipotesis. Sedangkan evaluasi inner model antara konstruk first order dengan konstruk second order bertujuan untuk melihat seberapa besar tingkat reflektif konstruk first order dalam menggambarkan konstruk second order.

5.4.2.1. Evaluasi Inner Model Antara First Order dengan Second Order Analisis model innerreflective dilakukan antara konstruk first order dengan konstruk second order. Pada penelitian ini, konstruk second order terdiri dari sistem kepemimpinan transformasional, kualitas kehidupan kerja, dan perilaku ekstra peran yang direfleksikan melalui beberapa konstruk first order. Berikut penjelasan mengenai tingkat reflektif konstruk first order terhadap konstruk second order:

a. Kepemimpinan transformasional direfleksikan melalui konstruk first order

yaitu kharisma, perhatian individu, memotivasi secara intelektual, dan memberi inspirasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kharisma memiliki tingkat refleksi interelasi terbesar dalam menggambarkan kepemimpinan transformasional dengan nilai loading factor sebesar 0.888. Selanjutnya diikuti oleh perhatian individu (0.884), memberi inspirasi (0.814), memotivasi secara intelektual (0.784).

Data di atas menunjukkan bahwa karyawan merasakan adanya bentuk kepemimpinan transformasional dari pemimpin yang ditunjukkan oleh faktor- faktor disebut di atas.

b. Kualitas kehidupan kerja direfleksikan melalui konstruk first order partisipasi karyawan, pengembangan karir, komunikasi, keselamatan kerja, kebanggaan, kompensasi yang layak, keamanan kerja, kesehatan kerja, penyelesaian konflik. Hasil penelitian untuk konstruk second order ini menunjukkan bahwa kebanggaan memiliki tingkat refleksi interelasi terbesar dengan nilai loading faktor 0.748. selanjutnya diikuti oleh pengembangan karir (0.672), keselamatan kerja (0.668), kompensasi (0.649), komunikasi (0.645), penyelesaian konflik (0.615), partisipasi (0.608), keamanan kerja (0.580), dan kesehatan kerja

(0.528). Hasil ini mengindikasikan bahwa organisasi sebenarnya telah melaksanakan hal-hal yang tercantum dalam dimensi kualitas kehidupan kerja. Penyediaan kesempatan yang sama dalam pendidikan lanjut membuat karyawan merasakan adanya kebutuhan akan pengenbangan karir yang jelas di dalam organisasi.

c. Perilaku ekstra peran direfleksikan melalui konstruk first order Altruisme,

Civic virtue, Conscientiousness, Courtesy, dan Sportmanship. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Conscientiousness memiliki tingkat refleksi interelasi terbesar dalam menggambarkan perilaku ekstra peran yang dibuktikan dengan nilai loading factor sebesar 0.821 diikuti oleh Altruisme sebesar 0.819, Civic virtue sebesar 0.758, Courtesy sebesar 0.738 dan Sportmanship 0.564. Hasil ini dapat diartikan bahwa karyawan mampu melaksanakan peran di luar peran pekerjaan wajibnya atau disebut sebagai perilaku ekstra peran. Perilaku tersebut tidak saja dilakukan untuk kepentingan pribadi, melainkan juga demi kemajuan bersama unit kerja.

5.4.2.2. Evaluasi Inner Model Antar Second Order

Lampiran overview lengkap (Lampiran 8) menunjukkan bahwa R-Square

kepemimpinan transformasional dan kualitas kehidupan kerja terhadap perilaku ekstra peran (OCB) sebesar 0.3707. Artinya variabilitas konstruk OCB yang dapat dijelaskan oleh variabilitas kepemimpinan transformasional, kualitas kehidupan kerja sebesar 37%, sedangkan 63% dijelaskan oleh variabel lain di luar yang diteliti. R-Square dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. R-Square kepemimpinan transformasional, kualitas kehidupan kerja dan perilaku ekstra peran

AVE Composite Reliability R Square

KEPEMIMPINAN 0.2445 0.8699 0

OCB 0.21 0.8518 0.3707

QWL 0.1537 0.8805 0.55

Sumber : pengolahan data primer – Algoritma smartPLS, 2011

Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja dipengaruhi secara positif oleh kepemimpinan transformasional. R-Square pada kualitas kehidupan kerja sebesar 0.55. Artinya, kontribusi penerapan kepemimpinan transformasional terhadap kualitas kehidupan kerja karyawan sebesar 55% dan sisanya sebesar 45% dipengaruhi oleh faktor lain antara lain

Menurut Ghozali (2006) bahwa Hasil R-Square sebesar 0.67, 0.33 dan 0.19 untuk konstruk laten endogen dalam model struktural, masing-masing mengindikasikan bahwa model “baik”, ”moderat”, dan “lemah”. Berdasarkan teori tersebut dan nilai R-Square pada konstruk laten menunjukkan bahwa kategori model yang diterangkan termasuk ke dalam model yang moderat.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat analisis bootstraping pada

path coefficients, yaitu dengan membandingkan nilai thitung dengan tTabel. Jika nilai

T hitung lebih besar dibandingkan dengan t Tabel sebesar 1.96 maka perumusan hipotesis diterima. Hasil analisis path coefficients dapat dilihat pada Lampiran 10. Hipotesis 1: Terdapat Pengaruh Signifikan Kepemimpinan Transformasional

terhadap Perilaku Ekstra Peran (OCB)

Pada Lampiran 10 dan Gambar 11 (pada halaman sebelumnya) diperoleh bahwa koefisien parameter antara Kepemimpinan Transformasional dengan OCB sebesar 0.2261menunjukkan bahwa penerapan kepemimpinan transformasional berpengaruh secara positif terhadap perilaku ekstra peran (OCB). Artinya penerapan kepemimpinan transformasional tidak diikuti peningkatan perilaku ekstra peran yang berarti.

Hasil analisis path coefficients menunjukkan bahwa penerapan kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku ekstra peran. Hal ini dapat dilihat dari nilai T Statistik (T hitung) sebesar

1.2022 lebih kecil dari tTabel ( 1.96) pada selang kepecayaan 95% . Maka

pengujian hipotesis ditolak.

Hipotesis 2: Terdapat Pengaruh Signifikan Kepemimpinan Transformasional

terhadap Kualitas Kehidupan Kerja (QWL)

Pada Lampiran 10 dan Gambar 11 (pada halaman sebelumnya) diperoleh bahwa koefisien parameter antara Kepemimpinan Transformasional dengan QWL

sebesar 0.7416, menunjukkan bahwa penerapan kepemimpinan transformasional berpengaruh secara positif terhadap kualitas kehidupan kerja (QWL).

Pengujian hipotesis kedua diterima karena pada hasil analisis diperoleh bahwa thitung = 11.0152 lebih besar dibanding tTabel = 1.96 (Lampiran 8). Hal ini

menunjukkan bahwa penerapan kepemimpinan transformasional di UT berpengaruh positif secara signifikan terhadap kualitas kehidupan kerja karyawan. Hipotesis 3: Terdapat Pengaruh Signifikan Kualitas Kehidupan Kerja

(QWL) terhadap Perilaku Ekstra Peran (OCB).

Pada Lampiran 10 dan Gambar 11 (pada halaman sebelumnya) diperoleh bahwa koefisien parameter antara QWL terhadap OCB sebesar 0.4219  yang berarti bahwa Kualitas Kehidupan Kerja berpengaruh positif terhadap Perilaku Ekstra Peran (OCB). Hal ini berarti semakin baik kulitas kehidupan kerja atau QWL di dalam organisasi, perilaku ekstra peran karyawan akan meningkat.

Pengujian hipotesis satu diterima karena pada hasil analisis diperoleh bahwa thitung = 2.2617 lebih besar dibanding tTabel = 1.96 (Tabel Lampiran 8). Hal

ini menunjukkan bahwa Kualitas Kehidupan kerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap Perilaku Ekstra Peran.